TUBERKULOSIS PARU
Oleh :
Preseptor :
15
16
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas limpahan
berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Tuberkulosis Paru” ini dengan tepat waktu. Laporan kasus ini disusun sebagai
salah satu tugas kepaniteraan klinik di Ilmu Penyakit Paru di RS. Cut Meutia
Aceh Utara, dengan harapan dapat menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat bagi
pengetahuan.
Penulisan laporan kasus ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Indra
Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi para pembaca sekalian.
Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
Penulis
17
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
BAB 4. PEMBAHASAN.................................................................................... 34
BAB 5. KESIMPULAN...................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 38
18
BAB I
PENDAHULUAN
juta orang terjangkit TB paru dan 1,4 juta orang meninggal dunia. Dilaporkan
sebanyak 91% berada pada rentang usia 21-60 tahun.3 Indonesia berada pada
peringkat keempat dunia terbanyak penderita TB setelah India, China, dan Afrika
sehingga bila dihitung secara kasar, pada setiap 100.000 penduduk Indonesia
terdapat 107 penderita tuberkulosis paru dengan Basil Tahan Asam (BTA) positif.
Indonesia.4,5
diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)
63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka
sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,
menyatakan bahwa kasus baru (insidensi) TB paru BTA positif berjumlah 96 per
100.000 penduduk. Jumlah kematian akibat TB paru BTA positif berjumlah 1,6
per 100.000 penduduk. Sebanyak 478 penduduk merupakan jumlah kasus baru TB
paru di Aceh Utara. Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB paru BTA
positif di Aceh Utara cukup tinggi, yaitu berjumlah 388 penduduk. Tuberkulosis
paru berada di posisi 9 dari daftar penyakit untuk rawat jalan dan posisi 5 untuk
rawat inap di Rumah Sakit Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2012.
20
BAB 2
STATUS PASIEN
Nama : Ny. Y
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Alamat : Langkahan
Suku : Aceh
No RM : 10.06.99
1.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Batuk berdarah
Keluhan Tambahan
Demam, batuk berdahak, nyeri dada, keringat malam, berat badan turun,
Pasien datang ke IGD RSU Cut Meutia Aceh Utara dengan keluhan batuk
berdarah sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, volume darah
21
dikatakan pasien sekitar 1/3 botol aqua gelas (80 cc), darah berwarna merah
kehitaman. batuk dirasakan sepanjang hari, makin memberat malam dan saat
seringkali pasien merasa meriang dimalam hari. Selain itu pasien juga
mengeluhkan batuk berdahak selama 4 bulan terakhir dan memberat selama 3 hari
terakhir, pasien mengatakan dahak berwarna kuning, saat batuk terasa nyeri dada.
Bersamaan dengan gejala itu, pasien juga mengalami keringat malam hari, badan
lemas, nafsu makan yang menurun, kadang mual dan nyeri perut serta penurunan
berat badan.
Ibu pasien mengalami hal yang sama sekitar 2 tahun yang lalu dan tuntas
berobat selama 6 bulan. Anggota keluarga lain tidak ada yang mengalami keluhan
Riwayat Alergi
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan, debu ataupun cuaca.
22
Riwayat Imunisasi
Keluarga dan pasien sendiri mengaku tidak pernah diimunisasi sejak lahir.
Riwayat Sosial-Ekonomi
Suhu : 36,7°C
penciuman normal
Tenggorokan : pembesaran tonsil (-/-)
Leher : pembesaran KGB (-), trakea ditengah tidak deviasi.
Thoraks Inspeksi : Statis dan dinamis, pergerakan dan bentuk
gallop (-)
Abdomen Inspeksi : Distensi (-), perubahan warna kulit (-),
massa (-)
Palpasi : Soepel (-), Massa (-), Nyeri tekan (-),
Ekstremitas atas :
- Sianosis : -/-
- Clubbing finger: -/-
- Infus terpasang
Ekstremitas bawah:
- Akral hangat : +/+
- Deformitas : -/-
- Sendi : dalam batas normal, hiperemis (-)
- Edema : -/-
- Gangren : -/-
- Sianosis : -/-
- Clubbing finger: -/-
BB : 53 Kg
Darah rutin
Rontgen posisi PA
Pemeriksaan sputum :
a. Foto Thorax PA
Foto I : 6/5/2019
25
Foto II : 25/7/2019
22/3/2019
HEMATOLOGI
Ht 37-47 % 30.5
INDEX ERITROSIT
KIMIA KLINIK
Karbohidrat
Sewaktu :+
RESUME
Pasien datang ke IGD RSU Cut Meutia Aceh Utara dengan keluhan batuk
berdarah sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, volume darah
dikatakan pasien sekitar 1/3 botol aqua gelas (80 cc), darah berwarna merah
kehitaman. batuk dirasakan sepanjang hari, makin memberat malam dan saat
seringkali pasien merasa meriang dimalam hari. Selain itu pasien juga
mengeluhkan batuk berdahak selama 4 bulan terakhir dan memberat selama 3 hari
terakhir, pasien mengatakan dahak berwarna kuning, saat batuk terasa nyeri dada.
28
Bersamaan dengan gejala itu, pasien juga mengalami keringat malam hari, badan
fisik didapatkan bentuk dada normal, fremitus normal, sonor dan suara napas
vesikuler dan didapatkan suara napas tambahan berupa rhonki dikedua basal paru.
Dari foto toraks di dapatkan kesan bayangan berawan bagian bawah kedua paru,
bronchogram, terdapat kavitas pada pulmo sinistra yang dikelilingi oleh bayangan
1.5 Diagnosis
1.6 Terapi
Codein 3 x 20mg
Lesipar 1x1
Cetirizine 1x1
Antasida syr 3 x C2
1.7 Prognosis
1.8 Follow Up
Tanggal S O A P
15/12/202 - Batuk darah KU: lemah TB Paru IVFD Asering +
0 (-) Kesadaran: Chrome 20 gtt/i
- Batuk dahak E4M6V5 Inj. Fosmicin
(+) TD: 100/70 vial 1 gram/12
- Nyeri dada mmHg jam
(+) HR: 77x/menit Inj. Omeprazole
- Kurang nafsu RR: 19x/menit vial 40 mg/12
makan (+) T: 36,5°C jam
Inj. Kalnex 500
Thorax: mg amp/ 8 jam
Ves (+/+) Inj. Novalgin/ 8
Rh (-/-) jam
Wh (-/-)
Oral:
Codein 3x 20mg
30
Lesipar 1x1
Cetirizine 1x1
Antasida syr 3 x
C2
OAT 2FDC 3
tab
16/12/202 - Batuk darah KU: lemah TB Paru IVFD Asering +
0 (-) Kesadaran: Chrome 20 gtt/i
- Batuk dahak E4M6V5 Inj. Fosmicin
(+) TD:110/80mmHg vial 1 gram/12
- Nyeri dada HR: 86x/menit jam
(+) ↓ RR: 20x/menit Inj. Omeprazole
- Kurang nafsu T: 36,9°C vial 40 mg/12
makan (+) jam
Thorax: Inj. Kalnex 500
Ves (+/+) mg amp/ 8 jam
Rh (+/+) Inj. Novalgin/ 8
Wh (-/-) jam
Oral:
Codein 3 x
20mg
Lesipar 1x1
Cetirizine 1x1
Antasida syr 3 x
C2
OAT 2FDC 3
tab
17/12/202 - Batuk KU: lemah TB paru IVFD Asering +
0 berdarah (-) Kesadaran: Chrome 20 gtt/i
- Sesak (-) E4M6V5 Inj. Fosmicin
- Batuk (+) TD:110/80mmHg vial 1 gram/12
dahak (+) HR: 87x/menit jam
- Nyeri dada RR: 20x/menit Inj. Omeprazole
(+) ↓ T: 36,7°C vial 40 mg/12
- Kurang nafsu jam
makan (+) Thorax: Inj. Kalnex 500
Ves (+/+) mg amp/ 8 jam
Rh (+/+) Inj. Novalgin/ 8
Wh (-/-) jam
Oral:
Codein 3 x
20mg
Lesipar 1x1
Cetirizine 1x1
Antasida syr 3 x
31
C2
OAT 2FDC 3
tab
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Beban penyakit yang disebabkan oleh
(didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu),
3.2 Epidemiologi
Pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus baru BTA+ sebanyak 176.677
kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2013
yang sebesar 196.310 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di
provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan
Jawa Tengah. Kasus baru BTA+ di tiga provinsi tersebut sebesar 40% dari
Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan kasus BTA+ pada perempuan. Pada
dan perempuan terjadi di Kep. Bangka Belitung , kasus pada laki-laki hampir dua
kali lipat dari kasus pada perempuan. Menurut kelompok umur, kasus baru paling
banyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 20,76% diikuti
kelompok umur 45-54 tahun sebesar 19,57% dan pada kelompok umur 35-44
Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta
kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan 1,5
juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus TB
tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang
dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta
diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)
63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka
sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,
diantaranya 314.965 adalah kasus baru. Secara nasional perkiraan prevalensi HIV
sebanyak 6700 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TB-RO dari kasus baru TB
berbentuk batang. Yang sebagian besar dindingnya terdiri atas asam lemak (lipid),
lebih tahan terhadap asam (asam alcohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.10,18
Kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat bertahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena
kuman berada dalam sifat dormant. Jadi karena bersifat dormant, TB dapat
yang pertumbuhannya lambat karena dihambat oleh pH <6,5 dan oleh asam lemak
rantai panjang. Maka dari itu, basil tuberkulosis sulit ditemukan di bagian tengah
34
lesi perkijauan besar karena terdapat anaerobiosis, pH rendah, dan kadar asam
lemak meningkat.10,17
bersin, berbicara atau bernyanyi. Penularan sebagian besar melalui inhalasi basil
yang terdapat pada pasien TB paru dengan batuk berdarah maupun TB dengan
saluran pencernaan (GI), dan luka terbuka pada kulit. Infeksi TB paru terjadi
berkembang19
Masalah pada kondisi sanitasi, papan, sandang dan pangan yang buruk,
seperti penemuan kasus/diagnosis yang tidak baku, paduan obat yang tidak
dan pelaporan.
merokok, serta keadaan lain yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.
pendidikan dan pendapatan per kapita, kondisi sanitasi, papan, sandang dan
pangan yang tidak memadai yang berakibat pada tingginya risiko masyarakat
terjangkit TB.
3.5 Patofisiologi6,12,17
A. Tuberkulosis Primer
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian
mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer
menjadi :
integrum)
dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang
tuberkuloma)
B. Tuberkulosis Post-primer
38
apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya
berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti
atas.
39
mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi.
positif
biakan positif
A. Kasus Baru : Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi
aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa
kemungkinan :
C. Kasus Defaulted atau drop out : Adalah pasien yang telah menjalani
D. Kasus Gagal : Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
E. Kasus Kronik : Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
F. Kasus Bekas TB :
41
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial
pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi.
1. Gejala Klinis :
a. Respiratorik
• batuk ≥ 3 minggu
• batuk darah
• sesak napas
• nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita
terdiagnosis pada saat medical checkup. Bila bronkus belum terlibat dalam
proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang
b. Sistemik
• Demam
menurun13
2. Pemeriksaan Fisik
Suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-
- perkusi : pekak
- auskultasi : suara napas melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang
terdapat cairan
abscess”.13
3. Pemeriksaan Bakteriologik
untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
dengan cara:
B. Cara pemeriksaan dahak dan specimen lain dapat dilakukan dengan cara
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman
4. Pemeriksaan Radiologik15,25
Pemeriksaan standar adalah dengan foto thoraks PA dengan atau tanpa foto
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opaque berawan
atau nodular
berikut
Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas Kalsifikasi atau
fibrotik
Kompleks ranke
biasanya secara klinis disebut luluh paru .Gambaran radiologik luluh paru
terdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk
tersebut.
