Anda di halaman 1dari 16

GLUKOMA

KELOMPOK 1
PENDAHULUAN

Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau


kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil
penderita glaukoma. Glaukoma ditandai oleh meningkatnya
tekanan intra okuler yang disertai oleh pencekungan diskus
optikus dan pengecilan lapangan pandang. Hampir 80.000
penduduk Amerika Serikat buta akibat glaukoma, sehingga ini
menjadi penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika
Serikat. Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 2 juta pengidap
glaukoma.
PEMBAHASAN
DEFENISI ETIOLOGI
Gaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan
mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler ciliary Berkurangnya pengeluaran cairan mata di
(TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
atau pencekungan papil syaraf optic sehingga terjadi
atrop isyaraf optik, penyempitan lapang pandang dan Faktor Resiko
penurunan tajam pengelihatan (Martinelli, 1991).
a. Trauma mata
Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang
ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler. b. Hipertensi
( Long Barbara, 1996) c. Diabetes Melitus
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan
gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola
mata, penggaungan papil saraf optic dengan defek
lapang pandangan mata. (SidartaIlyas,2000).
MANIFESTASI KLINIS KLASIFIKASI
Glaukoma dibedakan menjadi ada beberapa macam yaitu:
a. Nyeri merupakan tanda khas pada serangan akut yang
terjadi secara mendadak dan sangat nyeri pada mata di a. Glaukoma sudut terbuka /simplek (kronis)
sekitar daerah inervasi cabang nervus kranial v Adalah sebagian besar glaukoma (90% - 95%), yang meliputi kedua belah
mata, disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu
b. Mual, muntah dan lemas hal ini sering berhubungan terbuka kejaringan trabekuler. Sudut bilik depan terbuka normal,
dengan nyeri pengaliran dihambat karena adanya perubahan degeratif jaringan
trebuekuler, saluran schelem dan saluran yang berdekatan. adanya
c. Penurunan visus secara cepat dan progresif , hiperemis, hambatan aliran AqH tidak secepat produksi, bila berlangsung secara terus
fotofobia, menerus, maka menyebabkan degenerasi syaraf optik, sel gangglion, atropi
iris dan siliare.
d. TIO meningkat 50-100 mmHg b. Glaukoma sudut tertutup/sudut sempit (akut)
e. Edema kornea Adalah terganggunya aliran akibat tertutupnya atau terjadinya
penyempitan sudut antara iris dan kornea, serangan intermiten, tekanan
f. Bola mata menonjol normal bila sudut terbuka, kedaruratan mata akut. Disebut sudut tertutup
karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong
kedepan, menempel kejaringan trabekuler dan menghambat humor
aquaeos mengalir kesaluran schelemm.
c. Glaukoma Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder
terhdap kelainan mata systemik jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya
adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.
d. Glaukoma sekunder
Adalah glaukoma yang terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh
darah, trauma. Dengan gejala yang hampir mirip dengan sudut terbuka dan
sudut tertutup tergantung pada penyebab.
Patofisiologi
Aqueus humor secara continue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus ciliary
bilik mata belakang untuk memberikan nutrient pada lensa. Aqueua humor mengalir
melalui jaring – jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh work dan
kanal schlem. Tekana intraokuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmHg
tergantung keseimbangan antara produksi dan pengeluaran (aliran) AqH di
bilikmatadepan.
Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optic dan retina sehingga dapat
merusak serabut syaraf optic menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya menyebabkan
kesrusakan jaringan yang dimulai dari perifir menuju ke fovea sentralis. Hal ini
menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari daerah nasal atas dan sisa
terakhir pada temporal.
KOMPLIKASI PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tonometri digunakan untuk pemeriksaan TIO, tonometri yang
Kebutaan, atrofi papil saraf sering digunakan adalah appalansi yang menggunakan lamp
optik (celah lampu) dimana sebagian kecildaerah kornea diratakan
untuk mengimbangi beban alat ukur ysng mengukur tekanan,
selain itu ada juga metode langsung yang kurang akurat yang
lebih murah, dan mudah adalah schiotz tonometer dengan cara
tonometer ditempatkan lansung diatas kornea yang sebelumnya
mata terlebih dahulu dianastesi.
b. Gonioskopi digunakan untuk melihat secara langsung ruang
anterior untuk membedakan antara glaukoma sudut tertutut
dengan glaukoma sudut terbuka
c. Oftalmoskopi digunakan untuk melihat gambaran bagain mata
secara langsung diskus optik dan struktur mata internal
d. Pengukuran Lapang pandang
e. Pemeriksaan laborat (LED,Leukosit) untuk mengetahui adanya
infeksi.
PENATALAKSANAAN

Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek / Kronik


1) Obat-obat miotik
Golongan kolinergik (pilokarpin 1 – 4 % 5 kali / hari), karbakol (0,75–3 %)
Golongan anti kolineoterase (demekarium bromid, hurmosal 0,25 %).
2) Obat-obat penghambat sekresi aquor humor (Adrenergik)
Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2x / hari)
Epinerprin 0,5 – 2 % 1 – 2 x / hari
3) Carbonucan hidrase intibitor
Asetazolamid (diamol 125 – 250 mg 4 x / hari)
Diklorfenamid (metazolamid)
4) Laser trabeculoplasty dimana suatu laser zat organ disorotkan langsung kejaringan trabekuler untuk merubah susunan
jaringan dan membuka aliran dari humor Aguos dan iridektomi.
5) Tindakan bedah trabeculectomy.
6) Penyuluhan dan konseling
Pasien yang baru didiagnosa perlu bantuan dalam mengerti ( memahami ) dan belajar hidup dengan penyakitnya. Perawat
hendaknya menjelaskan kepada pasien bahwa penglihatannya yang hilang tidak dapat dipulihkan secara sempurna namun
kehilangan yang berlanjut dapat dicegah dan orang tersebut tetap kehilangan yang berlanjut dapat dicegah dan orang tersebut
tetap dapat beraktifitas bila pengobatannya terus menerus.
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Pasien datang ke puskemas kayu putih diantar keluarga dengan keluhan nyeri pada mata
bagian kanan cenat cenut bertambah pada saat kepala lebih rendah atau bila sujud dan
rukuk, tidak begitu jelas melihat objek disekitarnya,demam,lemas bila diraba pasien
mengatakan nyeri pada mata yang sakit, sejak satu hari yang lalu. Pasien juga mengtakkan
matanya silau bila melihat cahaya 3 hari yang lalu. Hasil cek laboratorium leukositnya
meningkat 17000 Hb 12mg/dl.Pada saat dilakukan pengukuran ttv didapatkan hasil TD
120mmHg, RR 24X/menit, suhu 38 C, HR 90X/menit. Mata yang kanan terlihat lebih
menonjol dan membesar dari yang kiri kesimpulan sementara hasil pemeriksaan fisik pasien
mengalami peningkatan tekanan intra okuli 25 mmHg, diagnosa sementara pasien
menderita glaucoma. Terapi yang diberikan Miotik tiap menit 1 tetes selama 5 menit
kemudian 1 tetes tiap jam selama 6 jam, Carbonic anhidrase inhibitor/azetazolamid @250
mg 2 tab sekaligus kemudian tiap 4 jam 1 tab sampai 24 jam , morfin 10 mg injeksi
Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
PENGKAJIAN Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri
pada mata kanan cenat cenut, bertambah pada
saat kpela lebih rendah, tidak begitu jelas
Identitas melihat objek disekitarnya, dengan lemas ,
Nama : Tn. T bila diraba pasien mengatakan nyeri pada
mata yang sakit. Leukosit 17000 , Hb 12
Umur : 43 tahun
mg/dl, TD 120mmHg, RR 24 x/menit, SUHU
Alamat : Kebumen 38 C, HR 90 , TIO 25 mmHg
Keluhan Utama : Nyeri pada mata sebelah kanan
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami penyakit
seperti ini
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada
yang mengalami sakit seperti ini
Pengkajian Pola Virginia 4. Gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa
Handerson gangguan
Saat dikaji : Pasien tampak keseimbangannya terganggu karena
1. Pola Pernafasan penglihatannya kabur
Sebelum sakit : Pasien dapat bernafas dengan normal dan 5. Kebutuhan Istirahat dan tidur
tidak mengalami kesulitan dalam bernafas.
Sebelum sakit : Pasien biasa tidur 8 jam sehari
Saat dikaji : tidak mengeluh sesak nafas.
Saat dikaji : Malam hari kadang terbangun karena suara gaduh
2. Pola Nutrisi
6. Personal Hygiene
Sebelum sakit : Pasien makan 3x sehari Sebelum Sakit : Mandi 2x sehari dan gosok gigi mandiri.
Saat dikaji : Saat dirawat di rumah sakit, makan 3 kali Saat dikaji : Pasien mandi dengan di seka oleh istrinya pagi dan
sehari dengan menu yang disediakan oleh rumah sakit, sore, serta gosok gigi.
minum 8 gelas sehari. Pasien mampu mengahabiskan
menu yang disediakan. 7. Kebutuhan rasa aman dan nyaman

