Anda di halaman 1dari 17

Hernia

Definisi
Hernia merupakan tonjolan ruangan melalui suatu lubang atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan, baik secara
kongenital atau didapat.1 Lubang tersebut dapat timbul karena lubang embrional yang
tidak menutup secara sempurna atau melebar akibat tekanan rongga perut yang meninggi.
Hernia pada dinding abdominal hanya dapat terjadi bila tidak ada aponeurosis atau fascia
yang melapisi dari muskulus tersebut. Lokasi yang sering terjadi hernia seperti inguinal,
femoral, area umbilikal, linea alba, dan area dibawah linea semilunaris.2
Suatu hernia terdiri dari kantong hernia, isi hernia, dan cincin hernia. Hernia diberi
nama menurut letaknya, misalnya hernia umbilikalis, hernia femoralis, hernia inguinalis,
dan sebagainya.

Epidemiologi
Hernia merupakan kasus yang sering terjadi, baik pada anak kecil, dewasa, sampai
usia tua. 75 % dari kasus hernia adalah hernia inguinalis, 2/3 hernia inguinalis lateralis dan
1/3 hernia inguinalis medialis.
Pada hernia inguinalis lateralis lebih sering terjadi pada pria dan lebih banyak sisi
kanan. Dari kasus hernia yang ada, hanya 3% adalah hernia femoralis, sedangkan pada
wanita lebih banyak terjadi hernia femoralis. Kasus hernia femoralis lebih sering terjadi
pada sisi kanan, disebabkan adanya kolon sigmoid pada sisi kiri yang mendorong ke
sebelah kanan.1
Insiden hernia inguinalis pada anak kecil berkisar hingga 4,4%, sedangkan hernia
umbilikalis terjadi pada sekitar 1 dari setiap 6 anak.
Prevalensi hernia meningkat sesuai dengan usia, terutama pada hernia inguinal,
umbilikalis, dan femoralis. Semakin tua, semakin tinggi resiko terjadinya hernia
strangulata. Angka kejadian hernia strangulasi 1 3% dari seluruh kejadian hernia
inguinalis. Hernia strangulata biasanya disebabkan oleh hernia inguinalis dan hernia
femoralis.
Faktor resiko1

Adapun faktor-faktor penyebab hernia antara lain:


-

Adanya riwayat hernia dalam anggota keluarga

Akitivitas yang meningkatkan tekanan abdomen (batuk kronis, kebiasaan mengejan,


kebiasaan mengangkat beban berat)

Meningkatnya isi abdomen (obesitas, hamil, asites)

Berat badan waktu lahir < 1500 g

Distensi dinding perut

Merokok

Klasifikasi

Berdasarkan terjadinya1
- Hernia kongenital: hernia diafragmatika dan hernia inguinalis lateralis
Hernia inguinalis lateral terjadi bersamaan dengan desendus testikulorum dan
prosesus vaginalis tidak tertutup. Normalnya harus naik turun, jadi tertutup.
- Hernia akuisita: hernia femoralis, hernia inguinalis medialis dan hernia insisional.

Berdasarkan letaknya
- Hernia inguinalis
Hernia inguinalis dapat terjadi pada semua usia dan lebih banyak terjadi pada lakilaki daripada perempuan. Hernia inguinalis medialis hampir selalu disebabkan oleh
peninggian tekanan intrabdominal dan kelemahan otot dinding perut, umumnya
terjadi bilateral pada pria tua.
o

Anatomi3
Kanalis inguinalis pada pria berisi spermatic cord (terdiri atas serat-serat otot
kremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis, ramus genital nervus
genitofemoralis, duktus deferen, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus
vaginalis) dan pada wanita berisi ligamentum rotundum/teres uteri. Pada
dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4 cm ke arah caudal
ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal dan eksternal.

Gambar 1 : Penampang anatomi abdomen yang diliat dari muskulus, fascia, dan ligamentum

Batas kanalis inguinalis:

Anulus inguinalis internus berada di kraniolateral yang merupakan


bagian terbuka dari fascia transversalis dan aponeurosis tranvesus
abdominis. Anulus internus terletak di pertengahan antara SIAS

dengan tuberkulum pubikum dan 1 jari atas ligamentum inguinalis.


Anulus inguinalis eksternus berada di kaudomedial, di atas tuberkulum
pubikum yang merupakan bagian terbuka dari aponeuresis muskulus

oblikus eksternus.
Atapnya adalah aponeurosis muskulus oblikus eksternus.
Dasarnya terdapat ligamentum inguinalis.
Ventral

: aponeurosis muskulus obliquus externus

Dorsal

: fascia transversalis

Kaudal

: ligamentum inguinalis

Kranial

:bagian bawah muskulus

obliquus externus dan

muskulus transversus abdominis

Gambar 2 : Penampang abdomen dari lateral

Etiologi

Kongenital

Terjadi akibat prosesus vaginalis peritoneum persisten disertai dengan anulus


inguinalis yang cukup lebar (pada bayi dan anak).

Didapat

1. Proses vaginalis yang tetap terbuka


Normal pada bayi yang baru lahir, pada perkembangan selanjutnya prosesus
vaginalis akan mengalami obliterasi. Dalam beberapa kasus prosesus vaginalis
tetap terbuka (tidak mengalami obliterasi), artinya tidak menutup sempurna.
Apabila kecil, maka cairan kavum abdomen bisa masuk, disebut dengan
hidrokel.
2. Peninggian tekanan intra abdomen
- pekerjaan mengangkat barang berat
- batuk kronik
- hipertrofi prostat, striktur uretra, konstipasi, asites
3. Kelemahan otot dinding perut
- usia tua, sering melahirkan
- kerusakan nervus ilioinguinalis dan ilifemoralis setelah apendektomi
- orang kurus (jaringan ikat yang sedikit)
- obesitas
- merokok dan diabetes melitus

Klasifikasi
1. Hernia inguinalis lateralis/indirek
Terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior. Disebut indirek

karena menonjol melalui anulus dan kanalis inguinalis.


Hernia yang melalui annulus inguinalis lateralis/internus dan
mengikuti jalannya spermatic cord di kanalis inguinalis dan keluar
melalui annulus inguinalis subkutan (eksternus) sampai di scrotum.

2. Hernia inguinalis medialis


- Terletak di sebelah medial dari vasa epigastrica inferior, disebut direk
karena menonjol langsung melalui trigonum Hasselbach, tanpa melalui
kanalis inguinalis.
- Hernia yang berjalan melalui dinding inguinal belakang, medial dari vasa
epigastrika inferior ke daerah yang dibatasi oleh trigonum Hasselbach.
- Batas trigonum Hasselbach:
Kaudal

: ligamentum inguinale

Lateral

: vasa epigastrika inferior

Medial

: tepi lateral M. rectus abdominis

- Hernia ini harus disebabkan oleh peninggian tekanan intra abdomen


kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hasselbach. Oleh karena
itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral khususnya pada orang tua.
Hernia ini jarang mengalami inkaserata dan strangulata karena celahnya
lebar dan pada pria benjolan tidak pernah masuk ke scrotum.
Patofisiologi4
Kanalis inguinalis merupakan kanal yang normal pada fetus. Pada bulan
ke-8 gestasi, terjadi desensus testikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan
testis akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang telah
lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehinga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering
kali kanalis ini belum tertutup, karena testis kiri turun terlebih dahulu dari
yang kanan, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis

kiri terbuka, maka biasnya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal,
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanalis
terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada usia lanjut terjadi karena
otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur,
organ dan jaringan mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis
tersebut telah menutup, namun karena daerah ini merupakan locus minoris
resistance, maka keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdonimal
meningkat seperti batuk, mengejan, mengangkat barang berat. Kanal yang
sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
akuisita.
Akibat semakin banyaknya usus yang msauk, akan terjadi penekanan pada
cincin hernia, sehingga cincin hernia semakin sempit dan menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus yang akan menimbulkan edema bila terjadi
obstruksi usus yang akan menekan pembuluh darah serta lama kelamaan
terjadinya nekroris. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul
perut kembung, muntah, konstipasi.
Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock, asidosis metabolik, abses.
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia,
antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi usus dan menimbulkan
abses lokal, fistel, dan peritonitis.
Manifestasi Klinis,
Ditentukan dari keadaan isi hernia:
o

Benjolan di lipat paha yang hilang timbul, muncul saat berdiri, batuk, bersin,
mengedan, mengangkat barang berat dan menghilang saat penderita berbaring
atau dimasukkan secara manual.

Nyeri disertai muntah timbul bila terjadi inkarserta atau strangulata

Diagnosa
Anamnesis:

Timbul benjolan di lipat paha yang hilang timbul. Pada keadaan lanjut
dapat menetap (irreponibilis), kecuali pada hernia inguinalis medialis tidak
terjadi irreponibilis.

Penonjolan muncul saat tekanan intra abdomen meningkat dan hilang saat
pasien tiduran atau dapat dimasukkan dengan tangan (manual).

Dapat terjadi gangguan passase usus (obstruksi) terutama pada hernia


inkarserata.

Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya berupa nyeri visceral
pada daerah umbilikus dan paraumbilikal. Nyeri yang hebat dapat
dijumpai jika terjadi strangulata.

Pemeriksaan Fisik:

Meminta pasien berdiri di depan dokternya (dokter duduk) dan pasien


diminta untuk memasukkan sendiri benjolannya.

Pada hernia inguinalis lateral, saat mengejan tampak benjolan bentuk


lonjong di inguinal yang berjalan dari kraniolateral ke kaudomedial, dapat
sampai ke scrotum.

Pada hernia inguinalis medialis, benjolan bentuk bulat, tidak mencapai


skrotum.

Kemudian pasien diminta untuk mengejan dan diperhatikan proses


munculnya hernia (mulai dari lokasi, permulaan keluarnya, kecepatan
keluarnya, bentuknya, dan apakah dapat masuk ke dalam skrotum atau
labium), disebut dengan tes visible.5

Kemudian tonjolan dimasukkan kembali sambil dirasakan, apakah tonjolan


itu masuk kembali melalui suatu kanal/hambatan atau mudah keluar
masuk.

Dengan ibu jari metutup anulus internus pasien diminta mengedan, liat
apakah ada benjolan keluar atau tidak, disebut dengan tes Oklusi.5

Jari telunjuk pemeriksa memeriksa annulus eksternus, lewat skrotum yang


diinvaginasikan, terus masuk ke dalam kanalis inguinalis. Annulus
inguinalis di evaluasi (melebar atau tidak) dengan membandingkannya
dengan yang sehat. Kemudian, sambil jari telunjuk masih di dalam kanalis
inguinalis, minta pasien untuk batuk atau mengejan dan rasakan dorongan

dari benjolan tersebut. Pada hernia inguinalis lateralis maka dorongan akan
dirasakan di ujung jari. Sebaliknya jika merupakan hernia inguinalis
medialis maka dorongan akan dirasakan di tepi jari, disebut dengan tes
taktil.5 Pemeriksaan ini dapat diulang saat pasien dalam keadaan
berbaring.

Pemeriksaan lainnya dapat berupa tes 3 jari (tes Zieman): jari telunjuk,
tengah dan manis.5

Jari telunjuk pada anulus internus

: hernia lateralis

Jari tengah pada anulus externus

: hernia medialis

Jari manis pada fossa ovalis

: hernia femoralis

Silk sign: kanalis inguinalis teraba lebih tebal karena adanya kantong
hernia di dalamnya, tetapi tanda ini sukar ditentukan. Sedangkan pada
anak kecil perabaan terasa seperti 2 sutera.

Usahakan untuk mereposisi isi hernia dengan mendorong isi hernia dengan
jari telunjuk atau kelingking.

Benjolan di atas lipat paha atau scrotum dengan batas atas tidak jelas,
bising usus (+), transiluminasi (-).

