Anda di halaman 1dari 73

RESPONSI

GLAUKOMA DAN KATARAK

Pembimbing:
Dr. Ululil Chusaida W. Sp.M
Disusun oleh: Fatin Chaydar
SMF ILMU KESEHATAN MATA RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

BAB 1
RESPONSI KASUS

Anamnesis
Identitas Pasien
Nama

: Tn. Samsir

No Reg.

: 420004

Umur

: 77 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Jawa / Indonesia

Pekerjaan

: Pensiunan

Unit Pelayanan: Poli Mata


Pemeriksa

: Dr. Ululil Chusaida W. Sp.M.

Anamnesis

Keluhan Utama : tidak ada keluhan (kontrol)


RPS :
-Pasien kontrol tanpa keluhan saat ini, mata merah (-), kabur
(+) namun sudah sejak 7 th yg lalu, berkabut (-), silau (-),
nrocoh (-), pusing (-), jalan sempoyongan (-), pandangan
double (-).
-Pasien pernah didiagnosis glaukoma 9 th yang lalu. Pada
saat itu keluhan kedua mata kabur, kabur dirasakan perlahan,
serangan akut (-), silau (-), nyeri (-), pusing (-), mual muntah
(-), seperti melihat pelangi (-).
-Pasien rutin tiap bulan sejak 2 th yg lalu, sebelum 2 th yg
lalu pasien jarang kontrol. Saat ini pasien menggunakan tetes
mata xalatan 1x1 dan tetes cendolyteers 4x1 pada mata
kanan dan kiri. Tetes xalatan dan cendolyteers pasien saat ini
sudah habis dan pasien kontrol untuk meminta resep obat.

Pemeriksaan
fisik

Riwayat Penyakit Dahulu :


-Pasien menggunakan kacamata sejak usia > 20 th
-DM (+) 9 th
-HT (-)
-Stroke (+)
-Riwayat operasi katarak (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
-DM (-)
-HT (-)
-KM (-)
Riwayat Sosial : Pasien seorang pensiunan, merokok
(-)

Pemeriksaan
fisik

Status
Oftalmologi

Tajam Penglihatan
-VOD: 0,1 CC S -1,00 C -3,00 A 90 0,3 F
-VOS: 0,2 CC C -3,00 A 90 0,5 F
-Add: S +3,00
-PD: 62/60 mm
Pergerakan Bola Mata

OD

Baik segala
arah

OS

Baik segala
arah

Pemeriksaan
fisik

Status
Oftalmologi
Tekanan Intra Okuli
OD: 14,6 mm Hg (on therapy)
OS: 17,3 mmHg (on therapy)
Pemeriksaan Segmen Anterior
OD

OS

Agak keruh

Pemeriksaan
fisik

Status
Oftalmologi
OD

OS

Edema (-).

Palpebra

Edema (-). Hiperemi

Hiperemi (-)

(-)

Hiperemi (-)

Konjungtiva

Hiperemi (-)

Jernih, edema (-)

Kornea

Jernih, edema (-)

Dalam dan jernih

Bilik Mata

Dalam dan jernih

Depan
Regular, warna

Iris

Regular, warna

coklat

coklat

Bulat, isokor, reflek Pupil

Bulat, isokor, reflek

cahaya (+)

cahaya (+)

Agak keruh, iris


shadow (+)

Lensa

Agak keruh, iris


shadow (+)

Pemeriksaan
fisik

Segmen posterior

Status
Oftalmologi

OD

OS

Fundus reflek

Papil N ll

Batas tegas

Batas tegas

Warna normal

Warna normal

CDR 0,3-0,4

CDR 0,3-0,4

Retina

Perdarahan (-),
eksudat (-),
miroaneurisma (-)

Vaskuler

Sulit dievaluasi

Perdarahan (-),
eksudat (-),
miroaneurisma
(-)
Sulit dievaluasi

Makula

Reflek fovea +

Reflek fovea +

Vitreous

Jernih

Jernih

Resume
Laki-laki, 77 th datang ke poli untuk kontrol
Saat ini tidak keluhan, mata merah (-), kabur (+) sudah
sejak 7 th yg lalu, penurunan visus perlahan
Pasien pernah didiagnosis glaukoma 9 th yg lalu
Terapi sebelumnya xalatan 1x1 tetes ODS dan cendolyteers
4x1 tetes ODS
VOD: 0,1 CC S -1,00 C -3,00 A 90 0,3 F, VOS: 0,2 CC C
-3,00 A 90 0,5 F. ADD: S +3,00, PD: 62/60 mm
TIO OD: 14,6 mmHg (on therapy), OS: 17,3 mmHg (on
therapy).
Pemeriksaan segmen anterior: COA dalam (+/+), lensa
agak keruh (+/+), iris shadow (+/+)
Pada pemeriksaan segmen posterior FR (+/+), CDR (0,3-0,4

Diagnosis
kerja

Usulan
Pemeriksa
an

ODS suspect glaukoma sudut terbuka primer kronik


ODS katarak imatur

Gonioskopi, humphrey

Penatalaksanaan

Terapi

Monitorin
g

xalatan eye drop, 1x1 tetes ODS

Keluhan pasien
Visus
TIO
Segmen anterior dan posterior

Resep
dr. X
Alamat: Jl. Klampis Aji II
SIP. 2937768136
Surabaya, 4 Agustus 2016
R/ Xalatan eye drop
S 1 dd gtt I ODS

Pro : Tn.S
Umur : 77 tahun

No. 1

Penatalaksanaan

Edukasi

Menjelaskan pada pasien bahwa pasien selain mengalami


glaukoma juga mengalami katarak (belum diketahui oleh pasien)
Menjelaskan pada pasien untuk terapi glaukoma masih bisa
dikontrol dengan obat-obatan dan harus rutin kontrol untuk
menjaga tekanan intra okulinya tetap normal, apabila sudah tidak
bisa dengan obat disarankan dilakukan tindakan pembedahan
Memberitahu pada pasien apabila penglihatan sudah sangat
terganggu akibat kataraknya maka disarankan pula untuk
dilakukan tindahan pembedahan
Tindakan pembedahan untuk glaukoma bisa dilakukan bersamaan
dengan pembedahan pada katarak apabila penglihatan sudah
merasa sangat terganggu
Memberitahu pada pasien untuk tetap mengontrol DM secara rutin

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Sudut Filtrasi


Schlemm Canal
Collector
channels
Schwalbe Line
Corneoskleral
channels
Long. Muscle of
ciliary body
Uveal
meshwork

Scleral spur

Fisiologi Akuos Humor

Anatomi Lensa
Biconvex
Avascular
Transparan
Tebal 4 mm, diameter 9
mm
Ant : humor akuos
Post : vitreous
Posisi : lig suspensorium
(zonula) zinn

Fisiologi Lensa
Kandungan: 66% air dan 33% protein, dan jumlah ini mengalami
sangat sedikit perubahan dengan proses penuaan
Tidak ada syaraf nyeri, pembuluh darah
Nutrisi : cairan intraokuler
Mekanisme yang mengontrol keseimbangan air dan elektrolit

GLAUKOMA
Definisi

Sekumpulan penyakit yang pada umumnya ditandai dengan optic


neuropathy yang berhubungan dengan kehilangan lapang
pandangan dimana peningkatan tekanan intra okuler (TIO)
sebagai salah satu faktor utama.

GLAUKOMA
Faktor utama

1. Produksi humor
akuos oleh korpus
siliaris.
2. Terhambatnya aliran
humor akuos melalui
kanal sistem trabecular
meshwork-schlemms.
3. Tekanan vena
episcleral.

GLAUKOMA
Klasifikasi (etiologi)

1. Glaukoma Sudut
Tertutup

a. Akut
b. Subakut
c. Kronik
d. Iris plateau

2. Glaukoma Sudut
Terbuka

a. Glaukoma sudut
terbuka primer
(glaukoma
simpleks kronik,
glaukoma sudut
terbuka kronik)
b. Glaukoma tekanan
normal

Glaukoma
Primer

GLAUKOMA

Klasifikasi (etiologi)
Glaukoma kongenital
primer

a. Sindrom pembelahan

Glaukoma

Glaukoma yang berkaitan

BMD (sindrom

dengan kelainan

Axenfeld, sindrom

perkembangan mata lain

Reiger, sindrom Peter)


b. Aniridia

kongenital
Glaukoma yang berkaitan
dengan kelainan
perkembangan
ektraokular

a. Sindrom Sturge-Weber
b. Sindrom Marfan
c. Neurofibromatosis
d. Sindrom Lovwe
e. Rubella kongenital

GLAUKOMA

Klasifikasi (etiologi)

Glaukoma pigmentasi

Sindrom eksfoliasi

Akibat kelainan lensa


(fakogenik)

a. Dislokasi
b. Intumesensi
c. Fakolitik
a. Uveitis

Akibat kelainan traktus uvea

b. Sinekia posterior
c. Tumor
d. Edema corpus ciliare

Sindrom iridokorneoendotelial
(ICE)

a. Hifema

Trauma

b. Kontusio/ resesi sudut


c. Sinekia anterior perifer (PAS)

GLAUKOMA

Klasifikasi (etiologi)
a. Glaukoma maligna (sumbatan siliaris)
b. PAS

Pasca operasi

c. Pertumbuhan epitel ke bawah


d. Pascabedah tandur kornea
e. Pascabedah ablation retina
a. DM

Glaukoma neovaskular

b. CRVO
c. Tumor intraokular

Peningkatan tekanan vena

a. Fistula karotis karvenosa

episklera

b. Sindrom Sturge-Weber

Akibat steroid

Glaukoma absolut

Glaukom

Membran

Klasifikasi
(mekanisme)
a. Glaukoma neovaskular

a sudut

pratrabekular

b. Pertumbuhan epitel ke bawah

Kelainan trabekular

c. Sindrom ICE
a. Glaukoma sudut terbuka primer

GLAUKOMA
terbuka

b. Glaukoma kongenital
c. Glaukoma pigmentasi
d. Sindrom eksfoliasi
e. Gaukoma akibat steroid
f. Hifema
g. Kontusio atau resesi sudut
h. Iridosiklitis (uveitis)

Kelainan pasca
trabecular

i. Glaukoma fakolitik
a. Peningkatan tekanan vena episklera

Klasifikasi
(mekanisme)

GLAUKOMA

Glaukoma
sekunder

Glaukoma pigmentasi
Sindrom eksfoliasi

Akibat kelainan lensa


(fakogenik)

a. Dislokasi
b. Intumesensi
c. Fakolitik

Akibat kelainan traktus


uvea

a.
b.
c.
d.

Sindrom
iridokorneoendotelial
(ICE)

Trauma

a. Hifema
b. Kontusio/ resesi sudut
c. Sinekia anterior perifer
(PAS)

Uveitis
Sinekia posterior
Tumor
Edema corpus ciliare

Faktor risiko

GLAUKOM
A

Peredaran dan regulasi darah yang kurang akan menambah


kerusakan nervus opticus
Tekanan darah yang tinggi, penyakit diabetes melitus
Autoimun
Usia lebih dari 45 thn
Keluarga yang punya penyakit riwayat glaukoma
Miopia berbakat untuk terjadinya glaukoma sudut terbuka
Hipermetropia berbakat untuk terjadinya glaukoma sudut
tertutup
Paska bedah dengan hifema dan infeksi

GLAUKOMA
Manifestasi Klinis

Glaukoma yang bersifat kronis gejala yang paling


utama adalah penyempitan lapangan pandang yang
tidak disadari oleh penderita yang ahkirnya terjadi
kebutaan permanen
Untuk glaukoma yang bersifat akut penderita
mengeluh mata merah, visus menurun dan halo,
fotofobia, nyeri mata, mual muntah, bradikardia

FIGURE 2. Normal optic


disc. Note the distinct optic
disc margins, the welldemarcated cup, and the
healthy pink color of the
neuroretinal rim.

FIGURE 3. The cup-to-disc


ratio of this optic nerve is
approximately 0.6. Clinical
correlation with the
patient's history and
examination is required to
decide if this optic nerve is
abnormal.

FIGURE 4. Glaucomatous
optic nerve cupping. The
cup in this optic nerve is
enlarged to 0.8, and there is
typical thinning of the
inferior neuroretinal rim,
forming a "notch." (9)

POAG
Definisi

POAG adalah kelainan mata dengan neuropati optik


kronis yang progresif sacara perlahan ditandai dengan
atrofi dan gaung papil saraf optikus (PSO) disertai
gambaran khas hilangnya lapangan pandang dimana
TIO tinggi merupakan faktor resiko yang utama.

POAG
Patofisiologi
-Kondisi primer berupa kelainan pada saluran
pembuangan humor akuos yaitu jalinan trabekular
mengalami proses degenerasi
-Pengendapan bahan ekstrasel didalam jalinan trabekular
dan kanalis Schlemm

Hambatan pengeluaran humor akuos

Peningkatan tekanan intraokuler

POAG
Diagnosis

TIO tinggi/normal
Gaung papil N II = cupping =excavation CDR
Defek lapangan pandang
Sudut bilik mata depan terbuka

POAG
Epidemiologi

1. Usia = usia tua, bisa juga terjadi pada anak/dewasa.


2.Sex = tidak ada perbedaan.
3.Ras = pada orang kulit hitam prevalensi lebih tinggi.
4.Kelainan refraksi = banyak pada penderita miopia.
5.Genetik = melalui transmisi poligenik/multifaktorial.
6.Penyakit sistemik = diabetes melitus.

POAG
Manifestasi klinis

Tidak memberikan keluhan, sehingga sering tidak


terdiagnosa
Pada akhirnya dengan bertambahnya usia penderita
baru menyadari bahwa penglihatan mulai kabur
Penyempitan lapangan pandang penglihatan

POAG
Pemeriksaan

1. Pemeriksaan tonometri schiotz


2. Pemeriksaan oftalmoskop (funduskopi)
3. Pemeriksaan visual field
4. Pemeriksaan Gonioskopi

POAG
Penatalaksanaan

Tujuan : mempertahankan fungsi penglihatan dan


kualitas hidup
Strategi : menurunkan TIO, meningkatkan sirkulasi
darah pada PSO, mencegah meluasnya kematian sel
ganglion retina (neuroprotection)

POAG
Penatalaksanaan

Menurunkan TIO
Tentukan target TIO :
Perhatikan faktor usia,luasnya kerusakan dan
tingginya TIO.
Hasil dari advanced glaukoma intervension study
(AIGS) menunjukkan TIO <18 mmhg terutama bila
< 14 mmhg tidak menunjukkan progresivitas
penyakit.

POAG
Penatalaksanaan
Target TIO dapat dicapai melalui :
Obat sebagai pilihan utama
Beta antagonis topical: menghambat produksi akueus betaxolol 0,25
%-0,5%;timolol 0,25%-0,5%. Dosis penggunan sehari 2 kali. Kontra
indikasi: asma, penyakit obstruksi paru, hipotensi, penyakit jantung
dengan kemungkinan bradikardia.
Prostaglandin analog : melancarkan pembuangan uvea sklera
latanoprost 0,0005%; travoprost 0,0004%=malam 1 kali, unoproston
0,12% =sehari 2 kali.
Prostamide : melancarkan pembuangan melalui trabekular dan
melalui uvea sklera. Bimatoprost 0,03% = malam 1 kali.

POAG
Penatalaksanaan

Alfa 2 selectif agonis : menghambat produksi akueus


dan melancarkan pembuangan uvea skera
brimodine 0,15%,0,2% = sehari 2 kali
Penghambatan carbonic anhidresa topikal :
menghambat produksi akuos. Dorzolamide 2%,
brinzolamide 1% = sehari 2-3 kali.
Obat obat kombinasi, seperti timolol + dorzolamide :
timolol + latanoprost.
Pilocarpine 2% sehari 4 tablet, asetazolamide tablet
250 mg. Kedua ibat ini sudah jarang digunakan karena
menggangu kenyaman penderita.

POAG
Penatalaksanaan

Laser: argon laser trabekuloplasti (ALT) atau laser


trabekuloplasti (LTP).
Bedah filtrasi : trabekulektomi.

POAG
Penatalaksanaan

Meningkatkan sirkulasi darah pada PSO


Obat-obatan yang dapat meningkatkan sirkulasi darah
pada PSO atau penghambat carbonic anhidrase
topikal : dorzolamide; dan beta agonis topical yang
selektif : betaxolol

POAG
Penatalaksanaan
Neuroproteksi
Masih tahap percobaan klinis, khususnya: brimodine,
memantine.
Kualitas hidup : jangan sampai terganggu
Kebutuhan untuk obat, jumlah, dan frekuensi pemakaian harus
sekecil mungkin, jadwal pemakaian, dll.
Kondisi dimana obat-obat sukar dicapai atau sukar
menggunakannya atau kontraindikasi ataupun TIO sedemian
tinggi yang dengan obat obat kemungkinan besar tidak dapat
mencapai target maka trabekulektomi dapat merupakan pilihan
pertama.