3. Kebutuhan Eliminasi Sebelum sakit : Pasien merasa aman dan nyaman jika bersama
keluarga dan istrinya
Sebelum sakit : BAB 1x sehari, fesesnya lunak, warna
kuning dan BAK lancar , warna jernih kekuningan Saat dikaji : Pasien mengeluh mata kanannya terasa nyeri ( P
:nyeri saat posisi kepala lebih rendah dari tubuh, Q: cenat
Saat dikaji : BAB 1x sehari, fesesnya lunak, warna cenut, R: bagian mata sebelah kanan, S : skala 6, T hilang
kuning dan BAK lancar , warna jernih kekuningan timbul 5 menitan
8. Kebutuhan berpakaian
Sebelum sakit : Pasien ganti baju 2x sehari dan dapat
berpakaian sendiri.
Saat dikaji : Memakai pakaian dibantu oleh anaknya. 12. Kebutuhan bekerja
9. Kebutuhan Spiritual Sebelum sakit : Pasien adalah seorang pedagang
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan ibadah solat 5 Saat dikaji : Pasien hanya berbaring ditempat tidur.
waktu
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Saat dikaji :Pasien masih bisa sholat 5 waktu dalam
keadaan berbaring,dan dibimbing keluarga agar selalu Sebelum sakit : Pasien tidak biasa bermaian ataupun
berdoa untuk kesembuhannya. rekreasi