Tabel 2. Perbedaan hernia lateralis, hernia medialis, dan hernia femoralis.5


Sifat
Penyebab
Umur
Kelamin
Bentuk
Letak

HIL
Kongenital/akuisita
Anak, dewasa, tua
Pria lebih banyak
Lonjong
Di atas lig. Inguinale, dapat

HIM
Akuisita
Dewasa, tua
Pria lebih banyak
Oval/bulat
Di atas lig. Inguinal,

benjolan

sampai ke skrotum/labium

tidak

sampai

skrotum/labium
Rangsang mengedan / batuk
Tes visibel - Benjolan keluar
kraniolateral

dari -

Ziemann

- Keluar lambat
Benjolan tidak keluar
Menekan ujung jari
Dorongan pada jari II

ke Inguinale,

tidak

ke

skrotum/labium

Langsung di medial - Di bawah lig. inguinal

ke - Keluar cepat

kaudomedial
Tes oklusi
Tes taktil
Tes

H. femoralis
Akuisita
Dewasa, tua
Wanita lebih banyak
Oval/bulat
Di
bawah
lig.

pada fossa ovalis


- Keluar lambat

Benjolan keluar
Pada sisi jari
Jari III

Benjolan keluar
Jari IV

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium, foto toraks, EKG diperlukan untuk persiapan operasi.
Leukositosis dapat ditemukan, bila sudah terjadi strangulata.

Tata Laksana
- Pada hernia inguinalis reponibel dan ireponibel dilakukan tindakan bedah
elektif karena ditakutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi
proses strangulasi tindakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum
terjadinya nekrosis usus.
- Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis:
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
Prinsip operasi adalah untuk membuang kantongnya, mengembalikan
isinya, mempersempit cincin, dan memperkuat bagian yang lemah.
Kantung hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum dan
diligasi. Pada bayi dan anak-anak yang memiliki anatomi inguinal
normal, perbaikan hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan kantung,
dan mengecilkan cincin ke ukuran yang seharusnya. Pada kebanyakan
hernia orang dewasa, dasar inguinal juga harus direkonstruksi, cincin
inguinal juga dikecilkan. Pada wanita, cincin inguinal dapat ditutup total
untuk mencegah rekurensi dari tempat yang sama.
Hernia rekuren yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya
menunjukkan adanya perbaikan yang tidak adekuat. Sedangkan rekurensi
yang terjadi setelah dua tahun atau lebih cenderung disebabkan oleh
timbulnya kelemahan yang progresif pada fascia pasien. Rekurensi
berulang setelah perbaikan yang adekuat menunjukkan adanya defek pada
sintesis kolagen.
- Tindakan bedah pada hernia adalah6:
i. Herniotomi

: membuang kantong hernia

ii. Herniorrhapy :memperkuat


mempersempit cincin internal.

dasar

kanalis

inguinalis

dan

o Pada anak, prinsipnya hanya dilakukan herniotomi (kantung hernia


dibuka dan isi didorong ke dalam rongga abdomen, kantong proksimal
dijahit setinggi mungkin lalu dipotong, dan kantong distal dibiarkan),
karena pada anak, dinding abdomen prinsipnya masih normal, sehingga
setelah dilakukan herniotomi, dinding abdomen akan tumbuh normal.
o Pada herniotomi, kantong hernia dibuka dan isi didorong ke dalam
rongga abdomen. Kantong proksimal dijahit dan diikat setinggi mungkin
lalu dipotong. Kantong distal dibiarkan.
o Bila terjadi inkarserata, lakukan terapi konservatif dahulu dengan cara
pemberian sedatif, mengompres dingin lokal, pasien dibaringkan dengan
posisi trendelenberg. Bila berhasil maka boleh dilakukan operasi elektif.
Jika tidak tereposisi dalam waktu 6 jam, dilakukan operasi emergensi.
o Pada dewasa, dapat dilakukan herniorafi yang terdiri herniotomi dan
hernioplastik. Pada hernioplastik, akan dilakukan tindakan untuk
memperkuat anulus internus dan memperkuat dinding kanalis inguinalis.
Ini penting untuk mencegah residif.

Metode Basini5
Jahit conjoint tendon (pertemuan m.transversus abdominis dengan
m.oblikus internus) dengan ligamentum inguinalis Pouparti.

Metode Halstedt5
Sama dengan Bassini, tetapi spermatic cord berada di atas aponeurosis
muskulus oblikus eksternus.

Metode Mc Vay5
Jahit conjoint tendon ke ligamentum Cooper.

Metode Shouldice5
Fasia transversalis abdominis dijahitkan ke ligamentum inguinalis dan
conjoint tendon ke ligamentum inguinalis.

Metode Fergusson5
Conjoint tendon dijahitkan pada ligamentum inguinalis di atas spermatic
cord.
Teknik non-tension hernioraphy dengan mesh cukup ideal karena tidak

mengganggu mekanisme kontraksi muskulus transversus abdominis dan cincin

internal diperkecil. Pada prinsipnya, dasar yang lemah di posterior ditutup


dengan mesh, sampai tumbuh jaringan baru. Keuntungannya metode ini adalah
tidak menimbulkan nyeri, tidak tegang, dan komplikasi hampir tidak ada,
sehingga proses penyembuhan lebih cepat.
Komplikasi dari operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh
sendiri, alergi terhadap mesh, hematom dan infeksi luka adalah masalah yang
sering terjadi. Komplikasi yang lebih serius seperti perdarahan, osteitis atau
atrofi testis terjadi kurang dari 1 persen dari pasien yang menjalani operasi ini.
Mekanisme Mencegah Hernia Inguinalis
Pada orang sehat, ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu:
o

Kanalis inguinalis yang berjalan miring

Struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutup annulus


inguinalis internus ketika sedang berkontraksi (ada cincin transversal yang
memperkuat cincin internal bagian median dan inferior). Bila dinding
abdomen berkontraksi, cincin ikut tertarik sehingga lubang cincin interna
menyempit.

Adanya mekanisme shitter m. transversalis abdominis, bila otot itu


berkontraksi akan menekan kanalis inguinalis dan menutup trigonum
Hasselbach yang umumnya tidak berotot.

Komplikasi
1. Hernia akreta, terjadi perlekatan isi dengan kantong hernia, tidak ada
gangguan pasase.
2. Hernia inkarserata, terjadi perlekatan yang disertai gangguan pasase sehingga
menimbulkan obstruksi usus. (kembung, mual,muntah, nyeri hilang timbul,
tidak bisa flatus). Pada inspeksi pada abdomen terlihat perut cembung, darm
contour dan darm steifung. Pada palpasi teraba distensi, perkusi adanya
hipertimpani, dan pada auskultasi terdengar adanya metallic sound.
3. Hernia strangulasi, terdapat gangguan vaskularisasi yang menimbulkan
nekrosis, gangren, abses lokal, fistel, dan peritonitis. Bila bagian usus yang
mengalami hernia terpuntir atau membengkak, dapat menganggu aliran darah

normal dan pergerakan otot serta menimbulkan penyumbatan usus dan


kerusakan jaringan.
Tabel 3. Perbedaan hernia inkarserata dan hernia strangulata.5
Gejala
Status
Nyeri
Nadi
Suhu
Rangsang Peritoneum
Laboratorium

Inkarserata
Sakit sedang
Kolik
Normal / cepat
Normal
Tidak ada
Normal

Strangulata
Berarti / toksik
Menetap
Cepat
Tinggi
Normal / jelas
Lekositosis

Hernia diafragmatika7 (hernia hiatal), hernia kongenital yang melalui foramen


morgagni (hernia parasternal/hernia retrosternal) dan melalui foramen Bochdalek
(hernia pleuroperitoneal). Hernia hiatal merupakan herniasi gaster ke dalam rongga
dada melalui hiatus esophageal diafragmatika.
Epidemiologi
o Berhubungan dengan diverticulitis (25%), esofagitis (25%), ulkus duodenum
(20%) dan batu empedu (18%).
o Lebih dari 90% pasien dengan endoskopi yang menunjukkan adanya esofagitis
o
o
o
o

memiliki hernia hiatal.


50% kasus terjadi pada usia lebih dari 50 tahun
Meningkat sesuai dengan pertambahan usia
Lebih sering terjadi pada Negara barat daripada Asia dan Afrika
Hernia hiatal reponibel lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.

Etiologi
o Lemahnya struktur pendukung yang mempertahankan posisi gastroesofageal
junction pada posisi normal. Regangan berulang pada gastroesofageal
junction

menyebabkan

phrenoesophageal.
Klasifikasi

pelebaran

hiatus

dan

robekan

ligamentum

o Tipe 1: hernia hiatal reponibel, axial, atau konsentrik (tipe yang paling sering
terjadi, 99%). Hanya gastroesofageal junction yang menonjol ke rongga dada
o Tipe 2: hernia paraesophageal atau rolling. Gastroesofageal junction ada
setinggi diafragma, tetapi bagian lambung menonjol ke dalam rongga dada.
o Tipe 3: campuran (jarang), kombinasi tipe 1 dan 2
o Tipe 4: defek luas pada hiatus menyebabkan organ abdomen masuk ke dalam
rongga dada.

Gambar 3. Tipe hernia hiatal esofagus A, Hernia hiatal reponibel (paling sering terjadi). B, Hernia hiatal paraesophageal.

Manifestasi Klinis8
Sebagian besar pasien tidak menujukkan gejala apapun. Bila menunjukka
gejala, gejala lebih menyerupai gejala pada gastroesophageal reflux disease
(GERD).
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Dada terasa terbakar (heartburn)


Disfagia
Regurgitasi ini lambung
Nyeri dada
Perasaan penuh setelah makan
Perdarahan saluran pencernaan
Dispnea
Parau
Wheezing dengan suara usus terdengar diatas basis paru kiri.

Tatalaksana .
o Pencitraan
Kontras barium saluran pencernaan atas (Barium contrast upper
gastrointestinal (UGI)) sangat baik dalam menunjukkan kelainan
anatomi. Menunjukkan herniasi kardiak gaster setinggi 2 cm diatas
hiatus. UGI dapat menunjukkan esophagus yang berliku-liku. Bila

endoskopi dilakukan sebelum operasi, pemeriksaan barium tidak perlu

dilakukan.
Endoskopi saluran pencernaan atas menunjukkan adanya hernia hiatal
dan sekaligus mengeksklusi penyakit lain yang sering terjadi seperti
esofagitis dan Barretts esophagus (sebaiknya dilakukan minimal 1 kali
sebelum dilakukan tatalaksana). Diagnosis hernia hiatal ditegakkan
bila terlihat rugae gaster berdiameter lebih dari 2 cm diatas margin

diaphragmatic crura.
Pada USG abdomen, bila diameter esophagus transdiafragmatika 18
mm, menunjukkan kemungkinan besar terdapat hernia hiatal reponibel.

Terapi9
o Nonfarmakologi
Perubahan gaya hidup: menghindari konsumsi makanan yang dapat
menurunkan tekanan esophagus bagian bawah, seperti kafein, coklat, mint,
penghambat kanal kalsium, dan antikolinergik.
Pengurangan berat badan
Menghindari makan dalam jumlah banyak dalam satu waktu makan.
Tidur dengan kepala dielevasikan 15 cm (6 inch).
o Keadaan akut
Antasida untuk menghilangkan gejala yang ringan
Antagonis H2, seperti cimetidine 400 mg bid, ranitidine 150 mg bid, atau

famotidine 20 mg bid.
Jika terdapat gejala GERD dengan tanda esofagitis, digunakan proton
pump inhibitors, seperti omeprazole 20 mg qd or lansoprazole 30 mg qd.

Pada kasus rekuren dibutuhkan dosis yang lebih tinggi, seperti dosis bid.
Agen prokinetik (metoclopramide 10 mg diminum 30 menit sebelum

makan) dapat ditambahkan H2 antagonist atau proton pump inhibitor.


