Anda di halaman 1dari 41

CRS

Hifema
Traumatika

Oleh:
Geo Ghazali Gusman
Arisca Indryani
Aulia Latifah

Preseptor:
dr.Rinda Wati, Sp.M(K)
BAB I Pendahuluan
Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu daerah di antara
kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan
siliar dan bercampur dengan akuos humor yang jernihKejadian hifema terutama hifema traumatika
diperkirakan sebanyak 12 kasus per 100.000 orang populasi di amerika serikat. Anak-anak dan remaja
usia 10 – 20 tahun memiliki presentase penderita terbanyak yaitu sebesar 70%. Hifema lebih sering terjadi
pada pria dibandingkan wanita dengan perbandingan Hifema traumatika dapat menimbulkan beberapa
komplikasi, diantaranya dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular secara kronik yang
disebabkan oleh kerusakan permanen trabekular meschwork. Peningkatan tekanan intra okular dapat
menyebabkan komplikasi lain seperti kerusakan nervus optikus, perdarahan berulang (sekunder), dan
corneal blood staining.4 oleh karena hifema dapat menyebabkan berbagai komplikasi, maka penting
hendaknya kita lebih memahami dan memperhatikan diagnosis, evaluasi dan tatalaksana yang tepat bagi
hifema untuk mencegah komplikasi yang lebih serius

Latar belakang
01
BAB 1 BATASAN MASALAH
CRS ini membahas mengenai anatomi dan
80% fisiologi, definisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, klasifikasi, diagnosis, manifestasi
klinis, tatalaksana, prognosis dan komplikasi serta
laporan kasus dari hifema traumatika

02
TUJUAN PENULISAN
CRS ini bertujuan untuk memahami serta
60% menambah pengetahuan tentang hifema
traumatika.

03
METODE PENULISAN
Penulisan CRS ini menggunakan metode tinjauan
40% pustaka dengan merujuk ke berbagai literatur.
Tinjauan
BAB II
Pustaka
ANATOMI Mata dapat dibagi menjadi 3 kompartemen yaitu segmen anterior,
segmen posterior, dan vitreous body.

SEGMEN Segmen anterior memiliki kedalaman sekitar 3 mm dan volume sekitar

ANTERIOR
200 ul.

Segmen anterior berisi aquous humour yang di produksi oleh epitel


korpus siliaris di bilik mata belakang

Volume aquous humour pada orang dewasa adalah sekitar 250 ul


dengan kecepatan produksi sekitar 2,5 ul/menit
DEFINISI

Keadaan di mana terdapat akumulasi darah di dalam segmen


anterior, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi
akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau
badan siliaris dan bercampur dengan humor aqueus (cairan
mata) yang jernih
Epidemiologi

• Insiden hifema traumatik diperkirakan 12 kasus


per 100.000 populasi, dengan frekuensi pada laki-
laki adalah tiga dari lima kasus lebih sering dari
pada wanita.
• Lebih dari 70% hifema traumatik terjadi pada
anak-anak, dengan insiden puncak pada usia
antara 10 hingga 20 tahun.
• Pada amerika serikat, insiden hifema traumatik
adalah 17 hingga 20 kasus per 100.000 orang per
tahun..
ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI

• Hifema traumatika disebabkan oleh trauma tumpul, baik disengaja maupun


tidak disengaja
• Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan
oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-
robekan jaringan iris, korpus siliaris dan koroid
• Hifema traumatik dapat disebabkan oleh trauma tembus dengan merusak
secara langsung vaskularisasi okuli
Klasifikasi berdasarkan penyebab

1. Hifema traumatika
2. Hifema akibat tindakan medis
3. Hifema akibat inflamasi
4. Hifema akibat kelainan sel darah atau
pembuluh darah
5. Hifema akibat neoplasma
Klasifikasi berdasarkan waktu

1. Hifema Primer
2. Hifema Sekunder
Grade pada Hifema

Mikroskopis : Sel darah merah positif, tidak tampak kumpulan darah


Grade I : darah mengisi kurang dari sepertiga COA
Grade II : darah mengisi sepertiga hingga setengah COA
Grade III : darah mengisi hampir total COA
Grade IV : darah memenuhi seluruh COA
Patofisiologi dan Patogenesis

