Anda di halaman 1dari 10

Sindrom Steven-Johnson (SSJ)

Pembimbing :
dr. Satria Yanis, Sp. KK

Disusun oleh :
Dinda Prastika Sari (19360239)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


SMF KULIT DAN KELAMIN
RSU HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYTI
2021
DEFENISI

Sindrom Stevens-Johnson adalah reaksi


mukokutan akut yang mengancam jiwa,
dengan karakteristik berupa nekrosis luas.
Steven-Johnson’s Syndrome (SJS)
merupakan suatu penyakit akut yang dapat
mengancam jiwa yang ditandai dengan
nekrosis dan pelepasan epidermis yang
dikenal dengan trias kelainan pada kulit
vesikobulosa, mukosa orifisium dan mata
disertai gejala umum berat.
ETIOLOGI

Etiologi dari SJS sulit ditentukan dengan pasti karena penyebabnya meliputi
berbagai faktor, walaupun pada umumnya sering berkaitan dengan respon
imun terhadap obat. Empat kategori etiologi antara lain :
• Infeksi (virus, jamur, bakteri, parasit)
• Obat (salisilat, sulfa, penisilin, etambutol, tegretol, tetrasiklin, digitalis,
kontraseptif)
• Makanan (coklat)
• Fisik (udara dingin, sinar matahari, sinar X)
• Radioterapi
• Keganasan,
• Idiopatik

3
Manifestasi klinis
• Kelainan pada kulit dan mukosa.
•  Makula eritem merupakan lesi yang sering terdapat
pada lokasi tubuh dan kaki bagian proksimal lalu
berkembang secara progresif menjadi bula flaccid
yang menyebabkan pelepasan epidermal.
• Dikatakan SJS apabila total body surface area yang
terkena <10.
• Apabila total body surface area yang terkena 10-
30% disebut SJS-TEN overlap, keduanya juga
dikenal dengan istilah epidermal necrolysis.
Manifestasi klinis
• Vesikel dan bula kemudian pecah sehingga terjadi erosi luas.
  Di samping itu dapat terjadi purpura.
• Pada bentuk yang berat kelainannya generalisata. Lokasi
kelainan kulit yang biasa terlibat yaitu wajah, ekstremitas
termasuk telapak kaki dan tangan. Kelainan selaput lendir
tersering ialah mukosa mulut (100%), disusul di daerah
genitalia (50%); sedangkan di lubang hidung dan anus relatif
jarang (masing-masing 8% dan 4%).
• Pada mata sangat sering ditemukan konjungtivitis akut,
edema kelopak mata, eritema dan sekret purulen, erosi
kornea, serta terbentuknya pseudomembran. Pada kasus
berat dapat terjadi pembentukan jaringan parut, simblefaron,
dan ulkus kornea.
DIAGNOSIS
Kasus SJS merupakan suatu kasus kegawatdaruratan yang harus
segera ditangani dengan tatalaksana life saving sehingga penegakan
diagnosis kasus SJS harus dilakukan dengan cepat. Anamnesis
• NE secara klinis timbul dalam 8 minggu (4-30 hari) setelah pajanan
obat, kecuali pada pasien yang pernah menderita NE kelainan klinis
dapat timbul dalam beberapa jam.
• Keluhan nonspesifik (demam, sefalgiahinitis, dan mialgia) timbul l-3
hari sebelum lesi mukokutan.
• Selanjutrya secara progresif, timbul keluhan sakit menelan dan rasa
terbakar pada mata, mengawali terkenanya mukosa
• Kisaran 1/3 kasus dimulai dengan gejala non-spesifik, l/3 dengan
gejala mukosa, dan l/3 dengan eksantema
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik
• Gejala-gejala Steven Johnson Syndrome

Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Darah Lengkap
• Analisis Gas Darah
• Elektrolit
• Albumin
• Protein Darah
Pengobatan
Perawatan pasien dengan SJS / TEN membutuhkan:
• Menghentikan obat yang di curigai sebagai penyebab
• Perawatan di rumah sakit
• Nutrisi dan cairan pengganti (kristaloid) intravena dan
nasogastric disesuaikan setiap hari
• Pemeliharaan suhu
• Penanganan steril dan prosedur reserve isolasi
PROGNOSIS

Sindrom Stevens-Johnson adalah penyakit dengan morbiditas tinggi


dan berpotensi mengancam nyawa. Tingkat mortalitas ditentukan
berdasarkan luas permukaan kulit yang terkena, umumnya berkisar 5-
12%. Jika ditangani dengan cepat dan tepat, prognosis cukup
memuaskan. Lesi biasanya sembuh dalam 1-2 minggu, kecuali bila
terjadi infeksi sekunder. Sebagian besar pasien sembuh tanpa gejala
sisa.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai