Anda di halaman 1dari 34

CASE BASED DISCUSSION

HIFEMA TRAUMATIKA
Advisor:
dr. Hj. Sita Pritasari sp.M (K)

Mutiara Putri Amaliawati


30101307016
anamnesis
◦ Pasien laki laki usia 45 tahun datang ke rs Islam sultan agung pada tanggal 5 September 2020 dengan
keluhan mata masih melihat buram tetapi sudah dapat sedikit melihat cahaya. 1 minggu sebelumnya
pasien datang ke RS Islam Sultan Agung dengan keluhan mata kiri merah dengan penglihatan buram
sejak 2 minggu yang lalu. 2 minggu yang lalu pasien terjatuh dari tangga dan mata sebelah kiri tertimpa
tangga. Pasien mengeluh nyeri pada matanya. Sesaat setelah itu, penglihatan mata kiri pasien buram
dan merah. Kemudian pasien segera dibawa ke puskesmas dan mendapatkan pengobatan obat oral dan
tetes mata tetapi tidak menunjukkan perbaikan. Pasien merasa gejala lebih buruk jika banyak melakukan
gerakan mata dan lebih ringan jika istirahat. Pasien kemudian di rujuk ke Rumah Sakit Islam Sultan
Agung untuk mendapatkan penanganan lebih lebih lanjut.
RPD
◦ Riwayat keluhan sakit serupa : disangkal
◦ Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
◦ Riwayat penyakit DM : disangkal
◦ Riwayat Alergi : disangkal
◦ Riwayat penyakit asma : disangkal
◦ Riwayat trauma pada mata : disangkal
◦ Riwayat menggunakan kacamata : disangkal
◦ Riwayat operasi mata : disangkal

RPK
◦ Keluhan sakit serupa : disangkal
◦ Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
◦ Riwayat penyakit DM : disangkal
◦ Riwayat Alergi : disangkal
◦ Riwayat penyakit asma : disangkal
Pemeriksaan fisik
◦ STATUS GENERALIS
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 130/80
RR : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,6 C
Status Ophtalmologi
OKULUS SINISTRA OKULUS DEKSTRA
Visus 1/- lp baik 6/6
Segmen Anterior
Supersilia Tidak rontok, simetris Tidak rontok, simetris
Silia Sekret (-), tidak rontok Sekret (-), tidak rontok
Palpebra Hiperemis (-), edem (-) Hiperemis (-), edem (-)
Konjungtiva Injeksi konjungtiva (+) Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (+) Injeksi silier (-)
Kornea Edem (-),jernih Edem (-), jernih
COA Darah 2 mm di COA (+) Dalam
Iris Warna coklat, sinekia (-), iridoreksis Warna coklat, sinekia (-)
(+)
Pupil Bulat,ukuran > 6mm di sentral, Bulat, di sentral, reflex cahaya (+)
reflex cahaya (-)
Lensa Keruh Jernih
Segmen Posterior
Refleks fundus Sulit dinilai Dbn
Retina Sulit dinilai Dbn
Papil N. II Sulit dinilai Dbn
makula Sulit dinilai Dbn
Pemeriksaan penunjang
◦ Pemeriksaan TIO
mata kanan 16 mmHg
Mata kiri 22 mmHg
◦ Pemeriksaan USG
resume
◦ Subyektif
Pasien laki laki usia 45 tahun datang dengan keluhan mata masih melihat buram tetapi sudah dapat sedikit
melihat cahaya. 1 minggu sebelumnya pasien datang ke RS Islam Sultan Agung dengan keluhan mata kiri
merah dengan penglihatan buram sejak 2 minggu yang lalu. 2 minggu yang lalu pasien terjatuh dari tangga
dan mata sebelah kiri tertimpa tangga. Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada matanya. Sesaat setelah itu,
penglihatan mata kiri pasien buram dan merah. Kemudian pasien segera dibawa ke puskesmas dan
mendapatkan pengobatan obat oral dan tetes mata tetapi tidak menunjukkan perbaikan. Pasien merasa
gejala lebih buruk jika banyak melakukan gerakan mata dan lebih ringan jika istirahat. Pasien kemudian di
rujuk ke Rumah Sakit Islam Sultan Agung untuk mendapatkan penanganan lebih lebih lanjut.
◦ Obyektif

OKULUS SINISTRA OKULUS DEKSTRA


Visus 1/- lp baik 6/6
Segmen Anterior
Konjungtiva Injeksi konjungtiva (+) Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (+) Injeksi silier (-)
COA Darah 1/3 inferior COA (+) Dalam
Iris Warna coklat, sinekia (-), Warna coklat, sinekia (-),
iridoreksis (+)
lensa keruh jernih
diagnosis
HIFEMA TRAUMATIKA OS
KATARAK OS
PENATALAKSANAAN
◦ Bedrest dengan elevasi kepala 30º-45º (semifowler)
◦ Antibiotik tetes/salep : kloramfenikol/ofloxasin
◦ Asam Tranexamat tab 500 mg 3x1
◦ Tropin 3x1gtt 1
◦ Timolol maleat 0,25% 2x1 gtt 1
◦ Methyl prednisolon 8 mg 3 x 1
◦ Rencana operasi katarak
edukasi
• Menganjurkan kepada pasien untuk bed rest dengan elevasi kepala 30-45 (posisi semifowler) untuk
membantu proses penyerapan darah
• Menjelaskan kepada pasien biasanya akan mengalami penyerapan secara spontan pascatrauma.
• Menyarankan pasien untuk operasi katarak untuk melihat adanya perdarahan pada segmen posterior mata
dan mengatasi penyebab pandangan matayang diakibatkan oleh lensa keruh (katarak)
prognosis
AD VITAM : AD BONAM
AD FUNCT. : DUBIA AD MALAM
AD SANAT. : DUBIA AD BONAM
Tinjauan pustaka
Hifemaadanya darah di bilik mata depan (COA). Dapat
berasal dari iris atau badan siliar yang robek .

PRIMER
(terjadi sesaat setelah terjadinya
trauma)

HIFEMA

SEKUNDER
(terjadi sesudah hari ke-3 antara 3-5 hari setelah
trauma atau setelah perdarahan pertama
teresorbsi)
Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi
menjadi:
- Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang disebabkan pecahnya pembuluh darah
iris dan badan silier akibat trauma pada segmen anterior bola mata.
- Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata).
- Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier, sehingga pembuluh darah pecah.
- Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya juvenile xanthogranuloma).
- Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).
Grade I : darah mengisi kurang dari sepertiga COA
Grade II : darah mengisi sepertiga hingga setengah COA
Grade III : darah mengisi hampir total COA
Grade IV : darah memenuhi seluruh COA
etiologi
◦ biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu, peluru senapan angin, dan
lain-lain. Selain itu, hifema juga dapat terjadi karena kesalahan prosedur operasi mata. Keadaan lain
yang dapat menyebabkan hifema namun jarang terjadi adalah adanya tumor mata (contohnya
retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah (contohnya juvenile xanthogranuloma).

