Anda di halaman 1dari 6

TUTORIAL BLOK 3.

4
MODUL 1

Skenario 1: BADI DAN MATANYA

Badi berusia 17 tahun adalah seorang siswa SMA favorit yang merupakan bintang
lapangan bulutangkis di sekolahnya. Badi datang ke Puskesmas dengan keluhan mata kanan
kabur setelah terkena shuttlecock 2 hari yang lalu. Mata Badi juga bengkak dan terasa agak nyeri.
Dokter yang memeriksa mendapatkan visus mata kanan 6/50 sedangkan mata kirinya
normal, kelopak mata kanan udem, hiperemis dan blepharospasme sehingga mata agak sulit
dibuka. Pada permukaan okuler, terdapat injeksi konjungtiva dan injeksi siliaris, tetapi tidak ada
sekret. Kornea bagian sentral ada erosi berukuran diameter 2 mm. Pada kamera okuli anterior
(KOA) terlihat darah mengisi ½ kedalaman KOA sehingga pupil bagian bawah tidak bisa dinilai.
Menurut dokter, Badi harus bedrest dan dirawat di rumah sakit yang ada Dokter Mata,
karena ditakutkan terjadi glaukoma atau corneal blood staining. Keluarga menanyakan apakah
mata bengkak dan sulit untuk dibuka itu ada hubungan dengan mata kaburnya? Dan apakah
penyakit mata Badi dapat disembuhkan?
Bagaimana anda menjelaskan masalah penglihatan yang dialami oleh Badi

Terminologi
1. Visus: ketajaman atau kejernihan penglihatan, sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan
untuk mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan
jarak yang telah distandardisasiserta ukuran dari simbol yang bervariasi
2. Blepharospasme: suatu penutupan kelopak mata secara involunter yang disebabkan oleh
kontraksi otot orbicularis okuli
3. Injeksi konjungtiva: Melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior atau injeksi
konjungtiva ini terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi, ataupun infeksi pada jaringan
konjungtiva
4. Injeksi siliaris: Melebarnya pembuluh darah perikornea (A. siliar anterior) atauinjeksi siliar
ataupun injeksi perikornea
5. Erosi kornea: keadaan terlepasnya epitel kornea yang disebabkan trauma tumpul ataupun
tajam pada kornea
6. KOA: Kamera Okuli Anterior, merupakan rongga di antara kornea dan iris yang berisi aqueous
humor, dibatasi permukaan posterior kornea dan disebelah belakang oleh iris dan kapsul
anterior lensa
7. Glaucoma: suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu karakteristik optik neuropati
yang berhubungan dengan hilangnya lapangan pandang.
8. Corneal blood staining:

Identifikasi Masalah
1. Mengapa mata Badi kabur setelah terkena shuttlecock 2 hari yang lalu?
Secara garis besar, terdapat tiga penyebab utama berkurangnya tajam penglihatan, yaitu
kelainan refraksi (misal miopia, hipermetropia), kelainan media refrakta (misal katarak), dan
kelainan syaraf (misal glaukoma, neuritis).
TUTORIAL BLOK 3.4
MODUL 1

Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita,
kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra
penglihat.

Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu daerah di
antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah
iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih.
Walaupun darah yang terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan
penglihatan. Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul
yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Bila pasien duduk hifema akan terlihat
terkumpul di bawah bilik mata depan dan hifema dapa tmemenuhi seluruh ruang bilik mata
depan. Perdarahan ini biasanya disebabkan oleh terjadinya robekan di arteri siliar. Darah ini
dapat mengotori permukaan kornea dan mengisi COA, sehingga mengakibatkan penglihatan
menjadi kabur. Darah pada hifema bisa berasal dari badan siliar, yang mungkin dapat masuk ke
dalam badan kaca (corpus vitreum), sehingga ketajaman penglihatan menurunnya lebih
banyak.

Adanya erosi pada daerah kornea sentral juga menyebabkan terjadinya kekaburan pada maata
pasien. Bilamana lesi letaknya di bagian sentral, lebih-lebih bila mengakibatkan kekeruhan
kornea yang luas, dapat mengakibatkan pengurangan tajam penglihatan karena akan terjadi
halangan bagi cahaya untuk masuk, akibat salah satu media refraktanya rusak. Alat-alat
refraksi mata terdiri dari permukaan kornea, humor aqueous (cairan bilik mata), permukaan
anterior dan posterior lensa, badan kaca (corpus vitreum).

2. Mengapa mata juga bengkak dan terasa agak nyeri?


Terjadi sebagai respon inflamasi akibat terjadinya trauma tumpul pada mata
TUTORIAL BLOK 3.4
MODUL 1

Kornea dipersarafi oleh n. V yang mengakibatkan nyeri sekli dan superficial, adapun lesi pada
kornea akan membuat ujung saraf bebas terpajan dan sebagai akibatnya, akan timbul nyeri
hebat diikuti refleks pengeluaran air mata beserta lisozim yang terkandung di dalamnya
(epifora) dan penutupan mata secara involunter (blepharospasme) sebagai mekanisme
proteksinya.

3. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan pada mata Badi?


 Visus

VOD 6/50, artinya pasien baru mampu mebaca tulisan pada jarak 6 meter sedang
pada pasien normal dapat dilihat dalam jarak 50 meter.
 Hiperemis
Keluhan ini timbul akibat terjadinya perubahan warna bola mata yang sebelumnya
berwarna putih berubah menjadi merah. Pada mata normal sklera terlihat berwarna
putih karena sklera dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul tenon yang
tipis dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan
pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada
pembendungan pembuluh darah. Bila terjadi pelebaran pembuluh darah konjungtiva
atau episklera tau perdarahan antara konjungtiva dan sklera maka akan terlihat warna
merah pada mata yang sebelumnya berwarna putih. Mata terlihat merah akibat
melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut,
misalnya pada keratitis, pleksus arteri konjungtiva permukaan melebar, pada iritis dan
glaukoma kaut kongestif, pembuluh darah arteri perikornea yang terletak lebih dalam
akan melebar, sedangkan pada konjungtivitis pembuluh darah superfisial yang
melebar, maka bila diberi epinefrin topikal akan terjadi vasokonstriksi sehingga mata
akan kembali putih

Saat benda asing masuk dalam area mata, akan ada sistem pertahanan dari mata.
1.Lapisan epidermis pada konjungtiva
2.Lapisan epithelial
Ketika benda asing tersebut tidak bisa diatasi oleh pertahanan diatas, maka pada
konjungtiva akan terjadi reaksi inflamasi. Leukosit akan meninjau lokasi dan
memperbaikinya, ketika tidak mampu maka leukosit akan memanggil mediator
inflamasi lainnya dengan cara dilatasi pembuluh darah dan terjadi akumulasi mediator
inflamasi sehingga tampak klinis konjungtiva kemerahan pada pasien ini. Interleukin-4
akan mengaktivasi kembali sel th2 sehingga terjadi posstive feedback pada proses
alergi. Sel th2 jjuga akan mengaktivasi sel B dan merangsan kembali produksi IgE
sehingga proses alergi berlangsung terus menerus
TUTORIAL BLOK 3.4
MODUL 1

 Udem
Apabila ada keluhan mata merah, dicurigai adanya paparan benda asing yang terkena
mata, sehingga menimbulkan reaksi inflamasi berupa dilatasi pembuluh darah, reaksi
inflamasi diikuti dengan peningkatan massa jaringan akibat edem, inilah yang
menimbulkan bengkak pada palpebra.

 Injeksi konjungtiva
Akibat paparan alergi ataupun benda asing yang terkena mata, menimbulkan injeksi
konjungtiva
Terpajan antigen/allergen  reaksi hipersensitivitas tipe 1  terbentuk antibody IgE
spesifik terhadap antigen  IgE berikatan dengan sel mast dan basophil  pelepasan
mediator kimia (histamine) vasodilatasi, eksudasi, hipersekresi pada mata  injeksi
konjunctiva (+)

 Blepharospasme
Palpebra ODS: blefarospasme
Terpajan allergen (debu, panas) berkedip berlebihan  rangsangan kornea 
rangsangan N. V (trigeminus)  otak  meneruskan rangsangan ke N. VII  kontraksi
berlebihan m. orbicularis okuli  blefarospasme.

 Tidak ada sekret


menyingkirkan kemungkinan diagnosis konjungtivitis

 Erosi kornea bagian sentral berukuran diameter 2 mm

 KOA terlihat darah mengisi ½ kedalaman


Grade II
TUTORIAL BLOK 3.4
MODUL 1

Patofisiologi hifema
Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan limbus, dan
perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan tekanan intraokuler secara
akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada sudut mata. Perdarahan biasanya
terjadi karena adanya robekan pembuluh darah, antara lain arteri-arteri utama dan cabang-
cabang dari badan siliar, arteri koroidalis, dan vena-vena badan siliar.

4. Mengapa Badi diharuskan bedrest dan dirawat di RS?


Trauma okuli merupakan kedaruratan mutlak di bidang ocular emergency. Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi akibat trauma okuli adalah erosi kornea, iridoplegia, hifema,
iridosiklitis, subluksasi lensa luksasi lensa anterior, luksasi lensa posterior, edema retina dan
koroid, ablasiretina, ruptur koroid, serta a ulsi papil saraf optik.
Adanya hifema memiliki beberapa konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan intraokuler, kornea
terkena darah, pembentukan sinekia posterior atau anterior,dan katarak. Oleh karena itu
hifema dapat menyebabkan penurunan penglihatan yang signifikan
Perdarahan sekunder biasanya timbul pada hari ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya
lebih hebat daripada yang primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus dirawat
sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena resorpsi dari bekuan darah
terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak mendapat waktu yang cukup untuk
regenerasi kembali.

