Anda di halaman 1dari 33

P E M B I AYA A N D O K T E R S E B A G A I S A K S I A H L I

DALAM SIDANG PERADILAN

Disusun Oleh:

DWI NOVLITA ROZI 150611008


EWI YUSLILA 150611048
ELISA HAIRANI 150611018
MAULIANA MEUTIA 150611044
MUTIARA PRATIWI 150611013
PUTRI SARI DEWI 140611036

PEMBIMBING
dr. Dessy D. Harianja, Sp.F
Paper ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti
kepaniteraan klinik senior KSM Ilmu Kedokteran Kehakiman RSU
Dr. Pirngadi Medan Oktober 2020
Dokter disamping tenaga medis, juga
dituntut kewajiban untuk memberikan
bantuan kepada penegak hukum.
Di dalam suatu pemeriksaan persidangan
BAB 1 perkara pidana, diperlukan adanya alat
bukti yang mutlak
Sehingga hakim dapat mengetahui dan
memahami apakah suatu tindak pidana
telah terjadi
Dan apakah terdakwa benar-benar telah
melakukan tindak pidana tersebut
Bukti Medis
01
Bukti medis dari seorang ahli sering menjadi bagian yang penting dalam
administrasi peradilan dalam proses hukum yang melibatkan kesalahan dan
hal-hal medis. Bukti yang diberikan oleh dokter sebagai ahli dapat
membantu dalam membuat keputusan yang adil.
Alat bukti yang sah

Pasal 185 KUHAP butir 1


Keterangan ahli dapat diberikan secara tertulis VER (Visum et
Repertum) maupun secara lisan di depan sidang pengadilan.
Dokter sebagai saksi ahli
Saksi adalah orang yang dapat
memberikan keterangan

Guna kepentingan penyidikan,


BAB 2 penuntutan dan peradilan

Tentang suatu perkara pidana yang ia


dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami
sendiri
Dokter sebagai saksi ahli
2.1
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami
sendiri (Pasal 1 KUHAP Butir 26).
Dokter pemeriksa sebagai saksi ahli

VeR berupa pertanyaan visum et repertum


hipotetik hakim

saksi A Charge saksi A de Charge

Dokter diminta hadir di pengadilan


Tugas dan tanggung jawab saksi
ahli dalam kasus perdana

Bukti ahli yang Saksi ahli harus


Saksi ahli harus memberikan
disampaikan
memberikan Saksi ahli harus bantuan
harus
penjelasan menyatakan independen pd
dipandang
apabila fakta-fakta atau pengadilan
sebagai produk
terdapat asumsi yang dengan
independen
pertanyaan atau memiliki dasar memberikan
yang tidak
permasalahan yang jelas. pendapat yang
dipengaruhi
yang di luar objektif terkait
bentuk dan
keahliannya. dengan
isinya oleh
keadaan keahliannya.
apapun.
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh dokter apabila ia
dimintai bantuannya sebagai ahli.

Pasal 179 butir 1 KUHAP

“Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli


kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib
memberikan keterangan ahli demi keadilan”

Ketentuan ini merupakan yang berlaku pada tingkat


pemeriksaan di sidang pengadilan yang apabila dengan sengaja tidak
dipatuhi oleh yang bersangkutan tanpa alasan yang sah dapat
dikenakan sanksi berdasarkan Pasal 224 KUHP.
keterangan sebagai ahli apabila diminta

Pasal 120 KUHAP


a. Dalam hal penyidik menganggap perlu ia dapat minta
pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian
khusus.
b. Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji
dimana penyidik bahwa ia akan memberi keterangan
menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya atau
jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat
menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.
Dokter dapat dituntut
Pasal 224 KUHP

“Barang siapa yang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-
undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya berdasarkan undang-undang
yang harus dipenuhinya, diancam :
a. Dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan.
b. Dalam perkara lain dengan pidana penjara paling lama enam bulan.
Definisi dan Tugas Dokter Forensik
2.2
Ilmu Kedokteran Forensik adalah salah satu cabang spesialistik
ilmu kedokteran yang memanfaatkan ilmu kedokteran untuk
membantu penegakan hukum, keadilan dan memecahkan masalah-
masalah di bidang hukum.

Prof. Dr. Budi Sampurna,Sp.F (2009)


Definisi dan Tugas Dokter Forensik
2.2
Dokter Forensik atau dokter ahli kehakiman adalah dokter yang
ahli dalam penerapan ilmu pengetahuan medis bagi persoalan
hukum pidana dan kejahatan dengan menggunakan fakta-fakta
medis.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Bantuan dokter dalam melayani pemeriksaan korban

Penentuan sebab dan


Pembuatan visum et cara kematian korban Sebagai saksi ahli di
repertum, tindak kekerasan bidang pengadilan,

Penentuan telah
Penentuan identitas berapa lama luka
Kematian yang tidak wajar,
jenazah yang sudah tidak terjadi atau telah
tentang perkosaan,
utuh lagi (misalnya hanya pemeriksaan korban beracun berapa lama korban
tinggal tulang belulang), dan lain-lain meninggal,
Bantuan yang diminta

Berupa pemeriksaan di TKP

atau di rumah sakit


Kriteria Saksi Ahli

KUHAP hanya memakai salah satu istilah saja yaitu “ahli” untuk saksi ahli. Namun
secara teoritis terdapat tiga macam ahli yang terlibat dalam suatu proses
peradilan. Mereka itu adalah:
1. Ahli (deskundige)
Orang ini hanya mengemukakan pendapatnya tentang suatu persoalan
yang ditanyakan pendapatnya tanpa melakukan suatu pemeriksaan.

2. Saksi ahli (getuige deskundige)


Orang ini menyaksikan barang bukti atau saksi diam (silent wintness).

3. Orang ahli (zaakkundige)


Orang ini menerangkan tentang sesuatu persoalan yang sebenarnya
juga dapat dipelajari sendiri oleh hakim, tetapi akan memakan banyak
waktu.
• Ada beberapa pasal yang menyebut kualifikasi keahlian khusus, seperti
ahli yang mempunyai keahlian tentang surat dan tulisan palsu (pasal 132
KUHAP), ahli forensik atau dokter (pasal 133 ayat 1 KUHAP, pasal 179 ayat
1 KUHAP).

• Jika kriteria yang yang tercantum pada pasal 1 butir 28 KUHAP dikaitkan
dengan pasal 120 dan pasal 133 KUHAP, maka terdapat dua kelompok ahli,
yaitu: ahli secara umum dan ahli kedokteran kehakiman.

• Jika pasal 1 butir 28 dikaitkan dengan pasal 133 ayat 1 dan pasal 179 ayat
1 KUHAP, maka akan dapat dikelompokkan tiga macam ahli, yaitu: ahli
kedokteran kehakiman, dokter yang menjadi ahli, ahli pada umumnya
(mempunyai keahlian khusus dalam bidang tertentu).
 Saksi ahli harus memiliki:
a. Pengetahuan tentang kasus yang dipermasalahkan dan memiliki pengalaman dalam
praktek tersebut.
b. Memiliki kemampuan penalaran analitik untuk memenuhi tugasnya.
c. Kemampuan untuk mengutarakan temuan dan pendapat secara jelas, ringkas dan
disesuaikan dengan pengadilan sebelum bukti diberikan.
d. Memiliki pemikiran yang fleksibel untuk mengubah pendapat terhadap bukti-bukti atau
kontra-argumen.
e. Penampilan yang dapat menunjukan kepercayaan diri terutama saat di pengadilan.
f. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli forensik atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Semua ketentuan tersebut
diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan ketrangan ahli, dengan
ketentuan bahwa mereka.
g. mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan
yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya (pasal 179 KUHAP).
Hak dan Kewajiban Dokter Forensik Sebagai Saksi Ahli

Didasarkan KUHAP, saksi ahli memiliki kewajiban dan hak sebagai berikut:
Kewajiban
• KUHAP pasal 133 ayat 1 mengenai kewajiban dokter untuk memberikan bantuan kepada
penyidik yang berbunyi: ”Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajjukan permintaan keterangan ahli pada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atas ahli lainnya”.
Saksi ahli memiliki kewajiban pada pengadilan untuk menjadi independen dan obyektif dalam
bukti yang mereka sediakan.
• Dalam menjalankan kewenangan, hakim dapat menolak sama sekali bukti yang
dipaparkan oleh para ahli yang mereka tahu memiliki atau diduga merupakan hasil suapan
dari pihak tertentu dalam gugatan hukum tersebut.
• Ini adalah alasan utama mengapa para ahli tidak boleh menerima instruksi untuk bertindak
sebagai saksi ahli atas dasar tidak menang, tidak ada biaya.
• Saksi ahli yang dipanggil dalam suatu kasus pidana maupun perdata harus
datang memenuhi panggilan tersebut atau dapat diancam pidana penjara dan
denda sebagaimana yang telah diatur yaitu:

 Didasarkan pasal 159 ayat 2 KUHAP yaitu: “Dalam hal saksi tidak hadir,
meskipun telah dipanggil dengan sah dan hakim ketua siding mempunyai cukup
alasan untuk menyangka bahwa saksi itu tidak akan mau hadir, maka ketua
sidang dapat memerintahkan supaya saksi tersebut dihadapkan ke
persidangan”.
 Didasarkan pasal 161 ayat 1 Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981
KUHAP yaitu: “Dalam hal saksi atau ahli tanpa alasan yang sah menolak untuk
bersumpah atau berjanji sebagai mana dimaksud dalam pasal 160 ayat 3 dan
ayat 4, maka pemeriksaan terhadapnya tetap dilakukan, sedang ia dengan surat
penetapan hakim ketua siding dapat dikenakan sandera di tempat rumah
tahanan negara paling lama empat belas hari”.
Pada pasal ini menerangkan bahwa keterangan saksi atau ahli yang
tidak disumpah atau mengucapkan janji, tidak dapat dianggap
sebagai alat bukti yang sah, tetapi hanyalah merupakan keterangan
yang dapat menguatkan keyakinan hakim.

Pasal 161 ayat 2 KUHAP


Dalam hal tenggang waktu penyanderaan tersebut telah lampau
dan saksi atau ahli tetap tidak mau disumpah atau
mengucapkan janji, maka keterangan yang telah diberikan
merupakan keterangan yang dapat menguatkan keyakinan
hakim”.
Pasal 216 KUHP ayat 1

“Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang


dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi
sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa
untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan
sengaja mencegah, mengahalang-halangi atau menggagagalkan tindakan guna
menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan
dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah
Hak sebagai saksi ahli

Pasal 229 KUHAP ayat 1 Pasal 229 KUHAP ayat 2


“Saksi atau ahli yang telah hadir “Pejabat yang melakukan pemanggilan
memenuhi panggilan dalam wajib memberitahukan kepada saksi atau
rangka memeberikan keterangan ahli tentang haknya sebagaimana
di semua tingkat pemeriksaan, dimaksud dalam ayat (1)”. Pada
berhak mendapat penggangtian prakteknya, mengenai biaya penggantian
biaya menurut peraturan bagi saksi atau ahli biasanya dibebankan
perundang-undangan yang pada pihak yang membutuhkan apakah
berlaku” saksi atau ahli tersebut menguntungkan
atau tidak bagi pihak terkait.
Dokter Forensik Sebagai Saksi Ahli
Dokter ahli forensik memiliki peran membantu pengadilan pada hal-hal teknis
sesuai dengan spesialisasi mereka.

 Dalam menjalankan tugasnya di pengadilan, seorang ahli harus bersikap


independen, dan tidak dipengaruhi oleh pihak manapun.
 Dokter forensik dilibatkan apabila ditemukan adanya perkara pembunuhan
yang dilakukan oleh orang awam.
 Adapun berbagai ahli dengan spesialitasnya masing-masing yang terlibat di
dalamnya. Selain itu dibutuhkan peran ahli-ahli lainnya, seperti toxicologist,
serologist, criminalist, dentist, dan anthropologist.
 Dokter forensik tidak diperkenankan memberikan informasi apapun kepada
pihak lain (misalnya media massa kecuali dalam sidang pengadilan).
Pihak-pihak yang berwenang meminta bantuan ahli kedokteran kehakiman dalam
kaitannya dengan persoalan hukum yang hanya dapat dipecahkan dengan bantuan
ilmu kedokteran kehakiman:

