Disusun Oleh :
Afifatul Hakimah
01.209.5822
Pembimbing :
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M
dr. Hari Trilunggono, Sp.M
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Alamat
Pekerjaan
Tanggal masuk poli
:
:
:
:
:
Tn. S
62 tahun
Gondangan Wetan
Pensiunan
26 Agustus 2013
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mata kiri tidak bias melihat, gelap.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa mata kiri tiba-tiba tidak bias melihat, tiba-tiba
gelap, sekitar 3 minggu yang lalu. Kemudian pasien langsung menuju ke RSUDK,
saat itu tekanan darah pasien 180/100 mmHg, oleh dokter spesialis penyakit dalam
pasien pasien diberikan obat antihipertensi dan oleh dokter spesialis mata pasien
diberi Timolol 0,25% untuk mata kanannya. Pasien mengaku tidak ada perubahan
pada mata kirinya sampai saat ini.
Pasien juga mengaku kadang sakit kepala dan mata pegal saat tekanan darah
meningkat, tetapi kemudian menghilang dengan sendirinya, dan sering penglihatan
kabur dan menghilang tetapi beberapa menit kemudian normal lagi. Pasien mengaku
mengkonsumsi obat antihipertensi (captopril) dan obat untuk mengontrol gula
darahnya (glibenclamid). Pasien mengaku pernah mengalami serangan jantung
sebelumnya dan dirawat di rumah sakit. Pasien mengaku ketika jalan sering menabrak
disangkal, riwayat melihat pelangi di sekitar lampu disangkal, riwayat trauma
disangkal, riwayat pandangan seperti berkabut disangkal. Riwayat jika melihat benda
menjadi lebih besar atau lebih kecil sebelumnya disangkal, riwayat melihat adanya
kilatan-kilatan cahaya disangkal, riwayat saat melihat seperti ada tirai yang bergerak
ke suatu arah disangkal. Pasien mengaku sudah menggunakan kacamata baca selama
10 tahun. Pasien merokok sejak SMA.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat darah tinggi (hipertensi) diakui
Riwayat penyakit gula (DM) diakui ( GDS terakhir 111)
Riwayat penyakit ginjal disangkal pasien
Riwayat sakit mata seperti ini sebelumnya diakui berupa hilangnya penglihatan
sementara.
Riwayat adanya trauma pada mata seperti mata terkena bahan-bahan kimia,
Pasien adalah seorang pensiunan, biaya ditanggung sendiri dan anaknya, kesan
ekonomi cukup.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum
Kesadaran
Aktivitas
Kooperatif
Status gizi
Vital Sign
TD
Nadi
RR
Suhu
: Compos mentis
: Normoaktif
: Kooperatif
: Baik
: 140/80 mmHg
: 92 x/menit
: 18 x/menit
: 36,20
Status Ophtalmicus
OCULUS DEXTER (OD)
6 / 12 S+0,75 6/7,5
NBC
Fokus +1
Gerak bola mata normal,
PEMERIKSAAN
Visus
Bulbus okuli
Fokus 0
Gerak bola mata normal,
Palpebra
Konjungtiva
strabismus (-)
Superior dan Inferior
Edema (-), benjolan (-),
hiperemis (-),
nyeri tekan (-),
lagoftalmus (-),
Edema (-),injeksi konjungtiva
(-), injeksi siliar tidak ditemukan
Sklera
Warna putih
Kornea
Camera Oculi
Anterior
(COA)
Iris
positif
Kripta (normal), warna coklat,
positif
Kripta (normal), warna coklat,
edema (-),
sinekia tidak ditemukan
rubeosis tidak ditemukan
Isokor (+) , letak sentral,
diameter: 3mm,
refleks pupil :
langsung (+)
tidak langsung (+) lambat
Jernih,
iris shadow (-)
Jernih
Eksudat tidak ditemukan
Hemotalmos tidak ditemukan
Tobacco dust appearance tidak
ditemukan
Cemerlang
Papil : batas tegas, warna merah
Pupil
Lensa
Corpus Vitreum
Fundus reflek
Funduscopy
edema (-),
sinekia tidak ditemukan
rubeosis tidak ditemukan
Isokor (+), letak sentral,
diameter: 3mm,
Refleks pupil
Langsung (+) lambat sekali
tidak langsung (+)
Jernih
Iris Shadow (-)
Jernih
Vitreus floaters tidak ditemukan
Hemotalmos tidak ditemukan
Tobacco dust appearance tidak
ditemukan
Sangat suram
Papil : batas tegas, warna pucat ,
tidak ditemukan
CDR 0,4
Vasa = AVR 1:4
Medialisasi tidak ditemukan
Excavatio glaucomatosa tidak
ditemukan
Vena melebar berkelok tidak
ditemukan
Vena melebar berkelok tidak
ditemukan
Crossing sign tidak ditemukan
Guns sign tidak ditemukan
Copper wire artery tidak
ditemukan
Crossing sign tidak ditemukan
Guns sign tidak ditemukan
Copper wire artery tidak
ditemukan
Fibrous cord tidak ditemukan
Silver wire artery tidak
ditemukan
Fibrous cord tidak ditemukan
Silver wire artery tidak
ditemukan
Plasmic vasculosis tidak
ditemukan
Plasmic vasculosis tidak
ditemukan
Necrose fibrinoid tidak
ditemukan
Necrose fibrinoid tidak
ditemukan
Mikroaneurisme tidak
ditemukan
Mikroaneurisme tidak ditemukan
NPD, NVE
tidak ditemukan
IRMAs tidak ditemukan
ditemukan
NPD, NVE
tidak ditemukan
IRMAs tidak ditemukan
Cotton wool patch (soft
ditemukan
Sikatrik tidak ditemukan
ditemukan
Sikatrik tidak ditemukan
Retina : pucat
Udem tidak ditemukan
Cherry red spot (+)
IX. PROGNOSIS
OCULUS DEXTER (OD)
Quo Ad Visam:
ad bonam
Quo Ad Sanam
:
ad bonam
Quo Ad Functionam :
ad bonam
Quo Ad Kosmetikam :
ad bonam
Quo Ad Vitam
:
ad bonam
X. EDUKASI
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa hilangnya penglihatan pada pasien disebabkan
karena pembuluh darah pada matanya tersumbat sehingga saraf pada matanya tidak
mendapatkan nutrisi dengan baik dan telah mati.
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa kematian pada saraf matanya tidak dapat
disembuhkan dengan terapi obat-obatan maupun operasi, sehingga penglihatannya tidak
mungkin kembali seperti semula.
3. Menjelaskan kepada pasien penyakit yang dideritanya erat kaitannya dengan riwayat
hipertensi maupun penyakit gula yang diderita oleh pasien, sehingga pasien harus
mengontrol tekanan darah dan kadar gula darah agar tidak terjadi penyakit serupa pada
mata sebelah kanan, karena kemungkinan untuk terjadinya hilang penglihatan pada mata
kanannya sangat besar, baik oleh penyakit serupa maupun komplikasi dari hipertensi
maupun penyakit diabetes itu sendiri.
4. Menjelaskan kepada pasien bahwa oabat-obatan yang diberikan dokter adalah untuk
mencegah komplikasi dari penyakit yang telah diderita oleh pasien, bukan untuk
menyembuhkan, tetapi meskipun demikian, pasien harus minum obat dan memakai tetes
mata secara teratur.
5. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit serupa bisa saja terjadi pada anggota
keluarganya terutama yang mempunyai riwayat tekanan darah tinggi, kadar gula darah
tinggi, ataupun kadar kolesterol darah yang tinggi, oleh sebab itu untuk mencegahnya,
pasien diharapkan rutin melakukan kontrol ke dokter mata maupun dokter spesialis
penyakit dalam.
XI. KOMPLIKASI
1. Glaukoma sekunder sudut terbuka
2. Sindrom iskemik okuler
XII . RUJUKAN
Dalam kasus ini dilakukan rawat bersama dengan dokter spesialis penyakit
dalam, karena dari pemeriksaan klinis dan laboratorium ditemukan kelainan yang
berkaitan dengan disiplin ilmu penyakit dalam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis dan
melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina biasa juga disebut
selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan
cahaya. Retina berbatasan dengan koroid dan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisanlapisan, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut :
1. Membrana limitans interna
2. Lapisan serabut-serabut saraf
3. Lapisan sel-sel ganglion
4. Lapisan pleksiform dalam
5. Lapisan nuklear dalam
6. Lapisan pleksiform luar
7. Lapisan nuklear luar
8. Membrana limitans interna
9. Lapisan fotoreseptor
10. Lapisan epitel pigmen
dibatasi oleh arkade-arkade pembuluh darah retina temporal. Di tengah makula, sekitar 3,5
mm di sebelah lateral diskus optikus, terdapat fovea yang secara klinis jelas-jelas merupakan
suatu cekungan yang memberikan pantulan khusus bila dilakukan oftalmoskop.
