Anda di halaman 1dari 19

FISIOTERAPI PADA KONDISI

STEVENS JOHNSON SYNDROME


(SJS) & TOXIC EPIDERMAL
NECROLYSIS (TEN)
Nopi Andayani
2022
Tujuan Pembelajaran

• Mahasiswa mampu memahami apa itu SJS dan TEN


• Mahsiswa mampu mengindentifikasi permsalahan Ft pada Kondisi
SJS/TEN
• Mahaiswa memahami peran Ft pada kondisi SJS/TEN
Stevens Johnson Syndrome (SJS)
• pertama diketahui pada 1922 oleh dua dokter, dr. Stevens dan dr.
Johnson, pada dua pasien anak laki-laki. Namun dokter tersebut tidak
dapat menentukan penyebabnya Stevens Johnson Syndrome dijelaskan
pertama kali pada tahun 1922, Stevens Johnson Syndrome merupakan
hipersensitivitas yang dimediasi kompleks imun yang merupakan
ekspresi berat dari eritema multiforme.
• Stevens Johnson Syndrome adalah sindrom kelainan kulit berupa
eritema, vesikel, bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit,
selaput lendir orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi
dari baik sampai buruk.
• Penyebab pasti dari Sindrom Stevens Johnson saat ini belum
diketahui namun ditemukan beberapa hal yang memicu timbulnya
Sindrom Stevens Johnson seperti obat-obatan atau infeksi virus.
• Mekanisme terjadinya sindroma pada Sindrom Stevens Johnson
adalah reaksi hipersensitif terhadap zat yang memicunya.
• Nekrolisis epidermal mencakup 2 bagian yaitu Stevens Johnson
Syndrome dan Nekrolisis Epidermal Toksik.
• Sebagian besar penulis dan ahli berpendapat bahwa SJS dan TEN
merupakan penyakit yang sama dengan manifestasi yang berbeda.
• Perbedaan terdapat pada keparahan yang ditentukan berdasarkan
luas area permukaan kulit yang terkena.
• Stevens-Johnson syndrome (SJS) atau sindrom Stevens-Johnson
dan toxic epidermal necrolysis (TEN) atau nekrolisis epidermal
toksik adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh alergi atau
infeksi. Sindrom tersebut mengancam kondisi kulit yang
mengakibatkan kematian sel-sel kulit sehingga epidermis
mengelupas dan memisahkan dari dermis.
ETIOLOGI
• Obat merupakan penyebab utama SJS (50% - 80% kasus) dan TEN
(hingga 80% kasus); infeksi atau kombinasi infeksi dan obat, serta
keganasan juga dapat sebagai penyebab. Telah ditemukan lebih dari
100 jenis obat sebagai penyebab SJS atau TEN. Efek obat biasanya
muncul setelah 8 minggu pertama konsumsi obat, tergantung dosis.
• Infeksi adalah penyebab kedua tersering setelah obat. Virus yang telah
banyak dilaporkan sebagai penyebab SJS adalah: Herpes simplex virus
(19,7% kasus), cytomegalovirus, HIV, Coxsackie virus, influenza, hepatitis,
smallpox, dan mumps.
Fase

• Fase Akut SJS/TEN secara klinis dimulai 8 minggu setelah terpapar


obat. Gejala awal atau gejala prodormal dapat tidak spesifik,
seperti demam dan flu like symptoms (gatal dan rasa terbakar
pada mata, nyeri menelan, batuk, dengan dahak produktif, pilek,
nyeri kepala, malaise, dan artralgia). Gejala dapat berlangsung
hingga 1 minggu. Setelah periode ini, akan muncul lesi kemerahan
disertai rasa terbakar yang simetris pada wajah, bagian atas tubuh,
dan bagian atas ekstremitas. Bagian distal lengan dan tungkai,
biasanya tidak terkena.
• Fase Kronis Gejala sisa sering terjadi pada fase akhir TEN. Gejala
paling sering adalah hiper- dan hipopigmentasi kulit (62,5%),
komplikasi mata (50%), distrofi kuku (37,5%). Komplikasi akhir pada
mata meliputi kekeringan mata (46%), trikiasis (16%),
symblepharon (14%), distikiasis (14%), kehilangan penglihatan
(5%), entropion (5%), ankyloblepharon (2%), laphgoltalmos (2%),
ulkus kornea (2%).5 Komplikasi jangka panjang mukosa terjadi
pada 73% pasien yang memiliki keterlibatan mukosa di fase akut.
Penegakan Diagnosis

• Diagnosis SSJ 90% dibuat berdasarkan gambaran klinis, yaitu


didapatkannya trias kelainan pada kulit, mukosa, dan mata.
Anamnesis ditujukan untuk mengetahui faktor penyebab, dimana
faktor penyebab tersering adalah obat.
• Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk mencari hubungan
dengan faktor penyebab serta untuk penatalaksanaan secara
umum. Pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan darah
tepi, pemeriksaan imunologis, biakan kuman dan uji resistensi dari
darah dan tempat lesi serta pemeriksaan histopatologi biopsi kulit
Diagnosis Banding
• Ada 3 penyakit yang sangat mirip dengan SJS, yaitu Toxic Epidermolysis Necrotikans
(TEN), Eritema Multiform (EM) dan Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS).
• TEN dibedakan dengan SJS berdasarkan luas lesi pada kulit. TEN apabila luas lesi
>30% permukaan tubuh.
• EM dan SSJ sering dianggap sama oleh karena pada kedua penyakit tersebut
didapatkan lesi dengan predileksi yang sama, yaitu pada kulit dan mukosa oral.
Perbedaan EM dengan SJS dapat dilihat mulai dari faktor penyebab. Infeksi herpes
simpleks merupakan penyebab tersering EM, berbeda dengan SJS yang lebih sering
disebabkan oleh obat.
• Perbedaan SSJ dengan SSSS, yaitu pada lesi kulit dimana SSSS ditandai dengan
krusta yang mengelupas pada seluruh kulit dan biasanya mukosa tidak terkena.
PROBLEMATIKA FISIOTERAPI

• Nyeri merupakan salah satu manifestasi klinis pada kasus SJS. Kulit
yang memerah, melepuh dan terkupas, bahkan setelah melalui
proses debridemen mengakibatkan cidera terhadap jaringan
tubuh, keadaan tersebut akan menimbulkan nyeri karena hampir
disemua jaringan tubuh terdapat ujung-ujung saraf halus yang
menyalurkan impuls nyeri.
• Keterbatasan gerak sendi secara pasif maupun aktif diakibatkan
karena adanya keterbatasan sendi, fibrosis jaringan penyokong,
otot dan kulit serta karena enggan bergerak. Efek penurunan
lingkup gerak sendi menyebabkan terjadinya gangguan
fungsional, gangguan mobilisasi dan gangguan aktifitas kehidupan
sehari-hari.
• Penurunan Kekuatan Otot
• Permasalahan Pernapasan, Hal ini karena adanya SJS yang bisa
mengenai area tubuh mana saja terutama area dada yang dapat
menyebabkan distorsi anatomi dan komplikasi pada jalan napas.
Selain itu pasien yang dirawat secara intensif dengan waktu tirah
baring lama juga berpotensi mengalami gangguan pola napas
LT

• Pasien laki-laki berusia 3 tahun, berobat diantar oleh orang tuanya.


Pasien rujukan dari RS X, dengan keluhan melepuh , Awalnya kulit
pasien bintik bintik kemerahan berisi cairan sejak 4 hari yang lalu,
muncul di perut kemudian meluas ke tangan, kaki, pinggang dan
wajah, orangtua pasien memberi salep acyclovir. 5 hari
sebelumnya mengalami demam, dan diberi obat paracetamol dan
imboost. Kini luka menyebar hingga ke mata, hingga timbul
edema dan hiperemis.
Lanjutan LT

• Lakukan proses annamnesis kondisi diatas


• Lakukan pemeriksaan Ft pada kondisi diatas
• Tentukan diagnosis FT dengan ICF
• Tentukan planning Ft kondisi diatas
• Tentukan intervensi pada kondisi diatas
• Lakukan evaluasi pada kondisi diatas

Anda mungkin juga menyukai