Gambar 7 Mekanisme Perdarahan Akibat


Trauma Tumpul Mata
Hifema Traumatika

trauma tumpul Lekukan pada Peningkatan • peregangan jaringan limbus


atau cedera permukaan tekanan di • gerakan posterior dan perifer
kontusif pada mata anterior mata ruang anterior aquous humor ROBEK
• perpindahan iris dan lensa PEMBULUH
DARAH
Diagnosis Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Identitas Status Generalis
Riwayat trauma pada Status Oftalmikus
-bila pasien duduk, akan terlihat darah
mata yang terkumpul di bawah bilik mata
Keluhan/gejala klinis: depan
- mata nyeri dan -tentukan derajat hifema
kabur -ketajaman visual
-pemeriksaan pupil
- penglihatan -pengukuran tonografi, mengkaji
menurun tekanan intra okuler (TIO)
- sakit kepala -pemeriksaan slit-lamp
- fotophobia -Gonioskopi, untuk mengevaluasi
kondisi dari sudut dan trabecular
meshwork
Riwayat Sickle cell -Oftalmoskopi
Hemoglobinopati -USG mata
Tatalaksana Perawatan Konservatif/Tanpa
Operasi
Perawatan Disertai Intervensi
Bedah
• Penutup mata (eye doff), • Parasintesis merupakan
Cara pengobatan • Istirahat total dan baring dengan
pada prinsipnya posisi kepala ditinggikan 30-45 tindakan pembedahan
dibagi dalam 2 derajat dengan mengeluarkan darah
golongan besar: • Sikloplegia seperti atropin 1% atau nanah dari bilik mata
digunakan untuk mencegah sinekia
posterior, fotofobia, spasme
depan.
akomodatif dan meredakan nyeri. • Dilakukan atas indikasi
• Analgesik nonaspirin harus
digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit
• Kortikosteroid tetes mata diberikan
untuk mencegah insidens rebleeding
karena menghambat fibrinolisis, dan
menurunkan inflamasi
• Antifibrinolitik oral, misalnya, asam
aminokaproik, asam traneksamat,
Perdarahan Sekunder / Rebleeding

Komplikasi
Glaukoma Sekunder

Hemosiderosis kornea

Uveitis

Sinekia Posterior
Prognosis
 Sebagian besar pasien akan pulih sepenuhnya
 Tetapi komplikasi lebih mungkin terjadi pada pasien dengan penyakit
penyerta lain seperti penyakit sel sabit, dan dengan ukuran hifema yang
meningkat.
 Misalnya, peningkatan tekanan intraokular terlihat pada 13,5% hifema
derajat I ke II, dan meningkat sampai 52% pada hifema derajat IV.
 Prognosis untuk fungsi visus kembali normal juga dipengaruhi oleh
derajat hifema. Derajat I hifema memiliki sekitar 90% tingkat penglihatan
normal; sedangkan derajat IV hanya memiliki prognosis 50% sampai 75%
untuk penglihatan normal.
 Penyebab paling umum untuk gangguan visus adalah staining pada
kornea di visual axis, dimana akan semakin terhalangi seiring dengan
meningkatnya grade hifema.
Laporan Kasus BAB 3
Identitas Pasien
Nama : Tn. K

Usia : 27 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Negeri Asal : Padang

Suku : Minang

Agama : Islam

Alamat : Kuranji

Pekerjaan : Satpam
Pasien seorang laki-
laki datang dengan
keluhan mata kiri kabur
dan nyeri sejak 12 jam
Keluhan RPD
yang lalu. Tidak ada riwayat penggunaan kaca
Utama
mata dan tidak pernah menderita
keluhan ini sebelumnya

• Penglihatan pada mata kiri terasa RPS RPK


kabur disertai nyeri sejak 12 jam yll.
• Riwayat trauma akibat terkena pukulan
shuttlecock bulutangkis sebelumnya.(+) Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang
sama dengan pasien
• Riwayat penggunaan obat-obatan pada
mata (-)
• Riwayat mata berair (-)
• nyeri kepala, pusing, mual dan muntah (-)
Status Generalis
Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran : Komposmentis kooperatif

 Keadaan umum : Tampak sakit ringan sedang

 Tekanan darah : 120/80 mmHg

 Nadi : 85 x/ menit

 Suhu : 36,5%

 Nafas : 18 x/ menit

 Sianosis : Tidak ada

 Ikterus : Tidak ada

 Edema : Tidak ada

 Anemis : Tidak ada

 Keadaan gizi : Baik

 Tinggi : 168 cm

 Berat badan : 62 kg
Status Ophtalmikus
Status Oftalmikus OD OS

Visus tanpa koreksi 6/6 20/200

Visus dengan koreksi - -

Refleks fundus (+) (-)

Silia / supersilia Trikiasis (-), Madarosis (-) Trikiasis (-), Madarosis (-)

Edem (-), ekimosis (-), Edem (-), ekimosis (-),


Palpebra superior ektropion (-), entropion (-), lagoftalmus (-), ptosis ektropion (-), entropion (-), lagoftalmus (-),
(-) ptosis (-)
Edem (-), ekimosis (-), Edem (-), ekimosis (-),
  Palpebra inferior ektropion (-), entropion (-), hiperemis (-) ektropion (-), entropion (-), hiperemis (-)
Status Oftalmikus OD OS

Margo palpebra Distikiasis (-) Distikiasis (-)

Aparatus Lakrimalis Normal Normal

Hiperemis (-), Sekret (-) Hiperemis (+) Sekret (-)


Konjungtiva tarsalis
Papil (-) Folikel (-) Papil (-) Folikel (-)

Konjungtiva forniks Hiperemis (-), Sekret (-) Hiperemis (+)Sekret (+)

Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (+)


Konjungtiva bulbi
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)

Sklera Putih Putih

Kornea Bening Edema, descemet fold (+)

COA Dalam batas normal Hifema 1 mm

Iris Coklat Coklat

 Pupil Bulat Rf +/+, diameter 3mm Sulit dinilai

Lensa Bening Bening

Corpus Vitreus Bening Bening


Status Oftalmikus OD OS
Fundus:
- Media  Bening
- Papilla N.Optikus Bulat, batas tegas
- P.darah Aa:Vv = 2:3 Sulit dinilai
- Retina Perdarahan (-)
- Makula R.fovea (+)

TIO Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Gerakan bulbus oculi Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah

Posisi bulbus okuli Ortho Ortho

TIO Tidak diperiksa Tidak diperiksa


Gambar
Diagnosis Kerja

Hifema Traumatika grade I Okuli Sinistra

Your Picture Here And Send To Back

Diagnosis Banding
-
Quo et Sanam : Bonam
Quo et Vitam : Bonam

Penatalaksanaan Quo et Fungsionam : Bonam

• Penutup mata (eye doff)


• Bedrest total dengan elevasi kepala 30-45̊
Prognosis
(sampai 3 hari bebas hifema)
• Posop eye drop 4X1 OS (Fluorometolon eye drop)
• Sulas Atropin eye drop 3X1 OS selama 5 hari
• Asam traneksamat 3X500 mg (anti-fibrinolitik)
• Paracetamol 3x500mg (Analgesik)
Diskusi BAB 4
Pasien laki-laki usia 27 tahun dilaporkan datang dengan

 keluhan utama penglihatan kiri kabur dan nyeri sejak 12 jam yang lalu.

80
 mengalami trauma akibat terkena pukulan shuttlecock bulutangkis sebelumnya
 pasien ini didiagnosis hifema traumatika akibat trauma tumpul.
%
 Hifema merupakan akumulasi darah di dalam COA (camera oculi anterior yang
dapat terjadi akibat trauma tumpul
 Pada kasus ini trauma tumpul disebabkan oleh pukulan shuttlecock bulutangkis.
Pemeriksaan Oftalmikus pasien 

 mata kiri; visus OD 20/200


 konjungtiva terdapat injeksi siliar (+) dan injeksi konjungtiva (+)

80
 kornea edema (+), descemet fold (+)
% 1 mm, koagulum (+)
 COA hifema
 iris coklat
 lensa bening
 retina detail sulit dinilai
 TIO tidak diukur.
 Mata kanan; dalam batas normal.
 Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya hifema yang telah mengisi kurang dari
1/3 kamera okuli anterior dengan hifema traumatika grade I okuli sinistra.
 Trauma kompresi anterior bola mata sehingga  perdarahan (dari sirkulus arteri
mayor, percabangan pemb darah badan siliar, a.koroidalis atau v.siliaris.
 injeksi konjungtiva dan injeksi siliaris  mekanisme trauma pada mata kiri pasien.
 Adanya campuran darah dengan aqueous humor pada mata dapat meningkatkan
tekanan intra okular sehingga berpotensi timbulnya glaukoma pada pasien.
• Penatalaksanaan  meminimalkan kemungkinan perdarahan sekunder, mengendalikan
peradangan, dan mengurangi peningkatan TIO
• Pasien diberikan penutup mata (eye doff)
• tirah baring dengan kepala ditinggikan dengan elevasi 30-45̊  meminimalkan
rebleeding dan diharapkan darah di dalam COA dapat diserap kembali.
• Terapi medikamentosa seperti siklopegik  mengurangi rasa sakit, membuat mata
lebih relaksasi dan mencegah risiko terjadinya sinekia sinekia posterior, fotofobia, dan
spasme akomodatif.
• Sulfas atropine 1% diberikan 3-4 kali per hari.
• KS topikal  untuk mengurangi inflamasi dan mencegah iritis/iridosiklitis
• Antifibrinolitik  bekuan darah tidak terlalu cepat diserap dan pembuluh darah
diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu sampai sembuh.
• Analgesik seperti paracetamol 3x500 mg.
• Indikasi bedah jika  TIO tidak terkontrol (TIO > 25 mm Hg rata-rata selama 5
hari dengan hifema total atau ketika TIO >60 mm Hg selama 2 hari) atau
terjadinya corneal blood staining.
• Prognosis  jumlah darah dalam bilik mata depan. Bila darah sedikit di dalam
bilik mata maka darah ini akan hilang dan jernih dengan sempurna dan
sebaliknya
• Prognosis untuk fungsi visus kembali normal juga dipengaruhi oleh tingkat
hifema.
• Pasien ini berdasarkan grading dan prognosis hifema memiliki prognosis yang
baik mencapai 90% tingkat penglihatan normal.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai