HERNIA INGUINALIS
Oleh :
Pembimbing :
dr.Avit Suchitra,SpB-KBD
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia
dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll. Sekitar 75%
hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk, indirek, serta hernia
femoralis.1
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar-
masuk. Usus keluar saat berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring atau
bila didorong masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri
atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel.1
Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis
medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari
hernia ingunalis medialis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis. Hernia
ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita. Perbandingan antara pria
dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1.2
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena keluar
dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang teletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis
(kanalis inguinalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum
rotundum pada perempuan) dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum
sehingga disebut hernia skrotalis.
Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung
ke depan melalui segitiga Hesselbach (Hesselbach, Franz K. 1788-1856, ahli ilmu
anatomi, Jerman). Hernia inguinalis medialis karena tidak keluar keluar melalui
kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena
cincin hernia longgar.1
Penulisan ini terutama ditujukan kepada dokter muda yang nantinya akan
menjadi dokter umum, sebagai ujung tombak dalam mengenal dan menatalaksanan
kasus hernia di pelayanan kesehatan primer.
Tulisan ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah
suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek)
yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.3
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan
Hernia Ingunalis Medialis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu
hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen.
Selain hernia indirek nama yang lain adalah hernia oblique yang artinya kanal yang
berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri
mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral vasa epigastrica inferior.
Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada yang
didapat.4 Hernia inguinalis medialis (HIM) atau hernia direk hampir selalu disebabkan
oleh peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
Hesselbach.1
2.2 Klasifikasi
1. Menurut waktu
a. Hernia kongenital
b. Hernia akuisita/didapat
2. Menurut lokasi/letaknya
a. Hernia inguinalis
b. Hernia femoralis
c. Hernia umbilikalis
3. Secara klinis
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Keluar saat
berdiri atau mengedan, masuk ketika berbaring atau bila didorong
masuk perut
b. Hernia ireponibilis: bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke
dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong
kepada peritoneum kantong hernia.
c. Hernia strangulasi: hernia ireponibel yang disertai gangguan
vaskularisasi
d. Hernia inkarserata: hernia ireponibel yang disertai gangguan pasasse
2.3 Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia
dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus
internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu.1
Faktor yang dipandang berperan dalam terjadinya hernia ingunalis antara lain:1,5,6
1.Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
• Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan
• Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran
kencing
• Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema, alergi
• Partus
2. Kelemahan otot dinding perut karena usia.
3. Prosesus vaginalis yang terbuka
Hernia terdiri atas tiga bagian:5
a. Kantong hernia, merupakan kantong (divertikulum) peritonei dan mempunyai leher
dan badan (corpus)
b. Isi hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang ditemukan di dalam cavitas abdominalis
dan dapat bervariasi dari sebagian kecil omentum sampai organ besar seperti ren
c. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang dilalui oleh
kantong hernia
Gambar 2.1 Bagian-bagian dari hernia
2.4 Patofisiologi
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu
annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan
berbentuk lonjong. Dapat terjadi secara kongenital atau akuisita: 5,12
Hernia inguinalis indirekta congenital.
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali tidak
menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunika vaginalis
propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam kantong
peritoneum tersebut.
Hernia inguinalis indirekta akuisita.
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja.
Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis yang
tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kantung peritonei ini dapat
terisi dalaman perut (misalkan pada saat tekanan intra abdomen meningkat)
2.6 Diagnosis
Diagnosis hernia inguinalis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik memiliki sensitivitas dan spesifisitas
sebesar 75% dan 96%.
• Anamnesis15
Secara klasik, pada penderita hernia inguinalis biasanya ditemukan
keluhan- keluhan, antara lain
o Thumb Test
Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi
berdiri. Setelah benjolan dimasukkan kedalam rongga perut, ibu
jari kita tekankan pada annulus internus.Penderita disuruh
mengejan atau meniup dengan hidung atau mulut tertutup atau
batuk. Bila benjolan keluar waktu mengejan berarti hernia
inguinalis medialis dan bila tidak keluar berarti hernia
inguinalis lateralis.
• Pemeriksaan Penunjang
Untuk mencari kemungkinan adanya tekanan intra peritoneal
meningkat, sebagai penyebab timbulnya hernia.9
• Rectal toucher : BPH, stenosis anal, tumor rektal
• Rontgen Thorax : Batuk kronis, asma, tumor paru
• USG Abdomen : Asites, tumor abdomen
•
2.7 Diagnosis Banding
• Hidrokel testis
• Limfadenopati
• Abses inguinal
• Varikokel
• Hematom karena trauma
• Lipoma
• Tumor testis
2.7 Tatalaksana
• Prinsip Pengobatan Operative pada Hernia Inguinalis
Sebelum tindakan operasi pada pasien hernia, terlebih dahulu juga
harus memperbaiki faktor yang memperburuk hernia (batuk kronis,
obstruksi prostat, tumor kolon, ascites.19
• Jenis-jenis Operasi pada Hernia Inguinalis
Tujuan dari semua perbaikan hernia adalah untuk menghilangkan
kantong peritoneal (pada hernia inguinalis indirek) dan untuk menutupi
defek pada fasia di dinding inguinal. Perbaikan tradisional didekati
jaringan asli menggunakan jahitan permanen.
o Herniotomi
Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia,
memasukkan kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen,
serta mengikat dan memotong kantong hernia. Herniotomi
dilakukan pada anak-anak dikarenakan penyebabnya adalah
proses kongenital dimana prossesus vaginalis tidak menutup.20
o Herniorafi
Herniorafi adalah membuang kantong hernia di sertai tindakan
bedah plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di
belakang kanalis inguinalis. Herniorafi dilakukan pada orang
dewasa karena adanya kelemahan otot atau fasia dinding
belakang abdomen.21
Untuk tindakan bedah ini ada 3 macam:
o Bassini: Menjahit conjoint tendon dengan ligament inguinal
untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Funiculus spermaticus tetap berada di kanalis inguinalis.
o Halstedt: Jahitan seperti bassini tetapi funiculus spermaticus
berada diatas aponeurosis MOE dibawah kulit.
o Fergusson: Conjoint tendon dijahitkan pada lig. Inguinal
diatas funiculus spermaticus, kecuali pada daerah annulus
eksternus dimana tempat funiculus keluar menuju skrotum.
Saat ini sering digunakan prolene mesh (mersilen mesh) untuk
menutup atau memperkuat dinding belakang canalis
inguinalis.20
o Hernioplasti
Hernioplasti adalah tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.21
2.8 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia, isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia reponibel. Hal ini dapat terjadi
kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal.
Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Isi hernia dapat pula terjepit
oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia inkaserata yang menimbulkan gejala
obstruksi usus yang sederhana. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih
kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, maka lebih sering terjadi
jepitan parsial. Jarang terjadi inkaserasi retrograd, yaitu dua segmen usus terjepit
didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum
seperti huruf “W”. 22
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi edema organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya edema yang
menyebabkan jepitan cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran
darah jaringan terganggu (strangulasi). Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Apabila isi hernia terdiri atas usus,
dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010; hal. 619-29.
2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-217.
3. Manthey, David. Hernias .2007.on Mei 2020 Available at
http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
4. Inguinal Hernia: Anatomy and Management Accesed on Mei 2020 Available
at http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
5. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran; alih bahasa:
Liliana Sugiharto, edisi ke-6. Jakarta:EGC, 2006, hal. 148-65, 189-90.
6. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of
Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-94.
7. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-17.
8. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step
approach). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital &
Endosurgery Institute. New Delhi. 2003.
9. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-56
10. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.
Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58.
11. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergency surgery. Edisi XXIII. Penerbit
Hodder Arnold. 2006.
12. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New
York. WB Saunders Company. 795-801.
13. Sherman V, Macho JR, Brunicardi FC,. Ingunalis Lateralis. In: Brunicardi FC,
Anderson DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, et al, editors.
Schwartz’s Principles of Surgery (edisi 9). New York: McGraw-Hill
Companies, 20108. Cook T, Protheroe R, Handel J. Tetanus: a review of the
literature. British Journal of Anaesthesia. 2001;87(3):477-87.
15. Ellis H. The Abdomen an Pelvis. Dalam Clinical Anatomi: A revision and
applied anatomy for clinical student, 11th edition. p 51-64. USA: Blackwell
Publishing Ltd. 2006
16. Acosta J, Adams CA, Alarcon LH, Anaya DA, Ashley SW, Auerbach PR, et al.
Townsend: Sabiston Textbook of Surgery ed 18th, Chapter 44: Hernias.
Elsevier. 2008.
17. Cameron JL. Terapi Bedah Mutakhir edisi IV. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997
18. Wibisono E, Jeo WS. Hernia dalam Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV Jilid
I. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta: 2014
19. Doherty GM dan Way LW. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment,
12th edition. McGraw-Hill. U.S.A
23. Ara W, Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III (edisi V). Jakarta:
Interna publishing.2009.