Pembimbing:
dr. Brama Rachmantyo, Sp.KK
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD. dr. MOH. SALEH PROBOLINGGO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
Definisi
Stevens-Johnson syndrome (SJS) atau sindrom Stevens-
Johnson dan toxic epidermal necrolysis (TEN) adalah penyakit kulit
yang disebabkan oleh alergi atau infeksi. Sindrom tersebut mengancam
kondisi kulit yang mengakibatkan kematian sel-sel kulit sehingga
epidermis mengelupas dan terpisah dari dermis.
Sindrom ini dianggap sebagai hipersensitivitas kompleks yang
mempengaruhi kulit dan selaput lendir. Stevens Johnson Syndrome
adalah sindroma yang mengenai kulit, selaput lendir orifisium dan mata
dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat. Kelainan
pada kulit berupa eritema, vesikel, bula dapat disertai purpura.
Epidemiologi
Stevens-Johnson syndrome (SJS) atau dan toxic epidermal
necrolysis (TEN) merupakan penyakit yang jarang, secara umum
insiden SJS adalah 1-6 kasus/juta penduduk/tahun, dan insiden TEN
0,4-1,2 kasus/juta penduduk/tahun. Angka kematian TEN adalah 25-
35%, sedangkan angka kematian SJS adalah 5%-12%. Penyakit ini
dapat terjadi setiap usia, terjadi peningkatan resiko pada usia diatas 40
tahun.
Perempuan lebih sering terkena dibandingkan laki-laki dengan
perbandingan 1,5:1. Data dari ruang rawat inap RSCM menunjukan
bahwa selama tahun 2010-2013 terdapat 57 kasus dengan rincian: SJS
47,4%, overlap SJS-TEN 19,3% dan TEN 33,3% (Effendi, 2016).
Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, dikatakan multifaktorial.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya sindrom ini antara lain:
2. Diagnosis SJS ditegakkan bila epidermolisis hanya ditemukan pada <10% LPB, TEN
bila epidemolisis >30% LPB dan overlap SJS-TEN bila epidermolisis 10-30% LPB.
Diagnosis banding
Eritema multiforme minor
Salah satu bentuk boil dermatose yang bersifat kronis, disertai dengan adanya
proses akantolisis dan terbentuknya bula pada epidermis. Ditandai dengan timbulnya bula
yang lembek dengan permukaan yang tegang, berdinding tipism mudah pecah timbul pada
kulit dan mukas yang tampak normal dan eritematosa. 60% dari penderita lesinya mulai dari
mukosa mulut kemudian menyebar. Bila lesinya luas sering mengalami infeksi sekunder yang
menyebabkan timbulnya bau yang tidak enak. Penyebab autoimun.
Diagnosis banding
Fixed drug eruption
2. penatalaksanaan spesifik
Kortikosteroid sistemik
Imunoglobulin intravena
Siklosporin A
Prognosis
Prognosis Steven Johnson Syndrome dapat diperkirakan berdasarkan SCORTEN. Pada
pasien yang mengalami penyembuhan, re-epitelisasi terjadi dalam waktu rerata 3 minggu.
Gejala sisa yang sering terjadi adalah skar pada mata dan gangguan penglihatan, kadang-
kadang terjadi skar pada kulit, gangguan pigmentasi dan gangguan pertumbuhan kuku.
Komplikasi
Dalam perjalanan penyakit Steven Johnson Syndrome mendapat penyulit dalam yang
dapat mengancam nyawa berupa sepsis dan multiple organ failure
Ringkasan
Steven Johnson Syndrome merupakan reaksi mukokutan akut yang mengancam
nyawa, ditandai dengan nekrosis dan pelepasan epidermis yang luas. Sebagian besar
Steven Johnson Syndrome disebabkan karena alergi obat. Obat-obat yang sering
menyebabkan Steven Johnson Syndrome adalah sulfonamida, anti-konvulsan aromatic,
alupurinol, NSAID dan nevirapin, Karbamazepin dan allopurinol.
Mekanisme parti terjadinya Steven Johnson Syndrome belum sepenuhnya
diketahui. Pada lesi Steven Johnson Syndrome terjadi reaksi sitotoksik terhadap
keratinosit sehingga mengakibatkan apoptosis luas. Reaksi sitotoksik terjadi melibatkan
natural killer cell. Dan sel limfosit T CD8+ yang spesifik terhadap obat penyebab, sitokin
yang terlibat yaitu: IL-6, TNF-α, IFN-y, IL-18, Fas-L. granulisin dan granzim-B.
.
Sindroma prodromal yang non spesifik dan konstitusiona, Lokasi : simetris
pada wajah, badan dan proksimal ekstremitas. Efloresensi ditemukan macula eritematus
yang menyerupai morbiliform rash, target lesions, bula dengan Nikolsky sign positif
(sering didapatkan), lesi akan bertambah banyak seiring berjalannya waktu. Dan juga
ditemukan pada mukosa bibir dan mulut dirasakan sakit, disertai kelainan mukosa yang
eritematus, sembab dan sertai bula yang akan pecah sehingga timbul erosi yang tertutup
pseudomembrane (Necrotic epithelium dan fibrin), krusta kehitaman pada bibir, Pada
kemaluan juga sering didapatkan berupa bula yang hemorrhagic dan erosi.
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan anamnesis yang teliti dengan
kronologis perjalanan penyakit dan riwayat konsumsi obat yang menyebabkan terjadinya
Steven Johnson Syndrome. Pemeriksaaan penunjang yang perlu dilakukan (Gula darah
sewaktu, darah tepi lengkap, analisis gas darah, kadar elektrolit, albumin dan protein
darah, fungsi ginjal dan hepar, foto thorak, histopatologi).
Steven Johnson syndrome merupakan penyakit yang mengancam nyawa, sehingga
membutuhkan tatalaksana yang optimal seperti deteksi dini dan penghentian obat yang
dicurigai menjadi penyebab penyakit disertai perawatan suportif di rumah sakit. Prognosis
Steven Johnson Syndrome dapat diperkirakan berdasarkan SCORTEN. Pada pasien yang
mengalami penyembuhan, re-epitelisasi terjadi dalam waktu rerata 3 minggu. Gejala sisa
yang sering terjadi adalah skar pada mata dan gangguan penglihatan, kadang-kadang terjadi
skar pada kulit, gangguan pigmentasi dan gangguan pertumbuhan kuku. Dalam perjalanan
penyakit Steven Johnson Syndrome mendapat penyulit dalam yang dapat mengancam
nyawa berupa sepsis dan multiple organ failure
Daftar pustaka
Effendi E.H. 2016. Sindrom Steven Jhonson (SJJ) dan nekrolisis epidermal toksik
(TEN) dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7. Jakarta:FKUI.
Witari, K.A. 2019. Diagnosis dan tatalaksana Sindroma Stevens-Johnson (SJS) pada
anak: tinjauan pustaka. Intisari Sains Medis 10 (3): 592-596.
TERIMA KASIH