Anda di halaman 1dari 25

Bed Site Teaching

DERMATITIS NUMULARIS

Oleh:
Ghina Zartin 2040312071

Preseptor :
Dr. dr. Qaira Anum, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV
dr. Rina Gustia, Sp.KK, FINSDV, FAADV

BAGIAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT dan
shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas Bed Site Teaching dengan judul “Dermatitis Numularis” yang
merupakan salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik Bagian Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. dr. Qaira Anum,
SpKK(K) FINSDV, FAADV dan dr. Rina Gustia, SpKK, FINSDV, FAADV selaku preseptor, yang
telah memberikan masukan yang berguna dalam proses penyusunan makalah ini. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang juga turut membantu dalam upaya
penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa maupun
sistematika penulisan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua
saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan tugas Bed Site Teaching ini. Akhir kata
penulis berharap kiranya tugas Bed Site Teaching ini dapat menjadi masukan yang berguna dan
bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain yang terkait dengan masalah
kesehatan khususnya mengenai Dermatitis Numularis dan dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, 6 Agustus 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Metode Penulisan 2
1.5 Manfaat Penulisan 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Definisi 3
2.2 Epidemiologi 3
2.3 Etiologi 3
2.4 Patofisiologi 4
2.5 Manifestasi Klinis 5
2.6 Diagnosis 6
2.7 Pemeriksaan Penunjang 7
2.8 Diagnosis Banding 8
2.9 Tatalaksana 9
2.10 Prognosis 9
BAB 3 LAPORAN KASUS 11
BAB 4 DISKUSI
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dermatitis merupakan penyakit kulit yang bersifat akut, sub-akut, atau kronis
yang disebabkan karena adanya peradangan pada kulit. Penyakit ini dapat terjadi
karena adanya faktor eksogen (bahan kimia, fisik, mikroorganisme) dan atau faktor
endogen, menyebabkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Terdapat berbagai jenis
dermatitis berdasarkan etiologi, morfologi, lokalisasi dan stadium penyakit.

Penamaan pada penyakit dermatitis berdasarkan etiologi, morfologi, lokalisasi,


stadium penyakit, dan bentuk. Salah satu jenis dermatitis berdasarkan bentuk adalah
dermatitis numular yang nama lainnya adalah eksim diskoid, eksim numular atau
neurodermatitis numular. Dermatitis numular merupakan suatu peradangan dengan lesi
yang menetap dengan keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk mata uang
(coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel,
biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). Dermatitis nummular kejadiannya
pada usia dewasa lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita dengan usia puncak
awitan berkisar antara 50-65 tahun. Penyakit ini jarang pada anak-anak, jarang muncul
dibawah usia 1 tahun.

Dermatitis numularis merupakan respon terhadap pengaruh faktor endogen,


Penyebab pasti dari penyakit ini belum diketahui, infeksi mikroorganisme agaknya
berperan. Dermatitis numularis cenderung hilang timbul atau dapat terjadi terus
menerus, kecuali dalam periode pengobatan dan biasanya sering mengenai daerah
ekstremitas baik ekstremitas atas maupun bawah.

1.2 Batasan Masalah


Makalah ini membatasi pembahasan mencakup definisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, penatatalaksanaan, komplikasi dan
prognosis dermatitis numularis.

1
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis dan
pembaca mengenai dermatitis numularis.

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan
pengetahuan tentang dermatitis numularis.

1.5 Metode Penulisan


Makalah ini disusun menggunakan metode tinjauan pustaka dan berdasarkan
laporan kasus yang merujuk kepada berbagai literatur.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Dermatitis numularis atau dikenal juga dengan eksim numular, atau eksim diskoid
merupakan dermatitis yang berupa lesi berbentuk mata uang (koin) atau agak lonjong,
berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah
sehingga basah (oozing). Dermatitis juga merupakan peradangan kulit (epidermis dan
dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen, misalnya bahan kimia
(detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri,
jamur), maupun faktor endogen adalah faktor dari dalam, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi ) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan
bahkan mungkin hanya beberapa (ologomorfik), dermatitis juga cenderung residif dan
menjadi kronis.
2.2 Epidemiologi
Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria daripada
wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara lain 50 dan 65 tahun,
pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis
numularis tidak biasa ditemukan pada anak, bila ada timbulnya jarang pada usia
sebelum satu tahun, hanya sekitar 7 dari 466 anak yang menderita dermatitis
nummular dan frekuensinya cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan umur.
Umumnya kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Penamaan pada
penyakit dermatitis berdasarkan etiologi, morfologi, lokalisasi, stadium penyakit dan
bentuk.. Dermatitis numularis termasuk ke dalam pembagian dermatitis berdasarkan
bentuk. Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang.
2.3 Etiologi
Penyebab dermatitis numularis belum diketahui secara pasti. Dermatitis kontak
mungkin ikut memegang peranan pada berbagai kasus dermatitis numularis, misalnya
alergi terhadap nikel, krom, kobal, demikian pula iritasi dengan wol dan sabun.
Trauma fisis dan kimiawi mungkin juga berperan, terutama bila terjadi di tangan,

3
dapat pula pada bekas cedera lama atau jaringan parut. Pada sejumlah kasus, stress
emosional dan minuman yang mengandung alkohol dapat menyebabkan timbulnya
eksaserbasi. Lingkungan dengan kelembaban rendah dapat pula memicu
kekambuhan.
2.4 Patogenesis
Dermatitis numular merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis dan
dermis saja. Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari penyakit ini, tetapi sering
bersamaan dengan kondisi kulit yang kering. Adanya fissura pada permukaan kulit
yang kering dan gatal dapat menyebabkan masuknya alergen dan mempengaruhi
terjadinya peradangan pada kulit. Suatu penelitian menunjukkan dermatitis numularis
meningkat pada pasien dengan usia yang lebih tua terutama yang sangat sensitif
dengan bahan-bahan pencetus alergi. Barrier pada kulit yang lemah pada kasus ini
menyebabkan peningkatan untuk terjadinya dermatitis kontak alergi oleh bahan-bahan
yang mengandung metal. Karena pada dermatitis numular terdapat sensasi gatal, telah
dilakukan penelitian mengenai peran mast cell pada proses penyakit ini dan ditemukan
adanya peningkatan jumlah mast cell pada area lesi dibandingkan area yang tidak
mengalami lesi pada pasien yang menderita dermatitis numularis. Suatu penelitian
juga mengidentifikasi adanya peran neurogenik yang menyebabkan inflamasi pada
dermatitis numular dan dermatitis atopik dengan mencari hubungan antara mast cell
dengan saraf sensoris dan mengidentifikasi distribusi mengemukakan hipotesa bahwa
pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya dari mast cell yang kemudian
berinteraksi dengan neural C-fibers dapat menimbulkan gatal.
Para peneliti juga mengemukakan bahwa kontak dermal antara mast cell dan
saraf, meningkat pada daerah lesi maupun non lesi pada penderita dermatitis numular.
Substansi P dan kalsitonin terikat rantai peptide meningkat pada daerah lesi
dibandingkan pada non lesi pada penderita dermatitis numular. Neuropeptida ini dapat
menstimulasi pelepasan sitokin lain sehingga memicu timbulnya inflamasi. Penelitian
lain telah menunjukkan bahwa adanya mast cell pada dermis dari pasien dermatitis
numular menurunkan aktivitas enzim chymase, mengakibatkan menurunnya
kemampuan menguraikan neuropeptida dan protein. Disregulasi ini dapat

4
menyebabkan menurunnya kemampuan enzim untuk menekan proses inflamasi.
Kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum
korneum rendah. Jumlah SP ( substance p), VIP (vasoactive intestinal polypeptide),
dan CGRP (calcitonin genrelated peptide) meningkat di dalam serabut dermal saraf
sensoris kulit, sedang pada serabut epidermal yang meningkat SP dan CGRP. Hal ini
menunjukkan bahwa neuropeptida berpotensi pada mekanisme proses degranulasi sel
mast. Dermatitis pada orang dewasa tidak berhubungan dengan ganggguan atopi. Pada
anak, lesi numularis terjadi pada dermatitis atopik.
2.5 Manifestasi Klinis
Penderita dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat gatal. Lesi akut
berupa vesikel dan papulovesikel (0.3-0.1 cm), kemudian membesar dengan cara
berkonfluensi atau meluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik seperti uang
logam (coin), eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Lambat laun vesikel
pecah terjadi eksudasi. Kemudian mengering menjadi kusta kekuningan. Ukuran garis
tengah lesi dapat mencapai 5 cm, jarang sampai 10 cm. penyembuhan dimulai dari
tengah sehingga terkesan menyerupai lesi dermatomikosis. Lesi lama berupa
likenifikasi dan skuama.
Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau
simetris, dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari miliar sampai nummular, bahkan
plakat. Tempat predileksi di tungkai bawah, badan, lengan termasuk punggung
tangan. Dermatitis numularis cenderung hilang-timbul, ada pula yang terus menerus,
kecuali kekambuhan umumnya timbul pada tempat semula. Lesi dapat pula terjadi
pada tempat yang mengalami trauma (fenomena kobner).
Gejala – gejala yang umum pada dermatitis numularis, antara lain:
Timbul rasa gatal
Luka kulit yang antara lain makula, papul, vesikel, atau tambahan :
Bentuk numular (seperti koin).
Terutama pada tangan dan kaki.
Umumnya menyebar.
Lembab dengan permukaan yang keras.

5
Kulit bersisik atau ekskoriasi.
Kulit yang kemerahan atau inflamasi.
Secara umum, ada 3 bentuk klinis dermatitis nummular yang dapat dibedakan,
yaitu;
1. Dermatitis numular pada tangan dan lengan.
Kelainannya terdapat pada punggung tangan serta di bagian sisi atau punggung
jari-jari tangan. Sering dijumpai sebagai plak tunggal yang terjadi pada sisi reaksi luka
bakar, kimia atau iritan. Lesi ini jarang meluas.
2. Dermatitis numular pada tungkai dan badan.
Bentuk ini merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Pada sebagian kasus,
kelainan sering didahului oleh trauma lokal ataupun gigitan serangga. Umumnya
kelainan bersifat akut, persisten dan eksudatif. Dalam perkembangannya, kelainan
dapat sangat edematous dan berkrusta, cepat meluas disertai papul-papul dan vesikel
yang tersebar. Pada dermatitis numular juga sering dijumpai penyembuhan pada
bagian tengah lesi, tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada kelainan
ini bagian tepi lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas. Lesi permulaan
biasanya timbul di tungkai bawah kemudian menyebar ke kaki yang lain, lengan dan
sering ke badan.
3. Dermatitis numular bentuk kering.
Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda dari dermatitis numular umumnya
karena di sini dijumpai lesi diskoid berskuama ringan dan multipel pada tungkai atas
dan bawah serta beberapa papul dan vesikel kecil di bagian tepinya di atas dasar
eritematus pada telapak tangan dan telapak kaki. Gatal minimal yang berbeda sekali
dengan bentuk dermatitis numular lainnya. Menetap bertahun-tahun dengan fluktuasi
atau remisi yang sulit diobati.
2.6 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis dari dermatitis numularis didasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis didapatkan
pasien akan mengeluhkan sangat gatal, berulang dan waktu malam hari, kadang-
kadang bervariasi gatalnya, sedangkan pada anamnesis untuk pasien atopi lebih sering

6
pada wanita muda dengan dermatitis numularis ditangan. Pemeriksaan fisik lihat
tanda-tanda yang terdapat pada pasien seperti adanya gambaran vesikel dan papul
dengan predileksi dibagian ekstremitas terutama dibagian ekstensor, sedangkan pada
wanita lebih sering mengenai pada bagian ekstremitas atas termasuk tangan sisi
bawah. Pada pemeriksaan fisik juga dapat dilihat lesi plak seukuran uang koin kira-
kira 1-3 cm, vesikel berdinding tipis pada dasar eritematus. Fase akut lesi warna merah
gelap, bentuk polimorf, kulit sekitarnya normal tetapi kadang-kadang kering.
Penyembuhan di tengah dapat berbentuk anular. Plak kronis kering, berskuama dan
likenifikasi. Diskoid eksudatif dan dermatitis likinoid merupakan variasi dermatitis
nummular. Selain anamnesis dan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis dermatitis numularis dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang dengan
menggunakan Patch test ini dilakukan pada kasus rekalsitran kronis untuk
menyingkirkan dermatitis kontak. Di India 50% Patch Test positif dengan colophony,
mitrafurozon, neomisin sulfat dan nikel sulfat. Kadar IgE dalam darah dilaporkan
normal.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Indikasi untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan bergantung pada kondisi
masing-masing pasien berdasarkan riwayat perjalanan penyakitnya, penyakit
penyerta, dan komplikasi yang mungkin berkaitan. Misalnya pemeriksaan darah rutin,
urin rutin, dan pemeriksaan fungsi-fungsi organ viseral. Pemeriksaan rontgen dada
mungkin dapat dibutuhkan pada beberapa kasus yang memberikan indikasi untuk
dilakukan pemeriksaan.
Pada pemeriksaan laboratorium, tidak ada penemuan yang spesifik. Untuk
membedakannya dengan penyakit lain, seperti dermatitis karena kontak diperlukan
patch test dan prick test untuk mengidentifikasikan bahan kontak. Pemeriksaan KOH
untuk membedakan tinea dengan dermatitis numular yang mempunyai gambaran
penyembuhan di tengah. Jika ada kondisi lain yang sangat mirip dengan penyakit ini
sehingga sulit untuk menentukan diagnosisnya (contohnya pada tinea, psoriasis) dapat
dilakukan biopsi.
2.8 Diagnosis Banding

7
Diagnosis banding dari dermatitis numularis antara lain :
1. Dermatitis atopik
Merupakan peradangan kulit yang kronis dan residif, disertai gatal, umumnya

terjadi pada masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE

dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Umumnya pada pasien dengan

lesi pada tangan. Patch test dan prick test dapat membantu jika terdapat riwayat

dermatitis atopik.

2. Dermatofitosis
Merupakan penyakit jamur yang menyerang jaringan yang mengandung zat
tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku yang
disebabkan oleh dermatofita. Pada dermatosis dapat terlihat sebagai tinea dengan
pinggir aktif, bagian tengah agak menyembuh, tetapi secara klinis berbeda dari
bentuk lesi tinea. Pada dermatitis numularis bagian tepi lebih vesikuler dengan batas
relatif kurang tegas dibandingkan tinea. Pada tinea, dapat dicari hifa dari sediaan
langsung untuk menegakkan diagnosis.

8
3. Pitiriasis rosea
Gambaran klinisnya bisa menyerupai dermatitis numular. Tetapi umumnya
terdapat sebuah lesi yang besar yang mendahului terjadinya lesi yang lain. Lesi
tambahan cenderung mengikuti garis kulit dengan distribusi pohon cemara dan
biasanya disertai dengan rasa gatal yang ringan. Lesi-lesi tunggal berwarna merah
muda terang dengan skuama halus. Bisa juga lebih eritematus. Pitiriasis rosea berakhir
antara 3-8 minggu dengan penyembuhan spontan.

4. Neurodermatitis
Kelainan kulit berupa peradangan kronis dan gatal yang ditandai dengan kulit
tebal dan menonjol seperti batang kayu. Gatal terutama saat malam hari dan saat
sedang tidak beraktivitas/sedang istirahat. Timbul nyeri menggantikan sensasi gatal
setelah menggaruk lesi.

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada dermatitis diusahakan untuk menemukan penyebab atau
faktor yang memprovokasi terjadinya dermatitis. Diantaranya:.
1. Melindungi kulit dari trauma.
Pada jenis ini biasanya berawal dari trauma kulit minor. Jika ada trauma pada

9
tangan, gunakan sarung tangan supaya tidak teriritasi.
2. Emollients.
Emollients merupakan pelembab. Digunakan untuk mengurangi kekeringan
pada kulit. Contoh emollients yang sering digunakan antara lain: vaselin
Pengobatan topikal:
1. Obat Antiinflamasi.
Diberikan untuk menghilangkan peradangan pada kulit dan mengurangi iritasi
kulit. Misalnya dengan pemberian preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus. Kortikosteroid topikal yang diberikan adalah potensi sedang hingga
kuat. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dilakukan kompres dengan larutan
permanganas 1:10.000.
Pengobatan Sistemik
1. Antibiotik
Untuk mengobati jika terjadi infeksi sekunder.
2. Antihistamin oral.
Digunakan untuk mengurangi gatal.
3. Steroid sistemik.
Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat dan refrakter,
hanya diberikan dalam jangka waktu pendek, diberikan prednison dengan dosis oral
40-60 mg selama 4 kali per hari dengan dosis yang diturunkan secara perlahan-lahan
(tapering off). Hanya berguna dalam beberapa minggu, dermatitis yang belum sembuh
sempurna, dapat ditangani dengan pemberian krim steroid dan emolilients.
2.10 Prognosis
Pasien perlu untuk diberitahukan tentang perkembangan atau perjalanan
penyakit dari dermatitis numular yang cenderung sering berulang. Mencegah atau
menghindari dari faktor-faktor yang memperburuk atau meningkatkan frekuensi untuk
cenderung berulang dengan menggunakan pelembab pada kulit akan sangat membantu
mencegah penyakit ini. Dari data pengamatan, didapatkan 22% sembuh, 25% pernah
sembuh beberapa minggu hingga tahun, dan 53% tidak bebas lesi tanpa pengobatan.

10
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. K
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa FK Unand
Alamat : Jl. Minahasa 3 No.2 Padang
No RM :
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Nama Ibu Kandung : Ny. M
Suku : Minang
Negeri Asal : Indonesia
Tanggal Pemeriksaan : 6 Agustus 2020
No Hp : 0821873048xx

2. ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan, berusia 22 tahun, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 6 Agustus 2020, dengan:
a. Keluhan Utama
Bercak merah yang terasa pada tungkai bawah kiri dan tungkai bawah kanan yang
bertambah banyak sejak 3 hari yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
 Awalnya, ± 3 hari yang lalu muncul bintik-bintik merah yang terasa gatal di tungkai
bawah kanan yang kemudian juga muncul pada tungkai bawah kiri 1 hari kemudian.
 Gatal dirasakan hilang timbul dan tidak terus-menerus.
 Gatal tidak meningkat saat cuaca panas atau dengan berkeringat. Gatal juga dirasakan
saat malam hari namun tidak mengganggu tidur pasien.
 Pasien mengaku pernah menggaruk bintik kemerahan hingga berdarah.
 Bercak kemerahan yang basah disangkal

11
 Terbentuknya vesikel berisi cairan sebelumnya disangkal
 Keluhan bercak kemerahan yang gatal di bagian tubuh lain tidak ada.
 Pasien mengaku tidak merasakan nyeri ketika menggaruk bercak kemerahan.
 Pasien mengaku sudah mengalami keluhan serupa sejak 3 tahun yang lalu, keluhan
dirasakan berulang dan hilang timbul. Keluhan muncul saat sedang banyak pikiran.
Keluhan dapat muncul dan hilang sendiri tanpa pengobatan.
 Pasien seorang mahasiswi tahun akhir di Fakultas Kedokteran Unand mengaku sedang
dalam tahap penyusunan skripsi dan akan melakukan ujian seminar hasil skripsi.
 Pasien mengakui ± 2 minggu ini sedang banyak pikiran. Pasien mengalami kesusahan
mencari jadwal ujian dan kecemasan terkait batas akhir pelaksanaan ujian skripsi untuk
mengejar target yudisium.
 Pasien dalam ± 2 minggu terakhir sering begadang dan tidur hanya ± 3 jam sehari.
 Pasien mengakui adanya riwayat kulit kering di kedua tungkai.
 Riwayat demam tidak ada.
 Riwayat gigi berlubang tidak ada.
 Riwayat mengonsumsi obat jangka panjang disangkal.
 Riwayat penggunaan handuk, pakaian atau alas kaki bersama tidak ada.
 Riwayat memelihara hewan atau berkontak langsung dengan hewan tidak ada.
 Riwayat hobi berkebun atau kegiatan kontak dengan tanah tidak ada. Pasien mengaku
selalu menggunakan alas kaki saat keluar rumah.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


