Anda di halaman 1dari 14

Hernia Inguinalis

LINGGAR DWI CAHYA


201710330311101
Definisi

 Kata hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum,


suatu organ atau lemak praperitoneum melalui cacat
kongenital atau akuisita (dapatan).

 Hernia inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus


masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam
kanalis inguinalis.

 Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung yang


merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari
perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi
dilahirkan.
Klasifikasi Hernia

a. Berdasarkan terjadinya:
1) Hernia bawaan atau congenital
2) Hernia didapat atau akuisita
b. Berdasarkan tempatnya:
1) Hernia Inguinalis
2) Hernia femoralis
3) Hernia umbilikalis
4) Hernia diafragmatik
c. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel
2) Hernia irreponibel
3) Hernia akreta
4) Hernia incarcerated
Etiologi

 Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly


congenital atau sebab yang didapat.
Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk pada annulus internus
yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong
dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula faktor
yang dapat mendorong isi hernia untuk melewati
pintu yang cukup lebar tersebut
Secara patofisiologi hernia inguinalis adalah prolaps
sebagian usus ke dalam anulus inguinalis diatas
kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau
kegagalan menutup yang bersifat kongenital.
Klasifikasi Hernia Inguinalis

 Hernia indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis
keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus
yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis, jika cukup panjang akan
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.
Hernia direk
Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis
medialis, menonjol langsung kedepan melalui segitiga
hesselbach, daerah yang dibatasi ligamentum inguinal
dibagian inferior, pembuluh epigastrika inferior
dibagian lateral dan tepi otot rektus dibagian medial.
Dasar segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia
transversal yang diperkuat oleh serat apponeurisis
muscullus tranversus abdominis yang kadang-kadang
tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk
menjadi lemah.
Manifestasi Klinis

Penonjolan didaerah inguinal


Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi
Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri
abdomen seperti kram
Terdengar bising usus pada benjolan
Kembung
Pemeriksaan

inspeksi. Sering benjolan muncul dalam lipat paha


dan terlihat cukup jelas.
Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada
kedua sisi lipat paha, skrotum, atau labia dalam
posisi berdiri dan berbaring.
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan
hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat direposisi.
Penatalaksanaan
a. Herniotomi
Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia, memasukkan
kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen.
Herniotomi dilakukan pada anak-anak dikarenakan penyebabnya adalah
proses kongenital dimana prossesus vaginalis tidak menutup.

b. Herniorafi
Herniorafi adalah membuang kantong hernia di sertai tindakan bedah
plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang
kanalis inguinalis.
Herniorafi dilakukan pada orang dewasa karena adanya kelemahan otot
atau fasia dinding belakang abdomen.

c. Hernioplasti
Hernioplasti adalah tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Daftar pustaka

Sabiston D, C.2010. Buku Ajar Bedah. EGC. Jakarta. Indonesia


Sjamsuhidajat, R. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. Indonesia
Vera A,A. 2014.Hubungan antara Obesitas dengan kejadian hernia inguinalis.Unnes Journal
of Public Health.Semarang.Indonesia.
Amrizal,.2015.Hernia inguinalis.Syifa Medika vol.6(no.1).Padang.Indonesia.
Everhart JE. 2015. Risk Factor for Inguinal Hernia among Adults in The US Population.
America Journal Of Epidemiology. U.S.A. (http://aje.oxfordjournals.org/co
ntent/165/10/1154.full).
Muttaqin A dan Sari K. 2014. Gangguan Gastrointestinal. Salemba Medika. Jakarta.
Indonesia.
Martono H dan Pranarka K. 2011. Buku ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. FKUI.
Jakarta. Indonesia.
Akinlolu O, O. 2015. Risk Factors for Inguinal Hernia in Adult Male. PubMed. Nigeria.
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub med/22676975).
Svenden SW, Frost P. 2015. Risk and prognosis of inguinal hernia in relation occupational
Mechanical Exposures-A systematic review of the epidemiologic evidence. Scadinavian
Journal of work. Norway. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub med/22643828)
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai