Pembimbing:
Dr. Ululil Chusaida W. Sp.M
Disusun oleh: Fatin Chaydar
SMF ILMU KESEHATAN MATA RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
BAB 1
RESPONSI KASUS
Anamnesis
Identitas Pasien
Nama
: Tn. Samsir
No Reg.
: 420004
Umur
: 77 tahun
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa / Indonesia
Pekerjaan
: Pensiunan
Anamnesis
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
fisik
Status
Oftalmologi
Tajam Penglihatan
-VOD: 0,1 CC S -1,00 C -3,00 A 90 0,3 F
-VOS: 0,2 CC C -3,00 A 90 0,5 F
-Add: S +3,00
-PD: 62/60 mm
Pergerakan Bola Mata
OD
Baik segala
arah
OS
Baik segala
arah
Pemeriksaan
fisik
Status
Oftalmologi
Tekanan Intra Okuli
OD: 14,6 mm Hg (on therapy)
OS: 17,3 mmHg (on therapy)
Pemeriksaan Segmen Anterior
OD
OS
Agak keruh
Pemeriksaan
fisik
Status
Oftalmologi
OD
OS
Edema (-).
Palpebra
Hiperemi (-)
(-)
Hiperemi (-)
Konjungtiva
Hiperemi (-)
Kornea
Bilik Mata
Depan
Regular, warna
Iris
Regular, warna
coklat
coklat
cahaya (+)
cahaya (+)
Lensa
Pemeriksaan
fisik
Segmen posterior
Status
Oftalmologi
OD
OS
Fundus reflek
Papil N ll
Batas tegas
Batas tegas
Warna normal
Warna normal
CDR 0,3-0,4
CDR 0,3-0,4
Retina
Perdarahan (-),
eksudat (-),
miroaneurisma (-)
Vaskuler
Sulit dievaluasi
Perdarahan (-),
eksudat (-),
miroaneurisma
(-)
Sulit dievaluasi
Makula
Reflek fovea +
Reflek fovea +
Vitreous
Jernih
Jernih
Resume
Laki-laki, 77 th datang ke poli untuk kontrol
Saat ini tidak keluhan, mata merah (-), kabur (+) sudah
sejak 7 th yg lalu, penurunan visus perlahan
Pasien pernah didiagnosis glaukoma 9 th yg lalu
Terapi sebelumnya xalatan 1x1 tetes ODS dan cendolyteers
4x1 tetes ODS
VOD: 0,1 CC S -1,00 C -3,00 A 90 0,3 F, VOS: 0,2 CC C
-3,00 A 90 0,5 F. ADD: S +3,00, PD: 62/60 mm
TIO OD: 14,6 mmHg (on therapy), OS: 17,3 mmHg (on
therapy).
Pemeriksaan segmen anterior: COA dalam (+/+), lensa
agak keruh (+/+), iris shadow (+/+)
Pada pemeriksaan segmen posterior FR (+/+), CDR (0,3-0,4
Diagnosis
kerja
Usulan
Pemeriksa
an
Gonioskopi, humphrey
Penatalaksanaan
Terapi
Monitorin
g
Keluhan pasien
Visus
TIO
Segmen anterior dan posterior
Resep
dr. X
Alamat: Jl. Klampis Aji II
SIP. 2937768136
Surabaya, 4 Agustus 2016
R/ Xalatan eye drop
S 1 dd gtt I ODS
Pro : Tn.S
Umur : 77 tahun
No. 1
Penatalaksanaan
Edukasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Scleral spur
Anatomi Lensa
Biconvex
Avascular
Transparan
Tebal 4 mm, diameter 9
mm
Ant : humor akuos
Post : vitreous
Posisi : lig suspensorium
(zonula) zinn
Fisiologi Lensa
Kandungan: 66% air dan 33% protein, dan jumlah ini mengalami
sangat sedikit perubahan dengan proses penuaan
Tidak ada syaraf nyeri, pembuluh darah
Nutrisi : cairan intraokuler
Mekanisme yang mengontrol keseimbangan air dan elektrolit
GLAUKOMA
Definisi
GLAUKOMA
Faktor utama
1. Produksi humor
akuos oleh korpus
siliaris.
2. Terhambatnya aliran
humor akuos melalui
kanal sistem trabecular
meshwork-schlemms.
3. Tekanan vena
episcleral.
GLAUKOMA
Klasifikasi (etiologi)
1. Glaukoma Sudut
Tertutup
a. Akut
b. Subakut
c. Kronik
d. Iris plateau
2. Glaukoma Sudut
Terbuka
a. Glaukoma sudut
terbuka primer
(glaukoma
simpleks kronik,
glaukoma sudut
terbuka kronik)
b. Glaukoma tekanan
normal
Glaukoma
Primer
GLAUKOMA
Klasifikasi (etiologi)
Glaukoma kongenital
primer
a. Sindrom pembelahan
Glaukoma
BMD (sindrom
dengan kelainan
Axenfeld, sindrom
kongenital
Glaukoma yang berkaitan
dengan kelainan
perkembangan
ektraokular
a. Sindrom Sturge-Weber
b. Sindrom Marfan
c. Neurofibromatosis
d. Sindrom Lovwe
e. Rubella kongenital
GLAUKOMA
Klasifikasi (etiologi)
Glaukoma pigmentasi
Sindrom eksfoliasi
a. Dislokasi
b. Intumesensi
c. Fakolitik
a. Uveitis
b. Sinekia posterior
c. Tumor
d. Edema corpus ciliare
Sindrom iridokorneoendotelial
(ICE)
a. Hifema
Trauma
GLAUKOMA
Klasifikasi (etiologi)
a. Glaukoma maligna (sumbatan siliaris)
b. PAS
Pasca operasi
Glaukoma neovaskular
b. CRVO
c. Tumor intraokular
episklera
b. Sindrom Sturge-Weber
Akibat steroid
Glaukoma absolut
Glaukom
Membran
Klasifikasi
(mekanisme)
a. Glaukoma neovaskular
a sudut
pratrabekular
Kelainan trabekular
c. Sindrom ICE
a. Glaukoma sudut terbuka primer
GLAUKOMA
terbuka
b. Glaukoma kongenital
c. Glaukoma pigmentasi
d. Sindrom eksfoliasi
e. Gaukoma akibat steroid
f. Hifema
g. Kontusio atau resesi sudut
h. Iridosiklitis (uveitis)
Kelainan pasca
trabecular
i. Glaukoma fakolitik
a. Peningkatan tekanan vena episklera
Klasifikasi
(mekanisme)
GLAUKOMA
Glaukoma
sekunder
Glaukoma pigmentasi
Sindrom eksfoliasi
a. Dislokasi
b. Intumesensi
c. Fakolitik
a.
b.
c.
d.
Sindrom
iridokorneoendotelial
(ICE)
Trauma
a. Hifema
b. Kontusio/ resesi sudut
c. Sinekia anterior perifer
(PAS)
Uveitis
Sinekia posterior
Tumor
Edema corpus ciliare
Faktor risiko
GLAUKOM
A
GLAUKOMA
Manifestasi Klinis
FIGURE 4. Glaucomatous
optic nerve cupping. The
cup in this optic nerve is
enlarged to 0.8, and there is
typical thinning of the
inferior neuroretinal rim,
forming a "notch." (9)
POAG
Definisi
POAG
Patofisiologi
-Kondisi primer berupa kelainan pada saluran
pembuangan humor akuos yaitu jalinan trabekular
mengalami proses degenerasi
-Pengendapan bahan ekstrasel didalam jalinan trabekular
dan kanalis Schlemm
POAG
Diagnosis
TIO tinggi/normal
Gaung papil N II = cupping =excavation CDR
Defek lapangan pandang
Sudut bilik mata depan terbuka
POAG
Epidemiologi
POAG
Manifestasi klinis
POAG
Pemeriksaan
POAG
Penatalaksanaan
POAG
Penatalaksanaan
Menurunkan TIO
Tentukan target TIO :
Perhatikan faktor usia,luasnya kerusakan dan
tingginya TIO.
Hasil dari advanced glaukoma intervension study
(AIGS) menunjukkan TIO <18 mmhg terutama bila
< 14 mmhg tidak menunjukkan progresivitas
penyakit.
POAG
Penatalaksanaan
Target TIO dapat dicapai melalui :
Obat sebagai pilihan utama
Beta antagonis topical: menghambat produksi akueus betaxolol 0,25
%-0,5%;timolol 0,25%-0,5%. Dosis penggunan sehari 2 kali. Kontra
indikasi: asma, penyakit obstruksi paru, hipotensi, penyakit jantung
dengan kemungkinan bradikardia.
Prostaglandin analog : melancarkan pembuangan uvea sklera
latanoprost 0,0005%; travoprost 0,0004%=malam 1 kali, unoproston
0,12% =sehari 2 kali.
Prostamide : melancarkan pembuangan melalui trabekular dan
melalui uvea sklera. Bimatoprost 0,03% = malam 1 kali.
POAG
Penatalaksanaan
POAG
Penatalaksanaan
POAG
Penatalaksanaan
POAG
Penatalaksanaan
Neuroproteksi
Masih tahap percobaan klinis, khususnya: brimodine,
memantine.
Kualitas hidup : jangan sampai terganggu
Kebutuhan untuk obat, jumlah, dan frekuensi pemakaian harus
sekecil mungkin, jadwal pemakaian, dll.
Kondisi dimana obat-obat sukar dicapai atau sukar
menggunakannya atau kontraindikasi ataupun TIO sedemian
tinggi yang dengan obat obat kemungkinan besar tidak dapat
mencapai target maka trabekulektomi dapat merupakan pilihan
pertama.
KATARAK
Definisi
KATARAK
Klasifikasi
1. Developmental
juvenil
2. Degeneratif
3. Komplikata
4. Trauma
KATARAK
Etiologi
Sebab-sebab biologik
Sebab-sebab imunologik
Sebab-sebab fungsional : Gangguan yang bersifat
lokal terhadap lensa, gangguan metabolisme umum
KATARAK SENILIS
Salah satu penyebab
kebutaan
Sering dijumpai
Usia > 40 tahun
Bilateral ( kekeruhan tidak
sama)
Perlu Penanganan serius
Patofisiologi
perubahan protein lensa & agregasi protein ->
fluktuasi indeks refraksi lensa, pemandaran
cahaya, kejernihan berkurang
pe glutation, kalsium & pe konsentrasi natrium,
kalsium, hidrasi lensa lensa mencembung.
Penumpukan kalsium sclerosis kapsul lensa
menebal & kurang elastis, serat lensa ireguler,
korteks tdk berwarna
KATARAK SENILIS
Katarak
Katarak
Katarak
Katarak
Insipien
Imatur/intumesen
Matur
Hipermatur
Katarak insipiens
Kekeruhan lensa tampak terutama di bagian perifer
korteks berupa garis-garis yang melebar & makin ke
sentral menyerupai ruji sebuah roda
Biasanya tidak menimbulkan gangguan tajam
penglihatan
Katarak imatur
Kekeruhan terutama dibagian posterior nukleus &
belum mengenai seluruh lapisan lensa
Lensa menjadi cembung
Katarak matur
Kekeruhan sudah mengenai seluruh lensa
Warna menjadi putih keabu-abuan
Iris shadow (-)
Fundus reflek (-)
Tajam penglihatan hanya bisa melihat gerakan tangan
atau persepsi cahaya
Katarak hipermatur
Akibat katarak matur dibiarkan sehingga bisa terjadi :
Korteks lensa mencair & melunak
tenggelam di dalam korteks lensa
Lensa akan terus kehilangan cairan
menipis
katarak shrunken
nukleus lensa
katarak morgagni
lensa mengkerut &
GEJALA KLINIS
Subyektif
Tajam pengelihatan menurun
