Hifema
1.1. Definisi
Adanya suatu pendarahan atau akumulasi darah pada bilik mata depan.
Akumulasi darah ini dapat dilihat secara langsung ataupun menggunakan slit lamp.
Penilaian keparahan hifema sendiri dibagi menjadi beberapa grade. Grade 0 atau
microhyphema terjadi apabila terdapat darah di ruang anterior yang tersebar. Hifema
grade I mengisi kurang dari sepertiga bilik mata depan. Grade II mengisi sepertiga
hingga setengah bilik mata depan. Grade III mengisi lebih dari setengah bilik mata
depan, tetapi kurang dari total, dan grade IV mengisi keseluruhan bilik mata depan.
Hifema paling sering disebabkan oleh rudapaksa benda tumpul atau trauma
tumpul. Penyebab lain yang jarang ditemui adalah leukemia, hemofilia, penyakit von
1.3. Patofisiologi
Trauma tumpul pada mata menyebabkan robekan pada pembuluh darah korpus
siliaris dan iris sehingga menyebabkan akumulasi darah. Gaya tumpul yang
seketika, menghasilkan gaya geser ke seluruh badan siliaris dan iris. Pada pasien
secara spontan.
- Nyeri
- Penglihatan kabur
- Dapat disertai epifora, fotofobia, dan blefarospasm
1.5. Pemeriksaan
- Tes fluoresin
1.6. Terapi
- Tirah baring dengan posisi kepala lebih tinggi sekitar 30 derajat, hal ini
- Bebat mata
- Analgesik (Paracetamol)
1.7. Komplikasi
bilik mata depan menghalangi jalinan trabekula untuk mengalirkan akuos humor dan
darah.
1.8. Prognosis
intraokular terlihat pada 13,5% hifema derajat I sampai II sedangkan, ada risiko 52%
dengan hifema derajat IV. Prognosis untuk penglihatan normal juga dipengaruhi oleh
derajat hifema. Hifema derajat I memiliki tingkat penglihatan normal sekitar 90%
sedangkan, grade IV hanya memiliki prognosis 50% hingga 75% untuk penglihatan
normal. Penyebab paling umum untuk gangguan penglihatan adalah pewarnaan
2. Subconjungtiva Hemorrhage
2.1 Definisi
subkonjungtiva adalah patch merah yang terdapat pada konjungtiva atau biasa
disebut dengan mata merah yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang
2.2 Etiologi
c. Trauma subkonjungtiva
d. Valsava manuver
- Bersin
f. Pasien hipertensi
h. Pasien hemofilia
2.3 Patofisiologi
pecah tepat di bawah permukaan mata. Konjungtiva tidak dapat menyerap darah
dengan sangat cepat, sehingga darah terperangkap, sehingga saat dilihat bagian
terjadi tanpa ada kerusakan mata yang nyata. Bersin atau batuk yang kuat dapat
penglihatan dan tidak terasa sakit. Umumnya, penderita tidak menyadari kondisi
ini hingga ia bercermin atau diberi tahu oleh seseorang bahwa mata menjadi
merah.
Ketika perdarahan pertama kali terjadi, penderita mungkin mengalami rasa penuh
- Perdarahannya adalah area merah terang yang jelas dan tajam di atas
sclera. Terkadang, seluruh bagian putih mata kadang-kadang tertutup oleh darah.
- Pada perdarahan subkonjungtiva, tidak ada darah yang keluar dari mata.
- Perdarahan akan tampak lebih parah dalam 24 jam pertama dan kemudian
TIO Normal
Palpebra Normal
Kornea Clear
Iris dan pupil Dapat normal atau relative afferent pupil defect
(RAPD) positif
Lensa Clear
2.5 Pemeriksaan
perdarahan yang terbatas di bawah permukaan mata, biasanya terlihat dengan jelas
dan mudah dikenali untuk diagnosis. sehingga, pada kasus ini tidak perlu
pada pasien dengan riwayat trauma, jika ditemukan adanya tekanan bola mata
karena pada kasus ini tanpa diberi obat maka akan bisa sembuh dengan
hangat.
vaskular agar pendarahan tidak meluas dan juga bisa diberikan artificial tears.
2.7 Komplikasi
- Pandangan kabur
- Pandangan ganda
d. Riwayat hipertensi
2.8 Prognosis
diabsorbsi dan menghilang dalam waktu 2-3 minggu walaupun tanpa diobati
3. Corpus Alienum
3.1 Definisi
Corpus alienum mata adalah suatu penyakit mata yang disebabkan karena
benda asing masuk mengenai mata yang dapat mengakibatkan trauma pada
mata. Trauma mata tersebut biasanya mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva
- Benda asing intraokular: pada bilik mata depan, iris, lensa, vitreous.
3.2 Etiologi
kurangnya pelindung mata dan aktivitas berisiko tinggi. Biasanya pada penggilingan,
pengeboran, dan pengelasan. Selain itu, bisa juga disebabkan karena adanya benda
3.3 Patofisiologi
Benda asing yang terkena permukaan mata akan menimbulkan sensasi nyeri
tajam, refleks sekresi air mata, dan blefarospasme. Reaksi mata terhadap benda asing
sementara, karena ada defek permukaan dan edema kornea. beberapa materi organik
asing ekstraokular yang tidak bisa dibersihkan dengan air mata berpotensi
TIO Normal
Palpebra Edema
Iris dan pupil Dapat normal atau relative afferent pupil defect
(RAPD) positif
3.6 Terapi
- Benda asing yang terletak superficial serta tidak melekat pada kornea atau
- Beri lidi kapas yang sudah diteteskan Povidon Iodin pada area bekas benda
asing.
melakukan pemeriksaan
hari
3.7 Komplikasi
Corpus alienum pada konjunctiva palpebra dapat menggesek permukaan
kornea dan menimbulkan infeksi sekunder seperti erosi kornea, ulkus kornea dan
laserasi konjunctiva. Corpus alienum yang berasal dari organik, vegetatif, atau logam
lebih cenderung memicu reaksi inflamasi yang agresif. Benda asing vegetatif berisiko
3.8 Prognosis
Prognosis kurang baik berkaitan dengan dengan adanya defek luas, trauma
tumpul akibat benda asing organik pada segmen posterior, visus awal berkurang dari
5/200, serta RAPD positif. Pada lebih dari 71% pasien didapatkan visus akhir lebih
4.1 Definisi
Merupakan trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia yang
proteolysis, dan sintesis kolagen. Trauma kimia oleh karena basa seringkali terjadi
4.2 Etiologi
Bahan basa atau alkali yang biasanya menyebabkan trauma kimia adalah:
- Amonia (NH3), zat ini banyak ditemukan pada bahan pembersih rumah
4.3 Patofisiologi
Trauma kimia karena basa lebih berbahaya daripada oleh karena asam. Hal ini
disebabkan karena basa memiliki kemampuan untuk penetrasi lebih dalam dan efek
destruksi yang lebih berat dibandingkan asam. Mekanisme kerusakan yang dihasilkan
- Alkali berdisosiasi dan bersaponifikasi dengan asam lemak dari sel membran
- Karena sifat higroskopisnya, basa dapat mengekstraksi air dari sel sehingga
- Alkali bergabung dengan lipid dari sel untuk membentuk bahan campuran
“gelatinization”.
Terjadinya penetrasi bahan kimia basa atau alkali ke dalam mata akan
- Kehilangan limbal stem cell akan menyebabkan kerusakan epitel kornea yang
entropion sikatriks.
Selain itu bisa terjadi peningkatan tekanan sekunder (2-4 jam kemudian)
berat.
Tabel 4.3. Klasifikasi Roper-Hall tentang severitas luka bakar permukaan okular
Gambar 4.3. Klasifikasi Derajat Keparahan Trauma Kimia (a) derajat 1 (b) derajat 2
Gambaran klinis akibat trauma kimia basa dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
dan stromanya kabur. Pada iris terjadi inflamasi dan berwarna keunguan, dan
pada kasus yang berat, iris dan badan siliaris digantikan oleh jaringan
granulasi.
- Reparation
- Complication
4.5 Tatalaksana
a. Emergency
- Irigasi
dan dilakukan irigasi hingga mencapai pH 7,0. Pemberian irigasi awal pada
penderita trauma kimia okuli merupakan bagian penting dari penangan awal,
- Eversi palpebral
b. Medikamentosa
- Kortikosteroid
hari. Pada kasus trauma kimia berat, terapi kortikosteroid topikal diturunkan
permukaan okuli.
(sebanyak dua per tiganya) pasca trauma kimia basa. Kadar yang rendah ini
bertahan selama 30 hari pada trauma kimia berat. Sintesis kolagen terganggu
- Tetrasiklin
4.6 Komplikasi
dengan konjungtiva vbulbaris), ulserasi di kornea yang sering kambuh, serta terjadi
Prognosis luka bakar alkali tergantung dari luasnya permukaan bola mata yang
mengalami kerusakan, derajat penetrasi intraokular dan konsentrasi serta sifat dari zat
kimia tersebut.
5.1 Definisi
Trauma kimia asam pada mata adalah keadaan darurat akut yang dapat
mengancam penglihatan yang disebabkan oleh zat kimia asam pada mata.
5.2 Etiologi
Asam sulfat merupakan penyebab paling sering dari seluruh trauma kimia asam.
Asam sulfat misalnya terdapat pada bahan pembersih yang digunakan dalam industri
dan juga baterai. Asam sulfat bereaksi dengan air mata yang melapisi kornea dan
konjungtiva
5.3 Patofisiologi
Mekanisme trauma berbeda antara zat asam dan basa. Trauma asam
menyebabkan denaturasi, presipitasi dan koagulasi protein pada epitel yang terpajan.
Koagulasi protein mencegah terjadinya penetrasi asam lebih dalam sehingga tidak
● Kelopak mata
○ Luka bakar kelopak mata dan tepi kelopak mata dapat mempengaruhi
mata (lagophthalmos).
Pembalikan kelopak mata atas sulit dilakukan saat bengkak atau kaku.
mengelupas.
● Stroma
rendah.
5.5 Klasifikasi
penilaian dan prognostik CEI berdasarkan luasnya iskemia limbal dan kabut kornea.
5.6 Tatalaksana
○ Irigasi mata dengan NaCl 0,9% 4-5 kolf dengan teknik eversi palpebra
netral.
● Tatalaksana farmakologi
○ Moxifloxacin hydrochloride 0,5% 1 gtt per jam OD
○ Chelating agent berupa EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat) tetes mata
5 mg/ml 4x 1 gtt
Trauma kimia pada mata adalah trauma pada kornea dan konjungtiva yang
disebabkan karena adanya kontak dengan bahan kimia asam yang dapat menyebabkan
kerusakan permukaan epitel bola mata, kornea dan segmen anterior yang cukup parah
serta kerusakan visus. Sebagian besar bahan asam hanya akan mengadakan penetrasi
terbatas pada permukaan mata, namun bila penetrasi lebih dalam dapat
membahayakan visus.
Prognosis quo ad vitam pada pasien ini bonam karena tidak mengancam
nyawa, quo ad functionam dubia karena mengganggu visus pasien jika tidak ditangani
Brandt MT, Haug RH. (2001). Traumatic hyphema: a comprehensive review. J Oral
Maxillofac Surg.
Gharaibeh A, Savage HI, Scherer RW, Goldberg MF, Lindsley K. (2013) Medical
Harsa, C., dkk. (2012). Trauma Kimia pada Mata. Hang Tuah Medical Journal, 10(3),
360-367. https://dspace.hangtuah.ac.id/xmlui/handle/dx/861
Lai JC, Fekrat S, Barrón Y, Goldberg MF. (2001). Traumatic hyphema in children: risk
Sankar PS, Chen TC, Grosskreutz CL, Pasquale LR. (2002). Traumatic hyphema. Int
Pergament J, Correa ZM, Augsburger JJ. Ophthalmic trauma. Riordan-Eva P, Whitcher JP,
Siswoyo. (2018). The Health Education Demonstration Methods to Increase the Knowledge
Tarlan B, Kiratli H. Subconjungtival Hemorraghe: risk factor and potential indicator. Clin
ophthalmol. 2018:7:1163-70.
Utomo, P.J., dkk. (2021). Trauma Kimia Okuli Roper-Hall Derajat IV Bilateral. Ophthalmol
https://perdami.or.id/ophthalmologica/journal/article/download/100295/311/1013
Dua, H. S., Ting, D., Al Saadi, A., & Said, D. G. (2020). Chemical eye injury:
2001–2019. https://doi.org/10.1038/s41433-020-1026-6
Subagio, S et al.( 2019). Trauma Kimia Asam Okuli Dextra. J Agromedicine Vol 6 No 1.