Anda di halaman 1dari 17

1

PANDUAN TELAAH KRITIS ARTIKEL PROGNOSIS


I. KOMPETENSI
Area kompetensi:
Area Pengelolaan Informasi
Kompetensi inti :
Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan diagnosis,
pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, serta penjagaan, dan
pemantauan status kesehatan pasien
Komponen kompetensi:

Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (internet) dengan baik

Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menilai relevansi dan validitasnya

Menerapkan metode riset dan statistik untuk menilai kesahihan informasi ilmiah

Menerapkan keterampilan dasar dalam menilai data untuk melakukan validasi informasi
ilmiah secara sistematik

Area kompetensi :
Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
Kompetensi inti :
Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
Komponen kompetensi :

Mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan yang baru.

Menunjukkan sikap kritis terhadap praktik kedokteran berbasis bukti (Evidence-Based


Medicine)

Mengambil keputusan apakah akan memanfaatkan informasi atau evidence untuk


penanganan pasien dan justifikasi alasan keputusan yang diambil

Menanggapi secara kritis literatur kedokteran dan relevansinya terhadap pasiennya

II. SASARAN PEMBELAJARAN


Pada akhir sesi pembelajaran ini, berdasarkan skenario yang diberikan, mahasiswa mampu:
1. Menjawab background question terkait kondisi klinis pasien
2. Merumuskan pertanyaan klinis (foreground question)sesuai dengan permasalahan klinis
pasien yang dihadapi
3. Mengidentifikasi komponen dari pertanyaan klinis (PICO)
4. Melakukan pencarian bukti terbaik yang terkini untuk menjawab pertanyaan klinis
Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

5. Menulis referensi sesuai dengan standar


6. Menentukan validitas suatu artikel penelitian prognosis
7. Menentukan pentingnya artikel hasil penelitian prognosis
8. Menentukan kemamputerapan hasil penelitian prognosis
III. METODE PEMBELAJARAN
Metode yang digunakan untuk pembelajaran meliputi:
a. Kuliah interaktif Pengantar Telaah Kritis Artikel Prognosis 1 kali pertemuan (2x50 menit)
b. Diskusi kelompok yang difasilitasi oleh instruktur EBM 2-3 kali pertemuan @ 2x50 menit
c. Belajar mandiri Literatur searching di perpustakaan atau menggunakan laptop/netbook
IV. PENILAIAN
Penilaian mahasiswa terdiri dari dua bagian.
Bagian pertama menilai kemampuan yang mencakup:

Perumusan pertanyaan klinis

Identifikasi komponen PICO

Metode penelusuran artikel

Kesesuaian artikel dengan pertanyaan klinis

Bagian Kedua menilai kemampuan yang mencakup:

Menentukan validitas artikel

Menilai hasil penelitian

Menentukan kemamputerapan hasil tersebut

VI. MATERI PEMBELAJARAN


A. Pendahuluan
Dalam dua dekade terakhir telah terjadi perkembangan yang cukup dramatik dalam
bidang kedokteran. Teknologi medik yang ditahun 1950-an lebih banyak menggunakan
pendekatan manual, mulai tergeser dengan penggunaan teknologi canggih. Penegakan
diagnosis yang semula lebih banyak melalui pendekatan klinik telah beralih ke alat-alat
diagnosis yang lebih akurat, praktis, dan dapat diandalkan. Demikian pula halnya dengan
teknologi terapetik yang telah sedemikian majunya sehingga berbagai jenis penyakit yang
semula tidak dapat disembuhkan atau menimbulkan kecacatan, dapat teratasi dengan
temuan-temuan terapi baru yang lebih menjanjikan secara medik dan ilmiah.
Dalam perkembangannya, pendekatan medik yang berbasis empirisme mulai
dipertanyakan oleh karena prasat-prasat baru yang lebih efficacious dan dengan risiko yang
Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

lebih minimal telah ditemukan dan senantiasa diperbaharui dari waktu ke waktu. Magnetic
resonance imaging (MRI) dan Whole body CT-scan merupakan sedikit contoh dari teknologi
diagnostik modern yang memiliki akurasi tinggi. Perkembangan obat baru juga jauh lebih
pesat, khususnya untuk terapi keganasan, penyakit-penyakit kardiovaskuler dan penyakit
degenaratif.
Jika disimak lebih jauh maka terlihat bahwa berbagai temuan dan hipotesis yang
pada masa lampau diterima kebenarannya, secara cepat digantikan dengan hipotesishipotesis baru yang lebih sempurna. Demikian pula halnya dengan temuan obat baru yang
dapat saja segera ditarik dari perederan hanya dalam waktu beberapa bulan setelah obat
tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada
sebagian penggunanya.
Di awal 1990an diperkenalkanlah suatu paradigma baru kedokteran yang disebut
sebagai evidence based medicine (EBM) atau kedokteran berbasis bukti. Melalui paradigma
baru ini maka setiap pendekatan medik barulah dianggap accountable apabila didasarkan
pada temuan-temuan terkini yang secara medik, ilmiah, dan metodologi dapat diterima.
Perlahan tapi pasti, EBM telah menjadi jiwa dari ilmu kedokteran dan para klinisi maupun
praktisi medik di seluruh dunia segera mengadopsi EBM sebagai bagian dari implementasi
pelayanan medik yang berbasis bukti.
B. Pengertian Evidence-Based Medicine
Menurut Sackett et al. (1996), evidence-based medicine (EBM) adalah suatu
pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan
pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam praktek, EBM memadukan antara
kemampuan dan pengalaman klinik, dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat
dipercaya.
Evidence based medicine (EBM) adalah proses yang digunakan secara sistematik
untuk menemukan, menelaah / me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai
dasar dari pengambilan keputusan klinik.
Secara lebih rinci, EBM merupakan keterpaduan antara (1) bukti-bukti ilmiah yang
berasal dari studi yang terpercaya (best research evidence); dengan (2) keahlian klinis
(clinical expertise), dan (3) nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values).
(1) Best research evidence. Di sini mengandung arti bahwa bukti-bukti ilmiah tersebut
harus berasal dari studi-studi yang dilakukan dengan metodologi yang sangat terpercaya,
yang dilakukan secara benar. Studi yang dimaksud juga harus menggunakan variabelPanduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

variabel penelitian yang dapat diukur dan dinilai secara obyektif (misalnya tekanan darah,
kadar Hb, dan kadar kolesterol), di samping memanfaatkan metode-metode pengukuran
yang dapat menghindari risiko "bias" dari penulis atau peneliti.
Mengingat bahwa EBM merupakan suatu cara pendekatan ilmiah yang digunakan
untuk pengambilan keputusan terapi, maka dasar-dasar ilmiah dari suatu penelitian juga
perlu diuji kebenarannya untuk mendapatkan hasil penelitian yang selain up-date, juga dapat
digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
(2) Clinical expertise. Untuk menjabarkan EBM diperlukan suatu kemampuan klinik (clinical
skills) yang memadai. Di sini termasuk kemampuan untuk secara cepat mengidentifikasi
kondisi pasien dan memperkirakan diagnosis secara cepat dan tepat, termasuk
mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang menyertai serta memperkirakan kemungkinan
manfaat dan risiko (risk and benefit) dari bentuk intervensi yang akan diberikan. Kemampuan
klinik ini hendaknya juga disertai dengan pengenalan secara baik terhadap nilai-nilai yang
dianut oleh pasien serta harapan-harapan yang tersirat dari pasien.
(3) Patient values. Setiap pasien, dari manapun berasal, dari suku atau agama apapun
tentu mempunyai nilai-nilai yang unik tentang status kesehatan dan penyakitnya. Pasien juga
tentu mempunyai harapan-harapan atas upaya penanganan dan pengobatan yang
diterimanya. Hal ini harus dipahami benar oleh seorang klinisi atau praktisi medik, agar
setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan selain dapat diterima dan didasarkan
pada bukti-bukti ilmiah juga mempertimbangkan nilai-nilai subyektif yang dimilik oleh pasien.
C. Alasan Pentingnya Evidence-Based Medicine
Ilmu Kedokteran berkembang sangat pesat. Temuan dan hipotesis yang diajukan
pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan baru yang segera
menggugurkan teori yang ada sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya
bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian-pengujian hipotesis baru yang lebih
sempurna.
Pada waktu yang lampau dalam menetapkan jenis intervensi pengobatan, seorang
dokter umumnya menggunakan pendekatan abdikasi (didasarkan pada rekomendasi yang
diberikan oleh klinisi senior, supervisor, konsulen maupun dokter ahli) atau induksi
(didasarkan pada pengalaman diri sendiri). Kedua pendekatan tersebut saat ini (paling tidak,
dalam 10 tahun terakhir) telah ditinggalkan dan digantikan dengan pendekatan EBM, yaitu
didasarkan pada bukti-bukti ilmiah yang ditemukan melalui studi-studi yang terpercaya, valid,
dan reliable.
Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

Efek dan khasiat obat yang ditawarkan oleh industri farmasi melalui duta-duta
farmasinya (detailer) umumnya unbalanced dan cenderung misleading atau dilebih-lebihkan
dan lebih berpihak pada kepentingan komersial. Penggunaan informasi seperti ini juga
termasuk dalam pendekatan abdikasi, yang jika diterima begitu saja akan sangat berisiko
dalam proses terapi.
Secara ringkas, ada beberapa alasan utama mengapa EBM diperlukan:
1. Bahwa informasi up-date mengenai diagnosis, prognosis, terapi dan pencegahan
sangat dibutuhkan dalam praktek sehari-hari. Sebagai contoh, teknologi diagnostik
dan terapetik selalu disempurnakan dari waktu ke waktu.
2. Bahwa informasi-informasi tradisional tentang hal-hal di atas sudah sangat tidak
adekuat pada saat ini; beberapa justru sering keliru dan menyesatkan (misalnya
informasi dari pabrik obat yang disampaikan oleh duta-duta farmasi/detailer)
3. Dengan bertambahnya pengalaman klinik seseorang maka kemampuan/ketrampilan
untuk mendiagnosis dan menetapkan bentuk terapi (clinical judgement) juga
meningkat. Namun pada saat yang bersamaan, kemampuan ilmiah (akibat
terbatasnya informasi yang dapat diakses) serta kinerja klinik (akibat hanya
mengandalkan pengalaman, yang sering tidak dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah) menurun secara signifikan.
4. Dengan meningkatnya jumlah pasien, waktu yang diperlukan untuk pelayanan
semakin banyak. Akibatnya, waktu yang dimanfaatkan untuk meng-up date ilmu
(misalnya membaca journal-journal kedokteran) sangatlah kurang.
D. Tujuan Evidence-Based Medicine
Tujuan utama dari EBM adalah membantu proses pengambilan keputusan klinik, baik
untuk kepentingan pencegahan, diagnosis, terapetik, maupun rehabilitatif yang didasarkan
pada bukti-bukti ilmiah terkini yang terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian, salah satu syarat utama untuk memfasilitasi pengambilan
keputusan klinik yang evidence-based, adalah dengan menyediakan bukti-bukti ilmiah yang
relevan dengan masalah klinik yang dihadapi.
E. Langkah Evidence-Based Medicine
Langkah-langkah dalam EBM adalah sebagai berikut:
1. Memformulasikan pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan masalah penyakit yang
diderita oleh pasien

Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

2. Penelusuran informasi ilmiah (evidence) yang berkaitan dengan masalah yang


dihadapi
3. Penelaahan terhadap bukti-bukti ilmiah yang ada
4. Menerapkan hasil penelaahan bukti-bukti ilmiah ke dalam praktek pengambilan
keputusan
5. Melakukan evaluasi terhadap efikasi dan efektivitas intervensi
Langkah I: Memformulasikan pertanyaan ilmiah
Setiap saat seorang dokter menghadapi pasien tentu akan muncul pertanyaanpertanyaan ilmiah yang menyangkut beberapa hal seperti diagnosis penyakit, jenis terapi
yang paling tepat, faktor-faktor risiko, prognosis hingga upaya apa yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah yang dijumpai pada pasien.Dalam situasi tersebut diperlukan
kemampuan untuk mensintesis dan menelaah beberapa permasalahan yang ada.
Pertanyaan-pertanyaan yang mengawali EBM selain dapat berkaitan dengan
diagnosis, prognosis, terapi, dapat juga berkaitan dengan risiko efek iatrogenik, quality of
care, hingga ke ekonomi kesehatan (health economics). Idealnya setiap issue yang muncul
hendaknya bersifat spesifik, berkaitan dengan kondisi pasien saat masuk, bentuk intervensi
terapi yang mungkin dan outcome klinik yang dapat diharapkan.
Jenis-jenis pertanyaan klinik
Secara umum terdapat 2 jenis pertanyaan klinik yang biasanya diajukan oleh seorang
praktisi medik atau klinisi pada saat menghadapi pasien. Pertama, yang disebut dengan
"background question" merupakan pertanyaan-pertanyaan umum yang berkaitan dengan
penyakit. Contoh: (1) Apa yang menyebabkan terjadinya pneumonia; (2) Bakteri apa saja
yang dapat menyebabkan terjadinya community acquired pneumonia/CAP (pneumonia yang
didapat dari komunitas).
Kedua, "foreground question" merupakan pertanyaan-pertanyaan spesifik yang berkaitan
dengan upaya penatalaksanaan. Contoh: (1) Pada seorang penderita hipertensi yang
memiliki riwayat asma dan mendapat terapi propranolol, seberapa besar kemungkinan risiko
terjadinya serangan asma?; (2) Berapa besar penurunan risiko terjadinya penyakit jantung
koroner pada penderita yang diberikan profilaksi aspirin 125 mg/hari.
Langkah II: Penelusuran informasi limiah untuk mencari "evidence"
Setelah formulasi permasalahan disusun, langkah selanjutnya adalah mencari dan
mencoba menemukan bukti-bukti ilmiah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

tersebut. Untuk ini diperlukan kemampuan penelusuran informasi ilmiah (searching skill)
serta kemudahan akses ke sumber-sumber informasi. Penelusuran kepustakaan dapat
dilakukan

secara

manual

di

perpustakaan-perpustakaan fakultas

kedokteran

atau

rumahsakit-rumahsakit pendidikan dengan mencari judul-judul artikel yang berkaitan dengan


permasalahan yang ada dalam journal-journal.
Pada saat ini terdapat lebih dari 25.000 journal biomedik di seluruh dunia yang dapat
di-akses secara manual melalui bentuk reprint. Dengan berkembangnya teknologi informasi,
maka penelusuran kepustakaan dapat dilakukan melalui internet dari perpustakaan, kantorkantor, warnet-warnet (warung internet), bahkan di rumah, dengan syarat memiliki komputer
dan seperangkat modem serta saluran telepon untuk mengakses internet.
Untuk electronic searching dapat digunakan Medline, yaitu CD Rom yang berisi juduljudul artikel/publikasi disertai dengan abstrak atau ringkasan untuk masing-masing artikel.
Database yang terdapat dalam Medline CD-Rom ini memungkinkan kita melakukan
penelusuran (searching) artikel dengan cara memasukkan "kata kunci" (key words) yang
relevan dengan masalah klinik yang kita hadapi (misalnya pharyngitis, tonsilitis, dan
pneumonia). Dengan memasukkan kata kunci maka Medline akan menampilkan judul-judul
artikel yang ada di sebagian besar journal biomedik lengkap dengan nama pengarang
(authors), sumber publikasi (source) (misalnya JAMA, BMJ, Annals of Internal Medicine),
tahun publikasi hingga abstrak atau ringkasan dari artikel yang bersangkutan.
Penelusuran kepustakaan dapat juga dilakukan melalui internet, misalnya dengan
mengakses Cochrane Database of Systematic Reviews, Scientific American Medicine on
CD-ROM, dan ACP Journal Club. Pada saat ini kita telah dapat mengakses beberapa journal
biomedik secara gratis dan full-text, misalnya British Medical Journal yang dapat diakses
melalui internet.
Langkah III: Penelaahan terhadap bukti ilmiah (evidence) yang ada
Dalam tahap ini seorang klinisi atau praktisi dituntut untuk dapat melakukan penilaian
(apprisal) terhadap hasil-hasil studi yang ada. Tujuan utama dari penelaahan kritis ini adalah
untuk melihat apakah bukti-bukti yang disajikan valid dan bermanfaat secara klinik untuk
membantu proses pengambilan keputusan. Hal ini penting, mengingat dalam kenyataannya
tidak semua studi yang dipublikasikan melalui journal-journal internasional memenuhi kriteria
metodologi yang valid dan reliable.
Untuk mampu melakukan penilian secara ilmiah terhadap suatu hasil studi, seorang
klinisi atau praktisi harus memahami metode yang disebut dengan "critical appraisal" atau
"penilaian kritis" yang dikembangkan oleh para ahli dari Amerika Utara dan Inggris. Critical
Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

