Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

HEMATOMA PALPEBRA-PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA


EC TRAUMA TUMPUL

Oleh:
RIKIANTO I11109094

Pembimbing:
dr. SRI YULIANI ELIDA, Sp.M., M.Sc

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Trauma okular merupakan salah satu dari penyebab kebutaan yang jarang disadari di
negara berkembang. Trauma tumpul maupun trauma tajam dapat menyebabkan kebutaan1. Salah
satu di antara sekian banyak penyebab kebutaan, yang sering dijumpai adalah trauma tumpul
pada mata. Walaupun trauma yang mengenai mata tidak selalu merupakan penyebab utama dari
kebutaan, namun merupakan faktor yang cukup sering mengakibatkan hilangnya penglihatan
unilateral. Suatu benturan tumpul bisa mendorong mata ke belakang sehingga kemungkinan
merusak struktur pada permukaan (kelopak mata, konjungtiva, sclera, kornea dan lensa) dan
struktur mata bagian belakang (retina dan persarafan).2
Trauma tumpul pada mata adalah trauma yang disebabkan oleh benda tidak tajam yang
mengenai mata dengan kecepatan bervariasi, mulai kecepatan lambat hingga cepat. Trauma pada
mata dapat menyebabkan kerusakan minor ataupun mayor, yang dapat dipengaruhi oleh berbagai
factor. Kerusakan yang dapat terjadi akibat trauma tumpul mata salah satunya yaitu hematoma
palpebra dan perdarahan subkonjungtiva.3
Hematoma palpebra merupakan suatu kondisi dengan gambaran khas kehitaman didaerah
kelopak mata yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah palpebral dan atau ekimosis serta
edema. Kondisi ini merupakan gambaran tersering yang ditemui pada trauma tumpul pada
kelopak mata.4
Perdarahan subkonjungtiva adalah kondisi pecahnya pembuluh darah subkonjungtiva
dengan ciri khas berwarna merah terang dengan batas yang jelas. Umumnya disebabkan oleh
pecahnya arteri episklera. Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi bahkan pada trauma ocular
minor, terjadi secara spontan, atau berhubungan dengan beberapa kondisi seperti maneuver
valsava, hipertensi sistemik, amyloidosis konjungtiva primer, atau segala penyakit yang
menyebabkan kerapuhan pembuluh darah.5
Prognosis tergantung pada berat ringan nya trauma tumpul yang terjadi pada mata.
Biasanya hematoma konjungtiva prognosisnya baik karena perdarahan ini dapat hilang dengan
sendirinya dalam 7-10 hari tanpa tatalaksana apapun. Hematoma palpebra prognosisnya baik
apabila ditangani dengan baik dan tidak terjadi infeksi pada daerah trauma.6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Trauma Mata


Trauma mata dapat menimbulkan berbagai kerusakan pada bagian-bagian mata,
mulai dari diskontinuitas jaringan sampai hilangnya jaringan baik pada bola mata, nervus
optikus maupun adneksa. Trauma yang terjadi dapat sangat ringan hingga mengancam
hilangnya kemampuan penglihatan, dan karenanya dibutuhkan sistem klasifikasi yang
terstandar agar didapatkan persamaan persepsi dalam penegakkan diagnosis, komunikasi
dalam perencanaan tindakan/terapi, dan penatalaksanaan serta evaluasi hasil
terapi/intervensi.6
Secara sederhana trauma mata dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu
trauma pada bola mata dan trauma pada jaringan selain bola mata. Trauma pada bola
mata dapat dibagi lagi ke dalam 2 kelompok besar yaitu trauma mekanik dan trauma non-
mekanik. Standar terminologi untuk trauma mekanik mata yang saat ini banyak
digunakan adalah yang dikemukakan oleh Birmingham Eye Trauma Terminology
(BETT), yang bertujuan menghilangkan kerancuan.7
Gambar.1 Istilah dan definisi dalam BETT7

2.2 Trauma Tumpul Mata


Trauma tumpul pada mata adalah trauma yang disebabkan oleh benda tidak tajam
yang mengenai mata dengan kecepatan bervariasi, mulai kecepatan lambat hingga cepat.
Kasus trauma pada mata dapat diklasifikasikan menggunakan British Eye Trauma
Terminology (BETT). Terminologi pada BETT digunakan secara universal untuk
menghindari kesalahan persepsi atau pemahaman dari definisi setiap trauma yang terjadi
pada mata.
Gambar 2. Jenis-jenis trauma mata berdasarkan definisi dalam BETT6

2.3 Perdarahan Subkonjungtiva


Perdarahan subkonjungtiva adalah keluarnya darah ke area subepitelial
konjungtiva, akibat kerusakan/robek/kebocoran dinding pembuluh darah. Perdarahan
subkonjungtiva akan terlihat berupa bercak berwarna merah terang pada jaringan
konjungtiva, berbatas jelas atau kabur, dengan daerah sekitar yang normal. Jika
perdarahan yang terjadi berat, konjungtiva dapat terangkat dan prolaps disepanjang
fissura palpebral, bahkan konjungtiva bulbi akan ikut terkena.3

Dari segi usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok umur,
namun hal ini dapat meningkat kejadiannya sesuai dengan pertambahan umur, tanpa
perbedaan jenis kelamin maupun ras tertentu. Perdarahan subkonjungtiva sebagian besar
terjadi unilateral (90%).4
Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah konjungtiva atau episklera yang
bermuara ke ruang subkonjungtiva. Beberapa penyebab yang dapat menyebabkan
perdarahan subkonjungtiva, antara lain:5

a. Spontan/idiopatik, biasanya yang rupture adalah pembuluh darah konjungtiva


b. Batuk, mengedan, bersin, muntah
c. Hipertensi (pembuluh darah konjungtiva merupakan pembuluh darah yang rapuh
sehingga jika ada kenaikan tekanan, mudah mengalami rupture)
d. Gangguan perdarahan yang diakibatkan oelh penyakit hati, diabetes, SLE, dan
kekurangan vitamin C, gangguan factor pembekuan
e. Penggunaan antibiotic, NSAID, steroid, vitamin D, kontrasepsi
f. Infeksi sistemik yang menyebabkan demam, seperti meningococcal septicemia,
scarlet fever, typhoid fever, cholera, rickettsia, malaria, dan virus (misal
influenza, smallfox, measles, yellow fever, sandfly fever).
g. Gejala sisa dari operasi mata
h. Trauma mata ringan

Pada perdarahan subkonjungtiva yang sifatnya menetap atau berulang


(kambuhan) harus dipikirkan keadaan lain. Perdarahan subkonjungtiva yang berulang
dapat terjadi pada beberapa penyakit sistemik, seperti hipertensi yang tidak terkontrol,
DM, kelainan darah.7

Penelitian yang dilakukan oleh Hicks D Mick A mengenai perdarahan


subkonjungtiva yang menetap atau mengalami kekambuhan didapatkan kesimpulan
bahwa perdarahan subkonjungtiva yang menetap merupakan gejala awal dari limfoma
adneksa okuler.6

Manifestasi Klinis

Pasien datang dengan keluhan mata yang bagian putih merah, pusing, berair,
dalam waktu 24 jam sejak munculnya warna merah, bentuknya semakin lebar, kemudian
mengecil, awalnya merah cerah lama-lama berwarna agak gelap. Hal yang harus
ditanyakan adalah riwayat trauma, mengangkat benda berat, batuk kronis, hipertensi.7
Tanda yang tampak pada pemeriksaan antara lain:6

 Tampak adanya perdarahan di sclera dengan warna merah terang (tipis) atau
merah tua (tebal)
 Tidak ada tanda peradangan, kalaupun adanya biasanya peradangan yang ringan.
 Lingkungan sekitar peradangan tampak normal

Diagnosis banding untuk perdarahan konjungtiva adalah:7

a. Konjungtivitis, hal ini dikarenakan memiliki kesamaan pada klinisnya yaitu mata
merah
b. Konjungtivitis hemoragik akut

Pada kasus perdarahan konjungtiva, pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah


pemeriksaan tajam penglihatan. Selanjutnya, periksa reaktivitas pupil dan mencari
apakah ada defek pupil; bila perlu, lakukan pemeriksaan dengan slit-lamps atau gunakan
sinar celah oblik oftalmoskop direk. Curigai rupture bola mata jika perdarahan
subkonjungtiva terjadi penuh seluas area 360⁰. Selain itu, periksa tekanan darah untuk
mengetahui risiko hipertensi.6

Tatalaksana

Tidak ada terapi khusus untuk kasus ini, karena secara umum perdarahan
subkonjungtiva akan diserap secara spontan dalam 7-10 hari. Seiring waktu, warna merah
terang akan menjadi hijau kekuningan. Meskipun tidak ada terapi khusus, untuk
mencegah perluasan perdarahan dapat diberikan vasokonstriktor, multivitamin, dan air
mata buatan untuk mengatasi keluhan iritasi ringan.6

Secara umum prognosis perdarahan subkonjungtiva akan baik, karena sifatnya


yang dapat diabsorpsi sendiri oleh tubuh. Akan tetapi untuk keadaan tertentu seperti
kekambuhan yang sering, perdarahan menetap, atau kondisi yang disertai dengan
gangguan pandangan, maka dianjurkan untuk evaluasi lebih lanjut.7
2.4 Hematoma Palpebra
Hematoma palpebra adalah pembengkakan atau penimbunan darah dibawah kulit
kelopak mata akibat pecahnya pembuluh darah palpebra yang biasanya sering disebabkan
oleh trauma tumpul.3
Hematoma palpebra dapat disebabkan oleh trauma tumpul pada mata. Pecahnya
arteri oftalmika yang menyebabkan darah masuk kerongga orbita melalui fisura orbita.
Akibatnya darah tidak dapat menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita kelopak mata
maka terbentuk gambaran hitam kemerahan pada kelopak mata.2
Gambaran khas kehitaman didaerah kelopak mata yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah palpebra dan atau ekimosis periokular serta edema.kondisi ini
merupakan gambaran tersering yang ditemui pada trauma tumpul pada kelopak mata.
Beberapa kondisi yang memiliki gambaran serupa yaitu:4
a. Trauma bola mata atau orbita
b. Fraktur atap orbital
c. Fraktur basis kranii yang ditandai dengan rupturnya arteri oftalmika

Tatalaksana
Kompres air dingin selama 5 hari untuk menghentikan perdarahan dan
lanjutkan kompres air hangat agar darah dapat terabsorbsi.1
BAB III
PENYAJIAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Sdr. H
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status : Belum menikah
Suku : Melayu
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Periksa : 30 Juli 2019

3.2 Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama
Mata sebelah kiri merah.

3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Klinik Mata Ayani dengan keluhan mata sebelah kiri merah sejak
1 hari terakhir. Keluhan disertai nyeri dan hematom kelopak mata pada mata sebelah kiri.
Keluhan dirasakan sejak mata kiri pasien terkena benturan benda tumpul pada saat jatuh ke
parit akibat tergelincir.

3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.

3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga maupun orang-orang di dekat pasien yang memiliki
keluhan sama seperti yang dialami pasien. Riwayat HT (-), DM (-), Alergi (-) dalam
keluarga. Riwayat penyakit menular pada keluarga (-).
3.3 Pemeriksaan Fisik
3.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital:
a) Nadi : 98x/menit
b) Respirasi : 18x/menit
c) Tekanan Darah : 110/70 mmHg
d) Suhu : 37 ⁰C
Kepala : Normocephali
Telinga, Hidung, Tenggorokan : Tidak diperiksa
Thoraks : Tidak diperiksa
Abdomen : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Tidak diperiksa

3.3.2 Status Oftalmologi

Gambar 3.1 Gambaran klinis mata pasien


1. Visus
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
6/6 Visus 6/7,5
- Koreksi dan Addisi -
- Pinhole -
Baik Persepsi cahaya Baik
Baik Persepsi warna Baik

2. Kedudukan Bola Mata


Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Tidak ada Eksoftalmus Tidak ada
Tidak ada Enoftalmus Tidak ada
Tidak ada Deviasi Tidak ada
Baik ke semua arah, tanpa Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah, tanpa
hambatan hambatan

3. Inspeksi
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Pergerakan (+), ptosis (-), Pergerakan (+), ptosis (-), ,
Palpebra Superior lagoftalmos (-), edema (-), lagoftalmos (-), edema (+),
dan Inferior eritema (-), nyeri tekan (-), eritema (+), nyeri tekan (+),
ektropion (-), entropion (-), ektropion (-), entropion (-),
trikiasis (-), sikatriks (-), trikiasis (-), sikatriks (-),
fisura palpebra dalam batas fisura palpebra dalam batas
normal normal
Hiperemis (-), Folikel (-), Hiperemis (-), Folikel (-),
Konjungtiva
Papil (-), Sikatriks (-), Papil (-), Sikatriks (-),
Palpebra
Anemis (-), Kemosis (-) Anemis (-), Kemosis (+)
Sekret (-), injeksi Sekret (-), injeksi konjungtiva
konjungtiva (-), injeksi siliar (-), injeksi siliar (-),
(-), penebalan epitel penebalan epitel konjungtiva
Konjungtiva Bulbi
konjungtiva (-), nodul (-), (-), nodul (-), perdarahan
perdarahan subkonjungtiva subkonjungtiva (
(-) +)
Warna putih, Ikterik (-), Warna putih, Ikterik (-), nyeri
Sklera
nyeri tekan (-) tekan (-)
Permukaan jernih dan licin, Permukaan jernih dan licin,
edema (-), infiltrat (-), ulkus edema (-), infiltrat (-), ulkus
Kornea
(-), perforasi (-), sikatriks (- (-), perforasi (-), sikatriks (-),
), arkus senilis (-) arkus senilis (-)
Camera Oculi Hipopion (-) Hipopion (-)
Anterior
Iris : berwarna coklat, pupil : Iris : berwarna coklat, pupil :
bulat, diameter ± 3 mm, bulat, diameter ± 3 mm,
Iris dan Pupil
isokor, reflek cahaya (+), isokor, reflek cahaya (+),
shadow test (-), RAPD (-) shadow test (-), RAPD (-)
Jernih dan bening, shadow Jernih dan bening, shadow
Lensa
test (-) test (-)
Tidak dilakukan Tidak dilakukan pemeriksaan
Vitreous
pemeriksaan
Fundus Reflex fundus (+) Refleks fundus (+)
Uji Fluorescein Tidak dilakukan Tidak dilakukan
3.4 Resume
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien Sdr. H, 20
tahun yang datang ke Klinik Mata Ayani, mengeluhkan mata kiri berwarna merah, sejak 1
hari terakhir. Keluhan disertai nyeri dan hematom kelopak mata pada mata sebelah kiri.yang
dirasakan sejak pasien terkena benda tumpul pada saat terjatuh di parit. Pada pemeriksaan
tajam penglihatan didapatkan visus OD adalah 6/6 dan visus OS adalah 6/7,5. Pada inspeksi
mata kiri didapatkan hematoma pada kelopak mata dan perdarahan subkonjungtiva.

3.5 Diagnosis Kerja


Hematoma Palpebra-Perdarahan Subkojungtiva ec trauma tumpul

3.6 Diagnosis Banding


1. Konjungtivitis
2. Hifema

3.7 Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
a. Tetes mata Polynel 6 x gtt 1 OS
b. Salep mata C. Mycos 3 x OS
c. Tablet Lameson 3 x 1
2. Non-Medikamentosa
a. Jelaskan ke pasien bahwa perdarahan subkonjungtiva tidak berbahaya dan akan
sembuh dengan sendirinya.
b. Kompres air dingin selama 5 hari untuk menghentikan perdarahan dan kompres
air hangat agar darah dapat terabsorbsi.
3.8 Prognosis
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Ad Vitam Bonam Bonam
Ad Sanationam Bonam Bonam
Ad Functionam Bonam Bonam
BAB IV

PEMBAHASAN

Perdarahan subkonjungtiva adalah keluarnya darah ke area subepitelial konjungtiva,


akibat kerusakan/robek/kebocoran dinding pembuluh darah. Perdarahan subkonjungtiva akan
terlihat berupa bercak berwarna merah terang pada jaringan konjungtiva, berbatas jelas atau
kabur, dengan daerah sekitar yang normal.
Hematoma palpebra adalah pembengkakan atau penimbunan darah dibawah kulit kelopak
mata akibat pecahnya pembuluh darah palpebra yang biasanya sering disebabkan oleh trauma
tumpul.
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis
didapatkan mata kiri merah disertai keluhan nyeri dan hematom kelopak mata yang dirasakan
sejak 1 hari terakhir. Awalnya pasien sedang mandi di parit, namun pada saat akan terjun ke parit
pasien tergelincir dan mata kiri pasien menghantam benda tumpul. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan visus mata kiri 6/7,5, dan terdapat hematoma subkonjungtiva dan hematoma palpebra
di mata sebelah kiri.
Penanganan pada pasien ini adalah Kompres air dingin selama 5 hari untuk menghentikan
perdarahan dan lanjutkan kompres air hangat agar darah dapat terabsorbsi untuk hematoma
kelopak matanya. Kemudian pasien dapat diberikan obat tetes mata berupa polynel eyedrop yang
bermanfaat untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata kiri. Selanjutnya pasien diberikan salep
mata Cendo Mycos yang mana berguna untuk mengatasi infeksi yang mungkin sedang terjadi
pada pasien ini. Pengobatan lainnya adalah, pasien juga diberikan kortikosteroid lameson yang
komposisinya metilprednisolon yang mana dapat berguna sebagai antiinflamasi sekaligus untuk
menagatasi gangguan hemologik pada hematoma kelopak matanya.
BAB V
KESIMPULAN

Pada pasien Sdr. H, 20 tahun, dari anamnesis dan pemeriksaan status oftalmologi
didapatkan diagnosis hematoma palpebra-hematoma subkonjungtiva ec trauma tumpul.
Penatalaksaan pada pasien ini adalah dengan pemberian tetes mata polynel 6 x 1, dan salep mata
C. Mycos 3 x 1 dan lameson tablet 3 x 1.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ocular Trauma: Acute Evaluation, Cataract, Glaucoma - EyeWiki [Internet]. [cited 2018
May 23]. Available from:
http://eyewiki.aao.org/Ocular_Trauma%3A_Acute_Evaluation,_Cataract,_Glaucoma

2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004.

3. Riordan-Eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 18th ed.


United Kingdom: McGraw-Hill Education / Medical; 2011.

4. Ilyas, S. Kedaruratan dalam Ilmu penyakit Mata. Edisi 3. FKUI: Jakarta. 2005.

5. Justis P. Ehlers MD, Chirag P. Shah MD MPH, Gregory L. Fenton MD, Eliza N. Hoskins
MD, Heather N. Shelsta MD, editors. The Wills Eye Manual: Office and Emergency
Room Diagnosis and Treatment of Eye Disease. Fifth, North American edition.
Philadelphia, Pa.: LWW; 2008. 572 p.

6. Ocular Trauma Principles and Practice. Kuhn F, Pieramici D. New York. Thieme. 2002

7. Clinical Opthalmology A Systematic Research. Kanski J, Bowling B. 7th Edition. USA.


Elsevier.2011

Anda mungkin juga menyukai