10. Kebutuhan berkomunikasi dan berhubungan Saat dikaji : Pasien tidak bisa pergi kemana - mana,
hanya tetangganya sering menjenguk di RS untuk
Sebelum sakit : Hubungan pasien dengan keluarga baik menghibur.
biasa berkomunikasi dengan bahasa jawa.
14. Kebutuhan Belajar
Saat dikaji :Pasien mau berkomunikasi dengan perawat
dengan ditemani anaknya Sebelum Sakit : Pasien tidak tahu tentang penyakit
glaukoma yang dideritanya
11. Temparatur tubuh
Saat dikaji : Pasien sudah tahu tentang penyakit yang
Sebelum sakit : Pasien menggunakan pakaian tebal jika dideritanya karena penjelasan perawat.
merasa dingin, dan menggunakan yg tipis jika merasa
kepanasan.
Saat dikaji : Pasien merasa demam , memakai baju tipis
karena merasa panas
3. Dada Perkusi : tympani
Pemeriksaan Fisik a. Paru Palpasi : tidak ada pembesaran hepar
dan lien
Inspeksi : Pengembangan paru kanan
1. Keadaan Umum : compos mentis,TD kiri simetris d. Ektremitas: tidak ada oedem pada
120mmHg, RR 24x/menit, suhu 38 C kedua ekstremitas atas dan bawah
Palpasi:Vokal premitus kiri kana sama
2. Kepala Perkusi : sonor
a. Bentuk kepala: mesosephal Auskultasi : suara nafas vesikuler
Pemeriksaan Penunjang
b. Rambut : hitam, tidak mudah dicabut, b. Jantung 1. Pemeriksaan Laboratorium
c. Mata : Bulu mata tidak mudah Inspeksi : ictus cordis tidak tampak a. Leukosit : 17.000
dicabut, sklera tidak ikterik, konjungtiva
tidak anemis, palpebra dekstra udem dan Palpasi : ictus cordisteraba pada b. Hb : 12 mg/Hg
spasme, oedem pada kornea dekstra. interkosta 5-6
2. Terapi
d. Hidung : Bersih, tidak ada polip Perkusi : Pekak, tidak ditemukan
adanya pembesaran jantung. a. Miotik : 5 tetes 5 menit & 6 tetes 6
hidung, tidak ada septum deviasi. jam
e. Telinga: Besih, tidak ada serumen, Auskultasi : tidak terdengar bunyi
murmur b. Carbonic anhidrase inhibitor
reflek suara baik. /azetazolamid : @ 250 mg 2 tablet &
f. Mulut : Gigi kekuningan, lengkap, c. Abdomen 4 jam 1 tablet smpai 24 jam
tidak ada stomatitis. Inspeksi : Datar c. Morfin : 10 mg / injeksi
g. Leher : Tidak ada pembesaran Auskultasi : Bising usus 9 kali per
kelenjar tiroid. menit
Analisa Data
Tanggal Data Fokus Etiologi Problem
17 DS: Perubahan penerimaan Gangguan
oktober a. Pasien mengatakan tidak sensorik persepsi
2021 begitu jelas melihat objek sensorik Diagnosa
disekitarnya (melihat)
b. Pasien mengatakan Keperawatan
matanya silau bila melihat
cahaya 1. Gangguan persepsi sensorik
DO: (melihat) b.d perubahan
Pasien tampak menunjukan penerimaan sensorik
ekspresi kesulitan untuk
melihat 2. Hiperthermi b.d proses
infeksi.
17 DS: Proses infeksi Hiperthermi
oktober Pasien mengatakan demam
2021 DO:
Suhu 38o C
Intervensi
No Tanggal Diagnosa NOC NIC
Jam
1 17 oktober 2021 Gangguan persepsi sensorik (melihat) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam Neurologic Monitoring (2620)
b.d perubahan penerimaan sensorik gangguan rasa nyaman dapat teratasi dengan kriteria hasil: a. Monitor TTV
  Sensory Function : Vision (2404) b. Monitor ukuran pupil, ketajaman,
a. Peningkatan ketajaman penglihatan (kanan kiri) kesimetrisan dan reaksi
b. Lapang pandang normal c. Monitor adanya diplopia, pandangan kabur,
c. Pandangan tidak kabur nyeri kepala
d. Pandangan tidak silau d. Monitor level kebingungan dan orientasi
Penglihatan tidak terganggu e. Monitor tonus otot pergerakan
f. Catat perubahan pasien dalam merespon
stimulus
 

2 17 oktober 2021 Hiperthermi b.d proses infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam Termoregulation ( 3900)
  gangguan rasa nyaman dapat teratasi dengan kriteria hasil: a. Monitor suhu sesering mungkin
Thermoregulation (0800) b. Monitor warna dan suhu kulit
a. Suhu tubuh dalam rentang normal c. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
b. Nadi dan RR dalam rentang normal d. Berikan anti piretik:
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, e. Berikan cairan intravena
d. Merasa nyaman f. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
g. Tingkatkan sirkulasi udara
h. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
i. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)
Implementasi & Evaluasi
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Gangguan persepsi sensorik (melihat) b.d a. Memonitor TTV S : pasien mengatakan masih belum melihat
perubahan penerimaan sensorik b. Memonitor ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dengan baik.
dan reaksi  
c. Memonitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri O :
kepala - Nyeri kepala
d. Memonitor level kebingungan dan orientasi - diplomia.
e. Memonitor tonus otot pergerakan  
f. mencatat perubahan pasien dalam merespon A : Masalah Belum teratasi Sebagian
stimulus  
P : Lanjutkan Intervensi

2 Hiperthermi b.d proses infeksi a. Memonitor suhu sesering mungkin S:


b. Memonitor warna dan suhu kulit O:
c. Memonitor tekanan darah, nadi dan RR - Suhu tubuh : 37,0*C
d Memberikan anti piretik:  
e. Memberikan cairan intravena A : Masalah Teratasi
f. Mengompres pasien pada lipat paha dan aksila  
g. Meningkatkan sirkulasi udara P : intervensi diberhentikan.
h. Meningkatkan intake cairan dan nutrisi
i. Memonitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban
membran mukosa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai