PENDAHULUAN
A; LATAR BELAKANG
Hernia terlihat sebagai suatu tonjolan yang hilang timbul lateral terhadap
tuberkulum pubikum, tonjolan timbul apabila pasien menangis, mengejan, atau
berdiri dan biasanya menghilang secara spontan bila pasien dalam keadaan
istirahat atau terlentang.
Insiden hernia pada populasi umum adalah 1%, dan pada bayi prematur
5%. Laki-laki paling sering terkena (85% kasus). Setengah dari kasus-kasus
hernia inguinalis selama kanak-kanak terjadi pada bayi di bawah 6 bulan. Hernia
pada sisi kanan lebih sering daripada sisi kiri ( 2: 1). 25% pasien menderita
hernia bilateral. Sedangkan insiden tertinggi adalah pada masa bayi 9 lebih dari
50%), selebihnya terdapat pada anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun.
Oleh karena itu perlu kiranya menetahui bagaimana penyakit tersebut
sehingga dapat dipttuskan tindakan secara tepat, apalagi insiden yang terjadi pada
anak-anak, maka sangat diperlukan suatu tindakan secara dini dan tepat.
B; TUJUAN
Tujuan Umum : Megetahui bagaimana Asuhan Keperawatanpada anak dengan
Hernia Scrotalis
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui pengkajian pada penyakit hernia scrotalis
2. Mengetahui pengertian pada penyakit hernia scrotalis
3. Mengetahui Etiologi, gejala, tindakan yang tepat untuk mengatasi hernia
scrotalis
4; Mengetahui evaluasi yang di harapkan
C; RUANG LINGKUP
Makalah ini pada dasarnya membahas mengenai Asuhan Keperawatan Hernia
inguinalis dan berbagai masalah yang berkaitan dengan Hernia scrotalis
BAB II
KONSEP DASAR
B; ETIOLOGI
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab
yang didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih
banyak terjadi pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan
pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantung dan isi hernia, disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
C; PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum
ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini
telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali kanalis ini tidak menutup karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan
timbul hernia inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup namun karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateral akuisita keadaan yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah kehamilan, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi, miksi
misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior
kemudian hernia masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut
tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia scrotalis (Mansjoer,
2000, hal 314; Sjamsuhidajat, Jong, 1997, hal 704).
POHON MASALAH
Aktivitas mengejan saat bak atau bab, batuk kronis,
mengangkat benda berat, obesitas
Merangsang lokus minoris resistance
Tekanan intra abdominal meningkat
Kanalis inguinalis tertekan oleh isi abdomen (usus)
Kanalis inguinalis terbuka, isi abdomen (usus) masuk ke dalam
kanalis inguinalis
Prosesus tidak mengalami obliterasi (tetap terbuka)
HERNIA INGUINALIS
lateralis
medialis
TIA kronik
Otot dinding
Trigonum hasselbach
melemah
Penonjolan ke belakang kanalis
inguinalis dan terpisah dari
vesikulus spermatikus
Obstruksi
usus
Gangguan
aliran isi
dan
vaskuler
usus
Regangan mesentrium,
isi segmen masuk ke
kantung hernia
Hernia
strangulata
Tidak turun ke
skrotum
Kerusakan
neuromuskuler
, spasme otot.
Kerusakan
mobilitas
fisik
D; MANIFESTASI KLINIK
Funikulus spermatikus
Peristal
tic usus
tergang
gu
Kanalis
inguinalis
Mual,
Pembesaran
diare,
skrotum
konstipasi,
anoreksia
Resiko perubahan
nutrisi
Nyeri pada
daerah
inguinalis
Hernioraphy
ansietas
nyeri
Perubahan
perfusi
jaringan
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha,
benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila
menangis, mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat
timbul kembali, bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum
biasanya baik pada inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha,
scrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan berbaring pasien diminta
mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam
keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba mendorong
apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada
anak-anak kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang
melebar.
Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari
tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis
internus pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut
menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila
menyentuh sisi jari maka itu adalah hernia inguinalis medialis (Mansjoer, 2000,
hal 314).
E. TEST DIAGNOSTIK
1; Serum elektrolit meningkat.
2; Leukosit : >10.000 18.000 /mm3
3; Foto sinar X di daerah hernia.
F. KOMPLIKASI
1; Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
2; Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus
yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan
penyaluran usus halus.
3; Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
4; Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
5; Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga
terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Juga dapat terjadi
bukan karena terjepit, melainkan ususnya terputar.
6; Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
G. PENATALAKSANAAN MEDIK
a.
Operatif
I;
konstipasi,
mengalami
kesulitan
dalam
defekasi
adanya
c; Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d; Neuro sensori
Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot
hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan
kaki.
e; Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
f; Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
(Doenges, 1999, hal 320 321)
spasme otot
Kriteria hasil:
1; Melaporkan nyeri hilang dan terkontrol.
2; mengungkapkan metode yang memberi penghilangan.
3; mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik.
Intervensi:
1; Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi lamanya serangan, faktor
pencetus atau yang memperberat
Rasional : Membantu
menentukan
pilihan
intervensi
dan
situasi
terbaru
dengan
akurat
mendemonstrasikan
keterampilan
untuk
mengatasi
keadaannya sekarang.
2; Berikan informasi yang akurat
Rasional : Memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang
didasarkan pad pengetahuannya.
3; Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan masalah yang
dihadapinya
Rasional : Kebanyakan pasien mengalami permasalahan yang perlu
diungkapkan dan diberi respon.
4; Catat perilaku dari orang terdekat atau keluarga yang meningkatkan
peran sakit pasien
Rasional : Orang
terdekat
memungkinkan
mungkin
pasien
secara
untuk
tidak
sadar
mempertahankan
ketergantungannya.
c; Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan nyeri, spasme otot
Kriteria hasil:
Mengungkapkan pemahaman tentang situasi atau faktor resiko dan aturan
pengobatan individual.
Intervensi:
a; Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang
spesifik
Rasional : Tergantung pada bagian tubuh yang terkena atau jenis
prosedur yang kurang hati-hati akan meningkatkan
kerusakan spinal.
b; Catat respon emosi atau perilaku pada saat immobilisasi, berikan
aktivitas yang disesuaikan dengan pasien
Rasional : Immobilitas
tang
dipaksakan
dapat
memperbesar
kalori
sesuai
kebutuhan,
memudahkan
Rasional : Dapat
digunakan
untuk
memudahkan
melakukan
intervensi
yang
sesuai
meningkatkan
masukan oral.
e; Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah
pzembentukan hematoma
Kriteria hasil:
Melaporkan atau mendemonstrasikan situasi normal.
intervensi:
1; Lakukan penilaian terhadap fungsi neurologist secara periodik
Rasional : Penurunan atau perubahan mungkin mencerminkan
resolusi edema, inflamasi sekunder.
2; Pertahankan pasien dalam posisi terlentang sempurna selama beberapa
jam
cairan
pengganti
hipovolemi.
(Doengoes, 1999; Carpenito, 1997)
C; EVALUASI
1; Klien menyatakan nyeri berkurang.
2; Nutrisi terpenuhi dari kebutuhan klien
3; Klien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya.
4; Pola tidur normal.
5; Infeksi tidak terjadi
tergantung
pada
derajat
BAB III
PENUTUP
A;
KESIMPULAN
B;
SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah tentang konsep dasar penyakit cedera
kepala ini mahasiswa jadi lebih mengerti dan dapat bermanfaat nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara.C.long.
Perawatan
Medikal
bedah:
suatu
pendekatan
proses