By:
Cita Laelika N P Perceptor:
19360047 dr. Helmi Muchtar, Sp. M
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi
Neovaskularisasi iris
Patofisiologi
Trauma tumpul yang mengenai mata memindahkan volume
cairan ke perifer sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
hidrolik pada lensa, akar iris dan trabekular meshwork. Jika
tekanan ini melebihi kekuatan tarik dari struktur okular maka
pembuluh darah di iris perifer dan permukaan badan siliar
dapat pecah menyebabkan terjadinya hifema. Hal ini dapat
menyebabkan ruptur sklera, biasanya di limbus dan di insersi
otot dibagian posterior, dimana sklera lebih tipis dan tidak
dilindungi oleh tulang orbital. Trauma berat dapat
menyebabkan subluksasi lensa, dialisis retina, avulsi saraf
optik dan/atau perdarahan vitreous.1
Klasifikasi
• Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi
menjadi:
– Hifema traumatika
– Hifema akibat tindakan medis
– Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan
badan silier,
– Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh
darah
– Hifema akibat neoplasma
• Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi
atas 2 yaitu:
– Hifema primer, timbul segera setelah trauma
hingga hari ke 2.
– Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah
terjadi trauma
• Berdasarkan tampilan klinisnya dibagi men-
jadi beberapa grade (Sheppard)
• Tingkat 1: kurang dari ¼ volume bilik mata depan yang
terlihat.
• Tingkat 2: ¼ sampai ½ dari volume bilik mata depan
yang terlihat
• Tingkat 3: ½ sampai ¾ dari volume bilik mata depan
yang terlihat
• Tingkat 4: pengisian sempurna dari bilik mata depan
yang terlihat. (“Eight ball” hifema)
Gejala klinis
• Konservatif
– Tirah baring (bed rest total).
– Bebat mata
• Pemakaian obat-obatan
• Koagulansia
• Midriatika Miotika
• Ocular Hypotensive Drug
• Kortikosteroid dan Antibiotika
• Analgetik
• Operasi
– Perawatan cara ini akan dikerjakan bilamana ditemukan
glaukoma sekunder, tanda imbibisi kornea atau hemosiderosis
cornea. Dan tidak ada pengurangan dari tingginya hifema den-
gan perawatan non-operasi selama 3 - 5hari.
– Untuk mencegah atrofi papil saraf optik dilakukan pembedahan
bila tekanan bola mata maksimal lebih dari 50 mmHg selama 5
hari atau tekanan bola mata maksimal lebih dari 35 mmHg se-
lama 7 hari.
– Untuk mencegah imbibisi kornea dilakukan pembedahan bila
tekanan bola mata rata-rata lebih dari 25 mmHg selama 6 hari
atau bila ditemukan tanda-tanda imbibisi kornea.
– Tindakan operatif dilakukan untuk mencegah terjadinya
sinekia anterior perifer bila hifema total bertahan se-
lama 5 hari atau hifema difus bertahan selama 9 hari.
– Untuk cegah timbulnya hemosiderosis kornea dan tidak
ada pengurangan dari tingginya hifema dengan per-
awatan non operasi selam 3-5 hari. Atas dasar di atas
Darr menentukan cara pengobatan traumatic hy-
phaema, sedang Rakusin menganjurkan tindakan op-
erasi setelah hari kedua bila ditemukan hyphaema den-
gan tinggi perdarahannya ¾ bilik depan bola mata.
• Intervensi bedah biasanya diindikasikan pada atau setelah 4 hari.
Dari keseluruhan indikasinya adalah sebagai berikut :
– Empat hari setelah onset hifema total
– Microscopic corneal bloodstaining (setiap waktu)
– Total dengan dengan Tekanan Intra Okular 50 mmHg atau lebih selama
4hari (untuk mencegah atrofi optic)
– Hifema total atau hifema yang mengisi lebih dari ¾ COA selama 6 hari
dengan tekanan 25 mmHg (untuk mencegah corneal blood staining)
– Hifema mengisi lebih dari ½ COA yang menetap lebih dari 8-9 hari (untuk
mencegah peripheral anterior synechiae)
– Pada pasien dengan sickle cell disease dengan hifema berapapun uku-
rannya dengan tekanan Intra ocular lebih dari 35 mmHg lebih dari 24
jam
Berikut in komplikasi yang ada dari Hifema
• Perdarahan sekunder
• Glaukoma sekunder
• Hemosiderosis kornea
• Sinekia Posterior
• Atrofi optik
• Uveitis
Rencana Terapi