Anda di halaman 1dari 31

Portofolio Kasus Medik

HERNIA SCROTALIS IRREPONIBLE DEXTRA

Oleh:
dr. Havidz Ardi
Dokter Internsip

Pendamping:
dr. Tri Endangwati
dr. frans Otto Hasibuan

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMKIT TK III dr. REKSODIWIRYO PADANG
PERIODE FEBRUARI 2018

1
Portofolio Kasus Medik

Nama Peserta : dr. Havidz Ardi

Nama Wahana : Rumkit TK III dr. Reksodiwiryo Padang

Topik : Kasus Medik

Tanggal (kasus) : 02 Februari 2019

Nama : Tn. GC

Tanggal Presentasi : 10 Februari 2019

Nama Pendamping : dr. Tri Endangwati

dr. Frans Otto Hasibuan

Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik Rumkit Tk III dr.


Reksodiwiryo Padang

Objektif Presentasi : Keilmuan

Bahan Bahasan : Kasus

Cara Membahas : Presentasi dan diskusi

2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Defenisi Hernia
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan letaknya, hernia diberi
nama sesuai lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal,
umbilikalis, femoralis, dll.

1.2 Komponen Hernia


Hernia terdiri atas tiga bagian:
a. Kantong hernia merupakan kantong (divertikulum) peritonei dan
mempunyai leher dan badan (corpus). Pada hernia abdominalis, kantong
hernia ini berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong, misalnya hernia incisional, hernia adipose, hernia intertitialis.
b. Isi hernia terdiri atas setiap struktur yang ditemukan di dalam cavitas
abdominalis (Usus, omentum, organ intra ataupun ekstraperitoneal)
c. Pintu atau leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dinding abdomen).

Gambar 9. Bagian- bagian dari Hernia

1.3. Klassifikasi Hernia


a. Berdasarkan terjadinya
1. Hernia bawaan (kongenital) :di dapat sejak lahi ratau sudah ada
semenjak pertama kali lahir.
2. Hernia didapat (akuisita) :bukan bawaan semenjak lahir, tetapi hernia
yang didapat setelah tumbuh dan berkembang setelah lahir

3
b. Berdasarkan sifatnya
1. Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel: bila isi kantong tidak dapat lagi direposisi kembali
kedalam rongga perut.
c. Berdasarkan keadaannya
1. Hernia Inkaserata : hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase
(selalu terisi dan tidak dapat dikosongkan kembali)
2. Hernia strangulata : hernia ireponibel yang disertai gangguan
vaskularisasi sehingga mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di
dalamnya karena tidak mendapatkan darah akibat pembuluh
pemasoknya terjepit.
3. Hernia Ritcher : hernia yang disertai strangulasi namun strangulasi
hanya menjepit sebagian dinding usus.
d. Berdasarkan letaknya
1. Hernia obturatorius
Hernia melalui foramen obturatoria.Hernia ini berlangsung 4 tahap.
Tahap pertama mula – mula tonjolan lemak retroperitoneal masuk
kedalam kanalis obturatoria.Tahap kedua disusul oleh tonjolan
peritoneum parietal.Tahap ketiga, kantong hernianya mungkin di isi
oleh lekuk usus. dan tahap keempat mengalami inkarserasi parsial,
sering secara Ritcher atau total.
2. Hernia epigastrika
Hernia ini jug adisebut hernia linea alba yang merupakan hernia yang
keluar melalui defek dilinea alba antara umbilicus dan processus
xifoideus.
3. Hernia ventralis
Nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian antero lateral
seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks merupakan penonjolan
peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupun yang lama.

4
Faktor predisposisinya ialah infeksi luka operasi, dehisensi luka,
teknik penutupan luka operasi yang kurang baik, jenis insisi, obesitas
dan peninggian tekanan intra abdomen.
4. Hernia Lumbalis
Didaerah lumbal antara iga XII dan Krista illiaca, ada dua buah
trigonum yaitu trigonum kosto lumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk
segitiga terbalik dan trigonum kosto lumbalis inferior atau trigonum
illio lumbalis (petit) yang berbentuk segitiga. Pada pemeriksaan fisik
tampak dan teraba benjolan dipinggang tepi bawah tulang rusuk XII
(Grijnfelt) atau ditepi cranial dipanggul dorsal.
5. Hernia umbilical
Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilikus yang
hanya tertutup peritoneum dan kulit. Merupakan penonjolan yang
mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilicalis
paling sering berisi omentum, bisa juga berisis usus halus atau besar
akibat peninggian tekanan intraabdomen.
6. Hernia Femoralis
Merupakan tonjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen seperti
mengangkat barng atau ketika batuk. Pintu masuknya adalah annulus
femoralis dan keluar melalui fossa ovalis dilipatan paha. Batas – batas
annulus femoralis antara lain ligamentum inguinale di anterior, medial
ligamentum lacunare, posterior ramus superior ossis pubis dan
muskulus peknitus beserta fascia dan lateral m.illiopsoas beserta
fascia locus minorisresistennya fascia transversa yang menutupi
annulus femoralis yang disebut septum cloquetti

