Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH STEVEN JOHNSON

SINDROM (SJS)
Kelompok 2 3B
Angga Widyaningrum (015.20.18.435)
Diyah Puspitasari (015.20.18.457)
Endrik Setiani (015.20.18.460
Nur Indah Rahmawati (015.20.18.495)
Taufik Nur Hidayat (015.20.18.520)
Umi Resta Prayogi (015.20.18.524)
 
DEFINISI
Sindrom Steven Jhonson atau dalam bahasa inggris
Stevens-Johnson sindrom (SJS) adalah suatu
kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus yang
ditandai oleh trias kelainan pada kulit vesikulobulosa,
mukosa orifisium serta mata disertai gejala umum
berat.
Stevens Johnson Syndrome adalah sebuah kondisi
mengancam jiwa yang mempengaruhi kulit dimana
kematian sel menyebabkan epidermis terpisah dari
dermis. (Amin Huda Nurarif 2015).
KLASIFIKASI

Terdapat 3 derajat klasifikasi Sindrom Stevens


Johnsons :

Derajat 1 : erosi mukosa SJS dan pelepasan epidermis


kurang dari 10%.
Derajat 2 : lepasnya lapisan epidermis antara 10-30%.
Derajat 3 : lepasnya lapisan epidermis lebih dari 30%
ETIOLOGI

Hampir semua kasus SJS disebabkan oleh reaksi toksik


terhadap obat, terutama antibiotik (mis. obat sulfa dan
penisilin), antikejang (mis. fenitoin) dan obat antinyer.
Beberapa penyebab Sindrom Stevens Johnson :
Infeksi
Efek samping dari
Keganasan.
Faktor idiopatik (hingga 50%).
disebabkan oleh karena penggunaan kokain.
Kombinasi lamotrigin dengan asam valproat meningkatkan
resiko dari terjadinya SJS.
MANEFESTASI KLINIS
Perjalanan penyakit sangat akut dan mendadak dapat disertai
gejala prodormal berupa demam tinggi (30ºC - 40ºC), mulai
nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan yang dapat
berlangsung 2 minggu. Gejala-gejala ini dengan segera akan
menjadi berat yang ditandai meningkatnya kecepatan nadi
dan pernafasan, denyut nadi melemah, kelemahan yang
hebat serta menurunnya kesadaran, soporous sampai koma.
Pada sindroma ini terlihat adanya trias kelainan berupa :
Kelainan kulit
Kelainan selaput lendir di orifisium
Kelainan mata
Pathway
KOMPLIKASI
Sindrom Steven Johnsons sering sering menimbulkan komplikasi,
antara lain :
Kehilangan cairan dan darah.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock.
Oftalmologi – ulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis,
kebutaan.
Gastroenterologi – Esophageal strictures.
Genitourinaria – nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile scarring,
stenosis vagina.
Pulmonari – pneumonia, bronchopneumonia.
Kutaneus – timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen,
infeksi kulit sekunder.
Infeksi sitemik, sepsis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : biasanya dijumpai leukositosis atau
eosinofilia. Bila disangka penyebabnya infeksi dapat
dilakukan kultur darah.
Histopatologi : kelainan berupa infiltrat sel mononuklear,
oedema dan ekstravasasi sel darah merah, degenarasi
lapisan basalis. Nekrosis sel epidermal dan spongiosis
dan edema intrasel di epidermis.
Imunologi : dijumpai deposis IgM dan C3 di pembuluh
darah dermal superficial serta terdapat komplek imun
yang mengandung IgG, IgM, IgA.
 
PENATALAKSANAAN

Kortikosteroid
Antibiotika
Menjaga Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Nutrisi
Transfusi Darah
Perawatan Topikal
DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi).
Nyeri akut b.d adanya bula.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
nutrisi kurang, gangguan gastrointestinal, disfagia.
Defisit perawatan diri b.d nyeri pada jaringan kulit, mukosa dan
mata.
Kerusakan integritas jaringan b.d bula yang mudah pecah.
Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi.
Resiko infeksi b.d efek samping terpasangnya infus dan terapis
steroid.
Ansietas b.d ancaman pada status kesehatan, pola interaksi
(kondisi kerusakan jaringan kulit /muncul kelainan pada kulit).
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Anamnesa riwayat pengobatan pasien.
Gambaran klinik.
Histopatologi.
Riwayat Kesehatan : riwayat alergi, reaksi alergi
terhadap makanan, obat serta zat kimia, masalah kulit
sebelumnya dan riwayat kanker kulit.
Pemeriksaan kulit infeksi
I : warna, suhu, kelembapan, kekeringan, factor
P : turgor kulit, edema
Data Fokus :
DS : Gatal-gatal pada kulit, sulit menelan, pandanganya kabur,
aktivitas menurun.
DO : Kemerah-merahan, memegangi tenggorokan, gelisah,
tampak lemas dalam aktivitas
Data Penunjang :
Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan
ekstravasasi sel darah merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis
sel epidermal, spongiosis danedema intrasel di epidermis.
Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun
yangmengandung IgG, IgM, IgA.B.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi
lokal.
Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan b.d
intake tidak adekuat respons sekunder dari kerusakan
krusta pada mukosa mulut.
Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan
lunak.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan intervensi keperawatan adalah peningkatan
integritas jaringan kulit, terpenuhinya intake nutrisi
harian, penurunan risiko infeksi, menurunkan stimulus
nyeri, mekanisme koping yang efektif, dan penurunan
kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai