Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak


tahun 1500 sebelum Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring
bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada regio inguinal.
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk
memahami lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis
inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia
ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua
pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis.
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia
femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita. Perbandingan antara pria
dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria
dipengaruhi oleh umur.

Gambar 1. Macam-macam hernia berdasarkan letak


Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital
dan hernia dapatan atau akuisita. Sedangkan berdasarkan letak, hernia diberi nama
sesuai lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis,
femoralis, dan lain-lain. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa
hernia inguinal direk, indirek, serta femoralis; hernia incisional 10%, hernia
ventralis 10%, hernia umbilikalis 3%, dan hernia lain sekitar 3%. Pada hernia lipat
paha, 90% nya merupakan hernia inguinalis, dengan kejadian hernia inguinalis
indirek 75% dan hernia inguinal direk 25%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan
sebagai suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang
lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di
berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada
umumnya daerah inguinal.

Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis


(HIL) dan Hernia Ingunalis Medialis (HIM). Disini akan dijelaskan lebih lanjut
tentang hernia ingunalis lateralis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain
yaitu hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding
abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain adalah Hernia oblique yang
artinya kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia
ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah
lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) terjadi
disebabkan kelainan kongenital meskipun ada yang didapat.

Tabel 1.Perbedaan HIL dan HIM


Hubungan Dibungkus oleh
dengan vasa fascia
Tipe Deskripsi Onset
epigastrica spermatica
inferior interna
Hernia Penojolan melewati Lateral Ya Congenital dan
ingunalis cincin inguinal dan bisa pada waktu
lateralis biasanya merupakan dewasa.
kegagalan penutupan
cincin ingunalis interna
pada waktu embrio
setelah penurunan testis

Hernia Keluarnya langsung Medial Tidak Dewasa


ingunalis menembus fascia
medialis dinding abdomen
a b

Gambar 2. Hernia Inguinalis Medialis (a) dan Hernia Inguinalis Lateralis (b)

2. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai


kontroversi, tetapi diyakini ada tiga penyebab, yaitu :
a. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
- Overweight
- Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan
- Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran
kencing
- Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus
- Batuk yang kronis disebabkan infeksi, bronkitis, asma, emfisema, alergi
- Kehamilan
- Ascites
b. Adanya kelemahan jaringan /otot.
c. Tersedianya kantong.

Faktor yang dipandang berperan sebagai penyebab adalah adanya


prosesus vaginalis yang terbuka, adanya peninggian tekanan di dalam rongga
perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus
kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur
satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia
pada umur ini hanya beberapa persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosesus
vaginalis paten menderita hernia. Pada anak dengan hernia unilateral dapat
dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral lebih dari separo, sedangkan
insiden hernia ini tidak lebih dari 20%. Umumnya disimpulkan bahwa adanya
prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya
hernia tetapi diperlukan faktor lain seperti anulus ingunalis yang cukup besar.
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan ascites sering disertai hernia.

3. PATOFISIOLOG I

Dalam keadaan normal, terdapat tiga mekanisme yang dapat mencegah


terjadinya hernia, yaitu:
a. Kanalis inguinalis yang berjalan miring
b. Adanya struktur m. oblikus internus abdominis yang menutup anulus
inguinalis internus ketika berkontraksi, dan
c. Adanya fascia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach
yang umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
internus turut kendur. Pada keadaan tersebut tekanan intraabdomen tidak tinggi
dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut
berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lewat transversal dan anulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuk usus ke dalam kanalis inguinalis.
Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n. ilioinguinalis
dan n. iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong hernia inguinalis lateral
mencapai skrotum disebut hernia skrotalis.
4. ANATOMI

Bagian bagian dari hernia


a. Pintu hernia adalah lapisan-lapisan dinding perut dan panggul. Hernia
dinamai berdasarkan dari pintunya.
b. Kantung hernia adalah peritoneum parietalis, bagiannya adalah kolum,
korpus dan basis.
c. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan
panjang 4 cm dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale.

Dinding yang membatasi kanalis inguinalis adalah:


a. Anterior : Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus dan 1/3
lateralnya muskulus obliqus internus.
b. Posterior : Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis yang
bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding posterior
dibagian lateral.
c. Bagian medial dibentuk oleh fasia transversa dan konjoin tendon, dinding
posterior berkembang dari aponeurosis muskulus transversus abdominis dan
fasia transversal.
d. Superior : Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus dan
muskulus transversus abdominis dan aponeurosis.
e. Inferior : Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.

5. GEJALA DAN TANDA

Gejala
Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha, pada beberapa orang adanya
nyeri dan membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan. Seringnya hernia
ditemukan pada saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum
masuk kerja. Beberapa pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar
biasanya pada hernia ingunalis lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke
scrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman
dan rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.
Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit
dibandingkan hernia ingunalis lateralis dan juga kemungkinannya lebih berkurang
untuk menjadi inkarserasi atau strangulasi.

Tanda

Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri


dan berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih
sulit untuk dilihat. Kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara
memasukan jari ke annulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis
inguinalis dan akan sangat sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya
pada saat batuk. Lain halnya pada cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas
terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan pada tonjolan di kanalis ingunalis pada
saat batuk dan hernia dapat didiagnosa.

Perbedaan HIL dan HIM pada pemeriksaan fisik sangat sulit dilakukan
dan ini tidak terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat
jenisnya. Hernia ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan
gambaran yang sama .hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering
merupakan hernia ingunalis lateralis.

Pada inspeksi, saat pasien berdiri dan tegang, pada hernia direct
kebanyakan akan terlihat simetris, dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna.
Tonjolan akan menghilang pada saat pasien berbaring.

Pada palpasi, dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya
tahanan pada hernia inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan
terasa dan tidak adanya tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika
pasien diminta untuk batuk pada pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan
tonjolan terasa pada sisi jari maka itu hernia direct. Jika terasa pada ujung jari
maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan melalui cincin interna ketika pasien
mengedan juga dapat membedakan hernia direct dan hernia inguinalis lateralis.
Pada hernia direct benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum
Hesselbachs dan kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya
besar maka perbedaan dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis
inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak
dapat ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.

6. PENATALAKSANAAN

a. Konservatif
Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami
dapat dilakukan pada hernia umbilikus sebelum anak berumur dua tahun. Terapi
konservatif berupa penggunaan alat penyangga dapat dipakai sementara, misalnya
pemakaian korset. Sedang pada hernia inguinalis pemakaiannya tidak dianjurkan
karena selain tidak dapat menyembuhkan, alat ini dapat melemahkan otot dinding
perut.
Penanganan konservatif terhadap hernia ireponibel; dengan posisi
Trendelenberg, diharapkan dengan adanya gaya gravitasi isi hernia dapat masuk
kembali, pemberian muscle relaxan, diharapkan dapat mengurangi jepitan,
pemberian obat penenang, sehingga penderita berkurang kecemasannya dan
mengurangi/menenangkan tekanan intra abdominal sehingga isi hernia dapat
masuk kembali, dan pemberian kompres es untuk merangsang musculus cremaster
sehingga isi hernia dapat masuk kembali ke cavum peritoneum.

b. Operatif
Management operatif pada hernia inguinalis terdapat dua metode umum,
yaitu Open Hernia Repair dan Laparoskopi. Open hernia Repair disebut juga
herniorrhaphy dengan melakukan incise lapisan kulit pada hernia. Open hernia
repair dapat meliputi Metode Marcy, Bassini, Shouldice, McVay, dan Lichtenstein.
Sedangkan laparoskopi merupakan terapi alternative dengan incisi kecil. Tujuan
seluruh hernia repair adalah untuk menutup defek myofacial di mana menjadi
tempat keluarnya penonjolan organ. pada umumnya, metode di atas merupakan
diseksi anterior pada kanalis ingunal dan kantong hernia (herniektomy), diikuti
oleh myofacial repair, dan penutupan kanalis.
Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional.
Usia lanjut tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif. Kalau pasien dengan
hernia inkarserata tidak menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan
reposisi postural. Jika usaha reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi
elektif setelah 2-3 hari sewaktu oedem jaringan sudah hilang dan keadaan umum
pasien sudah lebih baik.
Semua hernia inguinalis indirek maupun direk yang besar tak tergantung
dari usia, harus diperbaiki, kecuali ada indikasi yang kuat seperti penyakit
pernafasan. Hernia inkarserata maupun strangulasi harus dilakukan operasi segera.
Bila isi hernia sudah nekrosik dilakukan reseksi. Kalau sewaktu operasi daya
pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima menit
dievaluasi kembali warna, peristalik, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus. Jika
ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat, yang memas terjadi pada hernia
direk, sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat.
Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis, maka dilakukan tindakan
bedah elektif, karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada hernia irreponibilis,
diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Penderita istirahat baring
dan dipuasakan atau mendapat diet halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada
benjolan lakukan secara berulang-ulang, sehingga isi hernia masuk untuk
kemudian dilakukan bedah elektif dikemudian hari atau menjadi inkarserasi.
Maka harus dilakukan bedah darurat. Tindakan bedah pada hernia ini disebut
herniotomi yaitu memotong hernia dan herniorafi yaitu menjahit kantong hernia.
Pada bedah elektif, maka harus dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat dan
dilakukan Bassini plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis, sedang pada bedah darurat, prinsipnya seperti bedah elektif. Cincin
hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital atau tidak. Bila
vital dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan
anastomosis end to end.

7. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding untuk hernia inguinalis adalah:
a. Hernia femoralis
Hernia yang terjadi melalui kanal femoral, dan lebih sering pada
wanita. Penonjolan berada di bawah ligamentum inguinal dan lateral
tuberkel pubis.
b. Hidrokel
Hidrokel merupakan akumulasi cairan abnormal pada tunika
vaginalis karena adanya paten prosesus vaginalis persisten yang
mengelilingi testis. Kejadian hidrokel paling sering pada infant. Benjolan
hidrokel tidak nyeri, mempunyai batas atas tegas, positif pada pemeriksaan
luminesensi dan tidak dapat dimasukkan kembali. Selain itu testis pada
daerah hidrokel tidak teraba.
c. Limfadenopati
Merupakan pembesaran kelenjar limfe dikaitkan dengan riwayat
trauma, infeksi atau keganasan. Massa teraba mobile dan tidak dipengaruhi
oleh batuk. Perlu dilihat apakah terdapat infeksi pada kaki sesisi kadang
benjolan dapat dimasukkan.
d. Testis ektopik
Yaitu testis yang masih berada di kanalis inguinalis, mudah
diketahui dengan meraba daerah skrotum.
e. Torsio testis
Torsi testis disebabkan oleh terpeluntirnya korda spermatika dan
menyebabkan menurunnya suplai darah ke testis. Torsi testis intravaginal
menghasilkan nyeri hebat skrotum unilateral yang tiba-tiba diikuti oleh
pembengkakan inguinal dan / atau skrotum
f. Abses Psoas
Hernia inguinalis akan berada di sisi superior dari ligamentum
inguinalis namun psoas abses akan lebih rendah. Mungkin menyebabkan
nyeri dan dapat menunjukkan limfadenopati. Pasien abses dapat disertai
dengan tanda penyakit sistemik seperti takikardia, takipnea dan demam.
g. Lipoma
Secara klinis, tidak timbul atau memperbesar dengan manuver
Valsava.

8. KOMPLIKASI

Komplikasi hernia adalah :


a. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia, sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia
inguinalis lateralis irreponibilis.
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat makin banyaknya usus
yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis
inkarserata.
c. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema,
sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan
ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulator. Keluhan berupa nyeri
hebat, daerah benjolan menjadi merah dan penderita gelisah. Pada keadaan
inkarserata dan strangulata, maka timbul gejala ileus yaitu kembung,
muntah dan obstipasi.
d. Dapat terjadi hernia akreta, apabila isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga dan terjadi perlekatan isis kantong pada
peritoneum.
Hernia inkarserasi :
a. Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
b. Tidak dapat direposisi
c. Adanya mual, muntah, dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi :
a. Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
b. Adanya gangguan sistemik pada usus.
9. PROGNOSIS
Penyembuhan dipercepat kalau penderita menghindari gerakan
mengangkat barang-barang berat ataupun ketegangan otot lainnya. Hernia
inguinalis indirek dapat timbul kembali pada 2-3% penderita. Sedang hernia direk
dapat timbul kembali sampai 10% penderita. Pada sumber lain dijelaskan, insiden
dari residif bergantung pada umur penderita, letak hernia dan operasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New
York. WB Saunders Company. 795-801
Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery.
Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland.
WHO. 151-156.
Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland.
WHO. 151-156.
http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-Symptoms
Inguinal Hernia: Anatomy and Management
http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
Jenkins, Jon L & Braen, G. Richard. 2004. Manual Of Emergency Medicine.
USA:Lippincott Williams & Wilkins.

Jones, Daniel B. 2012. Master Techniques in Surgery: Hernia. USA:Lippincott


Williams & Wilkins.

Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic


Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall.
Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc
Graw-Hill. 783-789.
Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingots Abdominal Operation. Volume 1.
Tenth edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.

Anda mungkin juga menyukai