Fovea ditandai dengan menipisnya lapisan inti luar dan dan tidak adanya lapisan-lapisan
parenkim karena akson-akson sel fotoreseptor berjalan oblik dan pergeseran secara
sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina. Foveola merupakan
bagian paling tengah pada fovea, di sini fotoreseptornya adalah sel kerucut dan merupakan
bagian retina yang paling tipis.
Pada funduskopi tempat makula lutea tampak lebih merah dari sekitarnya dan pada
tempat fovea sentralis seolah-olah ada cahaya yang disebut refleks fovea, yang disebabkan
oleh lekukan pada fovea sentralis. Pada bagian nasal dari makula lutea terdapat papilla nervi
optisi, yaitu tempat dimana N.II menembus sklera. Papil ini hanya terdiri dari serabut saraf,
tidak mengandung sel batang atau kerucut sama sekali dan disebut titik buta.
Bagian tengahnya ada lekukan yang tampak agak pucat, dari tempat inilah keluar arteri dan
vena retina sentralis yang kemudian bercabang-cabang ke temporal dan ke nasal, juga ke atas
dan ke bawah. Arteri ini merupakan arteri terminal dan tak ada anastomose. Namun
terkadang di dapat anastomose antara a. Siliaris dan a. Retina sentral yang disebut a.
Silioretinal yang terletak di makula, sehingga bila terjadi emboli yang masuk ke dalam arteri
retina sentralis fungsi dari makula tak terganggu.
Pemasok arteri utama ke orbita dan bagian-bagiannya berasal dari arteri oftalmika,
cabang besar pertama dari bagian intrakranial arteri karotis interna. Cabang ini berjalan di
bawah nervus optikus dan bersamanya melewati kanalis optikus menuju orbita. Cabang
intraorbital pertama adalah arteri retina sentralis, yang memasuki nervus optikus sekitar 8-15
mm di belakang bola mata. Pembuluh darah retina keluar pada papil N.II, membentuk
gambaran percabangan yang berbeda-beda pada setiap individu.
Retina menerima darah dari dua sumber. Biasanya bagian dalam retina disuplai oleh
a.retina sentral dan cabangnya yang memperdarahi dua per tiga sebelah dalam. Pada bagian
luar disuplai oleh koriokapiler yang berada tepat di luar membrana Bruch, yang
memperdarahi sepertiga luar retina. Termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar,
fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen retina.
Oklusi arteri retina sentral adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah retina
sentral. Tempat tersumbatnya arteri retina sentralis biasanya di lamina kribrosa. Arteri
retina sentral yang merupakan cabang dari arteri oftalmika hanya menyebabkan
iskemia pada retina bagian dalam dan biasanya hanya mengenai satu mata saja.
Oklusi ini akan menyebabkan berkurangnya suplay oksigen pada daerah yang dari
arteri yang mengalami oklusi tersebut, sehingga dapat menyebabkan kebutaan yang
permanen. Hilangnya penglihatan yang tiba-tiba, memberat, dan tanpa nyeri pada
salah satu mata merupakan karakteristik dari oklusi arteri retina sentral. Retina akan
menjadi opaque dan edema, khususnya dibagian kutub posterior dimana serabut saraf
dan sel-sel ganglion menjadi tebal. Oklusi arteri retina sentralis biasanya terjadi pada
usia tua atau usia pertengahan. Kehilangan penglihatan secara tiba-tiba, berat dan
tanpa didahului oleh rasa sakit adalah karakteritik oleh oklusi arteri retinal sentralis
Merupakan kasus kegawatdaruratan oftalmologi. Keterlambatan penanganan akan
mengakibatkan kehilangan penglihatan permanen.
Etiopatogenesis :
Oklusi arteri retina sentral terjadi akibat dari trombosis pada lamina sklerosis,
mungkin berasal dari arteriosklerosis komplikasi, atau dari kejadian emboli. Saat
silioretina yang merupakan anastomose antara a. Retina sentral dan a. siliaris yang
tidak mengenai makula sehingga daerah makula masih dapat melihat maka daripada
itu ketajaman penglihatan sentral masih dapat dipertahankan.
Sesudah beberapa jam retina akan tampak pucat, keruh keabu-abuan yang disebabkan
edema lapisan dalam retina dan lapisan sel ganglion. Pada keadaan ini akan terlihat
gambaran merah ceri (cherry red spot) pada makula lutea. Hal ini disebabkan tidak
adanya lapisan ganglion di makula, sehingga makula mempertahankan warna aslinya.
Lama-kelamaan papil warnanya pucat dan batasnya kabur. Secara klinis, kekeruhan
retina menghilang dalam 4-6 minggu, meninggalkan sebuah diskus optikus pucat
sebagai temuan okular pertama.
o
o
o
o
Pemeriksaan Penunjang
o FFA : fase arteri memanjang
o ERG : gelombang B memendek karena adanya proses iskemia intra retinal.
Penatalaksanaan :
o Tx berkaitan dengan penyakit sistemik
o Untuk memperbaiki visus harus waspada sebab 90 menit setelah sumbatan
kerusakan retina ireversible.
oklusi
arteri
retina
sentralis
setelah
melewati
penanganan
Retinopati Hipertensi
Definisi
Kelainan retina dan pembuluh darah retina (retinopati) pada penderita hipertensi.
Patogenesis
Kelainan fundus mata hipertensi terdiri dari :
a. Hipertonus pembuluh darah (Angiospasme)
b. Perubahan organik dinding pembuluh darah (Angiopati)
c. Kelainan retina (Retinopati)
d. Okusi pembuluh darah
Angiospasme :
o Hipertonus pembuluh darah terbatas pada percabangan kecil arterior dan
distal.
o Fase awal HT hipertonus tanpa disertai kelainan organis dan reversible mis :
eklamsi.
Gejala Klinis :
- Ratio AV menyempit : 1 : 4 (N 2 : 3)
- Pembuluh darah retina pucat
- Percabangan arteriol lebih tegas
- Perubahan reflek aksial
- AV crossing phenoment
- Perdarahan flame shaped
- Soft exudates, cotton wool spot (iskemia vokal, batas kabur). Dapat hilang 4 12
minggu
- Hard Exudates (Degenerasi sel saraf setempat, batas jelas, warna putih kekuningan)
macular star
- Papil edema hipertensi maligna
Patogenesis
Pada keadaan hipertensi, pembuluh darah retina akan mengalami beberapa seri
perubahan patofisiologis sebagai respon terhadap peningkatan tekanan darah.
Terdapat teori bahwa terjadi spasme arterioles dan kerusakan endothelial pada tahap
akut sementara pada tahap kronis terjadi hialinisasi pembuluh darah yang
menyebabkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah) . Tahap awal, pembuluh
darah retina akan mengalami vasokonstriksi secara generalisata. Hal ini merupakan
akibat dari peningkatan tonus arteriolus dari
mekanisme autoregulasi yang
seharusnya berperan sebagai fungsi proteksi. Pada pemeriksaan funduskopi akan
terlihat penyempitan arterioles retina secara generalisata. Peningkatan tekanan darah
secara persisten akan menyebabkan terjadinya penebalan intima pembuluh darah,
hiperplasia dinding tunika media dan degenerasi hialin. Pada tahap ini akan terjadi
penyempitan arteriolar yang lebih berat dan perubahan pada persilangan arteri-vena
yang dikenal sebagai arteriovenous nicking. Terjadi juga perubahan pada refleks
cahaya arteriolar yaitu terjadi pelebaran dan aksentuasi dari refleks cahaya sentral
yang dikenal sebagai copper wiring. Dinding aretriol normal bersifat transparan,
sehingga yang terlihat sebenarnya adalah darah yang mengalir. Pantulan cahaya yang
tipis dibagian tengah lumen tampak sebagai garis refraktif kuning sekitar selebar
seperlima dari lebar lumen. Apabila dinding arteriol diinfiltrasi oleh sel lemak dan
kolesterol akan menjadi sklerotik. Dinding pembuluh darah secara bertahap menjadi
tidak transparan dan dapat dilihat, dan refleksi cahaya yang tipis menjadi lebih lebar.