Keadaan kronis
Operasi (laparoskopi atau terbuka) dapat dilakukan pada pasien dengan

gejala refraktori yang mempengaruhi kualitas hidup, atau menyebabkan


gejala intestinal (perdarahan saluran cerna berulang) atau komplikasi

ekstraintestinal (pneumonia aspirasi, asma, atau komplikasi THT).


Operasi profilaksis dipertimbangkan pada semua hernia paraesophageal
karena memiliki insiden tinggi terjadinya strangulasi.

Komplikasi
Komplikasi hernia hiatal mirip dengan komplukasi GERD, yaitu:
Esofagitis erosive
Esofagitis ulseratif

Barrett's esophagus
Striktur peptic
Perdarahan saluran cerna
Komplikasi ekstraintestinal
Kolaps paru atau gagal jantung (terjadi pada kasus yang berat)

- Hernia umbilikalis
Merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui
cincin umbilikalis akibat peninggian tekanan intra abdomen, hanya ditutupi oleh
peritoneum dan kulit. Umbilikus merupakan salah satu lokasi yang lemah pada
abdomen dan tempat yang sering mengalami herniasi. Hernia umbilikalis muncul
lebih sering pada wanita. Obesitas dan kehamilan berulang merupakan prekursor,
dan asites sering menjadi faktor pencetus. Hernia umbilikalis pada dewasa tidak
berhubungan dengan hernia umbilikalis pada anak-anak. Sering terjadi strangulata
pada colon atau omentum.
Hernia umbilikalis sering terjadi pada bayi dan merupakan kelainan kongenital.
Hernia ini biasanya akan regresi spontan dalam 6 bulan sampai 1 tahun, namun pada
beberapa kasus hernia tersebut menutup secara spontan pada usia 2 tahun, bila
persisten sampai usia 5 tahun dibutuhkan operasi, walaupun komplikasi hernia
umbilikalis pada anak-anak jarang terjadi.2
- Hernia femoralis
Epidemiologi
Hernia femoralis umumnya terjadi pada wanita dengan frekuensi empat kali
lebih banyak, sering terjadi inkarserasi akibat foramen yang sempit (anulus
femoralis) dan dibatasi oleh dinding yang keras. Hernia femoralis berjalan di
dalam kanalis femoralis dan keluar di sebelah bawah ligamentum inguinalis
pada fossa ovalis.
Anatomi3
Kanalis inguinalis terletak di medial dari vena femoralis dalam lakuna vasorum
dan di dorsal dari ligamentum inguinalis.
o Di kranioventral oleh ligamentum ignuinalis
o Di kaudodorsal oleh ligamentum iliopektinea (cooper)

o Di medial oleh ligamentum lakunare gimbernati


Etiologi
Faktor kausal berupa :
o Peninggian tekanan intrabadomen
o Kelemahan dinding perut, multipara, obesitas, usia lanjut
Manifestasi Klinis
o Ada benjolan di lipat paha saat tekanan intraabdomen meningkat, menghilang
saat berbaring. Pada umumnya penderita datang dengan gejala strangulasi,
namun benjolan tidak ditemukan (benjolan kecil, penderita gemuk)

Pada pemeriksaan fisik tampak :


o Benjolan oval atau bulat di bawah ligamentum inguinalis di medial vena
femoralis dan lateral tuberkulum pubikum (fosa ovalis).
Tata Laksana
Konservatif dan pembedahan
o Pendekatan inguinal: ligamentum inguinalis dijahitkan ke ligamentum
lakunare gimbernati.
o Pendekatan krural: ligamentum inguinalis dijahitkan ke ligamenutm cooper.
o Pendekatan kombinasi
- Menurut sifatnya
o

Hernia reponibilis
Isi kantung dapat dikembalikan ke rongga perut (keluar masuk)

Hernia irreponibilis
Isi kantung tidak dapat dikembalikan
H. Akreta

: ada perleketan isi dengan kantong hernia, tidak ada


ganggu pasase

H.inkarserata

: ada perlekatan yang disertai gangguan pasase

H. Strangulata

: sudah ada gangguan vaskularisasi

Anda mungkin juga menyukai