KATARAK
Definisi

Kata katarak berasal dari bahasa Latin, cataracta,


atau dalam bahasa Yunani, kataraktes, yang artinya
terjun seperti air
Penglihatan yang seolah-olah terhalang oleh air terjun

KATARAK
Klasifikasi

1. Developmental
juvenil
2. Degeneratif
3. Komplikata
4. Trauma

: Katarak kongenital, Katarak


: Katarak senil
: Katarak karena uveitis, DM
: Katarak traumatika

KATARAK
Etiologi

Sebab-sebab biologik
Sebab-sebab imunologik
Sebab-sebab fungsional : Gangguan yang bersifat
lokal terhadap lensa, gangguan metabolisme umum

KATARAK SENILIS
Salah satu penyebab
kebutaan
Sering dijumpai
Usia > 40 tahun
Bilateral ( kekeruhan tidak
sama)
Perlu Penanganan serius

Katarak senilis >>> (90% kasus)


Berdasarkan salah satu penelitian di Amerika Serikat
mengindikasikan adanya katarak pada sekitar 10% orang
Prevalensi + 50% usia 65 & 74 tahun
s/d 70% 75 tahun

Patofisiologi
perubahan protein lensa & agregasi protein ->
fluktuasi indeks refraksi lensa, pemandaran
cahaya, kejernihan berkurang
pe glutation, kalsium & pe konsentrasi natrium,
kalsium, hidrasi lensa lensa mencembung.
Penumpukan kalsium sclerosis kapsul lensa
menebal & kurang elastis, serat lensa ireguler,
korteks tdk berwarna

KATARAK SENILIS

Katarak
Katarak
Katarak
Katarak

Insipien
Imatur/intumesen
Matur
Hipermatur

Katarak insipiens
Kekeruhan lensa tampak terutama di bagian perifer
korteks berupa garis-garis yang melebar & makin ke
sentral menyerupai ruji sebuah roda
Biasanya tidak menimbulkan gangguan tajam
penglihatan

Katarak imatur
Kekeruhan terutama dibagian posterior nukleus &
belum mengenai seluruh lapisan lensa
Lensa menjadi cembung

meningkatkan daya bias

kelainan refraksi (menjadi lebih miopi)


Pd pemeriksaan iris shadow test
(+)

iris shadow test

Katarak matur
Kekeruhan sudah mengenai seluruh lensa
Warna menjadi putih keabu-abuan
Iris shadow (-)
Fundus reflek (-)
Tajam penglihatan hanya bisa melihat gerakan tangan
atau persepsi cahaya

Katarak hipermatur
Akibat katarak matur dibiarkan sehingga bisa terjadi :
Korteks lensa mencair & melunak
tenggelam di dalam korteks lensa
Lensa akan terus kehilangan cairan
menipis
katarak shrunken

nukleus lensa
katarak morgagni
lensa mengkerut &

GEJALA KLINIS
Subyektif
Tajam pengelihatan menurun
Tampak bercak putih pada lapang pandang
Lebih enak membaca dekat tanpa kaca mata (Artificial
myope)
Silau (pada keadaan terang) bila PSC
Melihat 2 bayangan atau lebih
Obyektif
Leukokoria
Tes iris shadow : (+) pd katarak imatur & (-) pd katarak
matur
Reflek fundus +/ Tanda inflamasi(-) kecuali kat. komplikata oleh karena
penyakit intra okuli

DIAGNOSIS
Ditegakkan dengan:
Optotip snellen
Lampu senter
Slit lamp
Oftalmoskop

Diagnosis Banding
Katarak komplikata
Katarak karena penyebab lain (radiasi, trauma,
pemakaian obat-obatan)
Kekeruhan badan kaca
Ablasio retina

Penyulit
Glaukoma sekunder (fakomorfik)
Glaukoma fakolitik

Penatalaksanaan
Belum ada obat-obatan yang terbukti
dapat mencegah atau mengobati
katarak. Saat ini cara terbaik adalah
dengan operasi

INDIKASI BEDAH KATARAK

Optik
Mencegah komplikasi
Pengobatan dan pemeriksaan
Kosmetik

EKSTRAKSI KATARAK
Intra kapsuler (Intra Capsuler Cataract Extraction =
ICCE)
Mengeluarkan massa lensa dan kapsul seluruhnya
Ekstra kapsuler (Ekstra Capsuler Cataract Extraction
= ECCE)
Massa lensa dikeluarkan dengan merobek kapsul
bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian
posterior. Lensa mata digantikan dengan lensa
tanam permanen
Fakoemulsi
Hanya dengan melakukan sayatan ( 3mm ) pada
kornea. Menggunakan getaran ultrasonik.

Persiapan pre operasi


Uji anel (+)
Tidak ada infeksi disekitar mata
TIO normal
Tekanan darah normal
Gula darah telah terkontrol
Tidak batuk

Komplikasi pasca operasi

Hilangnya vitreous

Prolaps iris

Endoftalmitis

Astigmatisme pasca operasi

Pencegahan

Pemeriksaan mata secara teratur. Bila usia > 60 tahun sebaiknya mata
diperiksa setiap tahun

Kecepatan berkembangnya katarak dapat dijaga dg cara :

Tidak merokok

Pola makan yang sehat dg banyak mengkonsumsi sayur & buah

Lindungi mata dari sinar matahari

Prognosis
Baik
Pada umumnya penderita katarak akan
mengalami perbaikan penglihatan secara
bertahap setelah operasi

BAB 3
PEMBAHASAN
File

IDENTITAS PASIEN

Tn.S 77 tahun

Usia tua proses degeneratif

ANAMNESIS

Saat ini tidak keluhan, mata merah (-), kabur (+) sudah sejak 7 th y
penurunan visus perlahan
Pasien pernah didiagnosis glaukoma 9 th yg lalu
Riwayat DM (+) 9 th

PEMERIKSAAN

VOD: 0,1 CC S -1,00 C -3,00 A 90 0,3 F


VOS: 0,2 CC C -3,00 A 90 0,5
TIO OD 14,6 mmHg OS: 17,3 mmHg
(on therapy)

Mengeluh mata kabur sudah 7 th


Kelainan organic
(visus koreksi tidak 6/6)
TIO normal (terkontrol dg tx)

Segmen Anterior
ODS COA dalam
lensa agak keruh, iris shadow (+)

BMD dangkal terbuka


Kekeruhan lensa berhubungan
dengan usia

Segmen posterior
FR (+), CDR 0,3-0,4
tidak ditemukan kelainan lain

Kelainan segmen posterior


akibat DM (-)

DIAGNOSIS
ODS KATARAK IMATUR

Cendolyteers, 4 dd gtt I ODS

ODS SUSPEK GLAUKOMA SUDUT


TERBUKA PRIMER KRONIK

Xalatan, 1 dd gtt I ODS

Monitoring: keluhan pasien, visus,


TIO, segmen anterior, segmen posterior

DAFTAR PUSTAKA
1. Lang, G. K. 2006. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd Edition.
Thieme. Stuttgart-New York.
2. Riordan, P., Whitcher, J. P. 2014. Glaukoma dalam Vaughan & Asbury
Oftalmologi Umum Edisi 17. EGC. Jakarta. Hal. 212-229.
3. American Academy Of Ophthalmology, 2007. Glaucoma. San
Fransisco: American Academy Of Ophthalmology.
4. Nurwasis. 2006. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Bagian/Smf Ilmu
Penyakit Mata Edisi III. Balai Penerbit FKUNAIR: Surabaya. Hal. 1-22.
5. Bell, Jerald A. 2014. Primary Open-Angle Glaucoma. Medscape.
Diakses tanggal 10 Agustus 2016. (
http://emedicine.medscape.com/article/1206147-overview)
6. Budiono, Sjamsu dkk. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata.
Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 55-76
7. Akmam, S.M. Azhar, Zainal. Katarak dan Perkembangan Operasinya.
Diakses tanggal 10 Agustus 2016. (www.portalkalbe/files/ckd/06.1971
).

THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai