Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

NEURODERMATITIS

Dosen Pembimbing:

dr.BuihAmartiwi, Sp. KK dan dr. Diana Tri Ratnasari, Sp.KK

Oleh:

Linggar Dwi Cahyaningrum


202120401011168

SMF ILMU KULIT DAN KELAMIN

RS SITI KHODIJAH SEPANJANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2022
LEMBAR PENGESAHAN REFERAT
NEURODERMATITIS

Telah disetujui hasil analisis kasus untuk memenuhi persyaratan


Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
APRIL 2022

Pembimbing

dr. Buih Amartiwi, Sp. KK dr. Diana Tri Ratnasari, Sp.KK

Mengetahui,
Ketua SMF Ilmu KulitdanKelamin
RSSitiKhodijahSepanjangSidoarjo

dr. BuihAmartiwi, Sp. KK

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
shalawat serta salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga
dan para sahabatnya. Syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “Neurodermatitis”.
Dalam hal penyelesaian referat ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada :

1. dr. BuihAmartiwi, Sp. KK dan dr. Diana Tri Ratnasar, Sp.KK

2. Seluruh tenaga medis maupun non-medis RS Siti Khodijah


Sepanjang khususnya bagian instalasi kulit dan kelamin
3. Seluruh teman-teman dokter muda di RS Siti Khodijah
Sepanjang, atas dukungan serta doanya.

Referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan hati


penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan saran dan kritik
yang membangun. Semoga referat ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sepanjang, April 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 2

1. Definisi....................................................................................................... 2
2. Epidemiologi.............................................................................................. 2
3. Etiologi....................................................................................................... 2
4. FaktorResiko.............................................................................................. 3
5. Patofisiologi............................................................................................... 4
6. ManifestasiKlinis........................................................................................ 7
7. Diagnosis.................................................................................................. 10
8. Diagnosis Banding................................................................................... 12
9. Terapi........................................................................................................ 13
10. Prognosis................................................................................................. 15
BAB 3 KESIMPULAN....................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
18
DAFTAR GAMBAR
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lesi kulit dasar dibagi menjadi tipe primer, sekunder, dan khusus. Istilah
likenifikasi diklasifikasikan sebagai lesi kulit sekunder di mana ciri khas penebalan
kulit, hiperpigmentasi, dan garis kulit yang berlebihan dicatat. Likenifikasi dapat
dibagi lagi menjadi tipe primer dan sekunder dimana likenifikasi primer menandakan
lichen simplex kronikus, juga dikenal sebagai neurodermatitis circumscripta. Di sisi
lain, likenifikasi sekunder terjadi pada dermatitis atopik, dermatosis ekzema infektif,
psoriasis, dermatosis psoriasiform, xerosis
Liken Simpleks Kronis (LSK) atau yang dikenal juga sebagai neurodermatitis
sirkumskripta adalah sebuah keadaan dimana terdapat peradangan kulit kronis, gatal,
sirkumskrip, ditandai dengan penebalan kulit, dan garis kulit tampak lebih menonjol
(likenifikasi), akibat garukan atau gosokan yang berulang- Ulang.
Neurodermatitis sirkumskripta adalah suatu bentuk peradangan kulit yang
kronik, ditandai dengan gatal yang hebat dan kelainan ini juga ditandai dengan
penebalan daerah kulit . Disebabkan oleh karena faktor seperti, gosokan (rubbing)
dan garukan (scratching), hubungan dengan kelainan atopik 26-75%, tetapi dapat
terjadi sekunder disebabkan oleh penyakit kulit iritan lainnya, faktor lingkungan,
yaitu panas, keringat,dan iritasi serta faktor stres emosi atau depresi. Liken simplek
kronik tidak memandang ras dalam penyebarannya. Diketahui bahwa insiden terjadi
lebih sering pada wanita daripada pria. Penyakit ini sering muncul pada usia dewasa,
terutama usia 30 hingga 50 tahun.
Likenifikasi terjadi ketika seseorang merasakan sensasi gatal (pruritus) pada
area spesifik di kulit dengan atau tanpa kejadian patologis yang mendasarinya dan
menyebabkan trauma mekanik pada daerah yang meradang.Biasanya LSK ini
terjadinya pada satu tempat atau lebih, namun paling sering terjadi pada daerah tubuh
yang mampu diraih oleh penderita, seperti: kulit kepala, leher, tangan, dan kaki.
Pruritus berperan penting dalam timbulnya LSK.Pruritus sendiri dapat
disebabkan oleh karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya penyakit kulit
seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergik, gigitan serangga, dan dapat
disebabkan oleh aspek psikologi (depresi dan stres).Pruritus digambarkan semakin
memburuk pada saat penderita dalam keadaan diam atau tidak sibuk dibandingkan
saat penderita beraktivitas, karena rasa gatal lebih sedikit atau tidak ada sama
sekali.Rasa gatal ini seringkali sulit ditahan untuk tidak digaruk dan biasanya
penderita berhenti menggaruk setelah luka karena rasa gatal digantikan oleh rasa
nyeri yang timbul akibat luka
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Suatu peradangan kronik, pruritus, sirkumskrip dimulai dengan kulit tebaldan garis
kulit lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu akibat garukan
yang berulang;ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik.

