Anda di halaman 1dari 30

STATUS PASIEN I.

IDENTITAS Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat

: Ny. S : 61 tahun : Perempuan : Islam : Petani : Poko Sidorejo Ponjong

II.

ANAMNESIS Dilakukan Autoanamnesis dan alloanamnesis Keluhan Utama: Mata kanan terasa kabur sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit Keluhan tambahan: Mata terasa merah, pegel, berair dan bagian tengah mata menjadi putih Riwayat Penyakit Sekarang: 3 minggu SMRS, os mengeluh pandangan pada mata kanannya terasa kabur. Kabur yang dirasakan terjadi secara mendadak setelah terkena gabah padi ketika os bekerja. Sewaktu terkena gabah padi, mata os terasa sakit sekali sehingga tidak dapat membuka mata. Selain itu, air mata keluar terus menerus terutama pada mata kanan. Setelah kejadian, os segera dibawa ke bidan yang praktek di daerah tempat tinggal os. Os diberi obat tetes mata dari bidan, os tidak tahu obat tetes mata apa yang diberikan ketika ditanya. Beberapa hari SMRS, pandangan mata kanan os masih kabur dan os mengeluh bagian tengah matanya menjadi putih. Menurut os, pada awalnya bagian putih yang terdapat pada bagian matanya hanya keliatan kecil tetapi semakin hari semakin bertambah besar. Selain itu, mata os masih merah dan air mata masih sering keluar dari mata kanan os. Os sekali lagi berobat ke tempat praktek dokter. Os diberi obat tetes mata dan obat pil, os tidak tahu obat apa yang diberi ketika ditanya dan os diberi surat pengantar dari dokter yang praktek untuk dirujuk ke RS Mata Yap.

Pada hari os MSRS, keluhan pada mata kananya masih belum membaik. Mata os masih merah, terasa pegel dan keluar air mata terus. Setelah diperiksa oleh dokter, os disarankan untuk dirawat di rumah sakit untuk tindakan pengobatan yang selanjutnya. Pada saat ini, os sudah dirawat di rumah sakit selama 10 hari. Keluhan seperti mata terasa pegel dan mata berair masih ada tetapi sudah berkurang.

Riwayat Penyakit Dahulu a. Umum Hipertensi DM Asma Maag Alergi obat (-) (-) (-) (-) (-)

b. Mata Riwayat penggunaan kaca mata (-)

Riwayat Penyakit Keluarga: III. Tidak ada penyakit serupa sebelumnya di keluarga

PEMERIKSAAN FISIK A. STATUS GENERALIS Keadaan Umum : Baik Kesadaran Tanda Vital : Compos Mentis : Tekanan Darah Nadi Respirasi Suhu Kepala Mulut THT : 130/80mmHg : 85 kali/menit : 20 kali/menit : 36,5C

: Normocephali, rambut hitam distribusi merata : Higiene cukup : MAE lapang, deviasi septum hidung (-),T1-T1 tenang tidak hiperemis
2

Jantung Paru Abdomen Ekstremitas

: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-) gallop (-) : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-) wheezing (-/-) : Supel, datar, bising usus (+) normal : Akral hangat, tidak sianosis atau edema

B. STATUS OFTALMOLOGIKUS KETERANGAN 1. VISUS Tajam Penglihatan Axis Visus Koreksi Addisi Distansia Pupil Kacamata Lama 1/60 6/24 F OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)

2. KEDUDUKAN BOLA MATA Eksoftalmos Enoftalmos Deviasi Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah 3. SUPERSILIA Warna Simetris

Baik ke semua arah

Hitam Simetris

Hitam Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR Edema Nyeri tekan Ektropion Entropion Blefarospasme Trikiasis Sikatriks Fissura palpebra Ptosis Hordeolum Kalazion -

5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR Hiperemis Folikel Papil Sikatriks Anemis Kemosis 6. KONJUNGTIVA BULBI Sekret + Injeksi Konjungtiva + Injeksi Siliar + Injeksi Subkonjungtiva Pterigium Pinguekula Nevus Pigmentosus Kista Dermoid 7. SISTEM LAKRIMALIS Punctum Lakrimalis Terbuka Tes Anel Tidak dilakukan 8. SKLERA Warna Ikterik Nyeri Tekan 9. KORNEA Kejernihan Permukaan Ukuran Sensibilitas Infiltrat Keratik Presipitat Sikatriks Ulkus Perforasi Arkus Senilis Edema Tes Placido

Terbuka Tidak dilakukan

Putih kemerahan -

Putih -

Keruh Terdapat ulkus 3 mm 12 mm Baik + + + Tidak dilakukan

Jernih Licin 12 mm Baik Tidak dilakukan

10. BILIK MATA DEPAN Kedalaman Kejernihan Hifema Hipopion Efek Tyndall 11. IRIS Warna Kripte Sinekia Koloboma 12. PUPIL Letak Bentuk Ukuran Refleks Cahaya Langsung Refleks Cahaya Tak Langsung 13. LENSA Kejernihan Letak Shadow Test 14. BADAN KACA Kejernihan 15. FUNDUS OKULI Batas Warna Ekskavasio Rasio Arteri : Vena C/D Ratio Makula Lutea Retina Eksudat Perdarahan Sikatriks Ablasio

Sulit dinilai Keruh + -

Normal Jernih -

Sulit dinilai + -

Coklat kehitaman + -

Di tengah Sulit dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai

Di tengah Bulat 3 mm Positif Positif

Sulit dinilai Di tengah Sulit dinilai

Jernih Di tengah Negatif

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

16. PALPASI Nyeri Tekan Massa Tumor Tensi Okuli Tonometri Schiotz

+ Normal per palpasi Tidak dilakukan

Normal per palpasi Tidak dilakukan

17. LAPANG PANDANG Tes Konfrontasi Tidak sama dengan pemeriksa

Sama dengan pemeriksa

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Lab rutin(26/3/2012) Sel darah merah : 4.78 x 106/mm3 Leukosit : 7800/mm3 Hb : 12.5 g/dL Ht : 41.3 % Trombosit : 218.000 MCV : 87 um3 MCH : 26.2 L pg MCHC : 30.3 L g/dl RDW :13.3% MPV : 6.7 L um3 PDW : 14.9 % 2. WBC Flags: G1 DIFF: %LYM : 9.3 L% %MON : 6.0 % %GRA : 84.7 H%

#LYM: 0.7 L 103/mm3 #MON: 0.4 103/mm3 #GRA: 6.7 103/mm3

V.

RESUME Wanita, 61 tahun datang ke RS Mata Yap dengan keluhan mata kanan kabur sejak 3 minggu yang lalu. Selain itu, mata os terasa pegel, sering keluar air mata, merah dan terdapat bagian mata yang menjadi putih. Sebelum ini, os suda berobat dua kali ke dokter dan telah mendapat pengobatan. Os tidak tahu obat yang diberikan ketika ditanya. Terdapat riwayat trauma dan kemasukan benda asing pada mata kanan os yaitu terkena gabah padi. Pada pemerikasaan visus didapat pada mata kanan 1/60 dan visus mata kiri 6/24. Konjungtiva bulbi kanan terdapat sekret jernih mengalir keluar dengan injeksi
6

konjungtiva dan perikorneal. Kornea keruh dan terdapat ulkus sebesar kira-kira 3mm dengan terdapat infiltrat dan edem kornea.COA terdapat hipopion memenuhi bilik mata depan dan tidak jernih. Pada palpasi okuli sinistra didapatkan nyeri tekan. VI. DIAGNOSIS KERJA a. Okuli Dextra (OD): Ulkus kornea bakterialis cum hipopion b. Okuli Sinistra (OS): Astigmat hipermetrop simpleks VII. DIAGNOSIS BANDING Ulkus kornea virus Ulkus kornea fungi PENATALAKSANAAN Medika mentosa 1. Analsik 2x1 tab peroral 2. Glaucon 3x1/2 tab peroral 3. Ciprofloxaxin 2x500mg tab peroral 4. Aspar K 1x1 tab peroral 5. Pemberian sikloplegik : SA 1% 4 kali per hari. 6. LFX tetes 6x per hari OD 7. Sodium diclofenac tetes 2x1 OD Non medika mentosa 1. Rawat inap 2. Irigasi dengan betadin 3. Operasi TMA

VIII.

IX.

PROGNOSIS Ad Vitam Ad Fungsionam Ad Sanationam OKULO DEXTRA (OD) : Bonam : Dubia ad bonam : Bonam OKULO SINISTRA (OS) Bonam Bonam Bonam
7

TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHALUAN Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi,

endoftalmitis, bahkan kebutaan.Ulkus kornea termasuk kasus kegawat daruratan pada penyakit mata. Dimana mata terancam akan kehilangan fungsi penglihatan atau terjadi kebutaan bila tidak dilakukan tindakan ataupun pengobatan secepatnya. Hal ini dapat diakibatkan oleh penyakit atau kelainan mata dan trauma mata.Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Sehingga penatalaksanaan yang tepat akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan.1,2 ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA Kornea merupakan dinding depan bola mata, berupa jaringan transparan dan avaskular.Bentuk kornea agak elips dengan diameter horizontal 12,6mm dan diameter vertikal 11,7 mm. Jari-jari kelengkungan depan 7,84 mm dan jari-jari kelengkungan belakang 7 mm tebal kornea pusat 0,6 mm dan tebal bagian tepi 1 mm. Kornea mempunyai lima lapisan yang berbedabeda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sklera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea memiliki indeks refraksi 1,37. Kornea memberikan kontribusi 74 % atau setara dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan dioptri mata manusia. Kornea juga merupakan sumber astigmatisme pada sistem optik.Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa dari aqueus humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata.Sebagai tambahan, kornea perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus.Kornea adalah salah satu organ tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan dengan konjungtiva.1
8

