TINEA UNGUIUM
DisusunOleh:
Pembimbing:
1
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar.
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi ALLAH, atas rahmat dan karunia-Nya jualah,
akhirnya referat yang berjudul “Tinea Unguium” ini dapat diselesaikan dengan
baik. Referat ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
Dr. dr. Hj. Sitti Musafirah, Sp. KK selaku pembimbing dalam referat ini yang
ini.
untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi
kebaikan di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga referat ini bisa
Penulis
3
DAFTAR ISI
A. DEFINISI ................................................................................................... 7
B. ETIOLOGI ................................................................................................. 7
C. EPIDEMIOLOGI ....................................................................................... 7
D. PATOGENESIS .......................................................................................... 9
G. DIAGNOSIS ............................................................................................... 17
I. PENATALAKSANAAN ............................................................................ 19
J. PROGNOSIS .............................................................................................. 23
A. KESIMPULAN ......................................................................................... 24
4
BAB I
PENDAHULUAN
superficial adalah infeksi jamur yang mengenai jaringan mati pada kulit, kuku,
dan rambut.1,2,3
tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang
unguium.1,2,5
sedangkan di negara subtropics maupun negara dengan iklim yang ekstrim yakni
18%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 2011 data menegnai kasus tinea
seperti peternak babi. Hasil ini bisa dikarenakan pengumpulan data angka
5
Pada tahun 2016 indisiden onikomiskosis pada populasi umum di amerika
serikat sekitar 2-8% dan meningkat menjadi 14-28% pada usia diatas 60 tahun. Di
kana prevalensinya 6,5%. Infeksi jamur lebih sering terjadi pada kuku kaki
dibandingkan kuku tangan. Sebanyak 30% pasien infeksi jamur pada kulit, juga
pada kuku, pajanan lebih lama terhadap jamur, imunitas yang menurun, serta
bersifat kronis, dan sulit diobati, hal tersebut kemudian dapat mengganggu
tepat.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
atau hewan terinfeksi), atau lingkungan yang mengandung spora jamur misalnya
tempat mandi umum. Faktor predisposisi antara lain kelembaban, trauma pada
kuku, dan penurunan sistem imun. Kebiasaan penggunaan kaos kaki dan sepatu
yang lama, dan penggunaan pemandian umum ikut meningkatkan risiko tertular
penyakit.2
B. Etiologi
T. Schoenleinii, T. Verrrucosum.5
C. Epidemiologi
7
onikomikosis sebanyak setengah dari abnormalitas kuku dan sepertiga dari
seluruh infeksi jamur kulit. Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap infeksi
dermatofita antara lain iklim tropis, higienitas yang buruk, adanya sumber
sekitar 2-8% dan meningkat menjadi 14-28% pada usia di atas 60 tahun. Di
Finlandia berkisar 3 – 8 %.3 Infeksi jamur ini lebih sering terjadi pada kuku kaki
dibandingkan kuku tangan. Sebanyak 30% pasien infeksi jamur pada kulit, juga
mengalami infeksi jamur pada kuku. Prevalensi onikomikosis berkisar 2,6% pada
Antara 3-8 dari 100 orang di UK tahun 2014 pernah mengalami tinea
8
D. Patogenesis
pemahaman mengenai fungsi dan anatomi kuku. Fungsi utama dari kuku adalah
9
Kuku merupakan struktur unit yang tiap komponennya bergabung dan
disebut sebagai unit kuku. Unit kuku terdiri dari lempeng kuku (nail plate) dan
empat struktur epitel: lipatan kuku proksimal (proximal nail fold), matriks, dasar
kuku (nail bed) dan hiponikium. (Gambar 1). Lempeng kuku berbentuk persegi
panjang, tembus pandang relatif tidak fleksibel, mengandung kalsium, fosfat, besi,
seng, mangan dan tembaga, juga sulfur dalam matriks kuku yang bertanggung
jawab untuk kualitas fisik kuku. Lempeng kuku muncul dari bawah lipatan kuku
proksimal dan berbatasan di kedua sisi dengan lipatan kuku lateralis. Di bagian
proksimal terdapat lingkaran putih yang disebut lunula. Permukaan dorsal unit
kuku tampak berwarna merah muda karena peningkatan pembuluh darah dari
dasar kuku (nail bed). Daerah antara permukaan dorsal dan ventral terdapat
Pada tinea unguium invasi terjadi pada kuku yang sehat. Jamur dapat masuk
melalui tiga cara yaitu dari manusia ke manusia (antrofopilik), dari hewan ke
tersusun dari keratin. Karena keratin diambil oleh jamur maka lambat laun kuku
10
Dermatofita Penghancuran Kuku
(jamur keratin kuku menjadi
keratolitik) rapuh
infeksi oleh dermatofita ini adalah keadaan basah dan lembab, yang memudahkan
permandian umum, sauna shower di asrama – asrama. Penyakit ini sering terjadi
pada orang deasa, lesi terutama pada kaki 80%, jari – jari tangan 20%.11
Jamur menyerang kuku melalui berbagai area sesuai dengan bagian kuku
yang pertama diinfeksinya. Invasi jamur ke kuku biasanya di mulai dari lipatan
kuku lateral atau ujung kuku, hal ini akan memberikan gambaran klinis berbeda
sekitar kuku sudah terinfeksi seperti pada psoriasis atau trauma pada kuku. tinea
11
unguium pada kuku jari kaki biasanya terjadi setelah tinea pedis, pada kuku jari
tangan dikaitkan dengan tinea manus, tinea corporis dan tinea kapitis.9
E. Gambaran Klinis
Kuku jari kaki lebih sering terinfeksi dibandingkan kuku jari tangan. Sekitar
80% tinea unguium terjadi pada kaki. Gambaran klinis tinea unguium berdasarkan
klasifikasinya, yaitu:
paling sering terjadi. Infeksi dimulai dari stratum korneum daerah hiponokium
oleh T. rubrum.9
Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke
proksimal dan dibawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. Kalau proses
berjalan terus, maka permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang
12
2. Bentuk Onikomikosis Subungual Proksimal (OSP)
sepanjang lipatan kuku proksimal menginvasi matrik kuku. Pada tipe ini,
paling sering disebabkan oleh T. rubrum. Tipe ini selalu dikaitkan dengan
kuku. 5,9
Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang
kuku dan membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku dibagian
distal masih utuh sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea
yang belum. Kuku kaki lebih sering diserang daripada kuku tangan. Gambaran
klinis yang dapat ditemukan adalah bintik putih di bawah lipatan kuku
proksimal. 1,9
13
3. Bentuk Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT) / Leukonikia Trikofita
jamur.1 Pada tipe ini, jamur menginvasi permukaan dorsal kuku. Penyebab
putih, seperti tepung/ serbuk kapur (chalky white) dan kadang mudah retak. 9
14
F. Diagnosis Banding
penyakit lain yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama, yaitu kuku
psoriasis, paronikia candida, ekzema dan dermatitis kontak, liken planus, serta
pakionikia kongenital.12
Pada psoriasis, selain kuku pada umumnya kelainan juga ditemukan pada
bagian kulit lain. Meski demikian dapat terjadi kelainan psoriasis yang hanya
Subungual Distal (OSD). Pada kuku psoriasis sering ditemukan pitting nail dan
tanda onikolisis berupa “oil spot” dan “salmon patch” yaitu warna kuning-
15
F.2. Paronikia Candida
yang tidak bernanah dan nyeri di area paronikia disertai retraksi kutikula kea rah
Tampak lempengan kuku yang hancur karena terpapar dengan bahan kimia.
16
F.4. Pakionikia Kongenital
Adanya penebalan pada lempeng kuku. Tebal kuku jari tangan yang normal
adalah 0,5 mm dan kuku jari kaki 2x lebih tebal. Penebalan kuku terjadi karena
adanya hyperkeratosis dari dasar kuku atau karena perubahan matriks kuku.
G. Diagnosis
Anamnesis dan gambaran klinis saja pada umumnya sulit untuk memastikan
diagnosis terutama pada tinea unguium yang merupakan kelainan sekunder pada
kelainan kuku yang telah ada sebelumnya. Gambaran klinis harus dikonfirmasi
dengan preparat KOH, pemeriksaan histopatologi dari clipping nail atau dengan
biakan jamur. Mengingat banyaknya diagnosis banding secara klinis, maka dapat
H. Pemeriksaan Penunjang
17
1. Pemeriksaan mikroskopik langsung
air atau dalam dimetil sulfoksida (DMSO) 36% untuk mempermudah lisis keratin.
Zat warna tambahan misalnya tinta parker blue-black, atau pewarnaan PAS akan
calcofluor white pada KOH bersifat spesifik untuk elemen jamur karena hanya
terikat pada khitin yang merupakan dinding jamur, tetapi tidak pada keratin atau
benang dan artefak lain. Namun untuk calcoflour white dibutuhkan mikroskop
Selain memastikan hasil positif atau negatif, perlu dicari bentuk tipikal
atau atipikal elemen jamur, misalnya hifa dermatofita tidak berwarna (hialin), hifa
hitam.12,14
jenis jamur spesifik tetapi pada kebanyakan kasus yeast dapat dibedakan dengan
18
2. Pemeriksaan Biakan
langsung sediaan basah untuk menentukan spesies jamur. Pada biakan jamur
pemisahan jamur akan lebih baik jika menggunakan antibiotik untuk mencegah
inokulasi pada media. Sampel yang diambil dari kuku yang terinfeksi disuntikkan
memiliki sensitivitas 32%. Untuk melihat hasil biakan jamur ini dibutuhkan waktu
7-14 hari.14
3. Pemeriksaan Histopatologi
Bila secara klinis kecurigaan tinea unguium besar namun hasil sediaan
membantu. Dapat dilakukan biopsi kuku atau cukup dengan nail clippings pada
untuk mencari elemen jamur pada kuku. Pemeriksaan ini dapat sekaligus
membantu memastikan bahwa jamur terdapat dalam lempeng kuku dan bukan
komensal atau kontaminan di luar lempeng kuku. Teknik ini merupakan teknik
yang paling dapat dipercaya untuk membangun diagnosis tinea unguium. 9,12,14
I. Penatalaksanaan
memudahkan terjadinya penyakit, serta terapi dengan obat anti jamur yang sesuai
19
dengan penyebab dan keadaan patologi kuku. Perlu ditelusuri pula sumber
penularan.
Pengobatan pada tinea unguium yaitu dengan pemberian obat anti jamur
digunakan anti jamur golongan alilamin seperti terbinafin dan golongan azol
seperti flukonazol dan itrakonazoltinea unguium ada dua cara yaitu secara
1. Obat topikal
Obat topikal berbentuk krim dan solusio, namun sulit untuk penetrasi ke
dalam kuku sehingga kurang efektif untuk pengobatan tinea unguium, namun
jamur pada tinea unguium digunakan amorolfin dalam bentuk cat kuku
konsentrasi 5% untuk kuku jari tangan, dioleskan satu atau dua kali setiap
fungisidal, sporosidal dan anti jamur ini mempunyai penetrasi yang baik
siklopiroks nail lacquer 8%. Setelah dioleskan pada kuku yang sakit,
20
larutan tersebut akan mengering dalam waktu 30-45 detik, zat aktif akan
kuku hingga ke dasar kuku dalam beberapa jam sampai kedalaman 0,4 mm
Diberikan 2 hari sekali selama bulan pertama, setiap 3 hari sekali pada
bulan kedua dan seminggu sekali pada bulan ketiga hingga bulan keenam
dari 6 bulan.9,14
sistemik, relatif lebih murah dan dapat digunakan sebagai kombinasi dengan oral
untuk memperpendek masa pengobatan, selain itu bentuk cat kuku juga mudah
digunakan.
2. Obat Sistemik
Terapi anti jamur sistemik, meski dikaitkan dengan tingginya angka
kejadian dan peningkatan keparahan efek samping, namun tetap diperlukan untuk
pengobatan infeksi tertentu, termasuk tinea manus, kapitis dan unguium. Obat
21
Table 1. Obat yang dianjurkan pada tinea unguium.9
Flukonazol Griseofulvin Itrakonazol Terbinafin
Kuku tangan dan kuku kaki
150–200 1–2 g/hari 200 mg/hari × 12 minggu 250 mg/hari × 12
mg/minggu × 9 hingga kuku Atau minggu
bulan normal 200 mg × 1 minggu/bulan
selama 3–4 bulan
Dosis
Hanya kuku tangan
Dewasa
150–200 1–2 g/day 200 mg/hari × 6 minggu 250 mg/hari × 6
mg/minggu × 6 hingga kuku Atau minggu
bulan normal 200 mg × 1 bulan selama 2
bulan
6 mg/kg/ minggu 20 mg/kg/hari 5 mg/k/hari (<20 kg), 62.5 mg/hari (<20 kg)
× 12–16 minggu hingga kuku 100 mg/hari (20–40 kg), 200 125 mg/hari (20–40 kg)
(kuku tangan) or normal mg/hari (40–50 kg) or
Dosis
18–26 minggu Atau 250 mg/hari (>40 kg) ×
anak-
(kuku kaki) 200 mg (>50 kg) × 1 6 minggu (kuku tangan)
anak
minggu/bulan for 2 (kuku or 12 minggu (kuku
tangan) atau 3 (kuku kaki) kaki)
bulan
Obat sistemik yang dapat digunakan untuk pengobatan tinea unguium yaitu
derivat azol dan derivat alilamin. Derivat azol bersifat fungistatik tetapi
mempunyai spektrum anti jamur luas dan derivat alilamin bersifat fungisidal
3. Terapi Bedah
Pengangkatan kuku dengan tindakan bedah skalpel selain menyebabkan
nyeri juga dapat memberikan gejala sisa distrofi kuku. Tindakan bedah dapat
terhadap obat sistemik, dan pada keadaan patogen resisten terhadap obat.
22
Tindakan bedah tetap harus dikombinasi dengan obat anti jamur topikal atau
sistemik.13
J. Prognosis
Kondisi ini sulit diobati, dibutuhkan pengobatan dalam waktu yang panjang.
Tinea unguium tahap awal lebih mudah diobati pada orang muda, dan individu
sehat dibandingkan dengan individu yang sudah tua dengan kondisi kesehatan
yang buruk. Meskipun dengan obat – obat baru dan dosis optimal, 1 diantara 5
diduga adalah diagnosis yang tidak akurat, slah identifikasi penyebab. Pada
sangat tebal juga merupakan penyulit, selain factor predisposisi terutama keadaan
kekambuhan. 11
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
usia, lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada wanita. Patogen penyebab
(OSP), dan Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT). Jenis yang paling sering
histopatologi PAS (Periodic Acid Schiff Stain) atau dengan biakan jamur.
sistemik digunakan anti jamur golongan alilamin seperti terbinafin dan golongan
azol seperti flukonazol dan itakonazol. Pengobatan tahap awal lebih mudah
diobati pada orang muda dan individu sehat dibandingkan individu yang sudah tua
24
sepatu lama atau kaos kaki yang mengandung spora jamur, perlu diperhatikan
Sumber ajaran Islam adalah al-Quran dan as-sunnah. Dalam sumber ajaran
tersebut, diterangkan bukan hanya aspek peristilahan yang digunakan tetapi juga
Artinya : “Agama Islam itu adalah (agama) yang bersih/suci, maka hendaklah
kamu menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk surge kecuali orang –
25
DAFTAR PUSTAKA
2. Yuda Sujana, Kadek. Darmada, IGK. Made Mas Rusyati, Luh. Terapi
5. Verma S, Haffernan MP. Fungal disease. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology
6. Moore Mk, Hay RJ. Mycology. In: Berth-jones J, editors. Rook’s Textbook
26
7. Anugrah, Radityo. Diagnostik dan Tatalaksana Onikomikosis. Bamed Skin
9. Wolff KL. Johnson RA. Disorder of The Nail Apparatus. In: Fitzpatrick’s
Color Atlas & Sinopsis Of Clinical Dermatology, 5th ed. New York: The
10. Knott, Laurence. Discuss Fungal Nail Infections (Tinea Unguium). 2015.
11. Budi Putra, Imam. Onikomikosis. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
2008.
http://emedicine.medscape.com/article/1105828.
27
Medical Sciences and GTB Hospital, University of Delhi, India. Yposium-
28