45
Tujuan pengobatan :
selanjutnya
o Menurunkan penularan TB
Prinsip Pengobatan TB
TB
46
o Diminum secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (pengawas
Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
Tahapan Pengobatan TB :
- Fase Lanjutan : Tahap penting untuk membunuh sisa kuman yang masih ada
dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan
mencegah kekambuhan.
47
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia (WHO dan ISTC) adalah sebagai
berikut :
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2(HZRE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
pasien TB paru dengan tes BTA positif dan pasien TB paru dengan BTA
negatif namun foto toraks positif. Berikut adalah tabel aturan pakai FDC dan
BTA positif yang telah diobati sebelumnya, meliputi pasien kambuh, pasien
dahak secara mikroskopis dengan 2 contoh uji dahak yaitu sewaktu dan pagi.
Jika 2 contoh uji dahak negatif, maka BTA (-), jika salah satu atau kedua
Evaluasi klinik
i. Sebelum pengobatan
ii. Setelah 2 bulan pengobatan
50
i. Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi ginjal
dan darah lengkap.
ii. Fungsi hati; SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi ginjal : ureum, kreatinin,
dan gula darah , asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek
samping pengobatan.
iii. Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid.
iv. Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol.
v. Penderita yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji
keseimbangan dan audiometri.
vi. Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan pemeriksaan
awal tersebut. Yang paling penting adalah evaluasi klinik kemungkinan
terjadi efek samping obat. Bila pada evaluasi klinik dicurigai terdapat
efek samping, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
memastikannya dan penanganan efek samping obat sesuai pedoman
Yang tidak kalah pentingnya selain dari paduan obat yang digunakan
adalah keteraturan berobat. Diminum / tidaknya obat tersebut. Dalam hal ini
maka sangat penting penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan
keteraturan berobat yang diberikan kepada penderita, keluarga dan lingkungan.
Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi.
51
3.11 Komplikasi
TB laring
Pleuritis Eksudatif
Bila terdapat proses TB di bagian paru dekat sekali dengan pleura, pleura akan
ikut meradang dan menghasilkan cairan eksudat. Keadaan ini disebut dengan
pleuritis eksudatif. Tidak jarang proses TB nya masih begitu kecil, sehingga pada
foto paru belum tampak kelainan. Saat cairan eksudat masih sedikit, cukup
52
diberikan terapi spesifik saja, tetapi apabila volume cairan semakin banyak, perlu
dilakukan pungsi dan cairan eksudat dikeluarkan sebanyak mungkin, untuk
menghindari terjadinya Schwarte (Penebalan pleura) di kemudian hari.
Pneumothoraks
Bisa saja terjadi proses nekrotis berlangsung dekat sekali dengan pleura, sehingga
pleura ikut mengalami nekrosis dan berlubang, sehingga terjadilah
pneumothoraks. Sebab lain pneumothoraks adalah pecahnya dinding kavitas yang
kebetulan berdekatan dengan pleura, sehingga pleura pun ikut robek.
Hemoptisis
Hemoptisis adalah ekspektorasi darah yang berasal dari saluran nafas bagian
bawah (dibawah pita suara). Karena pada dasarnya proses TB adalah proses
nekrosis, kalau diantara jaringan yang mengalami nekrosis terdapat pembuluh
darah, besar kemungkinan penderita akan mengalami batuk darah, yang dapat
bervariasi mulai dari jarang sekali sampai sering/setiap hari. Variasi lainnya
adalah jumlah darah yang dibatukkan keluar mulai dari sangat sedikit (berupa
garis pada sputum) sampai banyak sekali (profus), tergantung pada pembuluh
darah yang terkena.
Batuk darah baru akan membahayakan jiwa penderita bila profus, karena dapat
menyebabkan kematian oleh syok dan anemia akut. Di samping itu, darah yang
akan dibatukkan keluar akan menyangkut di trakea/larings dan akan menyebabkan
asfiksia akut yang dapat berakibat fatal.1,3,12
Untuk batuk darah yang minimal sampai agak banyak, dapat diberikan koagulan
dan/atau obat-obatan trombolitik (asam traneksamat) saja. Bila perdarahan agak
hebat, perlu dipertimbangkan pemberian transfusi darah segar. Kalau hal ini
sering berulang, perlu juga dipertimbangkan lobektomi ataupun embolisasi arteri,
yang menjadi permasalahan.12
Dalam stadium akut sampai beberapa hari sesudahnya, sebaiknya diberikan pula
antitusif untuk mencegah batuk, sebaiknya diberikan pula antitusif untuk
53
b. Oksigen
- Batuk darah > 600 cc/24 jam, dan pada observasi tidak berhenti
- Batuk darah > 100-250 cc/24 jam, Hb < 10g/dl. Dan pada
observasi tidak berhenti.
- Batuk darah 100-250 cc/24 jam, Hb >10 gr/dl, pada observasi
48 jam tidak berhenti.
54
BAB IV
PEMBAHASAN
IGD RSU Cut Meutia Aceh Utara dengan keluhan batuk berdarah sejak 1 hari
yang lalu sebelum masuk rumah sakit, volume darah dikatakan pasien sekitar 1/3
botol aqua gelas (80 cc), darah berwarna merah kehitaman. batuk dirasakan
sepanjang hari, makin memberat malam dan saat beraktivitas, dan tidak hilang
dengan istirahat. Hal ini sesuai dengan teori bahwa sebagian besar pasien dating
seringkali pasien merasa meriang dimalam hari. Selain itu pasien juga
mengeluhkan batuk berdahak selama 4 bulan terakhir dan memberat selama 3 hari
terakhir, pasien mengatakan dahak berwarna kuning, saat batuk terasa nyeri dada.
Bersamaan dengan gejala itu, pasien juga mengalami keringat malam hari, badan
lemas, nafsu makan yang menurun terkadang mual dan nyeri perut serta
anoreksia, keringat malam hari, serta penurunan berat badan. Beberapa literatur
menyebutkan bahwa keluhan pada pasien TB juga dapat disertai dengan koinfeksi
yang terjadi sehingga gejala respiratorik seperti batuk berdahak, rhonki dan
tahun 2019 dan telah pernah diperiksa sebelumnya. Ibu pasien mengalami hal
yang sama sekitar 2 tahun yang lalu dan tuntas berobat selama 6 bulan. Anggota
keluarga lain tidak ada yang mengalami keluhan seperti yang pasien rasakan.
Keluarga dan pasien sendiri mengaku tidak pernah diimunisasi sejak lahir. Pasien
juga berasal dari golongan ekonomi menengah kebawah. Hasil anamnesis tersebut
dapat mendukung penegakan diagnosis TB pada pasien ini, sesuai dengan teori
bahwa riwayat kontak, imunisasi, dan kondisi social ekonomi menjadi factor
fisik didapatkan bentuk dada normal, fremitus normal, sonor dan suara napas
vesikuler dan didapatkan suara napas tambahan berupa rhonki dikedua basal paru.
Hal ini sesuai dengan literatur yang disampaikan pada bab sebelumnya bahwa
temuan klinis pada pasien TB sangat bervariasi, sangat tergantung kepada luas lesi
ribu/mm3, Ht 30.5%, trombosit 260 ribu/mm 3 KGDS 85 g/dL. Hasil ini tidak
toraks di dapatkan kesan bayangan berawan bagian bawah kedua paru, terdapat
bronchogram, terdapat kavitas pada pulmo sinistra yang dikelilingi oleh bayangan
didapatkan kesan fibrosis pada kedua pulmo. Hasil ini mendukung penegakan
sebelumnya.
nutrisi dan hidrasi yang cukup melalui pemberian cairan, tatalaksana sesuai
menghentikan perdarahan, pemberian obat antasida syr dan proton pump inhibitor
untuk sakit perut pada pasien dan codein untuk mengatasi batuk pada pasien,
57
antinyeri dan vitamin sebagai pengobatan suportif serta pemberian OAT 2 FDC 3
BAB V
KESIMPULAN
masuk ke saluran napas dan bersarang di jaringan paru hingga membentuk afek
primer. Afek primer dapat timbul dimana saja dalam paru. Dari afek primer ini
diikuti dengan terjadinya inflamasi pada kelenjar getah bening menuju hilus
58
Klasifikasi Tuberkulosis berdasarkan hasil BTA dibagi dua, yaitu BTA (-)
dan BTA (+). Kriteria BTA (+) yaitu sekurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak
memberikan hasil (+), atau 1 kali pemeriksaan spesimen hasilnya (+) disertai
gambaran radiologi yang menjadikan tuberkulosis aktif, atau 1 spesiemn BTA (+)
dan kultur (+), atau lebih dari 1 spesiemn dahak positif setelah 3 kali pemeriksaan
dahak SPS sebelumnya negatif dan tidak ada perbaikan setelahnya pemberian
OAT. Kriteria BTA (-) jika hasil sputum BTA 3 kali negatif, dan gambaran
OAT. Klasifikasi TB berdasarkan tipe pasien terbagi menjadi kasus baru, kasus
kambuh, kasus default, kasus gagal, kasus kronik, kasus bekas TB.
hemoptisis, sesak napas, dan nyeri dada, serta demam, malaise, kringat malam,
pemeriksaan fisik, yaitu: suara napas bronkial, amforik, melemah, atau ronki
basah. Pemeriksaan bakteriologi dapat dilihat dari hasil sputum SPS. Hasil
segmen apikal dan posterior, kavitas, bercak milier, dan kadang efusi pleura
unilateral.
dan lanjutan (4-7 bulan). Pmeberian OAT ada 2 kategori, yaitu Kategori I jika
pasien baru dengan BTA positif, kemudian pasien baru BTA negatif , radiologi
59
mengalami pasien kambuh, pasien gagal, atau pasien default, regimen yang
diberikan 2RHZES/1RHZE.
DAFTAR PUSTAKA
5. Surya, A., Basri, C., Kamso, S., 2011. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. Kemenkes RI, Jakarta.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 67 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
tahun 2016
7. Dinas kesehatan Aceh, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam 2012. Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Aceh.
8. WHO, 2015. Global Tuberculosis Report. Heal Promotion WHO, Genewa
9. WHO, 2017. Global Tuberculosis Report. Heal Promotion WHO, Genewa
10. Amin Z,BaharA. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. Buku Ajar Penyakit
Dalam. EGC. Jakarta:JilidII;995-1000.
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. KEMENKES RI. 2014
12. Center for Desease Control and Prevention.
http://www.cdc.gov/tb/topic/basics/default.htm#activetb
13. Jardins, T.D., Burton, G.G., 2011. Clinical Manifestations and Assessment
of Respiratory Disease. Mosby Elsevier, United States of America.
14. Rani AA. Tuberkulosis paru. Jakarta: Panduan Pelayanan Medik PB Papdi,
2009.
15. Rasad, S., 2015. Radiologi Diagnostik. Ed. 2. Badan Penerbit FKUI, Jakarta.
16. Bayupurnama P. Hepatotoksisitas imbas obat. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Indonesia. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI;
2006.
17. Robbins, S.L., Cotran, R.S., 2015. Robbins and Cotran Pathologic Basis of
Disease. 9th ed. pp. 392-398. Elsevier Saundres, Philadelphia.
18. Chorba T. Peace, liberty, mycobacteria, and tuberculosis mortality. Emerg
Infect Dis. 2018;24:611–2.
19. Cherng ST, Shrestha S, Reynolds S, Hill AN, Marks SM, Kelly J, Dowdy
DW. Tuberculosis Incidence Among Populations at High Risk in California,
Florida, New York, and Texas, 2011-2015.External Am J Public Health.
61