5
Gambar 10. Hernia berdasarkan letaknya
1.4. Hernia inguinalis
Definisi
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis
internus / lateralis, menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga
abdomen melalui annulus inguinalis eksterna/medialis.

Gambar 8 : Hernia inguinalis

Klasifikasi Hernia Inguinalis


Hernia inguinalis dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Hernia Inguinalis Medialis (Direk)

6
Hernia inguinalis medial merupakan suatu benjolan yang muncul pada
trigonum hasselbach akibat kelemahan facia transversalis yang terletak di
medial dari pembuluh darah arteri dan vena epigastrika inferior, dimana
benjolan berbentuk bulat. Hernia ini jarang bahkan hampir tidak pernah,
mengalami inkaserasi dan stragulasi. Hernia ini tidak bisa dikendalikan
dengan penekanan jari pada anulus profunda dan jarang sekali sampai ke
skrotum. Umumnya bilateral khususnya pada lelaki tua.

Gambar 11. Hernia Inguinalis Medialis

2. Hernia Inguinalis Lateralis (Indirek)


Hernia inguinalis lateralis (HIL) mempunyai nama lain yaitu hernia
indirect yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding
abdomen. Hernia inguinalis lateral merupakan suatu benjolan yang
melewati anulus internus dan kanalis inguinalis yang terletak di lateral
pembuluh darah pembuluh darah arteri dan vena epigastrika inferior.
Hernia dapat sampai ke scrotum yang disebut hernia scrotalis, Pada
pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong.
Hernia inguinalis lateralis terjadi disebabkan kelainan congenital atau
karena sebab di dapat.

7
Gambar 12 . Hernia Inguinalis Lateralis
Hubungan Dibungkus Onset biasanya
Tipe Deskripsi dengan oleh facia pada waktu
vasa spermatika
epigastrika interna
inferior
Hernia Penonjolan Lateral Ya Kongenital dan
inguina melewati cincin bisa pada
lis inguinal dan waktu dewasa
lateral biasanya
merupakan
kegagalan
penutupan cincin
inguinalis interna
pada waktu
embrio setelah
penurunan testis
Hernia Keluarnya Medial Tidak Dewasa
inguina langsung
lis menembus fascia

8
medial dinding abdomen
Tabel 1. Perbedaan Hernia Inguinalis Lateral & Medial
Etiologi Hernia Inguinalis
 Kongenital
Terjadinya sejak lahir adanya defek pada suatu dinding rongga (prosesus
vaginalis yang terbuka)
 Didapat (akuisita)
Hernia ini didapat oleh suatu sebab yaitu,
1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
a. Kebiasaan mengangkat barang yang berat
b. Obesitas
c. Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi
d. Kehamilan
e. Hipertrofi prostat (BPH)
f. Acites
g. Tumor abdomen
h. Batuk yang kronis (bronchitis, asthma, emphysema)
2. Kelemahan otot dinding perut
1. Usia
2. Penyakit sistemik
3. Trauma
4. Defisiensi otot
5. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok.

Pada orang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis, yaitu :
a. Kanalis inguinalis yang berjalan miring
b. Struktur otot oblikus abdominis internus ketika berkontraksi
c. Fascia transversa kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang
umumnya hampir tidak berotot.

9
Patofisiologi Hernia Inguinalis
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua factor :
I. Yang pertama adalah factor congenital
Prosesus vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneum yang
membentuk gubernaculums bilateral. Pada pria,testis awalnya
retroperitoneal dan dengan processus vaginalis, testis akan turun
melewati canalis inguinalis ke scrotum disebabkan kontraksi
gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu
sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya
lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah
kanan. Kegagalan penutupan prosesus vaginalis maka akan terjadi hernia.

Gambar 13. Proses turunnya testis

II. Factor yang di dapat


Seperti hamil, batuk kronik, pekerjaan mengangkat beban berat dan
factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika
cukup panjang maka akan menonjol keluar dari annulus inguinalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum
karena kanal inguinalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki,
sehingga menyebabkan hernia. ketika tekanan intra abdominal
meningkat, terjadi perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal.
Tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan

10
menyebabkan suatu kelemahan yang mungkin disebabkan dinding
abdominal yang tipis atau tidak cukup kuat pada daerah tersebut sehingga
menyebabkan beberapa isi intraabdomen (misalnya: omentum, lengkung
usus halus),keluar melalui celah tersebut. Jika terjadi penekanan terhadap
cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjai hernia
strangulate yang akan menimbulkan gejala obstruksi usus sehingga
menyebabkan perdarahan terganggu yang akan menyebabkan kurangnya
suplai oksigen yang bias menyebabkan iskemik. Isi hernia ini akan
menjadi nekrosis.

Pada keadaan tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis


berjalan lebih vertical. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga
dapat mencegah masuknya usus kedalam kanalis inguinalis. Pada orang
dewasa kanalis tersebut sudah tertutup. Tetapi karena kelemahan daerah
tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang di sebabkan keadaan
peningkatan tekanan intraabdomen.

11
Gambar 14. Patofisiologi hernia
2.5.3. Manifestasi Klinik Hernia Inguinalis
 Benjolan di lipat paha atau perut bagian bawah pada scrotum atau labium
mayor pada wanita. Tonjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan
tekanan intraabdominal. Benjolan akan menghilang atau mengecil ketika
berbaring (repondibilis), tidak dapat kembali atau menghilang ketika
berbaring (irreponibilis). Pada bayi atau anak, adanya benjoaln hilang
timbul biasanya diketahui oleh orang tua.
 Keluhan nyeri jarang dijumpai, nyeri biasa terjadi bila terjadi komplikasi
seperti stragulata akibat gangguan vaskularisasi ke usus dan
menyebabkan nekrotik , kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan

12
pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantong hernia.
 Gejala lainnya :
Hernia inkaserata (terjadi gangguan pasase usus/ ileus obstruksi)
Gejala klinis : mual, muntah, distensi, konstipasi (susah BAB), tidak ada
flatus, nyeri. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam
basa), dan dapat meninyebabkan dehidrasi.
Hernia stragulata (ganguan vasklarisasi ke oragan sehingga
menyebabkan nekrosis jaringan) menimbulkan gejala obstruksi yang
disertai nyeri hebat, demam, takikardi, bahkan dapat menyebabkan
SEPSIS.
Grade Reduction Pain Obstruction Toxic
Reponible + - - -
Irreponible - - - -
Incarceration - + + -
Strangulation - ++ + ++

Tabel 2.Gambaran klinis hernia

2.5.4. Diagnosis Hernia Inguinalis


a. Anamnesis
Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan
diagnosis. Anamnesa meliputi, keluhan utama (keluhan yang membawa
pasien untuk mendapatkan pertolongan dokter), riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga.
Keluhan utama pasien datang biasanya berupa benjolan dilipat paha,
jika terjadi hernia inkaserata baiasanya pasien mengeluhkan pertama
kali mual dan muntah, sedangkan strangutala datang dengan keluhan
nyeri hebat. Lalu tanyakan dimana lokasi timbulnya, awal timbul
benjolan, besar benjolan sebelumnya, menghilang ketika berbaring atau

13
menetap,nyeri atau tidak, apa saja faktor yang memperberat dan
memperingan keluhan, adanya keluhan lain yang berhubungan seperti
riwayat benjolan di tempat yang sama sebelumnya,atau riwayat
keluarga yang menderita penyakit yang sama.

b. Pemeriksaan fisik
Hernia mempunyai tiga bagian yaitu kantong, isi kantong hernia
omentum yang terbanyak ditemukan, Usus bisa dicurigai apabila
kantong teraba halus dan tegang seperti hydrocele, tetapi tidak tembus
cahaya,Kadang – kadang pemeriksa bisa merasakan gas bergerak
didalam lengkung usus atau dengan auskultasi bisa menunjukkan
peristaltik.Lengkung usus yang berisi gas akan tympani pada perkusi.
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri
dan berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil
yang masih sulit untuk dilihat. Kita dapat mengetahui besarnya cincin
eksternal dengan cara memasukan jari ke annulus, jika cincinnya kecil
jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis, lain halnya pada cincin
yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue dapat
dirasakan pada tonjolan di kanalis ingunalis pada saat batuk dan hernia
dapat didiagnosa. Pemeriksaan fisik meliputi :
 Inspeksi
Perhatikan  keadaan asimetri pada kedua lipat paha, skrotum, atau labia
dalam posisi berdiri dan berbaring .
 Hernia reponibel : terlihat benjolan dilipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang saat
berbaring atau saat direposisi
 Hernia ireponibel : terlihat benjolan dilipat paha yag muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan tidak menghilang saat
berbaring atau saat direposisi
 Hernia inguinal

14
1. Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
2. Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
 Palpasi
Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak tampak
benjolan penderita diminta mengejan.yang dinilai pada pada palpasi teraba
benjolan atau massa di bagian mana, ukuran (dalam 3 dimensi PxLxD),
konsistensi,permukaan,dan batas tegas. Untuk membedakan hernia
inguinalis lateralis dengan hernia inguinalis medialis dilakukan
pemeriksaaan :
Pemeriksaan Finger Test :
1. Hanya dilakukan pada laki-laki
2. Penderita dalam keadaan berdiri
3. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
4. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal
inguinal.
5. Penderita disuruh batuk:
 Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
  Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 15. Finger Tes

15
Pemeriksaan Zieman Test :
1. Dapat dilakukan pada laki-laki dan perempuan
2. Posisi berdiri, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
3. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan bila benjolan di kanan dan
sebaliknya.
4. Jari II di anulus inguinalis internus (± 1,5 cm diatas pertengahan SIAS
dan tuber kulum pubikun), jari III dianulus inguinalis externus, jari IV di
fosa ovalis.
5. Penderita disuruh mengejan, maka timbul dorongan pada salah satu jari :
  jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
  jari ke 3 : Hernia Ingunalis Medialis.
  jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 16. Zieman Tes


Pemeriksaan Thumb Test :
 Posisi tidur terlentang atau berdiri
 Bila ada benjolan masukkan kedalam rongga perut
 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan,
atau meniup dengan hidung, atau menutup mulut atau batuk.
 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

16
Gambar 17. Thumb Tes
 Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia
yang mengalami hernia inkarserata (obstruksi usus). Auskultasi pada
benjolanàterdengar peristaltikàusus
 Perkusi
Bila didapatkan perut kembung, terdengar pekak pada saat perkusi
pikirkan kemungkinan hernia strangulata
c. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan fisik tambahan
Untuk mencari kemungkinan adanya tekanan intra peritoneal
meningkat, sebagai penyebab timbulnya hernia :
Rectal Toucher : BPH, Stenosis Anal, Tumor Recti
 Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:
- Hematologi : adanya leukositosis
- Elektrolit, BUN, kreatinin tinggi akibat muntah-muntah dan
menjadi dehidrasi
- Urinalisis : untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha
 Radiologis

17
- USG dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat
paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
pembengkakan testis.
- CT-Scan abdomen : menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus. Mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya
hernia obturator (hernia yang melalui canalis obturatorius yang
normalnya dilewati oleh syaraf dan A. V. Obturatoria)

Diagnosis Banding Hernia Inguinalis


Diagnosis banding hernia inguinalis antara lain:
a. Orchitis
b. Hydrocele
c. Torsio testis
d. Undescencus testis

Hidrokel Orchitis Torsio Testis


Etiologi Kongenital Infeksi Kelainan
Prosesus Vaginalis tidak PMS (penyakit anatomi, trauma
tertutup sempurna menular seksual) pada scrotum,
Akuisita perubahan suhu
Infeksi, trauma pada testi mendadak,
/epididimis. genetic
Usia Banyak pada anak-anak dan Semua usia Usia muda
Dewasa
Benjola Di scrotum (buah zakar) Di testis, benjolan Di scrotum,
n benjolan menetap konsistensi menetap, benjolan
kenyal lunak, transiluminasi konsistensi kenyal menetap,
(+). padat, nyeri ari-ari konsistensi
kenyal padat
Nyeri Tidak nyeri Nyeri Nyeri hebat, dan
tiba-tiba
Demam Tidak demam Demam Tidak demam
laborat Dalam batas normal Leukositosis leukositosis

18
orium
Tabel 3. Diagnosa Banding Hernia

Komplikasi Hernia Inguinalis

 Isi hernia dapat tertahan dalam kantong, pada hernia ireponibel ini dapat
terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ
ekstraperitonial. Disini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang
sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial. Bila cincin hernia
sempit, kurang elastis, atau lebih kaku, lebih sering terjadi jepitan parsial
hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang, tidak dapat
direposisi, adanya mual, muntah, dan gejala obstruksi usus (menyebabkan
gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa) jika terjadi
komplikasi hernia ini
 Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi
hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem
organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong
hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin
bertambah, sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi
hernia terjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan
serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi
yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel, atau peritonitis, jika
terjadi hubungan dengan dengan rongga peru gejala yang sama disertai
adanya infeksi sistemik, adanya gangguan sistemik pada usus. Dapat pula
dijumpai nyeri hebat di tempat hernia, tanda peritonitis atau abses lokal

Penatalaksanaan Hernia Inguinalis


A. Penanganan di IGD
Non Farmakologi

19
- Mengurangi hernia.
- Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri.
Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
- Menurunkan tegangan otot abdomen.
- Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
- Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap
hernia inguinalis.

Gambar 18. Posisi Trendelenburg

- Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan


menimbulkan proses analgesia.

Farmakologi

- Terapi cairan
Terutama pada pasien hernia inkaserata yang menyebabkan gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.
Rumus Kebutuhan cairan :
Maintanance = 40 cc/ kg BB
Resusitasi cairan :
Dehidrasi ringan : 6%
Dehidrasi sedang : 8%
Dehidrasi berat : 10%
Rumus = Derajat dehidrasi x BB x 1000 cc
Pemberian cairan : 6 jam pertama = ½ resusitasi + ¼ maintanance

20
18 jam kedua = ½ resusitasi + ¾ maintenance
- Antibiotik : seperti, Cefotaxime (golongan Sefalosforin generasi ketiga)
- Analgetik : seperti ketorolac (golongan NSAID)
Hampir semua hernia harus diterapi dengan operasi. Karena
potensinya menimbulkan komplikasi inkarserasii atau strangulasi lebih
berat dibandingkan resiko yang minimal dari operasi hernia. Namun
penanganan hernia dapat dilakukan secara non operati (konservatif)
maupun operasi.

B. Non Operatif (Konservatif)


Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi.
A. Reposisi bimanual
Reposisi dilakukan secara bimanual dimana tangan kiri
memegang isi hernia dengan membentuk corong dan tangan kanan
mendorong isi hernia ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan
perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.
B. Reposisi spontan pada anak
Reposisi dilakukan dengan cara menidurkan anak dengan
pemberian sedativ dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi
ini berhasil maka anak akan dipersiapkan untuk operasi berikutnya.
Jika reposisi tidak berhasil dalam waktu enam jam maka harus
dilakukan operasi sesegera mungkin.
C. Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan atau penyangga hanya bertujuan agar
menahan hernia yang sudah direposisi dan tidak pernah menyembuh
dan harus dipakai seumur hidup. Cara ini mempunyai komplikasi
antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang
ditekan sedangkan strangulasi tentang mengacam. Pada anak-anak

21
cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali
sperma yang mengandung pembuluh darah testis.

Gambar 19. Bantalan Penyangg


D.Operasi
Indikasi operasi :
A. Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif
tanpa penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama
inkarserata, strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan
(usus), testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang
mengikuti tindakan operatif.
B. Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada
keadaan inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat
bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan
morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery.

Prinsip Pembedahan:
A. Pada anak-anak :Herniotomy
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan, kemudian direposisi, Kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong. Pada hernia kongenital bayi dan anak-anak yang
penyebabnya adalah prosesus vaginalis yang tidak menutup, hanya
dilakukan herniotomi, karena anulus inguinalis internus cukup elastis dan
dinding belakang kanalis cukup kuat.

22
- Hernioplasty :
Hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplastik lebih efektif dalam mencegah residif dibandingkan dengan
herniotomi. metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis
internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia tranversa,
dan menjahitkan pertemuan m. tranversus abdominis internus dan m.
internus abdominis yang dikenal dengan cojoint tendon ke ligamentum
inguinal poupart menurut metode basinni atau menjahit fasia tranversa,
m.tranversa abdominis, m.oblikus internus ke ligamentum cooper pada Mc
Vay.
B. Pada pasien dewasa :Herniorafi
Herniorafi attau repair hernia adalah operasi hernia yang terdiri dari
operasi herniotomi dan hernioplasti. Tindakan herniorafi pertama kali
dilakukan oleh seorang ahli bedah italia bernama Eduaro Bassini pada
tahun 1884. Prinsip hernioplasti yang dilakukan bassini adalah penjahitan
conjoint tendon dengan ligamentum inguinalis. Kelemahan teknik Bassini
dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi Bassini adalah
terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang di jait. Untuk
mengatasi masalah ini, terdapat model pendekatan operasi bebas regangan
(Herniorafi tension-free). Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk
memperkuat fasia transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis
tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal.
2.5.8 Pencegahan Hernia Inguinalis
Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat
dicegah, namun langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan
pada otot-otot dan jaringan abdomen:
 Menjaga berat badan ideal
 Konsumsi makanan berserat tinggi
Buah, sayur, dan gandum baik untuk kesehatan dimana makanan tersebut
kaya akan serat tinggi yang dapat mencegah konstipasi

23
 Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari
mengangkat benda berat
Jika harus mengangkat benda berat diusahakan tidak membungkus
dengan bertumpu pada pinggang
 Berhenti merokok
Selain meningkatkan risiko terhadap penyakit serius seperti kanker dan
jantung, merokok seringkali menyebabkan batuk kronis yang dapat
menyebabkan hernia inguinalis

Prognosis
Prognosis baik jika hernia cepat dikoreksi dengan cara operasi.
Makin lama hernia dibiarkan, makin besar kemungkinan untuk terjadi
stragulasi. Resiko terjadinya strangulasi tergantung dari lokasi terjadinya
hernia, besar kecilnya lubang, serta sedikit banyaknya bagian usus yang
menonjol. Rekuresi hernia setealh di operasi sebasar 7%, bukan
dikarenakan kegagalan operasi, tapi dikarenakan otot dinding perut yang
lemah.

24
BORANG PORTOFOLIO
Nama Peserta: Havidz Ardi
Nama Wahana: RST TK III Reksodiwiryo
Topik: Hernia scrotalis dextra irreponible
Tanggal (kasus): 2 Februari 2019
Nama Pasien: Tn. A No. RM: 124115
Tanggal Presentasi: 10 Februari 2019 Nama Pendamping: dr. Frans Otto Hasibuan
dr. Tri endangwati
Obyektif Presentasi:
Keilmuan  Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik  Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak  Remaja Dewasa Lansia  Bumil
Deskripsi : bengkak di buah zakar kanan.
Tujuan : Menegakkan diagnosis Hernia.
Bahan bahasan:  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara membahas:  Diskusi  Presentasi dan diskusi  Email  Pos
Data pasien: Nama: Tn. A Nomor Registrasi: 124115
Klinik: RST Reksodiwriyo Telp: - Tedaftar sejak: 2 februari 2019
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/gambaran klinis: Hernia Skrotalis Irreponible (D)
2. Riwayat pengobatan
Pasien tidak pernah berobat untuk keluhannya sebelumnya.
3. Riwayat kesehatan
Pasien tidak pernah rawatan atau didiagnosa menderita hipertensi (-), diabetes mellitus (-),
asma (-), alergi obat-obatan (-), alergi makanan (-) dan operasi (-)
4. Riwayat keluarga
Pasien menyangkal ada keluarganya yang memiliki penyakit serupa dengan pasien. Hipertensi
dan diabetes mellitus disangkal, kanker atau keganasan(-)
5. Riwayat pekerjaan
Pasien adalah seorang petani
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (rumah, lingkungan, pekerjaan)
-
7. Riwayat imunisasi
Tidak diketahui
8. Lain-lain: -
Daftar Pustaka
Terlampir di Daftar Pustaka

25
Hasil Pembelajaran
1. Definisi dan etiologi Hernia
2. Penegakan diagnosis Hernia
3. Penatalaksanaan Hernia

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :
- Benjolan di lipat paha kanan yang menetap sejak 1 minggu smrs. Awalnya benjolan
sudah ada sejak 2 th yang lalu, benjolan hilang timbul terutama timbul jika berdiri dan
hilang bila berbaring, tidak terasa nyeri.
- Mual (-) dan muntah (-)
- Pasien sering mengedan lama jika mau BAB
- Buang air kecil (+) biasa, tidak nyeri.
- Demam (-).

2. Objektif :
a. Tanda Vital (Bangsal RSUD Padang Panjang)
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 88x/ menit
 RR :17x/ menit
 Suhu : 36,7º C
 BB : 68
 GCS : E4M6V5 (15)

b. Pemeriksaan sistemik
Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis
Kepala : Status lokalis
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor, refleks cahaya +/+ normal, mata tidak cekung.
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Hidung : nafas cuping hidung tidak ada
Tenggorok : tonsil T1-T1 tidak hiperemis

26
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorak
Paru :
Inspeksi : normochest, simetris kiri-kanan, retraksi suprasternal (-) retraksi
epigastrium (-)
Palpasi : sukar dinilai
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung:
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1jari medial LMCS RIC V
Perkusi : sukar dinilai
Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada

Abdomen :
Inspeksi : tidak membuncit
Palpasi : distensi tidak ada, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit baik, nyeri
tekan(-), nyeri lepas (-)
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Punggung : Tidak ada kelainan
Alat kelamin : status lokalis
Anus : Rectal toucher tidak dilakukan
Ekstremitas : Akral hangat, refilling kapiler baik, sianosis tidak ada
Status lokalis :
Regio scrotalis dextra:
Inspeksi :nampak benjolan pada daerah scrotalis dextra,warna seperti warna
kulit sekitarnya, tidak ada tanda-tanda radang
Palpasi : Bentuk agak lonjong, benjolan dextra tidak dapat masuk kembali,
permukaan licin rata, teraba kenyal, nyeri tekan +, mobile.

27
Auskultasi : Bising usus + normal

c. Pemeriksaan Labor
 Hasil Laboratorium
o Hb : 12,2 g/dl
o Ht : 39%
o Leukosit : 8550/ uL
o Trombosit : 324000/uL
o GDS : 134 mg/dl
o GDP : 100 mg/dl
o Ureum: 41 mg/dl
o Kreatinin: 1,1 mg/dl
o BT: 2’30’’
o CT: 8’30’’

28
3. Assesment (penalaran klinis) :
- Telah dilaporkan suatu kasus seorang pasien laki-laki umur 66 tahun dengan diagnosis
kerja: Hernia scrotalis dextra irreponible
- Dari anamnesis didapatkan benjolan dan nyeri pada kantong kemaluan kanan yang
menetap sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.Awalnya benjolan sudah ada sejak 2
tahun yang lalu, benjolan hilang timbul terutama timbul jika berdiri dan hilang bila
berbaring, tidak terasa nyeri. Mual dan muntah tidak ada. Buang air besar mengedan,
flatus ada, buang air kecil biasa. Demam tidak ada.Pada pemeriksaan fisik regio abdomen
dalam batas mormal. Regio scrotalis dextra nampak benjolan pada daerah scrotum
dextra,warna seperti warna kulit sekitarnya, tidak ada tanda-tanda radang, benjolan dextra
dapat masuk kembali, permukaan licin rata, teraba kenyal, nyeri tekan +, mobile. Dari
pemeriksaan laboraturium ditemukan leukositosisringan.
- Pasien ini kemudian dilakukan herniorrhaphy dan ditutup dengan mesh.

29
4. Plan :
Diagnosis klinis : Hernia scrotalis dextra irreponible
Diagnosis banding : Varikokel
Pengobatan :
 IVFD RL 8 jam/kolf
 Injeksi Ranitidin 2x50 mg iv
 Injeksi cefotaxime 2x1
 Inj Ketorolac 2x10 mg iv
 Hernioraphy pada tanggal 03 Februari 2019

30
DAFTAR PUSTAKA

 Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General


Surgery.New York. WB Saunders Company. 795-801
 Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of
Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
 Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric
Hospital.Switzerland. WHO. 151-156.
 http://www.healthsystem.virginia.edu/toplevel/home/ 
 http://www.hernia.tripod.com/inguinal.html 
 http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia 
 http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-
Symptoms 
 Inguinal Hernia: Anatomy and
Managementhttp://www.medscape.com/viewarticle/420354_4 
 Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005. http://www.webmed.com 
Manthey, David.
Hernias.2007.http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm 
 Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery
Basic Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
 Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.
17thEdition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
 Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal
Wall. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New
York. Mc Graw-Hill. 783-789.
 Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingot’s Abdominal Operation.
Volume 1. Tenth edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.

31

Anda mungkin juga menyukai