BAB I
PENDAHULUAN
depan, yaitu daerah diantara kornea dan iris yang dapat terjadi akibat trauma
tumpul ( gaya-gaya kontusif ) yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar
antara pria dan wanita adalah 3:1. Penelitian yang dilakukan di RSUD Arifin
hifema. Kasus terbanyak pada usia 1-12 tahun. Penyebab terbanyak akibat trauma
benda tumpul.4,5
limbus, dan perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan
tekanan intraokuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada
sudut mata. Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah,
antara lain arteri-arteri utama dan cabang – cabang dari badan siliar, arteri
Pada gejala klinis pasien akan mengeluh nyeri pada mata, disertai epifora
dan blefarospasme. Penglihatan pasien kabur dan akan sangat menurun. Terdapat
penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup
banyak. Bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik
mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang
primer dan hifema sekunder. Hifema primer terjadi langsung setelah trauma, dapat
sedikit dapat pula banyak. Hifema sekunder biasanya timbul pada hari ke 5 setelah
trauma. Perdarahannya biasanya lebih padat dari pada yang primer. Oleh karena
sekunder yang lebih hebat dari pada perdarahan primer, yang biasanya timbul pada hari
ke lima setelah trauma. 7 perdarahan ulang dapat terjadi pada 16-20% kasus dalam 2-3
hari.2 pasien dengan hifema yang tampak mengisi lebih dari 5% bilik depan mata
sebaiknya diistirahatkan. Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur
30-45 derajat. Istirahat total ini harus dipertahankan minimal 5 hari mengingat
kemungkinan terjadinya perdarahan sekunder. Pada hifema yang baru dan terisi darah
segar, dapat diberi obat antifibrinolitik, sehingga bekuan darah tidak terlalu cepat diserap
dan pembuluh darah diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu sampai
sembuh.2,3,7
ablatio retina, katarak, dan iridodialisis. Besarnya komplikasi tergantung pada tingginya
hifema7,8
Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada kamera okuli
anterior. Biasanya hifema dengan darah yang sedikit dan tanpa disertai glaukoma,
prognosisnya baik karena darah akan diserap kembali dan hilang sempurna dalam
tergantung pada seberapa besar galukoma tersebut menimbulkan defek pada ketajaman
penglihatan. Bila tajam penglihatan telah mencapai 1/60 atau lebih rendah maka
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama :S
Usia : 14 tahun
II. ANAMNESIS
mata kirinya dari arah depan, os mengatakan ketika kejadian mata terasa
sakit, menjalar ke kepala sehingga kepala juga terasa sakit. Tidak ada mual
dan muntah. Os mengeluhkan mata kiri terasa pedih, merah, berair, dan
mefenamat, dan lupa nama obat yang lainnya. Namun 2 hari yang lalu os
mengeluhkan mata kiri tidak bisa melihat sama sekali, sehingga membuat
yang sama.
TD : tidak dilakukan
RR : tidak dilakukan
Status Oftalmologis
OD Pemeriksaan Mata OS
20/25 Visus 1/~
Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Dalam batas normal Bulbus Okuli Dalam batas normal
(-) Paresis / Paralisis (-)
Tidak ada kelainan Palpebra Tidak ada kelainan
Hiperemi (-) Konj. Palpebra Hiperemis (+)
Normal Konj. Bulbi Injeksi konjungtiva
Putih Sklera Injeksi konjungtiva
Tidak ada kelainan Kornea Tidak ada kelainan
Kamera Okuli Terdapat darah di seluruh
Sedang
Anterior COA
Cripta utuh Iris Tidak tampak
Slit lamp
V. ANJURAN PEMERIKSAAN
VII. PROGNOSA
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungtionam : malam
Quo ad sanationam : bonam
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologi
2. Farmakologis
S 2 dd gtt 1 OS
S 3 dd ggt 1 OS
c. LFX ED flash no I
S 6dd gtt 1 OS
Parasisntesis
kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya luka insisi kornea
DISKUSI
tidak bisa melihat, terasa pedih, merah, berair, dan sedikit silau apabila melihat
cahaya, serta terdapat darah di seluruh COA setelah terkena lemparan batu saat
klinik pada penderita ini sesuai dengan gambaran klinik pada hifema dimana
pasien mengeluhkan mata terasa pedih, pandangan kabur dan kemudian sangat
menurun bahkan tidak bisa melihat sama sekali. Terdapat tumpukan darah yang
terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak.1,3 Hifema biasanya
disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu, peluru
senapan angin, dan lain-lain. Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata
dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya
robekan pada daerah iris, korpus siliaris, dan koroid. Jaringan tersebut
Perdarahan yang timbul dapat berasal dari kumpulan arteri utama dan cabang dari
badan siliar, arteri koroid, vena badan siliar, pembuluh darah iris pada sisi pupil.
dimana hifema primer adalah perdarahan yang langsung terjadi setelah trauma.
Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder biasanya
timbul pada hari kelima setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih hebat dari
primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus dirawat sekurang –
Perdarahan sekunder dapat terjadi akibat reabsorbsi dari bekuan darah yang terlalu
cepat, sehingga pembuluh darah tidak mendapat waktu yang cukup untuk
regenerasi kembali, misalnya pada proses keradangan iris dan badan siliar yang
penglihatan yang dapat sedang atau berat. Hal ini terjadi segera atau lambat
pada COA tampak adanya darah yang mengisi seluruh COA, berdasarkan
kepustakaan pasien ini tergolong dalam hifema grade IV diama perdarahan terjadi
di seluruh COA.4,6
konjungtiva hiperemis terdapat injeksi siliaris dan terdapat juga darah yang
mengisi seluruh COA. Sehingga pasien ini didiagnosa dengan hifema grade IV
okulus sinistra yang disebabkan oleh trauma tumpul. Pasien ini dilakukan rawat
inap dan di lakukan operasi parasintesis guna mengeluarkan darah yang sudah
Pada pasien ini juga diberikan atropin sulfat 2 kali sehari pada mata
antikolinergik yang menghasilkan dilatasi pupil dan paralisis. Bekerja dengan cara
menghambat respon otot sfingter iris dan otot akomodasi badan siliar terhadap
akomodasi (siklopegia)
Pada pasien ini diberikan terapi timolol 0,25% 2 kali sehari pada mata
cairan bola mata (humor aqueus) oleh badan siliar. Hipotesis lain adalah bahwa
cairan bola mata. Timolol tersedia sebagai obat tetes mata dengan kadar 0,25%
dan 0,5%. Dosis awal 1 tetes larutan 0,25% 2 kali sehari. Lamanya efek lebih dari
7 jam. Absorbsi sistemik dapat terjadi dan menimbulkan efek samping pada
jantung dan paru. Oleh karena itu, sediaan ini harus digunakan dengan hati – hati
pada pasien asma, PPOK, atau braditmia. Pada pasien ini diberikan terapi timolol
Pasien ini juga di berikan LFX. Kandungan dari LFX adalah levofloxacin
tanda imhibisi kornea, atau hemosiderosis kornea. Dan tidak ada pengurangan dari
tingginya hifema dengan perawatan non-operasi selama 3-5 hari. Untuk mencegah
atrofi pupil saraf optik dilakukan pembedahan bila tekanan bola mata maksimal
>50 mmHg selama 5 hari atau ditemukan bola mata maksimal > 35 mmHg selama
mata rata-rata >25mmHg selama 6 hari atau bila ditemukan tanda – tanda imhibisi
kornea.
Prognosis pada pasien ini adalah ad vitam bonam karena pada pasien ini
PENUTUP
prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA