Anda di halaman 1dari 15

Pendahuluan

Hernia adalah penonjolan sebagian isi organ atau jaringan melalui lubang yang abnormal.
Hernia inguinalis adalah salah satu masalah yang paling umum yang memerlukan penanganan
bedah untuk pengobatannya. Hernia inguinalis adalah masalah umum yang dapat diderita oleh
lebih dari 25% pria selama masa hidup mereka dan sebanyak 2% wanita mengalami hernia
inguinalis. Setiap tahun lebih dari 20 juta perbaikan hernia inguinalis dilakukan di seluruh dunia.
Di Amerika Serikat perbaikan hernia inguinalis mencapai 990.000 setiap tahunnya.
Tindakan bedah dalam penyembuhan hernia inguinalis adalah salah satu prosedur yang
paling sering dilakukan dan kekambuhan hernia inguinalis jarang terjadi. Risiko kekambuhan
hernia bisa mencapai hingga 15% tergantung pada berbagai faktor termasuk keahlian dokter
bedah.
Risiko pertambahan hernia inguinalis yang sebanyak 1.7% dari populasi umum dapat meningkat
sekitar 4% setelah usia 45 tahun. Insiden hernia inguinalis pada populasi yang berusia antara 16
sampai 24 tahun adalah 11 / 10.000 orang tiap tahun. Jumlah ini akan meningkat sampai di atas
200 / 10.000 orang tiap tahun pada populasi yang berusia di atas 75 tahun.
Hernia inguinalis dapat terjadi disebelah kanan 60%, sebelah kiri 20-25%, dan bilateral
15%. Sekitar 75% dari semua hernia yang berada di dinding perut terlihat di selangkangan.

DEFINISI
Hernia merupakan protrusi abnormal dari jaringan atau organ melalui defek dari dinding
sekelilingnya. Hernia paling sering terjadi pada dinding abdomen, terutama pada daerah inguinal.
Hernia pada dinding abdomen terjadi pada lokasi dengan aponeurosis dan fasia yang tidak
dilapisi otot. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia
dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
anatominya. Hernia terdiri atas komponen kantung, isi, dan cincin. Dengan kata lain, hernia
scrotalis adalah hernia inguinalis lateralis (indirek) yang mencapai rongga scrotum.
EPIDEMOLOGI
Hernia pada daerah groin mencakup 75% dari seluruh hernia. Hernia inguinalis dibedakan
menjadi hernia inguinalis indirek dan direk. Pada hernia inguinalis indirek, kantung hernia
memasuki annulus inguinalis interna dan melalui annulus inguinalis eksterna menuju skrotum.
Sementara pada hernia inguinalis direk, kantung hernia terletak medial dari annulus inguinalis
interna. Dua pertiga kasus hernia inguinalis adalah jenis indirek. Hernia inguinalis indirek dan
direk juga dapat terjadi bersamaan. Laki-laki memiliki risiko 25 kali dibanding perempuan untuk
mengalami hernia inguinalis. Hernia inguinalis indirek lebih sering terjadi di sebelah kanan
karena penurunan testis sebelah kanan yang terjadi lebih lambat diikuti gangguan atrofi prosesus
vaginalis.

ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia:
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam
hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
4. Aquisial adalah hernia yang disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama
hidupnya, antara lain : 
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang sering
mengejan yang baik saat BAB maupun BAK. 
b. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya yang
sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia  karena banyaknya
jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong
pada LMR.    
c. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk. 
d. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.
e. Sikatrik. 
f. Penyakit yang melemahkan dinding perut. 
g. Merokok 
h. Diabetes mellitus.

BAGIAN-BAGIAN HERNIA  
1. Kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis. 
2. Isi hernia. Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,
ovarium dan jaringan penyangga usus (omentum). 
3. Pintu hernia. Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia. 
4. Leher hernia. Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia. 
5. Locus minoris resistence (LMR)

Gambar 2. Bagian-bagian hernia

JENIS – JENIS HERNIA


Menurut lokasinya :
a. Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis ini merupakan yang
tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut. 
b. Hernia umbilikus adalah di pusat. 
c. Hernia femoralis adalah di paha. 
d. Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum secara lengkap. 

Menurut keadaannya :
a. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam
rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Akibatnya,
terjadi gangguan pasase seperti muntah, tidak bisa flatus maupun buang air besar. Secara
klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia irrenponibel. 
b. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau 
membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan otot serta mungkin 
dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan. 

Menurut sifatnya :
a. Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernis keluar jika berdiri
atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus. 
b. Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga.

PATOFISIOLOGI
1. Hernia inguinalis

Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke – 8 dari kehamilan,
terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik
peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi,
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering
belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis
inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan.

Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena
prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya
hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding
rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh
mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena
daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intraabdominal meningkat seperti batuk – batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang
– barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.
Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi protat, asites,
kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua. (
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi
pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan
dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan
terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi
sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi
usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi
penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata
dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah
dan terjadi nekrosis.
Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi perut terjepit
dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses. Komplikasi hernia tergantung pada
keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi
(lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis.
a. Hernia Inguinalis Direk (Medialis)

Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh faktor peninggian
tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach. Jalannya
langsung (direct) ke ventral melalui annulus inguinalis subcutaneous. Hernia ini sama sekali
tidak berhubungan dengan pembungkus tali mani, umumnya terjadi bilateral, khususnya pada
laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan
strangulasi.
Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:
Inferior :  Ligamentum Inguinale.
Lateral  :  Vasa epigastrika inferior.
Medial  :  Tepi m. rectus abdominis.
Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat aponeurosis m.transversus
abdominis.
b. Hernia Inguinalis Indirek (Lateralis)
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis, jika cukup panjang akan menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia inguinalis lateralis berlanjut, tonjolan
akan sampai ke skrotum, yang disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam muskulus
kremaster terletak anteromedial terhadap vas deferen dan struktur lain dalam funicullus
spermatikus. Pada anak, hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak
menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum.
Hernia inguinalis lateralis merupakan bentuk hernia yang paling sering ditemukan dan diduga
mempunyai penyebab kongenital (Schwartz, 2009).
Dapat terjadi secara kongenital atau akuisita:

Gambar 3. Penampang Parasagital Klasik Nyhus: Regio Midinguinal Kanan


Gambar 4. Anatomi Struktur Preperitoneal

DIAGNOSA
ANAMNESIS
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul pada
waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat
baring.Sebagian besar hernia adalah asimtomatik, dan kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan
fisik rutin dengan palpasi benjolan pada anulus inguinalis superfisialis atau suatu kantong
setinggi anulus inguinalis profundus.
Salah satu tanda pertama hernia adalah adanya massa dalam daerah inguinalis manapun atau
bagian atas skrotum. Dengan berlalunya waktu, sejumlah hernia turun ke dalam skrotum
sehingga skrotum membesar. Pasien hernia sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada
daerah ini, yang dapat dihilangkan dengan reposisi manual hernia ke dalam kavitas peritonealis.
Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerakan badan maka biasanya hernia muncul lagi.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
•    Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
•    Hernia inguinal
-    Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial, tonjolan
berbentuk lonjong.
-    Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
•    Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan lanjutan
dari hernia inguinalis lateralis.
b. Palpasi

Teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test.(6,7)
Pemeriksaan Finger Test :
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.

2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.

3. Penderita disuruh batuk:

  Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

  Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 3. Finger Test


Pemeriksaan Ziemen Test :
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).

2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.

3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

  jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

  jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.


  jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 4. Ziement Test


Pemeriksaan Thumb Test :
 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Gambar 5. Thumb Test

c. Perkusi : bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
d. Auskultasi : hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
e. Colok dubur. Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship – romberg
(hernia obtutaratoria). (
f. Tanda – tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi meningkat,
tekanan darah meningkat.
g. Transluminasi Massa Skrotum
Jika anda menemukan massa skrotum, lakukanlah transluminasi. Di dalam suatu ruang
yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum. Struktur vaskuler,
tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembus sinar. Transmisi cahaya
sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti
hidrokel atau spermatokel.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium

 Leukosit > 10.000 – 18.000 / mm3

 Serum elektrolit meningkat

Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi
supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki sensitifitas dan
spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan USG juga berguna untuk membedakan
hernia incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang
teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat jarang dengan nyeri inguinal tetapi tak ada bukti fisik
atau sonografi yang menunjukkan hernia inguinalis.
Diagnosis Banding

PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
a. Reposisi Spontan
 Berikan analgesik dan sedativa untuk mencegah nyeri dan merelaksasikan
pasien. Pasien harus istirahat untuk mengurangi tekanan intraabdomen.
 Pasien tidur dengan posisi telentang dan letakkan bantal di bawah lutut
pasien.
 Tempat tidur pasien dimiringkan 15⁰ - 20⁰, di mana kepala lebih rendah
daripada kaki (Trandelenburg).
 Kaki yang ipsi lateral dengan tonjolan hernia diposisikan fleksi dan
eksternal rotasi maksimal (seperti kaki kodok).
 Tonjolan hernia dapat dikompres menggunakan kantong es atau air dingin
untuk mengurangi nyeri dan mencegah pembengkakan.
 Ditunggu selama 20-30 menit, bila berhasil operasi dapat direncanakan
secara elektif
b. Reposisi Bimanual
Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap sampai
terjadi reposisi. Penekanan tidak boleh dilakukan pada apeks hernia karena justru
akan menyebabkan isi hernia keluar melalui cincin hernia. Konsultasi dengan
dokter spesialis bedah bila reposisi telah dicoba sebanyak 2 kali dan tidak
berhasil.