Tampak bercak putih pada lapang pandang
Lebih enak membaca dekat tanpa kaca mata (Artificial
myope)
Silau (pada keadaan terang) bila PSC
Melihat 2 bayangan atau lebih
Obyektif
Leukokoria
Tes iris shadow : (+) pd katarak imatur & (-) pd katarak
matur
Reflek fundus +/ Tanda inflamasi(-) kecuali kat. komplikata oleh karena
penyakit intra okuli
DIAGNOSIS
Ditegakkan dengan:
Optotip snellen
Lampu senter
Slit lamp
Oftalmoskop
Diagnosis Banding
Katarak komplikata
Katarak karena penyebab lain (radiasi, trauma,
pemakaian obat-obatan)
Kekeruhan badan kaca
Ablasio retina
Penyulit
Glaukoma sekunder (fakomorfik)
Glaukoma fakolitik
Penatalaksanaan
Belum ada obat-obatan yang terbukti
dapat mencegah atau mengobati
katarak. Saat ini cara terbaik adalah
dengan operasi
Optik
Mencegah komplikasi
Pengobatan dan pemeriksaan
Kosmetik
EKSTRAKSI KATARAK
Intra kapsuler (Intra Capsuler Cataract Extraction =
ICCE)
Mengeluarkan massa lensa dan kapsul seluruhnya
Ekstra kapsuler (Ekstra Capsuler Cataract Extraction
= ECCE)
Massa lensa dikeluarkan dengan merobek kapsul
bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian
posterior. Lensa mata digantikan dengan lensa
tanam permanen
Fakoemulsi
Hanya dengan melakukan sayatan ( 3mm ) pada
kornea. Menggunakan getaran ultrasonik.
Hilangnya vitreous
Prolaps iris
Endoftalmitis
Pencegahan
Pemeriksaan mata secara teratur. Bila usia > 60 tahun sebaiknya mata
diperiksa setiap tahun
Tidak merokok
Prognosis
Baik
Pada umumnya penderita katarak akan
mengalami perbaikan penglihatan secara
bertahap setelah operasi
BAB 3
PEMBAHASAN
File
IDENTITAS PASIEN
Tn.S 77 tahun
ANAMNESIS
Saat ini tidak keluhan, mata merah (-), kabur (+) sudah sejak 7 th y
penurunan visus perlahan
Pasien pernah didiagnosis glaukoma 9 th yg lalu
Riwayat DM (+) 9 th
PEMERIKSAAN
Segmen Anterior
ODS COA dalam
lensa agak keruh, iris shadow (+)
Segmen posterior
FR (+), CDR 0,3-0,4
tidak ditemukan kelainan lain
DIAGNOSIS
ODS KATARAK IMATUR
DAFTAR PUSTAKA
1. Lang, G. K. 2006. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd Edition.
Thieme. Stuttgart-New York.
2. Riordan, P., Whitcher, J. P. 2014. Glaukoma dalam Vaughan & Asbury
Oftalmologi Umum Edisi 17. EGC. Jakarta. Hal. 212-229.
3. American Academy Of Ophthalmology, 2007. Glaucoma. San
Fransisco: American Academy Of Ophthalmology.
4. Nurwasis. 2006. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Bagian/Smf Ilmu
Penyakit Mata Edisi III. Balai Penerbit FKUNAIR: Surabaya. Hal. 1-22.
5. Bell, Jerald A. 2014. Primary Open-Angle Glaucoma. Medscape.
Diakses tanggal 10 Agustus 2016. (
http://emedicine.medscape.com/article/1206147-overview)
6. Budiono, Sjamsu dkk. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata.
Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 55-76
7. Akmam, S.M. Azhar, Zainal. Katarak dan Perkembangan Operasinya.
Diakses tanggal 10 Agustus 2016. (www.portalkalbe/files/ckd/06.1971
).
THANKYOU