2.2 Epidemiologi

Dikatakan bahwa 12% dari populasi orang dewasa dengan keluhan kulit gatal
menderita neurodermatitis. Tidak ada kematian akibat
neurodermatitis. Neurodermatitis tidak memandang ras dalam penyebarannya. 
Diketahui bahwa insiden terjadi lebih sering pada wanita daripada pria. Penyakit ini
sering muncul pada usia dewasa, terutama usia 30 hingga 50 tahun.
Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki onset umur yang
lebih muda rata-rata (19 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa atopi rata- rata (48
tahun).

2.3 Etiologi dan Patofisiologi

Etiologi pasti liken simplek kronik belum diketahui, namun pruritus


memainkan peran sentral karena pruritus berasal dari pelepasan mediator (histamin, 
kinin, bradikinin, dan lainnya)  atau aktivitas enzim proteolitik. Neurodermatitis 
ditemukan pada regio yang mudah dijangkau tangan untuk menggaruk. Sensasi gatal 
memicu keinginan untuk menggaruk yang dapat mengakibatkan lesi yang bernilai
klinis, namun patofisiologi yang mendasarinya belum diketahui.
Pruritus sendiri dapat muncul sebagai gejala dari penyakit lainnya yang
mendasari seperti gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfomaHodgkin,
hipertiroidisme,hipotiroidisme, AIDS, hepatitis B dan
C, dermatitisatopik, dermatitis kontak, serta gigitan serangga. Faktor psikologi
diasosiasikan dengan liken simpleks kronis, namun belum jelas apakah faktor
emosional (stress) timbul sekunder terhadap penyakit ini atau primer dan kausatif.
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi gatal antara lain panas,keringat, dan
iritasi. Pada beberapa penelitian dikatakan bahwa pada pasien neurodermatitis terjadi
peningkatan eosinofil yang berisi protein X dan protein
kationik yang memicu degradasinya sel mast. Degranulasi sel mast akan melepaskan
mediator seperti histamin, bradikini, dan kinin yang akan menyebabkan reaksi
inflamasi, gatal dan vasodilatasi yang akan mengirim ransangan ke serabut saraf C di
dermo-epidermal juntion. Serabut saraf C akan menajalar melalui saraf
spinalsensorik di substansia grisea di kornu dorsalis menuju hipotalamus kontralateral
dan korteks serebri dan timbul sebagai persepsi gatal. Penelitian neuro fisiologi
serabut saraf  C hanya terdapat di superfisial kulit dan  tidak bermyelin. Proses
inflamasi yang berkepanjangan akan menyebabkan penebalan kulit,
dimana penebalan kulit ini sendiri menimbulkan rasa gatal, sehingga merangsang pen
ggarukkan yang akan semakin mempertebal kulit.

2.6 Manifestasi Klinis

Keluhan utama dari neurodermatitis ialah gatal berulang. Pasien akan


mengeluh gatalyang hilang timbul terutama saat sore hari.Rasa gatal memang tidak
terus menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak
digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk; setelah luka, baru hilang rasa gatalnya
untuk sementara (karena diganti dengan rasa nyeri). Lesi biasanya tunggal, pada
awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edema, lambat laun edema dan eritema
menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi;
sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis
dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesiakibat digaruk.Letak lesi dapat timbul
dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah di scalp, tengkuk, samping leher,
lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut,
tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki.
Neurodermatitis di daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada
wanita, berupa plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke scalp.
Biasanya skuamanya banyak menyerupai psoriasis. Variasi klinis neurodermatitis
dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan tangan penderita yang
berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan
mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lambat laun menjadi keras dan berwarna
lebih gelap (hiperpigmentasi). Lesi biasanya multipel; lokalisasi tersering di
ekstremitas; berukuran mulai beberapa milimeter sampai 2 cm.
Keparahan gatal dapat diperburuk bila pasien berkeringat, pasien berada pada
suhu yang lembab, atau pasien terkena benda yang merangsang timbulnya gatal
(alergen). Gatal juga dapat bertambah pada saat pasien mengalami stress
psikologis.Pada pasien muda, keluhan gatal umumnya kurang dirasakan karena tidak
begitu mengganggu aktivitasnya, akan tetapi keluhan gatalnya sangat dirasakan
seiring bertambahnya usia dan faktor pemicu stressnya. Kelainan kulit yang terjadi
bisaberupa eritem, edema, papul, likenifikasi (bagian yangmenebal), kering,
berskuama atau hiperpigmentasi. Ukuran lesi bervariasi, berbatas tidak tegas dan
bentukumumnyatidak beraturan. Lesi pada setiap individu pasien berbeda. Tidak ada
penjelasan yang tegas mengenai berapa lama lesi pada neurodermatitis terbentuk. lesi
tergantung dari sering dan lamanya pasien mengalami keluhan gatal dan
menggaruknya. Dari pemeriksaan efloresensi,lesi tampak likenifikasi berupa
penebalan kulit dengan garis-garis kulit yang semakin terlihat, terlihat plakdengan
ekskoriasiserta sedikit eritematosa (memerah)dan edema. Pada lesi yang sudah lama,
lesi akan tampak berskuama pada bagian tengahnya, terjadi hiperpigmentasi (warna
kulit yang digaruk berubah menjadi kehitaman)pada bagian lesi yang gatal, bagian
eritema dan edema akan menghilang, dan batas lesi dengan bagian kulit normal
semakin tidak jelas.

Gambar 1. Lesi neurodermatitis berupa plak eritematosa, edema, likenifikasi,


hiperpigmentasi dan ekskoriasi 
Gambar 2.   lesi erosi hingga ekskoriasi,eritema,sirkumskripta,likenifikasi

Gambar 3.Tampak : macula hiperpigmentasi, kering dan likenifikasi dermatitis atopic


2.7 Diagnosis

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada neurodermatitis


adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan biopsi histopatologi.

Pemeriksaan Laboratorium
Dasar gejala neurodermatitis adalah pruritus. Pruritus terjadi bisa berasal
dari reaksi alergi pasien atau reaksi penyakit yang mendasarinya (gangguan
metabolisme atau gangguan hematologi). Untuk mengobati neurodermatitis, harus
mengetahui penyakit yang dasar yang menyebabkan pruritus. Pemeriksaan
laboratorium bertujuan untuk mengetahui penyakit dasarnya. Dalam pemeriksaan
laboratorium bisa dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap, pemeriksaan hitung
jenis, pemeriksaan fungsi hati, pemeriksaan fungsi ginjal dan pemeriksaan gula darah.

Gangguan metabolisme yang sering menyebabkan pruritus, contohnya


ialah diabetes melitus. Pada pasien diabetes melitus yang lanjut, pasien akan
mengalami neuropati. Neuropati menyebabkan pasien kurang sensitif terhadap
infeksi dan allergen dari luar.Sehingga pasien akan terkena allergen secara berulang 
tanpa disadari. Semakin sering pasien terkena allergen, semakin sering pasien mengel
uh gatal maka semakin mudah pasien mengalami neurodermatitis. 
Pada pemeriksaan hitung jenis, dapat diperiksa kadar eosinofil pasien,
terutama pasien yang memiliki riwayat alergi.

Pemeriksaan Histopatologi
Gambaran histopatologik liken
simplek kronik berupa ortokeratosis,hipergranulosis, akantosis dengan rete ridges
memanjang teratur. Adanya sel radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh
darah dermis bagian atas,fibroblast bertambah, kolagen menebal. Pada prurigo
nodularis,akantosispada bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari
permukaan, sel Schwann berproliferasi, dan terlihat hiperplasi neural.
Kadang terlihat krusta yang menutup sebagian epidermis.

Gambar 4.Gambaran histopatologi neurodermatitis berupa ortokeratosis,


hipergranulosis, akantosis dengan rate ridges memanjang teratur.

2.8 Diagnosis Banding


Gambar 5.Tabel diagnosis banding
2.9 Terapi

Perlu dijelaskan kepada pasien untuk dapat mengontrol stress dan sebisa


mungkin menghindari menggaruk lesi karena garukan akan memperburuk
penyakitnya.  Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan:
A. Antihistamin dengan efek sedatif, (seperti: hidroksizin,
difenhidramin, prometazin). Antihistamin topikal yang dapat diberikan yaitu krim
doxepin 5% jangka pendek (maksimal 8 hari).

B. Kortikosteroid potensi kuat, bila perlu dengan oklusi. Kortikosteroid memiliki efek


anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, serta vasokonstriktor. Contoh kortikosteroid
topikal super poten (golongan 1) yaitu betamethasone dipropionate 0,05%
serta clobetasol propionate 0,05%. 
Contoh kortikosteroid potensi tinggi (golongan 2) yaitu
mometasonefuroate 0,01%, desoximetasone 0,05%. Kortikosteroid topikal dipakai 2-
3 kali sehari, tidak lebih dari 2 pekan untuk potensi kuat. Apabila tidak berhasil,
diberikan secara suntikan intralesi 1 mg, contohnya triamsinolon asetonid.
Digunakan 0,1 ml/cm3  dapat diulang 3-4 minggu selama 6 bulan.

C. UVB (Ultraviolet B) atau PUVA (Psoralen Ultraviolet A)


Pada pasien neurodermatitis secara histologi terdapat penebalan pada lapisan
epidermis. Secara imunologi dan histologi PUVA akan mengurangi ketebalan
epidermis

2.10 Prognosis dan Komplikasi


Penyakit ini bersifat kronik dengan persistensi dan rekurensi lesi. Eksaserbasi dapat
terjadi sebagai respon stress semosional. Prognosis
bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari)
dan status psikologik  penderita.
BAB 3

KESIMPULAN

Neurodermatitis merupakan peradangan kulit kronis, gatal sirkumskrip,dan
khas ditandai dengan likenifiksi. Likenifikasi timbul secara sekunder dan  
secara histologi memiliki karakteristik berupa akantosis dan hiperkeratosis, dan
secara klinis tampak berupa penebalan kulit, dengan peningkatan garis permukaan
kulit pada daerah yang terkena lebih banyak menyerang kelompok dewasa
yang berusia antara30-50  tahun. Area predileksi neurodermatitis sirkumskripta antara
lain tengkuk, leher, dengan bagian
ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah
lateral, pergelangan kaki bagian depan ,dan punggung kaki. Terapi
neurodermatitis bertujuan untuk memutus siklus gatal-
garuk, karena pada dasarnya tindakan menggaruk lesi yang gatal justru akan
memperberat penyakit. Pengobatan kortikostreoid topikal merupakan
pengobatan pilihan. Pemberian antihistamin oral digunakan untuk mengurangi
 keluhan pruritus.
DAFTAR PUSTAKA

Voicu C, Tebeica T, Zanardelli M, Mangarov H, Lotti T, Wollina U, Lotti J,


França K, Batashki A, Tchernev G. Lichen Simplex Chronicus as an Essential Part of
the Dermatologic Masquerade. Open Access Maced J Med Sci. 2017 Jul 25;5(4):556-
557. [PMC free article] [PubMed]
Wick MR. Psoriasiform dermatitides: A brief review. Semin Diagn
Pathol. 2017 May;34(3):220-225. [PubMed]
Charifa A, Badri T, Harris BW. StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing;
Treasure Island (FL): Aug 11, 2021. Lichen Simplex Chronicus. [PubMed]
Hanifin JM. Progress in Understanding Atopic Dermatitis. J Invest
Dermatol. 2018 Dec;138(12):e93-e95. [PubMed]
 Burgin S. Numular Eczema and Lichen Simplex chronicus, Prurigo Nodularis.
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest  BA, Paller AS, Leffell DJ, editor.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York:Mc Graw-
Hill:2014.p.184
Rebecca Chibnall, MD.Vulvar Pruritus and Lichen Simplex
Chronicus.Department of Dermatology, Washington University School of Medicine,
5201 Midamerica Plaza, Suite 2300, St Louis, MO 63129, USA.Obstet Gynecol Clin
N Am 44 (2017) 379–388 http://dx.doi.org/10.1016/j.ogc.2017.04.003
Despoina Mortaki and Alexander Mortakis.Lichen Simplex
Chronicus.Springer International Publishing AG, part of Springer Nature 2019 121 J.
Bornstein (ed.), Vulvar Disease, https://doi.org/10.1007/978-3-319-61621-6_17
Sukmawati Tansil Tan1 , Yohanes Firmansyah2 , Yurike Indah
Pratiwi2.TREATMENT FOR NEURODERMATITIS – BASED ON
PATHOGENESIS OF IT (RETROSPEKTIF STUDY).Journal of Holistic and
Traditional Medicine Vol 06 No 01, Agustus 2021 www.jhtm.or.id
Cristiana Voicu1 , Tiberiu Tebeica2 , dkk.Lichen Simplex Chronicus as an
Essential Part of the Dermatologic Masquerade. Open Access Macedonian Journal of
Medical Sciences. 2017 Jul 25; 5(4):556-557. Special Issue: Global Dermatology
https://doi.org/10.3889/oamjms.2017.133 eISSN: 1857-9655

Anda mungkin juga menyukai