Anda di halaman 1dari 5

EVIDENCE-BASED MEDICINE (EBM)

Oleh:

LINGGAR DWI CAHYANINGRUM

201710330311101

Clerkship D2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2021
1. Definisi

EBM dapat diartikan sebagai pemanfaatan bukti ilmiah secara seksama,

ekplisit dan bijaksana dalam pengambilan keputusan untuk tatalaksana pasien.

Artinya mengintegrasikan kemampuan klinis individu dengan bukti ilmiah yang

terbaik yang diperoleh dengan penelusuran informasi secara sistematis.

Evidence based medicine (EBM) adalah penggunaan bukti klinis terbaik

dengan penuh pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang perawatan pasien.

Oleh karena itu, EBM adalah komponen penting dari medis praktik dan merupakan

praktik yang dinyatakan secara jelas. (Norhayati, M. N. & Nawi, Z. M., 2021).

2.Prinsip EBM

1. Informasi yang berkualitas sesuai dengan tujuan pelayanan kesehatan

 Ada kebutuhan akan informasi klinis yang relevan dan baik.  

 Penelitian baru dalam pelayanan kesehatan

 Pembelajaran seumur hidup itu penting 

2. Bukti yang hirarki (Hierarchy of Evidence)

 Beberapa bukti lebih kuat daripada bukti lain

 Bukti ilmiah yang bekelas tinggi yang diterapkan dan dimanfaatkan dalam
praktek

 Tingkat bukti yang menjadi dasar keputusan klinis harus diketahui

3. Data ilmiah saja tidak cukup  


 Data – data ilmiah tidak akan memiliki arti banyak dalam membuat keputusan
klinik kecuali diintegrasikan dengan pertimbangan klinik dan keinginan,
persepsi atau karakteristik pasien.

 Dalam kedokteran, bukti dikumpulkan melalui eksperimen, observasi, dan


pengalaman klinis

3.Langkah-langkah EBM

Langkah-langkah dalam melakukan EBM adalah:

1. Menentukan pertanyaan atau masalah yang akan dicari

Tanyakan pertanyaan yang jelas, relevan, dapat dijawab, beroritentasi kepada

pasien tentang status kesehatan dan konteks pasien atau populasi. Pertanyaan

yang baik harus spesifik dan mengandung terstruktur dari format PICO, yaitu:

 Patients

Jelaskan tentang hal terpenting dari karakter pasien atau populasi

(contoh: umur, penyakit/kondisi, jenis kelamin)

 Intervention

Jelaskan tentang intervensi medis yang paling utama (contoh: terapi,

obat-obatan, prosedur, diagnosis atau screening test, radiasi, vaksin),

atau paparan dari lingkunga, biologis, atau personal (contoh: rokok,

diet, kehamilan atau menopause, MRSA, alergi, obat-obatan)

 Comparison

Jelaskan pertimbangan alternatif utama dari intervensi medis (contoh:

terapi standar, tidak ada perlakuan yang diberikan).

 Outcome
Jelaskan apa yang ingin dicapai, diukur, ditingkatkan, atau dipengaruhi

(contoh: penurunan angka mortalitas dan morbiditas, peningkatan

memori, diagnosis yang akurat, penurunan infeksi, penurunan angka

rawat inap)

2. Mencari bukti yang terbaik

Hierarki atau piramid EBM dapat memberikan petunjuk mengenai

jenis bukti yang memberikan penjelasan yang lebih dapat dipercaya terhadap

pertanyaan klinis yang telah dibuat.

3. Melakukan critical appraisal terhadap bukti yang didapat

Jika sudah mendapatkan hasil dari pencarian yang dilakukan, maka

dilakukan pendekatan kritis dan mengevaluasi hasil tersebut. Pendekatan kritis

dapat berupa pertanyaan, seperti:

 Bagaimana hasil dari pencarian tersebut?

 Apakah hasil penelitian dapat membantu praktek klinis?

4. Mengaplikasikan bukti yang didapat untuk menangani pasien


DAFTAR PUSTAKA

Spence, J. D. (2019). The need for clinical judgement in the application of evidence-
based medicine. BMJ Evidence-Based Medicine, bmjebm–2019–111300.
doi:10.1136/bmjebm-2019-111300 

Gelardi, F., Kirienko, M. & Sollini, M. 2020. Climbing the steps of evidence-based

medicine pyramid: highlights from Annals of Nuclear Medicine 2019. European

Journal of Nuclear Medicine and Molecular Imaging.

Norhayati, M. N. & Nawi, Z. M. 2021. Validity and reliability of the Noor Evidence-

Based Medicine Questionnaire: A cross-sectional study. PLoS ONE. Vol. 16 (4):

pp. 1-11.

Anda mungkin juga menyukai