2. Pembedahan (Operatif) :
Pada pria dewasa, operasi cito terutama pada keadaan inkarserata dan strangulasi.
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka
dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong
hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan
menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus
dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
Teknik operasi
Kelompok 1: Open Anterior Repair
Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan membebaskan funikulus
spermatikus. fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah
direct dan indirect. Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik bassini adalah

 Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis ingunalis hingga ke


cincin ekternal
 Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect sekaligus
menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.
 Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia transversalis)
 Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin
 Rekonstuksi didinding posterior dengan menjahit fascia tranfersalis, otot transversalis
abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis lateral.
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekontruksi, tetapi
semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan memperbaiki
dasar dari kanalis inguinalis, kelemahannya yaitu tegangan yang tejadi akibat jahitan tersebut,
selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi neckosis otot yang akan menyebakan jahitan
terlepas dan mengakibatkan kekambuhan
Kelompok 2: Open Posterior Repair
Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah
lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space.
Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik
ini dan teknik open anterior adakah rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair
sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari
operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi
umum.
Kelompok 3: Tension-Free Repair With Mesh
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow ) menggunakan pendekatan
awal yang sama degan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk
memperbaiki defek , tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini
dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan disekitar fascia
gambar 6. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang
dari 1 persen.
Gambar 7. Open mesh repair
Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan implant
prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan. Akan tetapi pengalaman yang luas
dengan mesh hernia telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus
populer.Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi local, regional atau general.
Kelompok 4: Laparoscopic
Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir, tetapi juga
menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan
menempatkanpotongan mesh yang besar di region inguinal diatas peritoneum. Teknik ini
ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan pembentuka fistel karena paparan usus
terhadap mesh.
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphie dilakukan menggunakan salah
satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP) .
Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum abdomendan
memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian
ditutupi dengan peritoneum.sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur laparoskopic
langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus
atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi.
KOMPLIKASI
Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi terlalu
besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi strangulasi yang
menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi parsial atau total seperti pada
hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau kaku, sering terjadi jepitan parsial.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia.
Timbulnya udem mengakibatkan jepitan semakin bertmbah sehingga suplai darah terhambat.
Akibatnya jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi cairan transudat serosanguinis. Bila
isi jaringan adalah usus, bisa terjadi perforasi yang menimbulkan abses lokal, fistel, hingga
peritonitis.
Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri,
hematom dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti, Hernawan, Andri Dwi, Sustriwanto. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Penyakit Hernia Inguinal Pada Laki- Laki Di Rumah Sakit Umum Dr. Soedarso
Pontianak
American Sugery Society. Inguinal hernia: anatomy and managemen [internet]. 2012 [disitasi
tanggal 10 Juli 2019] tersedia dari http://www.medscape.com/viewartic le/ 420354_4
Brunicardi, F Charles. Inguinal hernias: schwartz’s principles of surgery. Edisi ke8. New York:
Mc Graw-Hill; 2005. hlm. 1353-94.
Courtney T.M. et al. Sabiston textbook of surgery. Edisi ke-17. Philadelphia: Elsevier Saunders;
2004. hlm. 1199- 217.
Kerry VC. Incarcerated hernia [internet]. 2005 [disitasi tanggal 10 Juli 2019] tersedia dari:
http://www.webmed.com.
Rasjad, C. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke- 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010.
hlm. 619- 29.
Sadler, T.W. Embriologi kedokteran langman. Edisi ke-7. Jakarta: EGC; 2010. hlm. 304-9
Sesa, Indri Mayasari, Efendi, Asri Ahram. 2015. Karakteristik Penderita Hernia Inguinalis yang
Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu
Sjamsuhidajat R & de Jong W. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 4, Jakarta: EGC, Jakarta
Snell, R.S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006, hlm.
14865,189-90
Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. Dalam: Townsend. Sabiston textbook of surgery. 18th ed.
Saunders Elsevier; 2007.
2. Snyder CL. Inguinal hernias and hydroceles. Dalam: Comb GW, Murphy JP. Aschraft’s
pediatric surgery. 5th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.p.669
3. Doherty GM. Current surgical diagnosis and treatment. 12th ed. McGraw-Hill; 2006.
4. Richard AT, Quinn TH, Fitzgibbons RJ. Abdominal wall hernias. Dalam: Mulholland MW,
Lillemoe KD, Doherty GM, Maier RV, Upcurch GR. Greensfield’s surgery: scientific principles
and practice. 4th ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2006.
5. Cheek c, Kingsnorth A. Inguinal and femoral hernias. Dalam: Oxford textbook of surgery. 2nd
ed. Oxford University Press; 2002.

Anda mungkin juga menyukai