Produk-produk lemak kuning keabuan yang terdapat pada dinding pembuluh darah
bercampur dengan warna merah darah pada lumen pembuluh darah akan
menghasilkan gambaran khas copper-wire. Hal ini menandakan telah terjadi
arteriosklerosis tingkat sedang. Apabila sklerosis berlanjut, refleksi cahaya dinding
pembuluh darah berbentuk silver-wire. Tahap pembentukan eksudat, akan
menimbulkan kerusakan pada sawar darah-retina, nekrosis otot polos dan sel-sel
endotel, eksudasi darah dan lipid, dan iskemik retina. Perubahan-perubahan ini
bermanifestasi pada retina sebagai gambaran mikroaneurisma, hemoragik, eksudat
keras dan infark pada lapisan serat saraf yang dikenal sebagai cotton-wool spot.
Edema diskus optikus dapat terlihat pada tahap ini, dan biasanya merupakan indikasi
telah terjadi peningkatan tekanan darah yang sangat berat. Edema retina dan makula
diperkirakan terjadi melalui dua mekanisme. Hayreh membuat postulat bahwa edema
retina timbul akibat transudasi cairan koroid yang masuk ke retina setelah runtuhnya
struktur RPE. Namun selama ini peneliti lain percaya bahwa cairan edematosa muncul
akibat kegagalan autoregulasi, sehingga meningkatkan tekanan transmural pada
arterioles distal dan kapiler proksimal dengan transudasi cairan ke dalam jeringan
retina. Absorpsi komponen plasma dari cairan edema retina akan menyebabkan
terjadinya akumulasi protein. Perubahan-perubahan yang terjadi ini tidak bersifat
spesifik hanya pada hipertensi, karena selain itu juga dapat terlihat pada penyakit
kelainan pembuluh darah retina yang lain. Perubahan yang terjadi juga tidak bersifat
sekuensial, misalnya perubahan tekanan darah yang terjadi mendadak dapat langsung
menimbulkan hard exudate tanpa perlu mengalami perubahan-perubahan lain
terlebih dulu.
Klasifikasi :
Penatalaksanaan :
Antihipertensi (konsultasi dengan Internal).
Bila keadaan lanjut terjadi pendarahan vitreous
dapat dipertimbangkan
Vitrektomi.
Penderita usia lanjut lebih waspada karena jarang memperlihatkan gejala yang
Definisi
Kelainan retina akibat sumbatan akut vena
Predisposisi :
o Usia diatas 50 thn
o Hipertensi sistemik 61%
o DM 7%
o Kolestrolemia
o TIO meningkat
o Periphlebitis (Sarcouidosis, Behset disease) Sumbatan trombus vena retina
sentralis pada daerah posterior lamina cribrosa
Gejala Klinis :
1. Tipe Noniskemik :
- FFA area nonperfusi kecil 10 disc
- Gejala lebih ringan.
- Vena dilatasi ringan dan sedikit berkelok
- Perdarahan dot dan flame shaped
- Dapat disertai dengan atau tanpa edama
papil
2. Tipe Iskemik :
- FFA area nonperfusi diatas 10 disc
- Vena dilatasi lebih nyata
- Perdarahan masif pada ke 4 kuadran
- Cotton wool spot
- Rubeosis iridis
- Marcus Gunn +
- Perdarahan vitreous
- Edema retina dan edama macula
Pemeriksaan :
- FFA
- ERG
- Tonometri
Penyulit :
- Edema Makula
- Rubeosis Iridis
Penatalaksanaan :
- Memperbaiki underlying disease
- Edema makula laser fotokoagulasi grid (media refraksi jernih).
- PRP untuk mengurangi resiko penyulit (glaukoma neovaskular)
- Bila media keruh Pan Retinal Cryotherapy
- Kortikosteroid belum terbukti efektivitas
- Anti koagulansia sistemik tidak direkomendasikan
Retinopati Diabetik
Definisi
Kelainan retina akibat gangguan mikrovaskular yang disebabkan oleh hiperglikemi
yang lama (Diabetes Melitus)
Patogenesa :
DM dapat menimbulkan ggn anatomis dan fungsi organ (mata, ginjal, saraf, pem.
darah)
Dengan mekanisme :
1.Peningkatan Aldose Reduktase (jalur Poliol) 1.Peningkatan Aldose Reduktase (jalur
Poliol)
2.Glikosilasi non enzimatis
3.Pembentukan senyawa dikarbonil
4.Stress oksidatif
Retina merupakan jaringan dengan tingkat respirasi dan glikolisis paling tinggi
Aldose reduktase naik sorbitol naik penebalan capillary basement membran
indra retinal microangiopathy hilangnya perisit micro vascular intramural
(autoregulasi) mikroaneurisme pecahnya BRB peningkatan permeabilitas
Barrier daerah hipoksia dan iskemik.
Gejala Klinis :
Penatalaksanaan :
1. Medical Treatment :
- Aldose reduktase inhibitor (sorbinil) Penelitian menurunkan proses RD
- Vascular Endothelial Growth factor Inhibitor
- Aminoguanidin (mengikat protein yang mengalami glikolisis
- Pentoxypilin (memperbaiki sirkulasi perifer)
2. Laser Photocoagulation :
ETDRS : Fotokoagulasi dini menurunkan insiden ggn visus 50%
Laser argon efek samping kecil
- Indikasi :
* Perdarahan vitreous atau preretinal terokalisasi.
* Kontraksi progresif proliferasi fibrin
* Neovaskularisasi ekstensif di COA
3. Bedah Vitrektomi :
Vitrektomi dini pada PDR dapat menyebabkan regresi NVD dan NVE
Indikasi :
* Perdarahan vitreous yang lama (3 6 bln)
* PDR yang aktif dengan visus baik
* Adanya traksi pada papil, peripapil, makula
* Adanya ablasio retina yang melibatkan makula
* Traction Retinal Detachment
* Penurunan tajam penglihatan dari 10/50 menjadi 10/100 atau lebih buruk
Ablasio Retina (Retinal Detachment)
Definisi
Pelepasan retina sensoris dari Pigmen Epitel Retina.
Klasifikasi :
1. Rhegmatogenous Retinal Detachment
2. Non Rhegmatogenous Retinal Detachment :
a. Traction Retinal Detachment
b. Exudative Retinal Detachment
1. Rhegmatogenous Retinal Detachment
Definisi : pelepasan retina sensoris dari RPE dengan adanya SRF yang masuk
lewat robekan retina
- Etiologi
* Spontan (Liquefaction, degenerasi retina perifer)
* Trauma (trauma tumpul, trauma tembus)
- Funduskopi :
* Tobacco dust appearance pada vitreous
* Retinal Break 90-95%
* Retinal Fold (retina terangkat berundulasi dan berlipat)
* Garis demarkasi
* Retina yang terlepas confex
* SRF jernih bila sudah lama kuning
* TIO menurun
Penatalaksanaan :
Secara anatomis lapisan sensoris retinal didekatkan kembali ke RPE dengan cara
Definisi : pelepasan retina sensoris dari RPE akibat tarikan membran vitreous atau
proliferasi vitreo retinal
Etiologi :
* PDR (Proliferative Diabetic Retinopathy)
* PPR (Proliferative Vitreo Retinopathy)
* Penetrating ocular trauma
Funduskopi :
* Membran vitreous dan jar. Prolif. Vitreo retina
* Retina bergerak
* Retina konkaf anterior dan jarang s/d. oraserata
* SRF jarang meluas
Penatalaksanaan :
- TRD dan PDR Laser PC sebelum operasi SB dan advanced vitrectomy
- TRD dengan rhegmatogen retinal detachment operasi SB dan advanced vitrectomy
- Scleral Buckling untuk menurunkan traksi
Definisi : pelepasan retina sensoris dari RPE akibat pengumpulan cairan di subretinal
akibat kerusakan RPE atau pembuluh darah retina sehingga cairan dapat masuk
subretina.
Etiologi :
- Tumor Koroid (penyebab tersering)
- Inflamasi (Haradas Disease, scleritis post)
- Hipertensi
- AMD
- Bullous central serous choroidopathy (jarang)
Funduskopi :
- Retina Detach cembung dengan permukaan yang rata.
- Tidak ditemukan robekan retina
- SRF sering >> kadang terlihat di slit lamp
- Shifting fluid
Penatalaksanaan :