appraisal atau telaah kritis ini dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan kunci untuk
menjaring apakah artikel-artikel yang kita peroleh memenuhi kriteria sebagai artikel yang
dapat digunakan untuk acuan.
Langkah IV: Penerapan hasil penelaahan ke dalam praktek
Dengan mengidentifikasi bukti-bukti ilmiah yang ada tersebut, seorang klinisi atau
praktisi dapat langsung menerapkannya pada pasien secara langsung atau melalui diskusidiskusi untuk menyusun suatu pedoman terapi.
Dalam Tabel 1 dipresentasikan derajat evidence, yaitu kategorisasi dalam
menempatkan evidence berdasarkan kekuataannya. Evidence level 1a misalnya, merupakan
evidence yang diperoleh dari meta-analisis terhadap berbagai uji klinik acak terkendali
(randomised controlled trials). Evidence level 1a ini dianggap sebagai bukti ilmiah dengan
derajat paling tinggi yang layak untuk dipercaya.
Levels of evidence
Level

Jenis bukti ilmiah

Ia

Bukti berasal dari suatu meta-analysis atau systematic review

Ib

Bukti berasal dari minimal 1 randomised controlled trial

IIa

Bukti berasal dari minimal 1 studi non randomized trial

IIb

Bukti berasal dari minimal 1 studi quasi experimental

III

Bukti berasal dari studi non-experimental, seperti comparative studies, correlational


studies, and case studies, cohort, dan case control study

IV

Bukti berasal dari laporan komite ahli (expert committee) atau opini dan atau
pengalaman klinis dari individu yang berkompeten

Langkah V: Follow up dan evaluasi


Tahap ini harus dilakukan untuk mengetahui apakah current best evidence yang
digunakan untuk pengambilan keputusan terapi bermanfaat secara optimal bagi pasien, dan
memberikan risiko yang minimal. Termasuk dalam tahap ini adalah mengidentifikasi
evidence yang lebih baru yang mungkin bisa berbeda dengan apa yang telah diputuskan
sebelumnya. Tahap ini juga untuk menjamin agar intervensi yang akhirnya diputuskan betulbetul do more good than harm.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa dinamika perkembangan ilmu kedokteran
terjadi sangat cepat. Di satu sisi praktisi medik umumnya memanfaatkan obat dan teknologi
medik untuk tujuan diagnostik dan terapi sesuai dengan peruntukannya. Namun di sisi lain
Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

beberapa prasat medik yang sebelumnya dianggap benar dapat saja segera keliru dan
digantikan oleh prasat medik yang lebih efikasius dan aman.
Penggunaan prasat medik yang usang (obsolete) atau sudah tidak direkomendasikan
(abandoned) akan berdampak pada risiko terjadinya medical error. Oleh sebab itu setiap
praktisi medik perlu selalu meng-update keilmuannya agar setiap tindakan medik yang
dilakukannya dapat dipertanggungjawabkan secara benar dan didasarkan pada bukti-bukti
ilmiah yang terkini dan valid
F. Telaah Kritis Artikel Prognosis
Pendahuluan
Prognosis mengacu pada kemungkinan