5. Bagaimana glaucoma dapat terjadi?


Glaukoma dapat muncul akibat hifema, glukoma ini terjadi karena adanya darah dalam COA
dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi COA dan
trabekula
Glaukoma dapat terjadi sebagai komplikasi dini atau terlambat. Sekitar 25% mata terjadi
peningkatan Tekanan Intra Okuler (TIO) > 25mmHg dan 10% mata , >35 mmHg.

Peningkatan TIO akut pada hifema dapat disebabkan oleh oklusi dari trabekular meshwork
oleh gumpalan darah, sel-sel inflamasi, atau sisa eritrosit ; blok pupil ; atau penyebab lainnya
seperti rusaknya atau fibrosis dari trabekula meshwork.
Glaukoma sekunder sebagai komplikasi lanjut, dapat juga berkembang dalam minggu sampai
bertahun tahun. Hal ini berkaitan dengan angle reses glaucoma, ghost cell atau terbentuknya
sinekia anterior posterior.

Pengobatan terhadap glaukoma sekunder pada hifema tergantung pada level peninggian TIO.
Penatalaksanaannya dapat diberikan obat anti glaukoma baik topikal maupun oral. Terapi
bedah diindikasikan pada pasien dengan resiko lain (seperti sickle cell disease, telah diketahui
glaukoma sebelumnya atau kerusakan nervus optik), atau pada pasien dengan hifema / bekuan
yang besar dan kerusakan endotel kornea.

Terdapat dua hipotesis yang menjelaskan perkembangan glaucomatous optic


neuropathy, teori mekanik dan iskemik. Teori mekanik menekankan pentingnya kompresi
langsung serat-serat akson dan struktur pendukung nervus optikus anterior, dengan
distorsi lempeng lamina kribrosa dan interupsi aliran aksoplasmik, yang berakibat pada
kematian sel ganglion retina (RGCs). Teori iskemik fokus pada perkembangan potensial
TUTORIAL BLOK 3.4
MODUL 1

iskemik intraneural akibat penurunan perfusi nervus atau proses instrinsik pada nervus
optikus. Gangguan autoregulasi pembuluh darah mungkin menurunkan perfusi dan
mengakibatkan gangguan saraf. Pembuluh darah optik secara normal meningkat atau
menurunkan tekanannya memelihara aliran darah konstan, tidak tergantung TIO
dan variasi tekanan darah

6. Bagaimana corneal blood staining dapat terjadi?


Pewarnaan kornea (corneal bloodstaining atau hemosiderosis kornea) terutama terjadi pada
pasien dengan hifema total dan terkait pula dengan peningkatan TIO. Kemungkinan
kemunculan komplikasi ini berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi integritas
endotel seperti kondisi endotel kornea awal, trauma bedah pada endotel, banyaknya bekuan
yang mengalami kontak dengan endotel, dan peningkatan TIO berkepanjangan.

Corneal bloodstaining lebih sering terjadi pada pasien dengan hifema total yang bertahan
selama minimal 6 hari berturut-turut, diikuti dengan peningkatan TIO lebih dari 25mmHg,
rebleeding, durasi bekuan yang memanjang, dan disfungsi sel endotel kornea. Namun corneal
bloodstaining dapat juga terjadi pada hifema yang tidak banyak yaitu dalam keadaan disfungsi
endotel dan tekanan intraokular rendah.

Corneal bloodstaining dapat terjadi karena hemoglobin dilepaskan dari eritrosit dalam COA,
berdifusi melintasi membran descemet, dan agregat secara fokal berada dalam membran serta
lamela stroma. Corneal bloodstaining dapat juga terjadi karena fagositosis keratosit dan
metabolisme hemoglobin yang memproduksi hemosiderin intraseluler.

Proses penyembuhan corneal bloodstaining membutuhkan waktu beberapa bulan. Secara


umum, corneal bloodstaining dimulai dari sentral dan kemudian menyebar ke bagian perifer
endotel kornea. Proses resolusi dari komplikasi ini merupakan kebalikan dari proses inisiasi.
Resolusi akan dimulai dari bagian perifer kemudian menuju ke tengah.

7. Bagaimana hubungan mata bengkak dengan kekaburan mata?


Untuk mencari tahu kepastian adanya hubungan antara keduanya perlu dilakukannya
pemeriksaan visus dan tes pinhole. Pasang lempeng pinhole pada mata pasien. Amati apakah
visus membaik atau tidak. Kalau membaik dicurigai (suspect) kelainan refraksi, sebaliknya
kalau tidak membaik berarti dicurigai (suspect) kelainan media refraksi.

8. Bagaimana tatalaksana penyakit mata Badi?


Penatalaksanaan dari hifema bertujuan untuk menghentikan perdarahan atau menghindarkan
timbulnya perdarahan sekunder, mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata, merawat dan
mengobati jaringan sekitarnya, danmeminimalisasi kerusakan lebih lanjut lagi.
Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30 derajat
pada kepala, diberi koagulasi, dan mata ditutup. Parasentesis atau mengeluarkan darah dari
bilik mata depan di lakukan pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi
kornea, glaukoma sekunder, hifemapenuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak
terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang.

Anda mungkin juga menyukai