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

Gambar 1 : Lapisan kornea dari luar ke dalam5 Kornea dalam bahasa latin cornum artinya seperti tanduk, merupakan selaput bening mata, bagian dari mata yang bersifat tembus cahaya, merupakan lapis dari jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas :2,3,4 1. Epitel Terdiri dari sel epitel squamos yang bertingkat, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; sel poligonal dan sel gepeng. Tebal lapisan epitel kira-kira 5 % (0,05 mm) dari total seluruh lapisan kornea. Epitel dan film air mata merupakan lapisan permukaan dari media penglihatan. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di sampingnya melalui desmosom dan makula okluden. Ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa melalui barrier.Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Sedangkan epitel berasal dari ektoderm permukaan.Epitel memiliki daya regenerasi.
9

2. Membran bowman Membran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran basal dari epitel. Merupakan lapisan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari epitel bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi. 3. Stroma Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea.Merupakan lapisan tengah pada kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibril-fibril kolagen dengan lebar sekitar 1 m yang saling menjalin yang hampir mencakup seluruh diameter kornea, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini bercabang, terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama, dan kadang sampai 15 bulan. 4. Membran Descemet Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea yang dihasilkan oleh endotel. Bersifat sangat elastis dan jernih yang tampak amorf pada pemeriksaan mikroskop elektron, membran ini berkembang terus seumur hidup dan mempunyai tebal + 40 m. 5. Endotel Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal, tebal antara 20-40 m melekat erat pada membran descemet melalui taut.Endotel dari kornea ini dibasahi oleh aqueous humor. Lapisan endotel berbeda dengan lapisan epitel karena tidak mempunyai daya regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi sel-sel yang mati dengan mengurangi kepadatan seluruh endotel dan memberikan dampak pada regulasi cairan, jika endotel tidak lagi dapat menjaga keseimbangan cairan yang tepat akibat gangguan sistem pompa endotel, stroma bengkak karena kelebihan cairan (edema kornea) dan kemudian hilangnya transparansi (kekeruhan) akan terjadi. Permeabilitas dari kornea ditentukan oleh epitel dan endotel yang merupakan membrane semipermeabel, kedua lapisan ini mempertahankan

10

kejernihan daripada kornea, jika terdapat kerusakan pada lapisan ini maka akan terjadi edema kornea dan kekeruhan pada kornea.2,3,5 Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus yang berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepas selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan.Sensasi dingin oleh Bulbus Krause ditemukan pada daerah limbus.1,2,5 FISIOLOGI KORNEA Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina.Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi.Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi.2,3,7 Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik.Substansi larut-lemak dapat melalui epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus.2,3,7. Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular dan membran bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur.2,3,4

11

ULKUS KORNEA DEFINISI Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma.Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel, perforasi, endoftalmitis.5

ETIOLOGI Penyakit kornea adalah penyakit mata yang serius karena menyebabkan gangguan tajam penglihatan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan.Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.Ulkus biasanya terbentuk akibat infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas, atau pneumokokus), jamur virus (misalnya herpes) atau protozoa akantamuba.Selain itu ulkus kornea disebabkan reaksi toksik, degenerasi, alergi dan penyakit kolagen vaskuler.Kekurangan vitamin A atau protein, mata kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna dan melembabkan kornea).Faktor resiko terbentuknya antara lain adalah cedera mata, ada benda asing di mata, dan iritasi akibat lensa kontak. 1,5

PATOFISIOLOGI Bila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami gangguan, resiko terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti trauma langsung pada kornea, penyakit alis mata yang kronis, abnormalitas tear film yang mengganggu keseimbangan permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat pemakaian lensa kontak. 2,4 Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea bersifat antigen dan akan melepaskan enzim dan toksin. Hal ini akan mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang mengawali proses inflamasi. Sel-sel PMN pada kornea akan membentuk infiltrat. PMN berfungsi memfagosit bakteri. Lapisan kolagen stroma dihancurkan oleh bakteri dan enzim leukosit dan proses degradasi berlanjut meliputi nekrosis dan penipisan. Karena penipisan lapisan ini, dapat terjadi perforasi menyebabkan endoftalmitis.Bila kornea telah sembuh, dapat timbul jaringan sikatrik yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Bakteri gram positif lebih banyak menjadi penyebab
12

infeksi bakterialis di dunia bagian selatan. Psaeudomonas aeruginosa paling banyak ditemukan pada ulkus kornea dan keratitis karena lensa kontak. 5 Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal ada 2 bentuk tukak pada kornea, yaitu sentral dan marginal/perifer.Tukak kornea sentral disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Sedangkan perifer umumnya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokok aureus, H. influenza, dan M. lacunata.

KLASIFIKASI Ulkus Kornea Sentral Ulkus kornea sentral dapat disebabkan oleh pseudomonas, streptococcus, pneumonia, virus, jamur, dan alergi. Pengobatan ulkus kornea secara umum adalah dengan pemberian antibiotika yang sesuai dan sikloplegik. Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia.Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.Ulserasi supuratif sentral dahulu hanya disebabkan oleh S pneumonia.Tetapi akhir-akhir ini sebagai akibat luasnya penggunaan obat-obat sistemik dan lokal (sekurang-kurangnya di negara-negara maju), bakteri, fungi, dan virus opurtunistik cenderung lebih banyak menjadi penyebab ulkus kornea daripada S pneumonia. 1-5

Ulkus Kornea Perifer Ulkus Dan Infiltrat Marginal Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit.Ulkus ini timbul akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun khususnya blefarokonjungtivitis

stafilokokus.Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri, antibodi dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea.Infiltrat dan ulkus marginal mulai berupa infiltrat linier atau lonjong terpisah dari limbus oleh interval bening dan hanya pada akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi. Proses ini sembuh sendiri umumnya setelah 7 sampai 10 hari. Terapi terhadap blefaritis umumnya dapat mengatasi masalah ini, untuk beberapa kasus diperlukan kortikosteroid topikal untuk mempersingkat
13

perjalanan penyakit dan mengurangi gejala.Sebelum mamekai kortikosteroid perlu dibedakan keadaan ini yang dulunya dikenal sebagai ulserasi kornea catarrhal dari keratitis marginal.

Klasifikasi Berdasarkan Organisme Penyebabnya Ulkus Kornea Bakterialis Ulkus kornea yang khas biasanya terjadi pada orang dewasa yang bekerja di bidang konstruksi, industri, atau pertanian yang memungkinkan terjadinya cedera mata.Terjadinya ulkus biasanya karena benda asing yang masuk ke mata, atau karena erosi epitel kornea.Dengan adanya defek epitel, dapat terjadi ulkus kornea yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen yang terdapat pada konjungtiva atau di dalam kantong lakrimal. Banyak jenis ulkus kornea bakteri mirip satu sama lain dan hanya bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini terutama berlaku untuk ulkus yang disebabkan bakteri oportunitik (misalnya Streptococcus alfa-hemolyticus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Nocardia, dan M fortuitum-chelonei), yang menimbulkan ulkus indolen yang cenderung menyebar perlahan dan superficial. Ulkus sentral yang disebabkan Streptococcus beta-hemolyticus tidak memiliki ciri khas.Stroma kornea disekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan sembab, dan biasanya terdapat hipopion yang berukuran sedang.Kerokan memperlihatkan kokus gram (+) dalam bentuk rantai.Obat-obat yang disarankan untuk pengobatan adalah Cefazolin, Penisillin G, Vancomysin dan Ceftazidime.Ulkus kornea sentral yang disebabkan Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus alfa-hemolyticus kini lebih sering dijumpai daripada sebelumnya, banyak diantaranya pada kornea yang telah terbiasa terkena kortikosteroid topikal. Ulkusnya sering indolen namun dapat disertai hipopion dan sedikit infiltrat pada kornea sekitar. Ulkus ini sering superficial, dan dasar ulkus teraba padat saat dilakukan kerokan.Kerokan mengandung kokus gram (+) satu-satu, berpasangan, atau dalam bentuk rantai.Keratopati kristalina infeksiosa telah ditemukan pada pasien yang menggunakan kortikosteroid topikal jangka panjang, penyebab umumnya adalah Streptococcus alfa-hemolyticus.

Ulkus Kornea Fungi Ulkus kornea fungi, yang pernah banyak dijumpai pada pekerja pertanian, kini makin banyak diantara penduduk perkotaan, dengan dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan mata.Sebelum era kortikosteroid, ulkus kornea fungi hanya timbul bila stroma kornea kemasukan
14

sangat banyak mikroorganisme.Mata yang belum terpengaruhi kortikosteroid masih dapat mengatasi masukkan mikroorganisme sedikit-sedikit.Ulkus fungi itu indolen, dengan infiltrate kelabu, sering dengan hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superficial, dan lesilesi satelit (umumnya infiltrat, di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama laserasi). Lesi utama merupakan plak endotel dengan tepian tidak teratur dibawah lesi kornea utama, disertai dengan reaksi kamera anterior yang hebat dan abses kornea. Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organisme oportunistik seperti Candida, Fusarium, Aspergillus, Penicillium, Cephalosporium, dan lain-lain.Tidak ada ciri khas yang membedakan macam-macam ulkus fungi ini.Kerokan dari ulkus kornea fungi, kecuali yang disebabkan Candida umumnya mengandung unsur-unsur hifa; kerokan dari ulkus Candida umumnya mengandung pseudohifa atau bentuk ragi, yang menampakkan kuncup-kuncup khas.

Ulkus Kornea Virus Keratitis Herpes Simpleks Keratitis herpes simpleks ada dua bentuk yaitu primer dan rekurens.Keratitis ini adalah penyebab ulkus kornea paling umum dan penyebab kebutaan kornea paling umum di Amerika. Bentuk epitelialnya adalah padanan dari herpes labialis yang memiliki ciri-ciri imunologik dan patologik sama juga perjalanan penyakitnya. Perbedaan satu-satunya adalah bahwa perjalanan klinik keratitis dapat berlangsung lama karena stroma kurang vaskuler sehingga menghambat migrasi limfosit dan makrofag ke tempat lesi. Penyakit stroma dan endotel tadinya diduga hanyalah respons imunologik terhadap partikel virus atau perubahan seluler akibat virus, namun sekarang makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa infeksi virus aktif dapat timbul di dalam stroma dan mungkin juga sel-sel endotel selain di jaringan lain dalam segmen anterior seperti iris dan endotel trabekel. Kortikosteroid topikal dapat mengendalikan respons peradangan yang merusak namun memberi peluang terjadinya replikasi virus.Jadi setiap kali menggunakan kortikosteroid topikal harus ditambahkan obat anti virus.

Keratitis Virus Varicella-Zoster Infeksi virus varicella-zoster (VZV) terjadi dalam dua bentuk yaitu primer (varicella) dan rekurens (zoster).Manifestasi pada mata jarang terjadi pada varicella namun sering pada zoster oftalmik.Berbeda dari keratitis HVS rekurens yang umumnya hanya mengenai epitel, keratitis
15

VZV mengenai stroma dan uvea anterior pada awalnya.Lesi epitelnya keruh dan amorf kecuali kadang-kadang ada pseudodendritlinier yang sedikit mirip dendrit pada keratitis HSV.Kekeruhan stroma disebabkan oleh edema dan sedikit infiltrat sel yang awalnya hanya subepitel.Kehilangan sensasi kornea selalu merupakan ciri mencolok dan sering berlangsung berbulan-bulan setelah lesi kornea tampak sembuh.Acyclovir intravena dan oral telah dipakai dengan hasil baik untuk mengobati herpes zoster oftalmik.Kortikosteroidtopikal mungkin diperlukan untuk mengobati untuk mengobati keratitis berat, uveitis dan glaukoma sekunder. 2,4

Ulkus Mooren Penyebab ulkus mooren belum diketahui namun diduga autoimun.Ulkus ini termasuk ulkus marginal.Pada 60-80 kasus unilateral dan ditandai ekstravasi limbus dan kornea perifer yang sakit dan progresif dan sering berakibat kerusakan mata. Ulkus mooren paling sering terdapat pada usia tua namun agaknya tidak berhubungan dengan penyakit sistemik yang sering diderita orang tua. Ulkus ini tidak responsif terhadap antibiotik maupun

kortikosteroid.Belakangan ini telah dilakukan eksisi konjungtiva limbus melalui bedah dalam usaha untuk menghilangkan substansi perangsang.Keratoplasi tektonik lamelar telah dipakai dengan hasil baik pada kasus tertentu.Terapi imunosupresif sistemik ada manfaatnya untuk penyakit yang telah lanjut.

DIAGNOSIS Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh.Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.1 Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :

16

Eritema kelopak mata dan konjungtiva Sekret mukopurulen Merasa ada benda asing di mata Pandangan kabur Bintik putih pd kornea pd lokasi ulkus Mata berair Silau Nyeri Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea

edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion. Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti : Ketajaman penglihatan Tes air mata Pemeriksaan slit-lamp Respon reflek pupil Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi. Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)1,2

Pada ulkus kornea disebabkan oleh jamur dilakukan : 1. Pemeriksaan kerokan kornea Pemeriksaan kerokan kornea sebaiknya dengan menggunakan spatula kimura yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat dilakukan pewarnaan KOH, Gram, Giemsa atau KOH + Tinta India, dengan angka keberhasilan masing-masing 20-30%, 50-60%, 60-75% dan 80%. 2. Biopsi Jaringan kornea Diwarnai dengan Periodic acid schiff atau Methenamine Silver.

17

3. Nomarski differential interference contrast microscope Untuk melihat morfologi jamur dari kerokan kornea (metode Nomarski)6

Gambar 5: Tes menggunakan slitlamp5

Gambar 6: Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi,tampak ulkus kornea (warna fluoresens kehijauan) setelah disinari sinar biru menunjukkan hasil positif (+)5 PENATALAKSANAAN Pengobatan pada ulkus korne bertujuan untuk menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotik dan mengurangi reaksi radang dengan steroid.Ulkus korne adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.Pengobatan pada ulkus tergantung kepada penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, antivirus atau anti jamur.Untuk mengurangi peradangan bisa diberikan tetes mata kortikosteroid. 2-5

18

Yang harus diperhatikan dalam terapi ulkus kornea adalah bahwa ulkus kornea tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga berfungsi sebagai inkubator, selain itu debridement juga sangat membantu dalam keberhasilan penyembuhan. Pengobatan ulkus dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tengan kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu.Pada ulkus kornea dilakukan keratoplasti atau pembedahan apabila dengan terapi medikamentosa tidak sembuh, terjadi jaringan parut yang menganggu penglihatan, penurunan visus yang menganggu pekerjaan penderita, kelainan kornea yang tidak disertai kelainan ambliopia. Terapi ulkus kornea secara umum Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah berkembangnya bakteri dan mengurangi reaksi radang. 1. Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang

sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. 2. Pemberian sikloplegika

Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena bekerjannya lama 1-2 minggu. Efek kerja atropin adalah sebagai berikut : Sedatif, menghilangkan rasa sakit Dekongestif, menurunkan tanda radang Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga sinekia posterior yang telah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan sinekia posterior yang baru.

19

3.

Antibiotik

Antibiotik yang diberi harus sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjungtiva. 4. Bedah (keratoplasti)

Indikasi keratoplasti Dengan pengobatan tidak sembuh Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan terutama apabila letak sentral Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perforasi Ada dua jenis keratoplasti yaitu: 1. Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuhnya. Donor lebih muda lebih disukai untuk keratoplasti penetrans; terdapat hubungan langsung antara umur dengan kesehatan dan jumlah sel endotel. Karena sel endotel sangat cepat mati, mata hendaknya diambil segerea setelah donor meninggal dan segera dibekukan. Mata utuh harus dimanfaatkan dalam 48 jam. Media penyimpan modern memungkinkan penyimpanan lebih lam. Tudung korneo sklera yang disimpan dalam media nutrien boleh dipakai sampai 6 hari setelah donor meninggal dan pengawetan dalam media biakan jaringan dapat tahan sampai 6 minggu. 2. Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari ketebalan kornea. Untuk korneoplasti lamelar kornea itu dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam lemari es selama beberapa minggu; sel endotel tidak penting untuk prosedur ini.5

20

Terapi mengikut etiologi Ulkus kornea karena bakteri Penatalaksanaan ulkus kornea bakteri menggunakan antibiotik. Keputusan pemberian antibiotik awal harus didasarkan pada : 1. Gambaran klinik berat ringannya ulkus kornea bakteri pada pemeriksaan awal 2. Enterpretasi dari hasil pulasan gram 3. Efektivitas dan keamanan antibiotik

Pada kasus ulkus kornea bakteri terdapat 2 prinsip terapi antibiotik yaitu : 1. Kombinasi antibiotik berspektrum luas, fortified secara intensif tanpa memperhatikan hasil pulasan (shoot gun therapy) 2. Antibiotik tunggal spesifik berpedoman pada hasil pemeriksaan mikrobiologi. Cara ini diindikasikan untuk ulkus kornea bakteri ringan dan pemeriksaan pulasan gram hanya ditemukan satu jenis bakteri. Pengobatan awal dinilai setelah 24-48 jam. Tabel 1. Evaluasi klinis pengobatan ulkus kornea bakteri Tanda Ukuran defek epitel Infiltrasi stroma - Batas - dalam Perbaikan Tidak berubah/mengecil Menurun Lebih jelas Tidak berubah Tidak berubah/mengecil Menurun/terlokalisasi Perburukan Meluas Meningkat Kurang jelas Lebih dalam Lebih luas Meningkat

- ukuran Reaksi sel darah putih pada stroma

21

Reaksi depan

pada

bilik

mata Menurun

Meningkat

Terapi awal dilanjutkan jika respon klinik terhadap pengobatan membaik walaupun pada hasil uji resistensi menunjukkan bakteri resisten. Untuk merubah pengobatan awal perlu dipertimbangkan respon klinik terhadap pengobatan awal, hasil kultur, dan hasil uji resistensi. Jenis antibiotik dapat diubah jika secara klinis terjadi perburukan dan hasil uji resistensi menunjukkan organisme resisten. 5 Obat-obatan penunjang : 1. Sikloplegi 2. Kortikosteroid 3. Inhibitor enzim 4. Lensa kontak lunak 5. Antioksidan Tidak terdapat kesepakatan waktu dihentikannya atau dikuranginya pemberian antibiotik pada ulkus kornea bakteri. Keberhasilan eradikasi kuman tergantung pada jenis bakteri, lamanya infeksi, beratnya supurasi dan faktor-faktor lain. Tanda yang memperlihatkan perbaikan adalah : 1. Reepitelisasi 2. Infiltrat seluler yang berkurang 3. Stroma supurasi menjadi kasa 4. Edema pada perbatasan antara ulkus dengan stroma berkurang5 Ulkus kornea karena jamur Untuk penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan pada jenis dari jamur.

1. Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya : berikan topikal Amphotericin B 0,25 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole.

22

2. Jenis jamur telah diidentifikasi a. Jamur berfilamen : topikal Amphotericin B, Thiomerosal, Natamycin, Imidazle. b. Ragi (yeast) : Amphotericin B, Natamycin, Imidazole c. Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan jamur sejati : Golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.

Pemberian Amphotericin B subkonjungtival hanya untuk usaha terakhir.Steroid topikal adalah kontraindikasi, terutama pada saat terapi awal.Diberikan juga obat siklopegik (atropin) guna mencegah sinekia posterior untuk mengurangi uveitis anterior. Terapi bedah dilakukan membantu medikamentosa yaitu : 1. Debridement 2. Flap konjungtiva, partial atau total 3. Keratoplasti tembus Penyembuhan lama dan anti jamur topikal masih diperlukan paling kurang 3 minggu setelah epitelisasi sempurna terjadi Penanganan yang tidak akurat sering terjadi perforasi kornea dan diakhiri dengan eviserasi.5

PENCEGAHAN Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata.Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata. Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa tersebut.4

23

KOMPLIKASI

Gambar 7: Perforasi ulkus kornea

Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan terlambat dapat menimbulkan komplikasi yaitu : Terbentuk jaringan parut kornea sehingga dapat menurunan visus mata Perforasi kornea Iritis dan ridosiklitis Descematokel Glaukoma sekunder Endoftalmitis atau panoftalmitis Katarak5

Penanganan Komplikasi Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan, berikan sulfas atropin, antibiotik dan balut yang kuat.Segera masuk ke tempat tidur dan jangan melakukan gerakangerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka padanya dilakukan : Iridektomi dari iris yang prolaps Iris direposisi Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjunctiva Beri sulfas atropin dan salep antibiotik Balut yang kuat
24

Bila terjadinya prolaps iris telah berlangsung lama, obati seperti ulkus biasa, tetapi prolaps irisnya dibiarkan saja sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens.Antibiotik diberikan juga secara sistemik. 5 HIPOPION DEFINISI Hipopion adalah pus steril yang terdapat pada bilik mata depan. Hipopion dapat terlihat sebagai lapisan putih yang mengendap di bagian bawah bilik mata depan karena adanya gravitasi. Komposisi dari pus biasanya steril, hanya terdiri dari lekosit tanpa adanya mikroorganisme patogen, seperti bakteri, jamur maupun virus, karena hipopion adalah reaksi inflamasi terhadap toxin dari mikroorganisme patogen, dan bukan mikroorganisme itu sendiri.1,2,5

Gambar 8 :ulkus kornea cum hipopion5

PATOFISIOLOGI Radang iris dan badan siliar menyebabkan penurunan permeabilitas dari blood-aqueous barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam cairan aqueous, sehingga memberikan gambaran hipopion.Adanya pus di bilik mata depan biasanya memberikan

25

gambaran lapisan putih. Hipopion yang berwarna kehijauan biasanya disebabkan oleh infeksi Pseudomonas. Sedangkan hipopion yang berwarna kekuningan bisanya disebabkan oleh jamur. Karena pus bersifat lebih berat dari cairan aqueous, maka pus akan mengendap di bagian bawah bilik mata depan. Kuantitas dari hipopion biasanya berhubungan dengan virulensi dari organisme penyebab dan daya tahan dari jaringan yang terinfeksi. Beberapa organisme menghasilkan pus lebih banyak dan lebih cepat. Diantaranya Pneumokokus, Pseudomonas, Streptokokus pyogenes dan Gonokokus.Hipopion pada ulkus fungal biasanya dapat terinfeksi karena jamur dapat menembus membran Descemet. Bakteri memproduksi hipopion lebih cepat dari jamur sedangkan infeksi virus tidak menyebabkan hipopion. Apabila ditemukan hipopion pada infeksi virus, biasanya disebabkan adanya infeksi sekunder oleh bakteri.4 ETIOLOGI Hipopion merupakan reaksi inflamasi di bilik mata depan. Karena itu semua penyakit yang berhubungan dengan uveitis anterior dapat menyebabkan terjadinya hipopion.Hipopion dapat timbul setelah operasi atau trauma disebabkan karena adalanya infeksi. Misalnya pada keratitis dan ulkus kornea. Bakteria, jamur, amoba maupun herpes simplex dapat menyebabkan terjadinya hipopion. Bakteri patogen yang umumnya ditemukan adalah Streptococcus dan Staphylococcus. Hipopion karena infeksi jamur jarang ditemukan. Penyebab-penyebab hipopion terjadi : Ulkus Kornea. Apabila terjadi peradangan hebat tapi belum terjadi perforasi dari ulkus, maka toksin dari peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar, dengan melalui membran Descemet, endotel kornea ke cairan bilik mata depan. Dengan demikian iris dan badan siliar

26

mengalami peradangan dan timbulah kekeruhan di cairan bilik mata depan disusul dengan terbentuknya hipopion. Uveitis Anterior. Peradangan dari iris dan badan siliar. menyebabkan penurunan permeabilitas dari blood-aqueous barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam cairan aqueous. Rifabutin. Merupakan terapi profilaksis untuk Mycobacterium avium complex pada penderita dengan HIV. Uveitis merupakan efek samping yang dapat terjadi pada pemakaian Rifabutin. Trauma. Corpus alienum, toxic lens syndrome, post operasi.1,2 MANIFESTASI KLINIS Gejala subyektif Rasa sakit, iritasi, gatal dan fotofobia pada mata yang terinfeksi. Beberapa mengalami penurunan visus atau lapang pandang, tergantung dari beratnya penyakit utama yang diderita. Gejala obyektif Biasanya ditemukan aqueous cell and flare, eksudat fibrinous, sinekia posterior dan keratitis presipitat.2,3 DIAGNOSA Hipopion dapat dideteksi berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan menggunakan slit lamp. Pada anamnesa, ditanyakan adanya riwayat infeksi, pemakaian lensa kontak, trauma, pemakaian obat serta riwayat operasi.Pada pemeriksaan dengan slit lamp, ditemukan lapisan berwarna putih pada bagian inferior dari bilik mata depan. Jarang sekali hipopion ini ditemukan

27

pada bagian lain dari bilik mata depan.Hipopion biasanya dinilai berdasarkan tingginya, diukur dari dasar bilik mata depan dengan satuan milimeter. Atau bisa juga dengan hitungan kasar, misalnya. ringan, moderat, setengah bilik mata depan dan seluruh mata depan. Cara terbaik untuk menilai hipopion adalah dengan terlebih dahulu meminta pasien duduk beberapa saat supaya hipopion dapat mengendap sempurna. Selanjutnya pasien diminta melihat ke bawah dan sinar diarahkan dari bagian atas-depan iris.1,4 KOMPLIKASI Struktur dari hipopion yang mengandung fibrin, merupakan reaksi tubuh terhada inflamasi. Tetapi fibrin-fibrin ini dapat menyebabkan terjadinya perlengketan antara iris dan lensa (sinekia posterior) Bila seluruh pinggir iris melekat pada lensa disebut seklusio pupil, sehingga cairan dari cop tidak dapat melalui pupil untuk masuk ke coa, iris terdorong ke depan, disebut iris bombe dan menyebabkan sudut coa sempit sehingga timbul glaukoma sekunder. Peradangan di badan silier dapat juga menyebabkan kekeruhan dalam badan kaca oleh sel-sel radang, yang tampak sebagai kekeruhan seperti debu. Peradangan ini menyebabkan metabolisme lensa terganggu dan dapat menimbulkan kekeruhan lensa, hingga terjadi katarak.Pada kasus yang sudah lanjut, kekeruhan badan kaca pun mengalami jaringan organisasi dan tampak sebagai membrana yang terdiri dari jaringan ikat dengan neovaskularisasi yang berasal dari sistem retina, disebut retinitis proliferans.Bila membrana ini mengkerut, dapat menarik retina sehingga robek dan cairan badan kaca melalui robekan itu masuk ke dalam celah retina potensial dan mengakibatkan ablasi retina.3,4

28

PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan hipopion tergantung dari ringan atau beratnya penyakit. Sel darah putih biasanya akan di reabsorpsi. Tetapi bila hipopion memberikan gambaran yang berat, maka bisa dilakukan drainase atau parasentesis hipopion.Terapi yang lebih spesifik biasanya tergantung dari penyakit utama yang menyebabkan hipopion. Apabila terjadi inflamasi, dapat diberikan kortikosteroid. Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan dosis sebagai berikut: Dewasa :Topikal dengan dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %. Bila radang sangat hebat dapat diberikan subkonjungtiva atau periokuler : dexamethasone phosphate 4 mg (1 ml) prednisolone succinate 25 mg (1 ml) triamcinolone acetonide 4 mg (1 ml) methylprednisolone acetate 20 mg Sikloplegik dapat diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dengan memobilisasi iris, mencegah terjadinya perlengketan iris dengan lensa anterior ( sinekia posterior ), yang akan mengarahkan terjadinya iris bombe dan peningkatan tekanan intraocular, menstabilkan blood-aqueous barrier dan mencegah terjadinya protein leakage (flare) yang lebih jauh. Agent cycloplegics yang biasa dipergunakan adalah atropine 0,5%, 1%, 2%, homatropine 2%, 5%, Scopolamine 0,25%, dan cyclopentolate 0,5%, 1%, dan 2%.

29

Apabila hipopion yang terjadi masif dan berat dapat diberi terapi pencegahan glaucoma sekunder : asetazolamid 250 mg, 3x/hari. Selanjutnya dapat dilakukan parasentesis hipopion.Parasentesis hipopion dilakukan pada hipopion yang masif, disertai keadaan umum yang tidak baik dan terancam glaukoma sekunder. 5

PENUTUP Ulkus kornea merupakan hilangnya atau diskontinuitas permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia terutamanya jika ulkus kornea terletak sentral dan bukan perifer.Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. 2,4

DAFTAR PUSTAKA

1.

Hartono, Hernowo AT, Sasongko AB. Anatomi mata dan fisiologi penglihatan. Dalam: Ilmu Kesehatan Mata, Suhardjo, Hartono. FK UGM;2007.hal.3-1,48-1

2.

American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea.Section 11. San Fransisco: MD Association, 2005-2006

3.

Ilyas HS. Tajam penglihatan dan kelainan refraksi penglihatan warna; dalam Ilmu penyakit mata. FKUI;Jakarta:Edisi ketiga. 2007.hal.159-8

4.

Ilyas HS. Tajam penglihatan dan kelainan refraksi; dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta. Thun 2007; hal 1-18.

5.

Humanity

First,

Serving

Mankind.

Eye

structure.

Diunduh

dari

http://medicinembbs.com/2010/11/eye-structures.html pada 4 April 2011.

30

Anda mungkin juga menyukai