Anda di halaman 1dari 65

CASE REPORT SESSION

Sindroma Stevens-Johnson overlap TEN


Oleh:
Carissa Lovani 1840312760
Melati Purnama Sari 1840312709
Nurul Fadhilla 1840312756

Preseptor:
Dr. dr. Satya Wydya Yenny, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV dr.
Gardenia Akhyar, Sp.KK, FINSDV
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Nekrolisis Epidermal

Sindrom Stevens Johnson (SJS) dan Nekrolisis Epidermal Toksis (NET)

Reaksi mukokutaneus yang mengancam nyawa, ditandai dengan nekrosis dan


pelepasan epidermis yang ekstensif

Kondisi ini digolongkan sebagai varian keparahan dari proses yang serupa, karena ada
kemiripan pada penemuan klinis dan histopatologis.

Pembeda  ditentukan dari luas permukaan kulit yang terlibat


Pendahuluan
Sindrom Stevens Johnson (SJS) & Nekrolisis Epidermal
Toksis (NET)
• Sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel, bula, dapat disertai
purpura yang mengenai kulit, selaput lendir orifisium, mata
dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk

Penyebab SSJ
• Belum diketahui
• Obat-obatan
• Infeksi virus.
Mekanisme terjadinya SSJ
• Reaksi hipersensitif terhadap zat yang
memicunya
• Muncul tidak lama setelah obat disuntik atau
diminum
• Besarnya kerusakan yang ditimbulkan kadang
tidak berhubungan langsung dengan dosis,
namun sangat ditentukan oleh reaksi tubuh
pasien
• Golongan
analgetik/antipireti
k (45%)
• Karbamazepin
(20%) menyebabkan SJS :
• Jamu (13.3%) Djuanda obat yang sering
• Sisanya merupakan
golongan
• Eroobat lain
amoksisilin,
seperti pa
kotrimoksasol,
dan
klorokuin,
dilantin,Am
dan seftriakson.
erik Indonesia
a
Seri
kat
2- Angka kejadian SSJ dan NET
3%
/
juta
pop
ulas
i
Prevalensi
• De
was
a
Bagian kulit RSCM
• Pasien SSJ –NET: 12 pasien/tahun
• Dewasa
• Angka kematian SSJ antara 5-12%.
• Kasus yang terdaftar dan diobservasi kejadian SSJ sekitar 1-3 kasus per
satu juta penduduk setiap tahunnya.
• >> ras Kaukasia

Pengetahuan yang lebih baik tentang prinsip-prinsip


manajemen Sindrom Stevens Johnson dan Nekrolisis
Epidermal Toksik  mengarah pada manajemen
penyakit yang lebih baik, tingkat kelangsungan hidup
yang lebih tinggi, dan prevalensi sekuele yang lebih
rendah
• Penulisan Case Report Session ini bertujuan untuk
memahami dan menambah pengetahuan tentang
Tujuan Penulisan sindrom Stevens Johnson.

• Case report ini ditulis dengan menggunakan


metode tinjauan pustaka yang merujukdari
Metode Penulisan berbagai literatur.

• Melalui penulisan case report ini diharapkan


bermanfaat sebagai sumber informasi dan
Manfaat Penulisan pengetahuan tentang sindrom Stevens Johnson.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
• SSJ dan NET merupakan reaksi mukokutan akut yang mengancam
nyawa, ditandai dengan nekrosis epidermis yang luas sehingga bisa
terlepas.
• Mirip dalam gejala klinis, histopatologis, faktor risiko, penyebab dan
patogenesisnya
• Dibedakan berdasarkan keparahan saja.
• SSJ terdapat epidermiolisis sebesar < 10% LPB
• NET> 30%
• Keterlibatan 10-30% LPB disebut overlap SSJ-NET.
Epidemiologi
• Insiden SSJ 1,5 kasus/juta/penduduk/tahun
• Iinsiden NET 0,4-1,2 kasus/juta penduduk/tahun
• Di Indonesia : 1-6 kasus per 1 juta orang (0,03%)
• Angka kematian NET 25-35%, SSJ adalah 5-12 %.
• Peningkatan risiko pada usia > 40 tahun.
• Perempuan : laki-laki = 1,5:1
Etiologi
1. Infeksi
• Virus
Ex : Asian flu, Lympho Granuloma Venerium, Measles, Mumps
• Bakteri
Ex : Brucelosis, Dyptheria, Erysipeloid, Glanders, Pneumonia, Psitacosis,
Tuberculosis, Tularemia,Lepromatous Leprosy atau Typhoid Fever.
• Jamur
Ex : Cocidiodomycosis dan Histoplasmosis
• Parasit
Ex : Malaria dan Trichomoniasis
Etiologi
2. Obat
Patofisiologi
• Diduga disebabkan oleh reaksi hipersensitif tipe III dan IV.
• Reaksi hipersensitif tipe III : terbentuk komplek antigen antibodi yang
mikro presitipasi  aktifitas sistem komplemen  akumulasi neutrofil
 melepaskan enzim  kerusakan jaringan pada target organ.
• Pada beberapa kasus : antigen asing dapat melekat ke jaringan 
komplek antigen antibodi  mengaktifkan komplemen dan degranulasi
sel mast  kerusakan jaringan atau kapiler  Neutrofil tertarik ke
daerah tersebut dan mulai memgositosis sel-sel yang rusak sehingga 
pelepasan enzim-enzim sel  siklus peradangan berlanjut..
Patofisiologi
• Reaksi hipersensitifitas tipe IV : akibat limfosit T yang tersintesisasi
berkontak kembali dengan antigen yang sama  limfokin dilepaskan
sebagai reaksi radang.
• Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T  Penghasil limfokin atau
sitotoksik  penghancuran sel-sel
• Reaksi yang diperantarai oleh sel ini bersifat lambat (delayed) 14 jam -
27 jam untuk terbentuknya
Patofisiologi
• Proses hipersensitivitas  kerusakan kulit  kegagalan fungsi kulit:
• kehilangan cairan
• stress hormonal
• diikuti peningkatan resistensi terhadap insulin, hiperglikemia dan
glukosuria,
• kegagalan termoregulasi
• kegagalan fungsi imun dan infeksi
Gejala Klinis
1. Kelainan kulit
• Lesi dimulai sebagai makula yang berkembang menjadi papula,
vesikula, bullae, dan plak urtikaria.
• Inti lesi dapat berupa vesikel, purpura, atau nekrotik, dikelilingi oleh
eritema makular. Lesi ini di sebut lesi targetoid.
• Lesi mungkin menjadi bulosa dan kemudian pecah menyebabkan
erosi yang luas, meninggalkan kulit yang gundul sehingga terjadi
peluruhan yang ekstensif  kulit menjadi rentan terhadap infeksi
sekunder.14
• Pada bentuk yang berat kelainannya generalisata.
Gejala Klinis

• Gambaran luas permukaan pelepasan epidermis pada SSJ, NET dan SSJ overlap NET
Gejala Klinis
2. Kelainan selaput lendir di orificium
• Mukosa mulut, kemudian disusul kelainan di lubang alat genital (50%),
sedangkan di lubang hidung (8%), dan anus (4%).
• Kelainannya berupa vesikel dan bula yang mudah pecah  erosi dan
ekskoriasi dan krusta kehitaman.
• Di bibir kelainan yang sering tampak ialah krusta hitam yang tebal 
Stomatitis ulseratif dan krusta hemoragis merupakan gambaran
utama.
Gejala Klinis
3. Kelainan mata
• 80% diantara semua kasus
• Tersering ialah konjungtivitis kataralis.
• Pada kasus berat terjadi erosi dan perforasi kornea yang dapat
menyebabkan kebutaan15
Gejala Klinis
Gejala ekstra kutan
Komplikasi pada:
• Paru-paru  sesak nafas, hipersekresi bronkus, hipoksia, hemaptoe
dan edema paru
• Gastrointestinal  nekrosis epithelial esofagus, diare, perdarahan
gastrointestinal, melena, dan perforasi kolon.
• Ginjal  proteinuria, mikroalbuminuria, hematuria dan azotemia,
akut tubular nekrosis, glomerulonefritis.
Laboratorium
• Pemeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan anemia, limfopenia
dan jumlah leukosit yang normal atau leukositosis nonspesifik
• Leukositosis yang berat mengindikasikan adanya infeksi bakteri
• Evaluasi terhadap frekuensi pernafasan AGD  serum bikarbonat <20
meq/L  prognosis yang buruk.
• Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium yang ditemukan : gangguan
keseimbangan elektrolit, hipoalbuminemia, hipoproteinemia,
insufisiensi ginjal, azotemia prerenal, leukositosis ringan, anemia,
neutropenia, sedikit peningkatan enzim hepar dan amilase,
hiperglikemia.
Pemeriksaan Penunjang
• Konfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan
immunofluoresence.
• Lesi awal  apoptosis keratinosit pada lapisan suprabasal
• Lesi akhir  nekrosis epidermal yang tebal dan pelepasan epidermis dari
dermis.
• Infiltrasi sel mononuclear dengan kepadatan sedang pada papilla dermis
dapat terlihat, diwakili oleh limfosit dan makrofag
Diagnosis Banding
• Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (Ritter’s disease)
• Acute generalised exanthematous pustulosis
• Generalised bullous fixed drug eruption
• Erythema multiforme mayor
Perawatan Suportif
• Pengganti cairan dan nutrisi  arena kehilangan kulit dapat
mengakibatkan kerugian yang signifikan cairan dari tubuh
• Perawatan luka, kompres basah  membantu menenangkan lecet
saat mereka sembuh.
• Eliminasi kulit mati, dan kemudian menempatkan krim dengan
anestesi topikal di atas area yang terkena, jika diperlukan.
• Perawatan mata, karena risiko kerusakan mata, pengobatan harus
mencakup konsultasi dengan seorang spesialis mata
(ophthalmologist).
Medikamentosa
• Obat nyeri untuk mengurangi ketidak nyamanan diberikan
parasetamol, jika nyeri berat diberikan opiate-based seperti tramadol.
• Antihistamin untuk meredakan gatal
• Antibiotik untuk mengendalikan infeksi, bila diperlukan
• Kortikosteroid intravena untuk mengurangi keparahan gejala
• Steroid topikal untuk mengurangi peradangan kulit.
Prognosis
Faktor prognosis Skor mortalitas

 Umur > 40 tahun  SCORTEN 0-1 > 3.2%


 Keganasan  SCORTEN 2 > 12.1%
 Denyut jantung > 120 x/menit  SCORTEN 3 > 35,3%
 Luas Pelepasan Epidermis > 10%  SCORTEN 4 > 58.3%
 BUN level >10 mmol/L  SCORTEN 5 atau lebih > 90%
 Kadar glukosa serum > 14 mmol / L
 Kadar bikarbonat < 20 mmol / L
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
• Nama : Ny. Nurjanah • Status Perkawinan : Menikah
• Umur/ Tanggal lahir: 75 tahun / 3 • Negeri Asal : Bukittinggi,
Juni 1945
Indonesia
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga • Nama Ibu Kandung: Siti
• No RM : 01.02.76.50 • Suku : Minangkabau
• Alamat • No. Telepon : 081213763xxx
: Jl. Jati VI
• Tanggal Pemeriksaan : 30 Juni
2020
Anamnesis
Keluhan Utama :
Bercak-bercak merah kehitaman yang disertai gelembung yang
bertambah banyak dan terasa nyeri pada wajah, leher, dada, perut,
punggung, kedua lengan, dan kedua tungkai disertai dengan keropeng
pada bibir, mata bersekret dan lecet pada kemaluan sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Awalnya ± 1 bulan yang lalu, pasien mengalami kejang dan dirawat di
RSAM Bukittinggi dengan diagnosis epilepsy selama 3 hari. Ketika
pulang rawatan pasien mendapat obat pulang 3 macam yaitu
paracetamol, CTM, dan kapsul berwarna merah muda, berbentuk
bulat dan kecil yang pasien tidak ketahui namanya. Pasien baru
pertama kali mengkonsumsi obat tersebut dan sudah dikonsumsi
selama 5 hari.
• ± 3 minggu yang lalu, pasien kontrol ke poli Neurologi RSAM
Bukittinggi dan mendapatkan obat sebanyak 3 macam yaitu fenitoin,
osteomax dan asam folat tablet. Obat ini baru pertama kali
dikonsumsi dan sudah di konsumsi selama 2 minggu.
• 4 hari yang lalu, pasien mengeluhkan munculnya bercak-bercak merah
kehitaman yang disertai gelembung yang mudah pecah, terasa nyeri,
disetai dengan keropeng pada bibir, nyeri saat menelan, mata
bersekret, lecet pada kemaluan dan nyeri saat buang air kecil.
Keluhan pada pasien disertai demam. Pasien menyadari bahwa bercak
merah semakin bertambah banyak di kedua ekstremitas dan wajah.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat muncul bercak merah gatal disertai dengan mata
merah,bersekret dan nyeri menelan setelah minum obat sebelumnya
tidak ada.
• Riwayat transplantasi disangkal.
• Riwayat minum dan mengoleskan obat tradisional di kulit disangkal.
Riwayat Pengobatan
• Pasien berobat ke RSAM Bukittinggi karena keluhannya, mendapat
pengobatan IVFD RL 4jam/kolf, inj. Dexametason 4x5mg, inj.
Gentamicin 2x80mg, inj. Ranitidin 2x50mg, CTM tab 3x4mg, cetirizin
1x10mg, kenalog 2xsehari dan dirawat selama 3 hari sebelum dirujuk
ke RSUP Dr. M. Djamil Padang.
• Riwayat berobat alternatif, mengoleskan obat-obat herbal, atau
membeli obat sendiri untuk mengatasi bercak merah tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan muncul
bercak merah disetai gelembung disertai dengan mata bersekret dan
nyeri menelan karena mengonsumsi obat sebelumnya.
Riwayat Atopi / Riwayat Alergi
• Riwayat bersin-bersin ≥ 5X di pagi hari tidak ada
• Riwayat asma tidak ada
• Riwayat mata merah dan gatal akibat alergi tidak ada
• Riwayat alergi makanan tidak ada
• Riwayat alergi obat tidak ada
• Riwayat urtikaria tidak ada
Riwayat Sosial Ekonomi
• Pasien merupakan seorang Ibu Rumah Tangga.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
• Keadaan umum : Tampak sakit berat
• Kesadaran : Komposmentis kooperatif
• Tekanan darah : 130/80 mmHg
• Nadi : 92 x/menit
• Nafas : 28x/menit
• Suhu : 39°C
• Status gizi : BB: 56 kg
TB: 156 cm
IMT 23.01 (normoweight)
• Rambut : Tidak mudah rontok
• Mata : Konjungtiva hiperemis +/+, sekret (+), Hiperlakrimasi
• Mulut dan bibir : Krusta merah kehitaman, erosi, ekskoriasi, dan edem
eritem
• JVP : 5-2 cmH2O
• KGB : Tidak ada pembesaran KGB
• Thorax :
Paru
Inspeksi : Dada simetris kanan dan kiri (statis)
Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri (dinamis)
Palpasi : Fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor kanan dan kiri
Auskultasi : SN Vesikuler, Rh+/+ , Wh +/+
• Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Atas : RIC II
Kanan : Linea parasternalis dekstra
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen : Tidak terdapat distensi, bising usus (+) normal
• Genitalia : OUE erosi.
• Extremitas : Tidak terdapat edema
Status Dermatologikus
• Lokasi : Wajah, leher, dada, perut, punggung, kedua
ekstremitas atas dan bawah.
• Distribusi : Generalisata
• Bentuk : Bulat - tidak khas
• Susunan : Diskret - Konfluens
• Batas : Tegas - Tidak tegas
• Ukuran : Lentikuler - Plakat
• Efloresensi : Makula eritem, plak eritem, bullae, erosi, ekskoriasi,
krusta merah kehitaman
• Nikolsky sign : (+)
• Epidermolisis : ±12%
• Status Venerelogikus
OUE : Erosi
Kelainan Kuku : Tidak ada kelainan
Kelainan Rambut : Tidak ada kelainan
Kelenjar Limfe : Tidak teraba pembesaran KGB
Nikolsky sign (+)
Resume
Seorang pasien perempuan berusia 75 tahun dirawat di Bangsal
Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 30 Juni 2020
dengan keluhan utama bercak-bercak merah kehitaman yang disertai
gelembung yang bertambah banyak dan terasa nyeri pada wajah, leher,
dada, perut, punggung, kedua lengan, dan kedua tungkai disertai
dengan keropeng pada bibir, mata bersekret dan lecet pada kemaluan.
Awalnya lebih kurang 1 bulan yang lalu pasien mengalami kejang dan dirawat di RSAM
Bukittinggi dengan diagnosis epilepsi selama 3 hari. Ketika pulang rawatan pasien mendapat
obat pulang sebanyak 3 macam yaitu, paracetamol, CTM, dan kapsul berwarna merah muda,
berbentuk bulat dan kecil yang pasien tidak ketahui namanya. Pasien baru pertama kali
mengkonsumsi obat tersebut dan sudah dikonsumsi selama 5 hari. Lebih kurang 3 minggu
yang lalu, Ketika kontrol ke Poliklinik Neurologi RSAM Bukittinggi, pasien mendapatkan obat
sebanyak tiga macam yaitu fenitoin, osteomax dan asam folat tablet. Obat ini baru pertama
kali dikonsumsi dan sudah dikonsumsi selama 2 minggu. Lebih kurang 4 hari sebelum masuk
rumah sakit pasien mengeluhkan munculnya bercak merah kehitaman yang disertai
gelembung yang mudah pecah, terasa nyeri disertai dengan keropeng pada bibir, nyeri saat
menelan, mata bersekret, lecet pada kemaluan, dan nyeri saat buang air kecil. Keluhan psien
disertai dengan demam. Pasien pergi berobat ke RSAM Bukittinggi dan mendapat terapi IVFD
RL 4Jam/kolf, inj. Dexametason 4x5mg, inj. Gentamicin 2x80mg, inj. Ranitidine 2x50mg, CTM
tab 3x4mg, cetirizine 1x10mg, Kenalog 2xsehari dan dirawat selama 3 hari, kemudian dirujuk
ke RSUP Djamil karena keluhan yang menetap.
• Riwayat mengobati keluhannya sendiri dan menggunakan obat
alternatif tidak ada, riwayat atopi tida ada dan riwayat keluarga
mengalami keluhan yang sama dengan pasien tidak ada. Pemeriksaan
fisik umum pasien tampak sakit berat, pasien sesak dengan frekuensi
nafas 28x/menit, dan demam dengan suhu 390C. Tanda vital lain
dalam batas normal, pemeriksaan fisik ditemukan kelainan pada
mata, bibir dan juga orificium urerta externa. Pada pemeriksaan
status dermatilogukus terdapat lesi kulit berserta gelembung, hampir
diseluruh bagian tubuh dengan presentasi epidermolisis 12%.
Diagnosa Kerja
• Sindrom Steven Johnson overlap TEN ec susp. Alergi obat ec Susp.
Fenitoin, osteomax, asam folat, kapsul merah muda bulat kecil.

Diagnosis Banding
• Eritema Multiforme Mayor
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium • Total Protein: 4,7 g/dl
• Hb : 9,9 gr/dl • Albumin : 2,7 g/d
• Leukosit : 2.450 /mm3 • Globulin : 2,0 g/dl
• SGOT : 43 u/l
• Trombosit : 150.000 /mm3 • SGPT : 17 u/l
• Hematokrit : 31 % • Natrium : 138 Mmol/L
• Gula Darah Sewaktu : 153 mg/dl • Kalium : 3,8 Mmol/L
• Ureum : 24 mg/dl • Chlorida : 105 Mmol/L
• Kreatinin : 0,6 mg/dl
Pemeriksaan Anjuran
• Analisa Gas Darah • Pemeriksaan Patch Test terhadap
pH : 7,49 obat tersangka 6 minggu setelah
setelah lesi kulit hilang
pCO2 : 34 mmHg
pO2 : 174 mmHg
SO2 : 100 %
HCO3- : 25,9 Mmol/L
Tatalaksana
UMUM
Edukasi:
• Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa sakit yang dialami pasien
berupa alergi obat dan diduga obat penyebebnya adalah suldox, dan
memberi tahu pasien serta keluarga agar tidak mengonsumsi obat tersebut
• Edukasi kepada pasien agar tidak mengelupaskan keropeng sendiri, karena
kulit yang terbuka akan mempermudah kuman masuk dan bisa
menyebabkan infeksi.
• Menjaga daya tahan tubuh pasien dengan memberikan nutrisi yang cukup
serta mencukupi kebutuhan cairan dengan meminum air putih
KHUSUS
SISTEMIK TOPIKAL
• IVFD D5% : NaCl 0,9% = 3:1 • Kompres NaCl 0,9% 3x15 menit pada
luka lecet dan keropeng di badan,
• Inj. Dexamethason 5X5 mg (IV) bibir, dan kemaluan
• Inj. Gentamisin 2x80 mg (IV) • Krim Hidrokortison 2,5% 2xsehari
pada bercak merah
• Inj. Ranitidin 2x50 mg (IV)
• Krim Natrium Fusidat 2% 2xsehari
untuk luka lecet yang mengering
• Cendolytes eye drop 6x1 ODS
• Kloramfenikol eye ointment 3x1 ODS
• Kenalog orabase salep 0,1% 2xsehari
Faktor Prognosis Temuan pasien Points

Prognosis Age > 40 tahun ada 1


Heart rate > 120 menit - -
Total poin scorten pada pasien
adalah 3, sehingga risiko kematian Keganasan atau keganasan - -
pada pasien ini sebesar 35,8 % pada darah

• Quo Ad Vitam : Dubia Ad Bonam Serum Urea level> 10mM - -


• Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
• Quo Ad Cosmeticum : Dubia Ad Bonam
Serum bicarbonate level > ada 1
• Quo Ad Functionam : Bonam
20mM

Serum glycose level > 14 mM - -

Epidermiolisis > 10% ada 1


BAB IV
PEMBAHASAN
Anamnesis
Riwayat Penggunaan obat + Identifikasi faktor pencetus lain -

erosi dan ekskoriasi di hampir seluruh tubuh pasien


Pemeriksaan fisik: makula eritem, bula, krusta merah kehitaman,
Menunjukkan kelainan pada trias kelainan pada Sindroma
kulit, mata, dan mukosa Stevens Johnson

Nikholsky sign ditemukan positif

Terjadi epidermiolisis (12 %)

Epidermiolisis <10%, SSJ


Epidermiolisis 10-30%, SSJ overlap TEN
Epidermyolisis >30% TEN
Sindroma Steven Johnson Overlap Nekrolisis Epidermal
Toksis (NET) ec susp. Alergi obat ec Susp. fenitoin,
osteomax, asam folat dan kapsul merah muda bulat kecil

Keadaan ini merupakan reaksi mukokutan akut yang


mengancam nyawa yang ditandai dengan nekrosis
epidermis luas sehingga mudah terlepas

Trias SSJ berupa kelainan kulit, kelainan selaput lendir di


orifisium dan kelainan mata yang sebelumnya didahului
oleh sindroma prodromal non spesifik

Manifestasi klinis SSJ-NET umumnya timbul dalam waktu


8 minggu setelah awal pajanan obat

Pasien ditemukan keluhan demam


Penyebab SSJ pada Pasien
Obat yang dicurigai pada pasien adalah
Pasien belum pernah
fenitoin, osteomax, asam folat dan kapsul
mengkonsumsi obat
merah muda bulat kecil sehingga
tersebut sebelumnya.
penggunaanya harus dihentikan

Pasien juga belum


Dalam 8 minggu terakhir, pasien tidak mengonsumsi
pernah mengalami
obat apapun selain fenitoin, osteomax, asam folat
keluhan serupa
dan kapsul merah muda bulat kecil.
sebelumnya

kecurigaan terhadap SSJ  obat


Sebagian besar kasus SSJ
yang dikonsumsi pasien 
oleh alergi terhadap obat
pemikiran pertama dalam
yang dikonsumsi
menganalisis kondisi pasien
Obat-obat penyebab SSJ Penelitian: obat penyebab
bervariasi, umum: golongan SSJ, obat digolongkan
Sulfonamide, Antikonvulsan menjadi High Risk, Lower
aromatic, Allopurinol, Risk, Doubtful Risk, dan No
NSAID, dan Nevirapin. Evidence of Risk

Golongan Fenitoin yang


Sehingga, kecurigaan obat
dikonsumsi pasien termasuk
pencetus SSJ pada pasien ini
ke dalam obat golongan
adalah Fenitoin yang
High Risk yang dapat
dikonsumsi pasien
menyebabkan SSJ.
Tatalaksana Umum
• Jelaskan jenis penyakit dan perjalanannya
• Kondisi pasien
• Lakukan penghentian minum obat tersangka pada pasien
• Jika masih diperlukan, pasien bisa diberi obat alternative oleh dokter
• Lakukan pengontrolan ketat terhadap lesi
• Tidak mengelupaskan kulit secara paksa
• Membawa kartu alergi obat setiap pasien ingin berobat
Tatalaksana Khusus

Sistemik Topikal
• IVFD D5% : NaCl 0,9% = 3:1 • Kompres NaCl 0,9% 3x15 menit pada
luka lecet dan keropeng di badan, bibir,
• Inj. Dexamethason 5X5 mg (IV) dan kemaluan
• Inj. Gentamisin 2x80 mg (IV) • Krim Hidrokortison 2,5% 2xsehari pada
bercak merah
• Inj. Ranitidin 2x50 mg (IV) • Krim Natrium Fusidat 2% 2xsehari untuk
luka lecet yang mengering
• Cendolytes eye drop 6x1 ODS
• Kloramfenikol eye ointment 3x1 ODS
• Kenalog orabase salep 0,1% 2xsehari
Prognosis
• SCORTEN
• Scorten pasien  3 yaitu
• Usia lebih 40 tahun
• Nilai Serum bicarbonate level > 20mM
• Epidermiolisis > 10%
• Angka risiko kematian adalah 35,8%.

•Perjalanan Penyakit: SSJ-NET dapat mengalami penyulit yang mengancam nyawa


berupa sepsis dan multiple organ failure

Anda mungkin juga menyukai