◦ Trauma tumpul  robekan-robekan jaringan iris, korpus siliaris dan koroid  perdarahan berasal dari
kumpulan arteri utama dan cabang dari badan ciliar, arteri koroid, vena badan siliar, pembuluh darah iris
pada sisi pupil Timbunan darah ini karena gaya berat akan berada di  bagian terendah.
patofisiologi
◦ Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola
mata, disertai peregangan limbus, dan
perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini
dapat meningkatkan tekanan intraokuler secara
akut dan berhubungan dengan kerusakan
jaringan pada sudut mata. Perdarahan biasanya
terjadi karena adanya robekan pembuluh darah,
antara lain arteri-arteri utama dan cabang-
cabang dari badan siliar, arteri koroidalis, dan
vena-vena badan siliar.
diagnosis
◦ Anamnesis
Yang perlu di tanyakan saat menganamnesis pasien hifema:
◦ Mekanisme trauma (termasuk arah dan kekuatan trauma).
◦ Waktu terkena, waktu terjadi penurunan visus, sebelumnya apakah ada menggunakan pelindung mata. Biasanya
penurunan visus terjadi setelah trauma. Penurunan visus yang juga bisa disebabkan adanya perdarahan sekunder
atau perdarahan yang terus menerus.
◦ Perlu ditanyakan juga obat-obatan yang dikonsumsi pasien sebelumnya yang mengandung antikoagulan seperti
aspirin, NSAID, warfarin, dan jangan lupa tanyakan riwayat keluarga tentang penyakit sickle cell.
Pemeriksaan okular
◦ - Pemeriksaan luar dan periokuler harus dilakukan untuk mengevaluasi tingkat keparahan trauma
◦ Pemeriksaan segmen posterior mungkin sulit dilakukan karena trauma yang terjadi dapat menghalangi
pemeriksaan segmen posterior.
◦ Pemeriksaan harus dilakukan dengan sistematis dengan tujuan mengidentifikasi dan melindungi mata.
◦ Hindari kerusakan lebih lanjut dan minimalisasi kemungkinan ekstrusi intraokular.
◦ Gambarkan luas dan lokasi tempat terjadinya pembekuan
◦ Ukur Tekanan intraokuler (TIO)
◦ Pemeriksaan ketajaman penglihatan: menggunakan kartu mata Snellen; visus dapat menurun akibat
kerusakan kornea, aqueous humor, iris dan retina.
◦ Lapangan pandang: penurunan dapat disebabkan oleh patologi vaskuler okuler, glaukoma.
◦ Slit Lamp Biomicroscopy: untuk menentukan kedalaman COA dan iridocorneal contact, aqueous flare,
dan synechia posterior.
◦ Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler.
Pemeriksaan penunjang
◦ USG
Dilakukan untuk melihat apakah terdapat kerusakan pada struktur segmen posterior.
◦ Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk melihat kemungkinan penyakit sickle cell dengan cara pemeriksaan slide darah merah,
elektroforesis hemoglobin,
fungsi pembekuan darah, fungsi ginjal dan hati (menunda tatalaksana obat-obatan seperti perlunya
pemberian antifibrinolitik atau tidak)
◦ Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik tidak dilakukan secara rutin, namun CT Scan dapat terindikasi pada kerusakan
mata terbuka atau kecurigaan fraktur orbita.  
penatalaksanaan
Terapi suportif
◦ Bedrest dan elevasi kepalaPenderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala
diangkat (diberi alas bantal) dengan elevasi kepala 30º - 45 o (posisi semi fowler). Hal ini akan
mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris , mengevaluasi jumlah perdarahan, absorbsi dari
hifema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder. Istirahat total ini
harus dipertahankan minimal 5 hari mengingat kemungkinan perdarahan sekunder.
◦ PatchingMengenai pemakaian bebat mata, masih belum ada persesuaian pendapat di antara para ahli.
Penggunaan bebat mata pada mata yang terkena trauma yaitu untuk mengurangi pergerakan bola mata
yang sakit.
Terapi medis
◦ Sikloplegik:
stabilisasi barier darah-aqueous, meningkatkan kenyamanan pasien terutama pada iritis traumatik, dan
memfasilitasi evaluasi segmen posterior. Namun atropin topikal tidak memiliki efek benefisial terhadap
rebleeding, resorpsi darah atau perbaikan penglihatan.
◦ Koagulansia