outcome

dalam perjalanan klinik suatu

penyakit dan frekuensi kejadiannya dalam satu waktu (misalnya: kematian pada penderita
demensia) (Tugwell, 1981, Laupacis, dkk, 1994). Faktor prognosis adalah faktor-faktor
karakteristik (dermografi, klinik, penyakit penyerta) yang dapat digunakan untuk meramalkan
outcome suatu penyakit (Laupacis, dkk, 1994). Sebagai contoh: adalah gangguan perilaku
pada demensia, pasien demensia dengan gangguan perilaku memiliki kemungkinan
outcome yang lebih buruk daripada pasien demensia tanpa gangguan perilaku.
Rancangan penelitian yang paling baik untuk mempelajari prognosis dan faktor
prognosis adalah kohort. Rancangan penelitian uji klinik seringkali tidak dapat digunakan
pada penelitian tentang prognosis karena alasan etika (Laupacis, dkk, 1994). Rancangan
penelitian kasus kontrol dapat pula dipakai dengan menggali faktor-faktor prognosis secara
retrospektif antara kelompok pasien dengan outcome tertentu dan yang tidak (Laupacis, dkk,
1994). Kelemahan utama rancangan kohort dibanding kasus kontrol adalah perlunya waktu
dan biaya yang relatif lebih banyak (Rowe, 2000, Williams, 2001).
Dalam penelitian tentang prognosis maka kriteria outcome harus didefinisikan secara
jelas, spesifik, dan obyektif (Tugwell, 1981). Kriteria outcome harus didefinisikan secara jelas
sebelum penelitian dimulai (Laupacis, dkk, 1994).

Pada penelitian kohort, sekelompok

subyek (kohort) dengan atau tanpa faktor prediktor prognosis akan diikuti secara longitudinal
sampai muncul outcome (Seibert dan Zakowski, 1999). Kesimpulan hasil penelitian kohort
didapatkan dengan membandingkan proporsi subyek dengan outcome yang positif antara
kelompok subyek dengan faktor prediktor positif dan kelompok subyek tanpa faktor prediktor
(Page, dkk, 1996).

Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

10

Telaah kritis berbagai penelitian kedokteran dan kesehatan tentang didasarkan pada
3 pertanyaan utama, sbb:
1. Apakah hasil penelitian ini valid ?
2. Bagimana hasil penelitian tersebut ?
3. Apakah hasilnya dapat membantu saya dalam penatalaksanaan pasien saya ?
APAKAH HASILNYA VALID ?

1. Apakah ada sampel pasien yang representatif dan didefinisikan secara jelas pada
titik yang sama/ similar point dalam perjalanan penyakit / course of the disease?
Pasien yang ikut dalam penelitian harus ada pada titik yang sama/ uniformly early point
penyakit. Waktu yang ideal adalah ketika manifestasi klinik muncul pertama kali. Hal ini
disebut sebagai "inception cohort."
2. Apakah follow-up lengkap dan cukup lama/ sufficiently long and complete?
Pasien harus diikuti sampai mereka pulih sempurna atau salah satu outcome penyakit
muncul (misalnya: kematian). Waktu follow-up harus cukup panjang untuk mendapatkan
gambaran tentang penyakit. Jumlah subyek yang hilang selama periode pengamatan
(loss of follow up) dapat mengancam validitas penelitian, semakin besar jumlah subyek
yang hilang dalam pengamatan akan semakin besar ancaman terhadap validitas
penelitian.
3. Apakah digunakan kriteria outcome yang obyektif dan tidak berbias?
Beberapa outcome didefinisikan secara jelas, seperti kematian atau sembuh sempurna.
Diantara keduanya ada variasi yang luas dalam hal outcome, yang sulit untuk
didefinisikan. Peneliti harus menetapkan kriteria yang spesifik untuk masing-masing
outcome. Peneliti yang menilai outcome harus buta/ "blinded" terhadap karakteristik
pasien dan faktor prognostik untuk meminimalkan munculnya bias.
4. Apakah ada penyesuaian/adjustment terhadap faktor prognostik yang penting?
Untuk dapat membandingkan 2 kelompok, maka peneliti harus mempertimbangkan
apakah karakteristik pasien diantara kedua kelompok serupa atau tidak. Penyesuaian
kedua kelompok dapat dilakukan berbasis pada usia, jenis kelamin, atau variabel
karakteristik lainnya.

Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

11

II. APAKAH HASIL PENELITIAN INI PENTING?


1. Bagaimana gambaran outcome menurut waktu ?
Pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana peluang saya untuk tetap hidup
dalam kurun waktu sekian tahun setelah terdiagnosa penyakit?. Gambaran prognosis
sering diperlihatkan sebagai: (1) x year survival rate (jumlah pasien yang tetap hidup
sampai pengamatan x tahun dari titik tertentu), (2) case fatality (jumlah pasien yang
meninggal akibat penyakit tersebut), (3) rekuren, (4)) relaps, (5) remisi, atau (6)
digambarkan dalam bentuk kurva kesintasan (survival curve)
2. Seberapa tepat perkiraan prognosis ?
Presisi digambarkan dengan nilai interval kepercayaan. Nilai interval kepercayaan untuk
RR lebih baik bila semakin menjauhi angka 1 (lebih besar atau lebih kecil), dengan
rentang yang sempit (3,2-4,1 lebih baik daripada 1,9-5,1 untuk RR=3,5). Nilai interval
kepercayaan yang di dalam rentangnya ada nilai 1 (contoh: 0,86-1,22 atau 0,76-2,3)
berarti tidak bermakna.
III. APAKAH HASIL PENELITIAN INI DAPAT DIAPLIKASIKAN?
1. Apakah pasien dalam penelitian ini serupa dengan pasien kita ?
Karakteristik dermografi dan karakteristik klinik subyek pada penelitian harus
diperhatikan, apakah serupa dengan pasien yang kita hadapi.
2. Apakah hasil penelitian membantu dalam keputusan pemilihan terapi ?
Data prognosis sering kali membantu keputusan untuk memberikan terapi atau memilih
terapi tertentu. Sebagai contoh: warfarin dipakai secara luas untuk mencegah stroke
pada pasien dengan atrial fibrilasi non rheumatik, namun sebuah penelitian menunjukkan
bahwa frekuensi stroke pada populasi dengan atrial fibrilasi saja tanpa faktor risiko lain
adalah 1,3% dalam kurun waktu 15 tahun. Frekuensi ini sangat kecil, sehingga risiko
pemberian warfarin jangka panjang pada kelompok pasien ini adalah do more harm than
good.
3. Apakah hasil penelitian berguna untuk konseling pada penderita atau keluarga ?
Apabila hasil penelitian tentang prognostik mungkin tidak dapat membantu kita dalam
memilih terapi, namun hasil tersebut dapat saja tetap berguna untuk pemberian
Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

12

konseling. Hal itu terutama berlaku bagi penelitian yang valid, presisinya tinggi, dengan
cakupan pasien yang luas.
Bacaan lebih lanjut
1.

Sackett DL et al. Series of articles on How to read clinical journals in Canadian Medical
Association Joumi (Vol 123) and 1981 (Vol 124).

2.

Sackett DL, Haynes RB, Guyatt GH, lugwell P. Clinical epidemiology: a basic science
for clinical medicine. I Little, Brown & Co, 1991.

3.

Greenhaigh T. How to read a paper. A series of 10 articles in British Medical Journal


1997; Vol 315.

4.

Guyatt GH, Sackett DL, Cook DJ et al. Evidence Based Medicine Working Group.
Users' Guides to the medical Literature. A series of articles in JAMA 1993 - 1999.

5.

Riegelman RK, Hirsch RP. Studying a Study and Testing a Test. How to Read the
Health Science Literati] Edition. Little Brown and Company, 1996.

6.

Laupacis A et al. An assessment of clinically useful measures of the consequences of


treatment. NEJM 1988;318:1728-1733.

7.

Laupacis A ; Wells G ; Richardson WS ; Tugwell P. Users' guides to the medical


literature. V. How to use an article about prognosis. Evidence-Based Medicine
Working Group. JAMA 1994 Jul 20; 272(3):234-7.

Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

13

Critical appraisal of Prognostic Studies Worksheet


Are the results of the study valid? (Internal Validity)
1. Was the defined representative sample of patients assembled at a common
(usually early) point in the course of their disease?

2. Was patient follow-up sufficiently long and complete?

3. Were outcome criteria either objective or applied in a blind fashion?

Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

14

4. If subgroups with different prognoses are identified, did adjustment for important
prognostic factors take place?

What are the results?


5. How likely are the outcomes over time?

Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

15

6. How precise are the prognostic estimated?

7. Can I apply this valid, important evidence about prognosis to my patient?

Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

16

NAMA : ....................................................
NPM
: ....................................................
T.T
: ...............................................
NO
1

2
3

RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN EVIDENCE BASED MEDICINE (Bagian 1)


TIDAK BENAR (0)
SEBAGIAN BENAR (10)

ASPEK YANG DINILAI


Perumusan pertanyaan klinis

Identifikasi komponen PICO


Metode penelusuran artikel

Memenuhi 2 dari kriteria berikut:

Memenuhi 3 kriteria berikut:

1. Pertanyan dalam bentuk foreground


question
2. Pertanyaan memungkinkan ada
jawabannya (answerable question)
3. Pertanyaan berkaitan dengan
masalah/skenario

1.

1.

Semua komponen PICO salah


Tidak memenuhi semua kriteria berikut:

Minimal 2 komponen PICO benar


Memenuhi 2 dari kriteria berikut:

Seluruh komponen PICO benar


Memenuhi 3 kriteria berikut:

1.

1. Menggunakan kata kunci (keyword)


yang tepat
2. Menggunakan database/ search
engine/website ilmiah
3. Menggunakan limitasi dengan tepat

1. Menggunakan kata kunci (keyword)


yang tepat
2. Menggunakan database/ search
engine/website ilmiah
3. Menggunakan limitasi dengan tepat

Tidak memenuhi 2 kriteria berikut:

Minimal memenuhi kriteria berikut:

Memenuhi 2 kriteria berikut:

1.

Memilih artikel yang dapat menjawab


pertanyaan klinis

1. Memilih artikel yang dapat


menjawab pertanyaan klinis
2. Memilih artikel (type of study)
dengan tingkat bukti (level of
evidence) yang paling baik

2.
3.

Kesesuaian artikel dengan


pertanyaan klinis

BENAR (20)

Tidak memenuhi semua kriteria berikut:

2.

Menggunakan kata kunci (keyword)


yang tepat
Menggunakan database/ search
engine/website ilmiah
Menggunakan limitasi dengan tepat

Memilih artikel yang dapat menjawab


pertanyaan klinis
Memilih artikel (type of study) dengan
tingkat bukti (level of evidence) yang
paling baik

2.
3.

Pertanyan dalam bentuk foreground


question
Pertanyaan memungkinkan ada
jawabannya (answerable question)
Pertanyaan berkaitan dengan
masalah/skenario

2.
3.

Pertanyan dalam bentuk foreground


question
Pertanyaan memungkinkan ada
jawabannya (answerable question)
Pertanyaan berkaitan dengan
masalah/skenario

JUMLAH

Penilai :
Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

NILAI : Jumlah x 100% =


80

NILAI

17

DAFTAR TILIK PENILAIAN TELAAH KRITIS JURNAL PENELITIAN


ARTIKEL PROGNOSIS (Bagian 2)
NAMA :
NPM : .
KELOMPOK :
NO

PENILAIAN

VALIDITY
1

Apakah terdapat sampel pasien yang representatif dan


didefinisikan secara jelas pada titik yang sama (similar
point) dalam perjalanan penyakit (course of the disease)?

Apakah follow-up lengkap dan cukup lama (sufficiently long


and complete)?

Apakah digunakan kriteria outcome yang obyektif dan


tersamar/tidak berbias?

Apakah diidentifikasi kelompok dengan prognosis yang


berbeda dan dilakukan penyesuaian/adjustment terhadap
faktor prognostik yang penting?

IMPORTANCE
5

Bagaimana gambaran outcome dari waktu ke waktu ?

Seberapa tepat perkiraan prognosis ?

APPLICABILITY
7

Apakah pasien dalam penelitian ini serupa dengan pasien


kita ?

Apakah simpulan kita terhadap hasil studi bermanfaat


apabila disampaikan kepada pasien dalam tata laksana
secara keseluruhan?
JUMLAH

Keterangan :
3

Menjawab benar disertai alasan yang tepat

Menjawab benar namun alasan salah

Menjawab salah

Tidak menjawab

Total skor : 24
Tgl
Instruktur

Panduan EBM Telaah Kritis Artikel Prognosis Blok Neoplasia 2016 .ZPM

Anda mungkin juga menyukai