Anda di halaman 1dari 19

Referat

HERNIA







Oleh :
Osharinanda Monita 1010312106
Oktaria Denantika 1010312062

Preseptor :
dr. Juli Ismail, SpB.SpB.TKV
dr. Yefri Zulfikar, SpB.SpU


BAGIAN ILMU BEDAH RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN

Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah appendicitis.
Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan masyarakat
karena besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya dan hilangnya tenaga kerja
akibat lambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di
Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat.
Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500
sebelum Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya
pengetahuan struktur anatomi pada regio inguinal.
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia inguinalis. Untuk memahami
lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis. Hernia
inguinalis dibagi menjadi hernia inguinalis lateralis dan hernia inguinalis medialis dimana
hernia inguinalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia inguinalis.
Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis. Hernia lebih dikarenakan kelemahan
dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis lebih banyak ditemukan pada pria
daripada wanita, untuk hernia femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita.
Sedangkan jika ditemukan hernia inguinalis pada pria kemungkinan adanya hernia inguinalis
atau berkembangnya menjadi hernia inguinalis sebanyak 50 % Perbandingan antara pria dan
wanita untuk hernia inguinalis 7 : 1. Prevalensi hernia inguinalis pada pria dipengaruhi oleh
umur.
Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter, sehingga
pengetahuan umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksaan hernia
penting.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi
oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek
melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.
Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui
suatu defek pada fasia dan muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau
didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding
tersebut. Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar
atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi. Hernia terdiri dari 3 hal yaitu kantong, isi,
dan cincin hernia.
Hernia inguinalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Inguinalis Lateralis (HIL) dan
Hernia Inguinalis Medialis (HIM). Disini akan dijelaskan lebih lanjut hernia inguinalis
lateralis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang artinya
keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain
adalah Hernia oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial
bawah. Hernia inguinalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah
lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) dapat terjadi karena
kongenital meskipun ada yang didapat.

2.2 ANATOMI
Regio Inguinalis
A. Trigonum Inguinale ( Hesselbach ) Dibatasi :
a. Ke arah medial oleh tepi lateral musculus rectus abdominis (linea semilunaris)
b. Ke arah lateral oleh arteri dan vena epigastrika inferior.
c. Ke arah inferior oleh ligamentum inguinale ( merupakan suatu area yang
sangat lemah dan sring merupakan tempat untuk hernia inguinalis directa )
B. Anulus inguinalis ( cincin inguinal )
1. Anulus inguinalis superficialis
- Merupakan suatu pintu triangularis pada aponeurosis musculus obliquus
abdominis eksternus
- Terletak tepat lateral terhadap tuberklum pubikum
- Menyalurkan funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum teres
uteri pada wanita
2. Angulus inguinalis profundus
- Terletak dalam fasia transversalis, tepat lateral terhadap arteri dan vena
epigastrika inferior
- Dibentuk oleh perluasan embrionik prosesus vaginalis yang melalui dinding
abdomen dan sebagai akibat perjalanan testis melalui fasia transversalis
selama desensus testikulorum ke dalam skrotum
C. Kanalis inguinalis
- Mulai pada anulus inguinalis profundus dan berakhir pada anulus inguinalis
superficialis
- Dinding-dindingnya :
a. Dinding anteror
- Aponeurosis musculus obliquus abdominis eksternus dan obliquus
abdominis internus yang berasal dari separuh lateral ligamentum inguinale
b. Dinding posterior
- Apeneurosis transversus abdominis dan fascia transfersalis
c. Atap
- Serabut yang melengkung dari musculus obliquus abdominis internus dan
transversus abdominis
d. Lantai
- Ligamentum inguinale dan ligamentum lakunare
- lebih kecil pada wanita dari pada laki-laki
- Menyalurkan funikulus spermatikus ( atau ligamentum teres uteri ) dan
nervus ilioinguinalis
Kanalis inguinalis pada fetus laki-laki
- Menyalurkan duktus deferen, arteri dan vena testikularis, musculus kremaster,
procesus vaginalis, rami genitalis nervus genitofemoralis, nervus ilioinguinalis, arteri
dan vena duktus deferen, pleksus nervus testikularis, limfatik dan sebagainya



2.3 EPIDEMIOLOGI
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Pada pria, 97 %
dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis dan 1% sebagai hernia
umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah inguinalis, 34 %
pada canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus.

2.4 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi
diyakini ada tiga penyebab, yaitu:
1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
a. Overweight
b. Mengangkat beban berat
c. Batuk PPOK
d. Tahanan saat miksi BPH atau karsinoma
e. Tahanan saat defekasi konstipasi atau obstruksi usus besar
f. Distensi abdomen yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan intraabdomen
g. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas, kehamilan,
2. Kelemahan dinding abdomen terjadi karena :
a. Umur yang semakin bertambah
b. Malnutrisibaik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien (misalnya: Vit. C)
c. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
d. Abnormal metabolisme kolagen.

2.5 KLASIFIKASI
A. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas
1. Hernia bawaan atau congenital
Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai akibat
dari perintah atau gangguan proses perkembangan intrauterine paten prosesus vaginalis
adalah salah satu contohnya.
2. Hernia dapatan atau akuisita

Terdapat dua tipe hernia akuisita :
a. Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :
- Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh darah femoralis
yang melalui kanalis femoralis.
- Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara normal, seperti
pada regio lumbal
- Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup defek, seperti
pada umbilikus
b. Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding,
seperti pada laparatomi dan trauma tembus.

B. Hernia diberi nama menurut letaknya,
Utamanya diafragma, inguinal, umbilical, femoral, dll.

C. Hernia menurut riwayat alamiah dan komplikasi yang terjadi :

Riwayat alamiah perkembangan hernia yaitu pembesaran progresif, regresi yang tidak
spontan. Pengecualian untuk hernia umbilikalis kongenital pada neonatus, dimana orifisium
dapat menutup beberapa tahun setelah lahir. Seiring berjalannya waktu, hernia membesar dan
kecenderungan untuk terjadi komplikasi yang mengancam jiwa semakin bertambah. Hernia
dapat reponibel, ireponibel, obstruksi, strangulasi, atau terjadi inflamasi.

1. Hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya menetap. Isinya
tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya gravitasi atau
tekanan intraabdominal yang meningkat. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk
lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluha nyeri atau gejala obstruksi
usus.

2. Hernia Ireponibel : bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut.
Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia
ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit dengan tepi yang kaku
(misalnya pada : femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun sumbatan usus.
Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi obstruksi dan strangulasi
daripada hernia reponibel.

3. Hernia obstruksi
Hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup. Biasanya obstruksi terjadi pada leher
kantong hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di dalamnya
dan terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai darah masih baik, tetapi lama
kelamaan dapat terjadi strangulasi. Istilah inkarserata terkadang dipakai untuk
menggambarkan hernia yang ireponibel tetapi tidak terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia
ireponibel yang mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan inkarserata.
Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua operasi
darurat untuk apendisitis. Selain itu, hernia inkarserata merupakan penyebab obstruksi usus
nomor satu di Indonesia.

4. Hernia Strangulata
Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah oklusi vena dan
limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih lanjut ; dan
sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi perdarahan vena, dan
berkembang menjadi lingkaran setan, dengan pembengkakan akhirnya mengganggu aliran
arteri. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis. Jika isi hernia abdominal bukan usus,
misalnya omentum, nekrosis yang terjadi bersifat steril, tetapi strangulasi usus yang paling
sering terjadi dan menyebabkan nekrosis yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat dan
dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam
kantong dan dari sana menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami
perforasi (biasanya pada leher pada kantong hernia) dan cairan lumen yang mengandung
bakteri keluar menuju rongga peritonial menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan
gagal sirkulasi dan kematian
3
. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus,
hernianya disebut hernia Richter. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan
benjolan hernia tidak ditemukan dan baru terdiagnosis pada waktu laparatomi. Komplikasi
hernia Richter adalah strangulasi sehingga terjadi perforasi usus, dan pada hernia femoralis
tampak seperti abses di daerah inguinal.

5. Hernia Inflamasi
Isi hernia mengalami inflamasi dengan proses apapun sebagai penyebab pada jaringan
atau organ yang secara tidak normal mengalami hernia, misalnya :
1. Apendisitis akut
2. Divertikulum Meckel
3. Salpingitis akut
Hampir tidak mungkin untuk membedakan hernia yang terinflamasi dengan yang
mengalami strangulasi.

Beberapa Tipe Khusus Hernia
1. Sliding hernia (hernia en glissade)
Hernia ini adalah dimana struktur extraperitoneal membentuk sebagian dinding kantong. 5 %
dari seluruh hernia adalah sliding hernia, dan hernia inguinalis indirek merupakan mayoritas.
Di sebelah kanan, caecum dan colon ascendens terlibat, sementara di sebelah kiri, sigmoid
dan kolon descendens ditemukan di dalam sakus. Bagian dari vesica urinaria dapat masuk ke
hernia inguinalis direk. Insidens sliding hernia bertambah dengan usia dan lamanya hernia.
Kegagalan untuk mengenali sliding hernia saat operasi dapat mengakibatkan kerusakan
struktur yang terlibat.

2. Hernia Richter
Pada hernia tipe ini, hanya sebagian dari usus yang terperangkap (biasanya usus halus). Isi
dari kantung hernia terdiri dari hanya satu sisi dari dinding usus (selalu antemesenterik).
Bahayanya hernia ini adalah, usus dapat mengalami iskemi tanpa perkembangan nyata dari
gejala obstruksi.

Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:
Stage 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
Stage 2 : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin interna.
Stage 3 : semua hernia direk atau hernia femoralis.


Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4 kelas:
3

Kelas 1 : hernia indirek yang kecil.
Kelas 2 : hernia indirek yang medium.
Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.
Kelas 4 : hernia femoralis.

Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:
3

1. Hernia Indirek
hernia inguinalis indirek yang tidak terkomplikasi.
hernia inguinalis indirek sliding.

2. Hernia Direk
suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat tuberculum pubicum.
hernia divertikular di dinding posterior.
hernia inguinalis direk dengan pembesaran difus di seluruh permukaan segitiga
Hesselbach

Tabel 1. Perbedaan antara hernia inguinalis indirek dan hernia inguinalis direk
Indirek Direk
Usia pasien
Usia berapapun, terutama
muda Lebih tua
Penyebab Dapat kongenital Didapat
Bilateral 20 % 50 %
Penonjolan saat batuk Oblik Lurus
Muncul saat berdiri
Tidak segera mencapai
ukuran terbesarnya
Mencapai ukuran terbesar
dengan segera
Reduksi saat berbaring
Dapat tidak tereduksi
segera Tereduksi segera
Penurunan ke skrotum Sering Jarang
Oklusi cincin internus Terkontrol Tidak terkontrol
Leher kantong Sempit Lebar
Strangulasi Tidak jarang Tidak biasa
Hubungan dengan
pembuluh darah epigastric
inferior Lateral Medial

Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor:
1. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.
2. Ukuran cincin interna.
3. Integritas dinding posterior dan kanal.

Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas dinding
posterior, meliputi:
Tipe 1 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
Tipe 2 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang membesar.
Tipe 3a adalah hernia inguinalis indirek.
Tipe 3b adalah hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding posterior.
Tipe 3c adalah hernia femoralis.
Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.



Isi hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. pada abdomen isi
terbanyak adalah usus halus dan omentum majus. Kemungkinan lainnya termasuk :
1. usus besar dan apendiks
2. Divertikulum Meckel
3. Vesica Urinaria
4. Ovarium dengan atau tanpa tuba falopi
5. Cairan asites

Menurut kepustakaan lain, hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia atau
orifisium hernia dan kantung hernia. Orifisium adalah defek dari lapisan aponeurosis paling
dalam dari abdomen, dan sakus adalah kantung keluar dari peritoneum. Kolum dari kantung
hernia berhubungan dengan orifisium. Hernia disebut eksterna jika kantung menonjol secara
lengkap melalui dinding abdomen, dan interna jika sakus terletak di dalam kavitas viseral.

2.6. PATOFISIOLOGI HERNIA INGUINALIS LATERALIS
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior gonad ke
permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang
mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah
evaginasi diverticular peritoneum yang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral.
Pada pria testes awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testes akan turun
melewati canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi
sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia inguinalis
lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang
sebelah kanan.
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi
ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus. Processus vaginalis
normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal yang melewati cincin
interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan melekatkan testis yang dikenal dengan tunika
vaginalis. Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis
lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak
semua hernia inguinalis disebabkan karena kegagalan menutupnya processus vaginalis
dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia inguinalis lateralis proseccus
vaginalisnya menutup.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal,
seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan
juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intraabdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateralis akuisita.
Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi,
dan mengejan pada saat miksi misalnya akibat hipertrofi prostat.

2.7. GEJALA DAN TANDA KLINIK
2.7.1. Gejala
Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha ,pada beberapa orang adanya nyeri dan
membengkak pada saat mengangkat. Seringnya hernia ditemukan pada saat pemeriksaan fisik
misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja. Beberapa pasien mengeluh adanya
sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia inguinalis lateralis, perasaan nyeri yang
menyebar hingga ke scrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang
tidak nyaman dan rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.
Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit dibandingkan hernia
inguinalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang untuk menjadi inkarserasi atau
strangulasi. Gejala dari adanya komplikasi yaitu:
- obstruksi usus : colic, muntah, distensi, konstipasi
- strangulasi : tambahan dari gejala obstruksi, rasa nyeri yang menetap pada hernia, demam,
takikardi.

2.7.2. Tanda
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan berbaring
dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk dilihat. Kita
dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari ke annulus jika
cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan sangat sulit untuk
menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain halnya pada cincin yang
lebar hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan pada tonjolandi
kanalis inguinalis pada saat batuk dan hernia dapat didiagnosa.
Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dlakukan dan ini tidak
terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia
inguinalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran yang sama .
hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia inguinalis lateralis.

Pada inspeksi
Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat
simetris,dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada saat
pasien berbaring . sedangkan pada hernia inguinalis lateralis akan terlihat tonjolan yang yang
bebentuk elip dan susah menghilang padaa saat berbaring.

Pada palpasi
Dinding posterior kanalis inguinalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia
inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya tahanan
pada dinding posterior kanalis inguinalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada pemeriksaan
jari dimasukan ke annulus dan tonjolan tersa pada sisi jari maka itu hernia direct. Jika terasa
pada ujung jari maka itu hernia inguinalis lateralis. Penekanan melalui cincin interna ketika
pasien mengedan juga dapat membedakan hernia direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada
hernia direct benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbachs dan
kebalikannya pada hernia inguinalis lateralis. Jika hernianya besar maka pembedaanya dan
hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis sulit dibedakan. Pada
kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara akurat sebelum
dilakukan operasi.














2.8. DIAGNOSIS BANDING
Tabel 2. Benjolan lain yang harus dibedakan dari hernia pada dinding abdomen









2.9. KOMPLIKASI
Hernia inkarserasi :
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi :
Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
Adanya gangguan sistemik pada usus.

2.10. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.10.1. Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi.
Jaringan Benjolan
Kulit Kista sebasea atau epidermoid
Lemak Lipoma
Fasia Fibroma
Otot Tumor yang mengalami hernia melalui pembungkusnya
Arteri Aneurisma
Vena Varikosa
Limfe Pembesaran KGB
Gonad Ektopik testis / ovarium, tumor prostat, hidrokel
Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha.
2.10.2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau
dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.

2.11. PENATALAKSANAAN HERNIA
2.11.1. Penanganan DI IGD
Mengurangi hernia.
Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus istirahat
agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
Menurunkan tegangan otot abdomen.
Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20 terhadap hernia inguinalis.
Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan menimbulkan proses
analgesia.
Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti kaki
kodok)
Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang berlanjut selama
proses reduksi penonjolan
Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu mengembalikan isi
hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isis hernia keluar
dari pintu hernia.
Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaanm
Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat dan posisikan
Trendelenburg, dan kompres dingin selama 20-30 menit.

Konsul bedah jika :
Reduksi hernia yang tidak berhasil
Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk
Hernia inguinalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi. penanganan
ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur inkarserasi dan strangulasi hal yang
ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.
Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat
dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi yang cito
mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.
Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila dilakukan
penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko infeksi
traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.
Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia maka operasi
yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk mengurangi hernia
inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul dielevasikan dan di beri
analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot.
Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada gejala
strangulasi.
Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus masih hidup,
ada tanda-tanda leukositosis.
Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.

Indikasi operasi :
- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa penundaan,
karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata, strangulasi, yang termasuk
gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan
rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
- pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan inkarserata dan
strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen, Gavrilenko) bahwa
lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah
jika dilakukan cito surgery.
1. Konservatif :
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap sampai
terjadi reposisi
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg, pemberian
sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani
operasi pada hari berikutnya.
- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus dipakai
seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit dan otot abdomen
yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam
2. Operatif
-Anak-anak Herniotomy :
Karena masalahnya pada kantong hernia,maka dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada perlekatan lakukan reposisi,
kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu dipotong.
Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi dapat direparasi
sekaligus jika hernia terjadi bilateral
- Dewasa Herniorrhaphy :
Tujuannya memperkecil anulus inguinalis dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis
Cara Bassini: membuat jahitan antara lig inguinale dengan conjoint tendon (pertemuan
msc.obligus transversus abdominis dan msc.obligus internus abdominis).
Pada defek yg besar atau residif dipakai bahan sintetis;Prolene mesh























BAB III
KESIMPULAN

Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah appendicitis.
Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah
yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai
tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah
inguinal.
Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis/hernia inguinalis
directa/hernia inguinalis horisontal dan hernia inguinalis lateralis/ hernia indirecta/hernia
obliqua. Yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-
laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.
Pada hernia inguinalis lateralis processus vaginalis peritonaei tidak menutup (tetap
terbuka).
Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah terjadi
strangulasi penanganan segera adalah dengan operasi.

















DAFTAR PUSTAKA

1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.
17
th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery.
Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
3. Inguinal Hernia: Anatomy and Management
http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
4. Manthey, David. Hernias .2007.http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
5. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
6. http://www.hernia.tripod.com/inguinal.html
7. Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005. http://www.webmed.com
8. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-Symptoms
9. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current
Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc Graw-Hill. 783-
789.
10. http://www.healthsystem.virginia.edu/toplevel/home/
11. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia
12. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery.New York.
WB Saunders Company. 795-801
13. Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital.Switzerland. WHO.
151-156.
14. Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingots Abdominal Operation. Volume 1. Tenth
edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.

Anda mungkin juga menyukai