Untuk menekan/menghentikan perdarahan, Misalnya : Anaroxil, Adona AC, Coagulen, Transamin, vit K dan vit
C. Pada hifema yang baru dan terisi darah segar diberi obat anti fibrinolitik (di pasaran obat ini dikenal sebagai
transamine/ transamic acid) sehingga bekuan darah tidak terlalu cepat diserap dan pembuluh darah diberi
kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu sampai sembuh. Dengan demikian diharapkan terjadinya
perdarahan sekunder dapat dihindarkan. Pemberiannya 4 kali 250 mg dan hanya kira-kira 5 hari jangan
melewati satu minggu oleh karena dapat timbulkan gangguan transportasi cairan COA dan terjadinya glaukoma
juga imbibisio kornea. Selama pemberiannya jangan lupa pengukuran tekanan intra okular.
◦ Fibrinolitik: TPA40 dosis 10 mg injeksi intrakamera, mungkin berperan pada bekuan yang stagnan.
◦ Ocular Hypotensive Drug
Semua para ahli menganjurkan pemberian acetazolamide (Diamox) secara oral sebanyak 3x sehari
bilamana ditemukan adanya kenaikan tekanan intraokuler. Bahkan Gombos dan Yasuna menganjurkan juga
pemakaian intravena urea, manitol dan gliserin untuk menurunkan tekanan intraokuler, walaupun
ditegaskan bahwa cara ini tidak rutin. Pada hifema yang penuh dengan kenaikan tekanan intra okular,
berilah diamox, glyserin, nilai selama 24 jam. Bila tekanan intra okular tetap tinggi atau turun, tetapi tetap
diatas normal, lakukan parasentesa yaitu pengeluaran darah melalui sayatan di kornea Bila tekanan intra
okular turun sampai normal, diamox terus diberikan dan dievaluasi setiap hari. Bila tetap normal tekanan
intra okularnya dan darahnya masih ada sampai hari ke 5-9 lakukan juga parasentesa.
◦ Kortikosteroid
untuk mencegah terjadinya iritis traumatik dan memberi kenyamanan. Steroid sistemik kadang lebih
disukai, berupa prednison 40 mg/hari dalam dosis terbagi efektif menurunkan kejadian rebleeding, namun
efek sampingnya harus diperhatikan terutama selain pada pasien muda dan sehat yang toleransinya baik.
pembedahan
◦ Dibutuhkan pada 5% kasus. Indikasi tradisionalnya berupa: peningkatan TIO >50mmHg selama 5 hari
atau >35 mmHg selama 7 hari untuk menghindari kerusakan saraf optik, peningkatan TIO >25 mmHg
selama 5 hari pada kasus hifema total/hampir total untuk mencegah pewarnaan kornea oleh darah, atau
bekuan stagnan yang besar dan bertahan ≥10 hari untuk mencegah sinekia anterior perifer.
◦ Saat ini pembedahan direkomendasi bila: TIO tidak respon terhadap terapi medis dalam 24 jam, pasien
memiliki penyakit sickle cell atau sickle trait.
◦ Parasentesis/ pembersihan bilik mata depan dari darah. Metode paling sederhana dan paling aman, dapat
mengevakuasi sel darah merah yang bersirkulasi. Keuntungannya meliputi: kemudahan pengerjaan,
dapat diulang-ulang, aman bagi konjungitfa atau pembedahan filtrasi nantinya, perdarahan intraoperatif
terkontrol, penurunan TIO dengan cepat.
◦ Expression dan pengeluaran bekuan hifema lewat limbus. Memerlukan insisi luas di limbus dan luka
pada konjungtiva. Waktu yang ideal untuk melakukan ekspresi limbus adalah pada hari 4-7 (saat
konsolidasi dan retraksi bekuan yang maksimal) Manipulasi cermat untuk menghindari kerusakan epitel
kornea, iris dan lensa.
◦ Pemotongan bimanual/ aspirasi hifema yang menggumpal menggunakan probe vitrektomi, efektif dalam
mengangkat baik gumpalan hifema dan maupun sel darah yang tersirkulasi.
komplikasi
◦ Rebleeding/perdarahan ulang.
◦ Glaukoma Sekunder
◦ Siderosis Bulbi
◦ kebutaan
prognosis
◦ Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada kamera okuli anterior.
◦ Hifema dengan darah yang sedikit dan  tanpa disertai glaukoma  (bonam)
◦ Hifema yang telah mengalami glaukoma, prognosisnya bergantung pada seberapa besar glaukoma
tersebut menimbulkan defek pada ketajaman penglihatan. Bila tajam penglihatan telah mencapai 1/60
atau lebih rendah maka prognosis penderita adalah buruk (malam) karena dapat menyebabkan kebutaan.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai