Anda di halaman 1dari 21

Clinical Science Session

HERNIA INGUINALIS

Oleh :

Rezy Pysesia Alfani 1840312716

Dian Hasanah 1840312748

Pembimbing :

dr.Avit Suchitra,SpB-KBD

BAGIAN ILMU BEDAH

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia
dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll. Sekitar 75%
hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk, indirek, serta hernia
femoralis.1
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar-
masuk. Usus keluar saat berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring atau
bila didorong masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri
atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel.1
Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis
medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari
hernia ingunalis medialis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis. Hernia
ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita. Perbandingan antara pria
dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1.2
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena keluar
dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang teletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis
(kanalis inguinalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum
rotundum pada perempuan) dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum
sehingga disebut hernia skrotalis.
Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung
ke depan melalui segitiga Hesselbach (Hesselbach, Franz K. 1788-1856, ahli ilmu
anatomi, Jerman). Hernia inguinalis medialis karena tidak keluar keluar melalui
kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena
cincin hernia longgar.1

1.2 Batasan Masalah

Tulisan ini membahas definisi, epidemiologi, etiologi,gejala klinis diagnosis


dan tatalaksana serta telaah kasus dari Hernia.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Penulisan ini terutama ditujukan kepada dokter muda yang nantinya akan
menjadi dokter umum, sebagai ujung tombak dalam mengenal dan menatalaksanan
kasus hernia di pelayanan kesehatan primer.

1.4 Metode Penulisan

Tulisan ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah
suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek)
yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.3
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan
Hernia Ingunalis Medialis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu
hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen.
Selain hernia indirek nama yang lain adalah hernia oblique yang artinya kanal yang
berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri
mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral vasa epigastrica inferior.
Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada yang
didapat.4 Hernia inguinalis medialis (HIM) atau hernia direk hampir selalu disebabkan
oleh peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
Hesselbach.1
2.2 Klasifikasi
1. Menurut waktu
a. Hernia kongenital
b. Hernia akuisita/didapat
2. Menurut lokasi/letaknya
a. Hernia inguinalis
b. Hernia femoralis
c. Hernia umbilikalis
3. Secara klinis
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Keluar saat
berdiri atau mengedan, masuk ketika berbaring atau bila didorong
masuk perut
b. Hernia ireponibilis: bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke
dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong
kepada peritoneum kantong hernia.
c. Hernia strangulasi: hernia ireponibel yang disertai gangguan
vaskularisasi
d. Hernia inkarserata: hernia ireponibel yang disertai gangguan pasasse

2.3 Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia
dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus
internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu.1
Faktor yang dipandang berperan dalam terjadinya hernia ingunalis antara lain:1,5,6
1.Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
• Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan
• Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran
kencing
• Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema, alergi
• Partus
2. Kelemahan otot dinding perut karena usia.
3. Prosesus vaginalis yang terbuka
Hernia terdiri atas tiga bagian:5
a. Kantong hernia, merupakan kantong (divertikulum) peritonei dan mempunyai leher
dan badan (corpus)
b. Isi hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang ditemukan di dalam cavitas abdominalis
dan dapat bervariasi dari sebagian kecil omentum sampai organ besar seperti ren
c. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang dilalui oleh
kantong hernia
Gambar 2.1 Bagian-bagian dari hernia

2.4 Patofisiologi

Pada bulan ke – 8 dari kehamilan, terjadinya desensus testikulorum melalui


kanal. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga
terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi
lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup,
karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka prosesus vaginalis
yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, prosesus yang terbuka ini
akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada
umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur,
organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua prosesus
tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance,
maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat seperti
batuk – batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang – barang berat,
mengejan. Prosesus yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui
defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma,
hipertropi protat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi
pada semua. 7,8,9
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi pria dan wanita semasa janin.

2.5 Perbedaan antara HIL dan HIM

Tipe Deskripsi Hubungan Dibungkus oleh Onset biasanya


dengan vasa fascia pada waktu
epigastrica spermatica
inferior interna
Hernia Penojolan melewati cincin Lateral Ya Kongenital
ingunalis inguinal dan biasanya
dan bisa pada
lateralis merupakan kegagalan
waktu dewasa.
penutupan cincin ingunalis
interna pada waktu embrio
setelah penurunan testis
Hernia Keluarnya langsung Medial Tidak Dewasa
ingunalis menembus fascia dinding
medialis abdomen

Tabel 2.1 perbandingan antara HIL dan HIM4

Hernia Inguinalis Lateralis. 10,11

Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu
annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan
berbentuk lonjong. Dapat terjadi secara kongenital atau akuisita: 5,12
Hernia inguinalis indirekta congenital.
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali tidak
menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunika vaginalis
propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam kantong
peritoneum tersebut.
Hernia inguinalis indirekta akuisita.
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja.
Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis yang
tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kantung peritonei ini dapat
terisi dalaman perut (misalkan pada saat tekanan intra abdomen meningkat)

Gambar 2.2 Hernia Inguinalis Lateralis


Hernia Inguinalis Medialis1
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol
langsung ke depan melalui segitiga Hasselbach, daerah yang dibatasi ligamentum
inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi
otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal
yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-
kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia
medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum,
umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.

Gambar 2.3 Hernia Inguinalis Medialis

2.5 Gambaran Klinis

Sebagian besar hernia inguinalis asimtomatik dan ditemukan secara tidak


sengaja pada pemeriksaan fisik rutin yaitu teraba benjolan pada annulus inguinalis
superfisialis atau suatu kantong setinggi annulus inguinalis profundus.13 Pada
umumnya keluhan pada orang dewasa tampak dan teraba tonjolan pada femoral atau
ingunal ketika pasien mengedan, batuk atau mengangkat benda berat, dan menghilang
waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul di
lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia terjadi pada anak atau bayi,
gejalanya terlihat anak sering gelisah, banyak menangis, dan kadang-kadang perut
kembung, harus dipikirkan kemungkinan terjadi hernia strangulata. Pada inspeksi
diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam
posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya
benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada
benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat
direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada
anak-anak. Cincin hernia dapat diraba, dan berupa anulus inguinalis yang melebar.1,4
Gambaran klinis yang penting dalam penilaian hernia inguinalis meliputi tipe,
penyebab, dan gambaran. Hernia inguinais direct, isi hernia tidak terkontrol oleh
tekanan pada cincin internal, secara khas menyebabkan benjolan ke depan pada lipat
paha, tidak turun ke dalam skrotum. Hernia inguinalis indirect, isi hernia dikontrol oleh
tekanan yang melewati cincin internal, seringkali turun ke dalam skrotum.14
Gejala yang muncul biasanya nyeri hebat pada selangkangan. Nyeri yang
ditimbulkan merupakan nyeri yang terlokalisasi tepat di bagian terjadinya hernia. Nyeri
dapat diperparah dengan maneuver valsava. Apabila terjadinya nyeri akut pada daerah
selangkangan, kemungkinan telah terjadi hernia strangulasi. Strangulasi menunjukkan
kaku pada dinding abdomen, kemerahan, mual, dan muntah.1 Pasien juga dapat
mengeluhkan rasa berat pada selangkangan. Tertariknya atau robeknya jaringan
disekitar defek hernia dapat menimbulkan gejala seperti terbakar atau sakit pada daerah
selangkangan. Aktivitas yang meningkatkan tekanan intra-abdominal, seperti batuk,
mengangkat beban dapat menyebabkan organ abdominal terdorong menuju defek
hernia. Sehingga, semakin lama akan menyebabkan hernia semakin membesar.

2.6 Diagnosis
Diagnosis hernia inguinalis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik memiliki sensitivitas dan spesifisitas
sebesar 75% dan 96%.
• Anamnesis15
Secara klasik, pada penderita hernia inguinalis biasanya ditemukan
keluhan- keluhan, antara lain

o Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan


adanya “Benjolan” dipelipatan paha atau perut bagian bawah
pada scrotum atau labium mayor pada wanita.
o Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul
di pelipatan paha biasanya diketahui oleh orang tuanya.
o Benjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra-
abdominal, misalnya mengejan, menangis, batuk, atau
mengangkat beban berat. Benjolan akan menghilang atau
mengecil ketika penderita berbaring (reponibilis), tidak dapat
kembali atau tidak menghilang ketika berbaring (irreponibilis)
o Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral
karena regangan pada mesenterium sewaktu segmen usus halus
masuk kedalam kantong hernia
o Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi
inkarserata karena illeus (dengan gambaran obstruksi usus dan
gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa), atau
strangulasi karena nekrosis atau gangrene (akibat adanya
gangguan vaskularisasi)
o Faktor-faktor predisposisi, antara lain:
▪ Pekerjaan (mengangkat-angkat beban berat, atlet angkat
besi, tentara, kuli bangunan, dll)
▪ Penyakit ataupun gangguan kronis (BPH, stricture
urethra, batuk kronis, ascites, atau susah BAB)
▪ Faktor usia, semakin tua, otot-otot dinding abdomen semakin
lemah.
▪ Faktor kegemukan (obesitas)
• Pemeriksaan Fisik16,17
o Inspeksi
▪ Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris
pada posisi berdiri. Apabila tidak didapatkan benjolan,
penderita kita minta untuk melakukan manuver valsava.

▪ Benjolan berbentuk lonjong (HIL) atau bulat (HIM)

▪ Tanda-tanda radang ada atau tidak, pada hernia inguinalis


o Palpasi
▪ Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak
tampak benjolan penderita diminta mengejan atau
melakukan manuver valsava.
▪ Tentukan konsistensinya
▪ Lakukan reposisi (bisa masuk atau tidak)
▪ Kompresable umumnya (+)
▪ Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis
dan medialis dapat dilakukan beberapa macam test
(provokasi test)
o Auskultasi: ditemukan suara bising usus (diatas benjolan)
• Pemeriksaan Khusus18,17
o Zieman’s Test

Penderita dalam keadaan berdiri atau bilamana kantong


hernia terisi, masukkan dulu kedalam kavum abdomen. Untuk
memeriksa bagian kanan digunakan tangan kanan dan
sebaliknya. Test ini dapat dikerjakan pada penderita laki-laki
ataupun perempuan. Dengan jari kedua tangan pemeriksa
diletakkan diatas annulus inguinalis internus ( ± 1,5 cm diatas
pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum), jari ketiga
diletakkan pada annulus inguinalis ekternus dan jari keempat
pada fossa ovalis.

Penderita disuruh mengejan maka timbul dorongan pada


salah satu jari tersebut diatas. Bila dorongan pada jari kedua
berarti hernia inguinalis lateralis, bila pada jari ketiga berarti
hernia inguinalis medialis dan bila pada jari keempat berarti
hernia femoralis.
o Finger Test
Test ini hanya dilakukan pada penderita laki-laki. Dengan
menggunakan jari telunjuk atau kelingking skrotum
diinvaginasikan menyelusuri annulus eksternus sampai dapat
mencapai kanalis inguinalis kemudian penderita disuruh batuk,
bilamana ada dorongan atau tekanan timbul pada ujung jari maka
didapatkan hernia inguinalis lateralis, bila pada samping jari
maka didapatkan suatu hernia inguinalis medialis.

o Thumb Test
Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi
berdiri. Setelah benjolan dimasukkan kedalam rongga perut, ibu
jari kita tekankan pada annulus internus.Penderita disuruh
mengejan atau meniup dengan hidung atau mulut tertutup atau
batuk. Bila benjolan keluar waktu mengejan berarti hernia
inguinalis medialis dan bila tidak keluar berarti hernia
inguinalis lateralis.
• Pemeriksaan Penunjang
Untuk mencari kemungkinan adanya tekanan intra peritoneal
meningkat, sebagai penyebab timbulnya hernia.9
• Rectal toucher : BPH, stenosis anal, tumor rektal
• Rontgen Thorax : Batuk kronis, asma, tumor paru
• USG Abdomen : Asites, tumor abdomen

2.7 Diagnosis Banding

Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia


erat hubungannya dengan aktifitas seperti mengejan, batuk dan gerak lain
yang disertai dengan peningkatan tekanan intra abdomen, sedangkan
penyakit lain tidak berhubungan dengan aktifitas demikian.9

• Hidrokel testis
• Limfadenopati
• Abses inguinal
• Varikokel
• Hematom karena trauma
• Lipoma
• Tumor testis

Tabel 1 Perbedaan Hernia Inguinal Lateral, Direk dan Hernia Femoral17

Hernia Inguinal Lateral Hernia Inguinal Direk Hernia Femoral


Usia Semua umur Orang tua Dewasa dan orang tua
Jenis Kelamin Terutama pria Pria dan wanita Terutama wanita
Lokasi Diatas Lig. Inguinal Diatas Lig. Inguinal Dibawah Lig Inguinal
Thumb Test Tidak keluar benjolan Keluar benjolan Keluar benjolan
Finger Test Benjolan pada ujung Tonjolan di sisi jari -
jari
Zieman Test Dorongan pada jari ke- Tonjolan pada jari Dorongan padan jari ke
II ke-III IV

2.7 Tatalaksana
• Prinsip Pengobatan Operative pada Hernia Inguinalis
Sebelum tindakan operasi pada pasien hernia, terlebih dahulu juga
harus memperbaiki faktor yang memperburuk hernia (batuk kronis,
obstruksi prostat, tumor kolon, ascites.19
• Jenis-jenis Operasi pada Hernia Inguinalis
Tujuan dari semua perbaikan hernia adalah untuk menghilangkan
kantong peritoneal (pada hernia inguinalis indirek) dan untuk menutupi
defek pada fasia di dinding inguinal. Perbaikan tradisional didekati
jaringan asli menggunakan jahitan permanen.
o Herniotomi
Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia,
memasukkan kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen,
serta mengikat dan memotong kantong hernia. Herniotomi
dilakukan pada anak-anak dikarenakan penyebabnya adalah
proses kongenital dimana prossesus vaginalis tidak menutup.20
o Herniorafi
Herniorafi adalah membuang kantong hernia di sertai tindakan
bedah plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di
belakang kanalis inguinalis. Herniorafi dilakukan pada orang
dewasa karena adanya kelemahan otot atau fasia dinding
belakang abdomen.21
Untuk tindakan bedah ini ada 3 macam:
o Bassini: Menjahit conjoint tendon dengan ligament inguinal
untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Funiculus spermaticus tetap berada di kanalis inguinalis.
o Halstedt: Jahitan seperti bassini tetapi funiculus spermaticus
berada diatas aponeurosis MOE dibawah kulit.
o Fergusson: Conjoint tendon dijahitkan pada lig. Inguinal
diatas funiculus spermaticus, kecuali pada daerah annulus
eksternus dimana tempat funiculus keluar menuju skrotum.
Saat ini sering digunakan prolene mesh (mersilen mesh) untuk
menutup atau memperkuat dinding belakang canalis
inguinalis.20
o Hernioplasti
Hernioplasti adalah tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.21
2.8 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia, isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia reponibel. Hal ini dapat terjadi
kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal.
Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Isi hernia dapat pula terjepit
oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia inkaserata yang menimbulkan gejala
obstruksi usus yang sederhana. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih
kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, maka lebih sering terjadi
jepitan parsial. Jarang terjadi inkaserasi retrograd, yaitu dua segmen usus terjepit
didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum
seperti huruf “W”. 22

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi edema organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya edema yang
menyebabkan jepitan cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran
darah jaringan terganggu (strangulasi). Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Apabila isi hernia terdiri atas usus,
dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah


appendicitis. Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau
jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun
hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan
dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.
Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis/hernia inguinalis
directa/hernia inguinalis horisontal dan hernia ingunalis lateralis/ hernia
indirecta/hernia obliqua. Yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya
lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.Pada
hernia inguinalis lateralis processus vaginalis peritonaei tidak menutup (tetap terbuka).
Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah terjadi strangulasi
penanganan segera adalah dengan operasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010; hal. 619-29.
2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-217.
3. Manthey, David. Hernias .2007.on Mei 2020 Available at
http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
4. Inguinal Hernia: Anatomy and Management Accesed on Mei 2020 Available
at http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
5. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran; alih bahasa:
Liliana Sugiharto, edisi ke-6. Jakarta:EGC, 2006, hal. 148-65, 189-90.
6. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of
Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-94.
7. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-17.

8. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step
approach). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital &
Endosurgery Institute. New Delhi. 2003.
9. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-56
10. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.
Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58.

11. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergency surgery. Edisi XXIII. Penerbit
Hodder Arnold. 2006.
12. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New
York. WB Saunders Company. 795-801.
13. Sherman V, Macho JR, Brunicardi FC,. Ingunalis Lateralis. In: Brunicardi FC,
Anderson DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, et al, editors.
Schwartz’s Principles of Surgery (edisi 9). New York: McGraw-Hill
Companies, 20108. Cook T, Protheroe R, Handel J. Tetanus: a review of the
literature. British Journal of Anaesthesia. 2001;87(3):477-87.

14. Luthfi A, Thalut K. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum dan Omentum


dalam Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W, Prasetyo TOH, et al) Buku Ajar Ilmu
Bedah edisi 3. Hal 615-41. 2007. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

15. Ellis H. The Abdomen an Pelvis. Dalam Clinical Anatomi: A revision and
applied anatomy for clinical student, 11th edition. p 51-64. USA: Blackwell
Publishing Ltd. 2006

16. Acosta J, Adams CA, Alarcon LH, Anaya DA, Ashley SW, Auerbach PR, et al.
Townsend: Sabiston Textbook of Surgery ed 18th, Chapter 44: Hernias.
Elsevier. 2008.

17. Cameron JL. Terapi Bedah Mutakhir edisi IV. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997

18. Wibisono E, Jeo WS. Hernia dalam Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV Jilid
I. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta: 2014

19. Doherty GM dan Way LW. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment,
12th edition. McGraw-Hill. U.S.A

20. Fitzgibbons R J, Ahluwalia H S. 2006. Inguinal Hernia. Schwartz Manual of


Surgery, eigth edition. USA: McGraw-Hills Companies. 920-942

21. . Muttaqin A dan Sari K. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Salemba Medika.


Jakarta. Indonesia.

22. Kingsnorth AN, Giorgobiani G. Bennert DH. Hernias, umbilicus abd


abdominal wall. Dalam (William NS, Bulstrode CJK, O’Connel PR, ed) Bailey
and Loves:Short Practice of Surgery ed 25th. 2008. London: Edward Arnold
Ltd

23. Ara W, Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III (edisi V). Jakarta:
Interna publishing.2009.

Anda mungkin juga menyukai