 Pasien sudah pernah mengalami keluhan bercak kemerahan yang gatal sebelumnya
sejak 3 tahun yang lalu namun keluhan sering hilang timbul.

d. Riwayat Pengobatan
 Pasien pernah menggunakan obat merk “diprogenta” untuk mengobati keluhannya dan
dirasakan perbaikan pada keluhan. Obat digunakan 2 kali sehari sehabis mandi. Obat
terakhir kali digunakan satu bulan yang lalu dan tidak dipakai saat ini.

12
e. Riwaat Penyakit Keluarga
 Ibu pasien pernah mengalami bercak kemerahan yang gatal di lokasi berbeda dengan
pasien ± 1 tahun yang lalu dan sudah pernah berobat ke dokter.
 Riwayat DM dan hipertensi pada keluarga tidak ada.
 Riwayat bersin-bersin >5 kali di pagi hari pada ayah pasien ada.
 Riwayat mata berair dan gatal tidak ada.
 Riwayat asma tidak ada.
 Riwayat alergi obat tidak ada.
 Riwayat alergi makanan tidak ada.

f. Riwayat Atopi/alergi
 Riwayat bersin-bersin di pagi hari tidak ada.
 Riwayat asma tidak ada.
 Riwayat alergi obat tidak ada.
 Riwayat alergi makanan tidak ada.

g. Riwayat Sosial Ekonomi, Pekerjaan, Kebiasaaan


 Pasien seorang mahasiswa tahun akhir Fakultas Kedokteran Unand.
 Pola tidur pasien tidak teratur dan sering begadang, tidur hanya ± 3 jam dalam satu
minggu belakangan.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran Umum : Komposmentis Kooperatif
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Nafas : 16 x/menit
Suhu : 36,5º c
Berat Badan : 48 kg
Tinggi Badan : 155 cm
IMT : 19,9 kg/m2
Status Gizi : Normoweight
13
Thoraks : Diharapkan dalam batas normal
Abdomen : Diharapkan dalam batas normal
Ekstremitas : Diharapkan dalam batas normal

Status Dermatologikus
Lokasi : pergelangan kaki kanan, betis kaki kiri
Distribusi : terlokalisir
Bentuk : tidak khas
Susunan : tidak khas
Batas : tegas – tidak tegas
Ukuran : lentikular - numular
Efloresensi : makula eritem, krusta kehitaman, makula hiperpigmentasi

Status Venerelogikus : Tidak dilakukan pemeriksaan


Kelainan Selaput : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan Kuku : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan Rambut : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan Kelenjar Limfe : Tidak ditemukan pembesaran KGB

RESUME
Seorang pasien perempuan berusia 22 tahun, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 6 Agustus 2020 dengan keluhan Bercak merah yang
14
terasa pada tungkai bawah kiri dan tungkai bawah kanan yang bertambah banyak sejak 3 hari
yang lalu. Awalnya, ± 3 hari yang lalu muncul bintik-bintik merah yang terasa gatal di tungkai
bawah kanan yang kemudian juga muncul pada tungkai bawah kiri 1 hari kemudian. Gatal
dirasakan hilang timbul dan tidak terus-menerus. Gatal juga dirasakan saat malam hari namun
tidak mengganggu tidur pasien. Pasien mengaku pernah menggaruk bercak kemerahan hingga
berdarah.
Pasien sudah mengalami keluhan serupa sejak 3 tahun yang lalu, keluhan dirasakan
berulang dan hilang timbul. Keluhan muncul saat sedang banyak pikiran. Keluhan dapat muncul
dan hilang sendiri tanpa pengobatan.
Pasien seorang mahasiswi tahun akhir di Fakultas Kedokteran Unand mengaku sedang
dalam tahap penyusunan skripsi. Pasien mengakui ± 2 minggu ini mengalami kesusahan
mencari jadwal ujian dan kecemasan terkait batas akhir pelaksanaan ujian skripsi untuk
mengejar target yudisium. Pasien dalam ± 2 minggu terakhir sering begadang dan tidur hanya
± 3 jam sehari. Pasien mengakui adanya riwayat kulit kering di kedua tungkai.
Pasien mengaku pernah menggunakan obat merk “diprogenta” untuk mengobati
keluhannya dan dirasakan perbaikan pada keluhan. Obat digunakan 2 kali sehari sehabis mandi.
Obat terakhir kali digunakan satu bulan yang lalu dan tidak dipakai lagi saat ini. Ibu pasien pernah
mengalami bercak kemerahan yang gatal di lokasi berbeda dengan pasien ± 1 tahun yang lalu
dan sudah pernah berobat ke dokter. Riwayat bersin-bersin >5 kali pagi hari ada pada ayah
pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital dalam batas normal. Status dermatologikus
didapatkan lokasi lesi di pergelangan kaki kanan, punggung kaki kanan, betis kiri. Distribusi
terlokalisir, bentuk dan susunan tidak khas, batas tegas sampai tidak tegas, ukuran lentikular
hingga numular dan didapatkan efloresensi berupa makula eritem, krusta kehitaman, makula
hiperpigmentasi.

DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Numularis

DIAGNOSIS BANDING
Tinea Korporis
Neurodermatitis

15
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Pemeriksaan Rutin
Tidak ada pemeriksaan rutin

b. Pemeriksaan Anjuran
KOH 20% : tidak ditemukan adanya elemen jamur

DIAGNOSIS
Dermatitis Numularis

PENATALAKSANAAN
Umum
- Mengedukasi kepada pasien tentang penyakit dan pengobatan, penyakit ini dapat menetap
selama berbulan-bulan, kronik, dan dapat timbul kembali. Oleh karena itu pasien harus
menghindari faktor pemicu.
- Menjelaskan untuk mengidentifikasi dan menghindari faktor pemicu yang pada pasien
ditemukan yaitu saat banyak pikiran atau stress dan keadaan kulit kering sehingga gatal
pada lesi dan tempat lain akan terus terjadi dan memicu kekambuhan.

- Menjelaskan pada pasien untuk tidur cukup (±8 jam sehari) dan mampu mengelola stres
dalam melakukan kegiatan sehari-harinya.
- Menjelaskan untuk menghindari kebiasaan menggaruk saat gatal agar tidak terbentuk luka
baru dan bisa menjadi risiko terjadinya infeksi sekunder
- Pasien diharapkan tetap menjaga higiene dan kelembaban kulit.

Khusus
1. Sistemik
Cetirizine tab 1x10 mg

2. Topikal
 Salep desoksimetason 0,025% digunakan 2 kali sehari pada daerah bercak
kemerahan setelah mandi.

 Urea 10% digunakan 2 kali sehari pada area kulit kering

16
PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad kosmetikum : dubia ad bonam

17
RESEP

PRAKTIK UMUM
dr.Ghina
SIP. 01/124/082020
Jalan Perintis Kemerdekaan No.2 Padang
No HP 082268933544
Praktik Senin-Jumat (16.00-18.30)

Padang, 6 Agustus 2020

R/ Cetirizine tab 10 mg No. X


S 1dd tab I
φ
R/ Salep Desoximetason 0,025% 15gr tube No I
S 2dd applic loc dol
Φ
R/ Krim Urea 10% 40 gr tube No.I
Suc (2 kali sehari pada area kulit yang kering)
Φ

Pro : Nn. K
Umur : 22 tahun
Alamat : Jl. Minahasa 3 No.2 Padang

18
BAB IV
DISKUSI

Dermatitis numularis merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) yang


terjadi sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen, misalnya bahan kimia (detergen,
asam, basa, oli, semen), fisik (sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur), maupun faktor
endogen adalah faktor dari dalam. Dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang (koin) atau
agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah
pecah sehingga basah (oozing). Dermatitis juga cenderung residif dan menjadi kronis dan
biasanya menyerang daerah ekstremitas.
Telah diperiksa seorang pasien perempuan berusia 22 tahun yang datang ke
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 6 Agustus 2020
dengan diagnosis dermatitis numularis. Keluhan bercak merah yang terasa gatal awalnya
muncul pada pergelangan kaki kanan lalu muncul di betis kaki kiri esok harinya. Diagnosis
pada pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis
pasien diketahui bahwa muncul keluhan bercak kemerahan yang terasa gatal sudah
dirasakan sejak 3 tahun yang lalu dan bersifat hilang timbul, dan sering terjadi saat pasien
sedang banyak pikiran.
Pada pemeriksaan status dermatologikus didapatkan bercak kemerahan di
pergelangan kaki kanan dan betis kaki kiri. Distribusi terlokalisir, bentuk dan susunan tidak
khas, batas tegas sampai tidak tegas, ukuran lentikular hingga numular dan didapatkan
efloresensi berupa makula eritem, krusta kehitaman, makula hiperpigmentasi.
Pasien diberikan tatalaksana umum dan khusus. Tatalaksana umum berupa edukasi
tentang penyakit yang dapat menetap selama berbulan-bulan dapat timbul kembali jika
terdapat faktor pemicu. Oleh karena itu pasien harus mengidentifikasi dan menghindari
faktor pemicu seperti banyak pikiran atau stress, kulit yang cenderung kering, istirahat yang
kurang atau terjadi penurunan daya tahan tubuh sehingga dapat muncul bercak kemerahan
dan terasa gatal pada lesi. Dijelaskan juga untuk menghindari kebiasaan menggaruk saat
gatal agar tidak terbentuk luka baru dan bisa menjadi risiko terjadinya infeksi sekunder.
Tatalaksana khusus sistemik antihistamin tablet cetirizine 10 mg satu kali sehari
untuk mengurangi keluhan gatal diberikan. Terapi topikal diberikan diberikan salep
desoximetason 0,025% yang dioleskan 2 kali sehari pada area bercak kemerahan. Untuk

19
mengatasi kulit yang kering diberikan emollient berupa urea 10% yang dioleskan ke area
kulit yang kering.
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam bonam, quo ad sanationam dubia ad bonam,
quo ad functionam bonam dan quo ad kosmetikum dubia ad bonam

20
BAB V
KESIMPULAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap
pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal. Dermatitis numularis termasuk ke dalam pembagian dermatitis berdasarkan bentuk.
Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau agak
lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah
sehingga basah (oozing).
Bentuk dermatitis ini lebih sering mengenai pria daripada wanita dan sering mengenai
remaja, dewasa muda dan umur yang lebih tua serta jarang pada anak-anak dengan riwayat
dermatitis atopi. Dermatitis numularis bersidat kronik residif. Penyebab pasti tidak
diketahui namun didapat beberapa faktor pemicu yang dicurigai.

21
DAFTAR PUSTAKA
1. Fitspatrick’s dermatology in general medicine vol.1 & 2 (7th ed). 2008.p: 130-5
2. Sterry W. Thieme linical Companions Dermatology. Stuttgart- New York; 2006.
3. Brehmer EA. Dermatopathology, A Resident's Guide. New York; 2006.
4. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. In: A D, H M, S A, editors. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. p. 133-38.
5. Shimizu H. Shimizu’s Texbook of Dermatology. Hokkaido: Nakayama shoten; 2007.
6. Wolff K, AG L, IK S, AG B, SP A, JL D. Fitzpatrick’s Dermatology in general
medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2008.
7. Tony B, B S, C N, G C. Rook’s Textbook Of Dermatology. 7th ed.
8. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000.
9. M G, Jane, Kels. Color Atlas of Dermatopathology. New York: Vanderbilt Avenue;
2007.
10. Buxton PK. ABC of Dermatology. 4th ed. London: tovistock square; 2003.
11. Wolff C, AJ R, S D. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis Of Clinical Dermatology.
5th ed. New York: McGraw-Hill; 2005.

22

Anda mungkin juga menyukai