a. Hakim pidana, melalui jaksa dan dilaksanakan oleh penyidik


b. Hakim perdata, meminta langsung kepada ahli kedokteran
c. Hakim pada pengadilan agama
d. Jaksa penuntut umum
e. Penyidik
Pada berbagai kasus, pemeriksaan otopsi diijinkan dilakukan oleh dokter forensik untuk
menentukan dan memperkirakan cara kematian korban.
Dalam ilmu forensik dikenal 3 cara kematian, diantaranya kematian wajar (natural death),
tidak wajar (un-natural death) dan tidak dapat ditentukan (un-determinde).
Untuk dapat menentukan penyebab kematian secara pasti, pembedahan mayat (otopsi)
mutlak dilakukan.
Semua alat-alat bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana yang berlaku mempunyai
kekuatan hukum yang sama. Menurut KUHAP pasal 169: “Keterangan saksi tunggal,
tanpa adanya alat bukti lain, tak dapat dipercaya menurut hakim”.
Pernyataan ini mendukung penting setiap komponen dari masing-masing alat-alat bukti
dalam peradilan. Oleh karena itu salah satu kewajiban dokter bukan hanya untuk
memberikan kesaksian tetapi juga memberikan surat keterangan ahli yang dituangkan
dalam visum et repertum.
Hasil Wawancara Dengan Hakim Mengenai Pembiayaan Dokter Sebagai
Saksi Ahli Dalam Sidang Peradilan
Menurut hasil wawancara dengan hakim ini mengenai pembiayaan dokter sebagai
saksi ahli dalam sidang peradilan pengadilan menjawab seperti berikut :

• Pasal 229 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana menyatakan bahwa saksi atau ahli yang telah hadir memenuhi
panggilan dalam rangka memberikan keterangan di semua tingkat pemeriksaan,
berhak mendapat penggantian biaya menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

• Dalam hal ini tidak ada undang-undang yang lebih khusus mengenai besaran
pembiayaan sebagai ahli di persidangan.
Tidak ada nominal pasti terkait ahli yang bersaksi di persidangan
karena tidak ada UU yang mengatur dengan jelas.

Di dalam praktek biaya pengganti tersebut lebih diartikan kepada


biaya akomodasi, transportasi dan konsumsi yang diberikan oleh
pihak yang memanggil ahli tersebut di persidangan, baik itu jaksa
penuntut umum maupun terdakwa dan penasehat hukum.
• Sampai saat ini tidak ada UU khusus yang mengatur sehingga diserahkan kepada masing-
masing pihak berapa jumlah anggaran yang telah disepakati.

• Yang membiayai adalah pihak yang memanggil saksi ahli dipersidangan, baik itu jaksa
penuntut umum maupun terdakwa bersama dengan penasehat hukumnya.

• Dalam praktek biasanya biaya akomodasi, transportasi, maupun konsumsi.

Bagi jaksa penuntut umum tidak memiliki anggaran khusus untuk ahli yang hadir sehingga
terkadang uang pribadi jaksa tersebut tergantung sesuai dengan kemampuannya, lain
halnya dengan ahli yang dihadirkan oleh terdakwa dan penasehat hukumnya.

Biasanya penasehat hukum memiliki dana yang berasal dari terdakwa sehingga tidak menjadi
masalah berapa pun yang diminta ahli kepada terdakwa dan penasehat hukumnya.
KESIMPULAN
Saksi adalah orang yang dapat
memberikan keterangan

Guna kepentingan penyidikan,


BAB 3 penuntutan dan peradilan

Tentang suatu perkara pidana yang ia


dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami
sendiri
Dalam proses penegakan perkara pidana kejahatan, dokter mempunyai peran sebagai berikut:
 masa penyelidikan (Pemeriksaan di TKP dan analisis data yang ditemukan)
 masa penyidikan (pembuatan visum et repertum dan BAP saksi ahli)
 pada masa persidangan (Dokter berperan dalam memberikan keterangan ahli, sebagai
saksi ahli pemeriksa, menjelaskan visum et repertum, menjelaskan kaitan temuan VeR
dengan temuan ilmiah alat bukti sah lainnya).

Dokter forensik dilibatkan apabila ditemukan adanya perkara pembunuhan yang dilakukan
oleh orang awam. Kewajiban dokter bukan hanya dalam kewajibannya untuk memberikan
kesaksian tetapi juga dengan memberikan surat keterangan ahli yang dituangkan dalam visum
et repertum.
Sebagai saksi ahli, dokter forensik tidak diperkenankan memberikan informasi apapun kepada
pihak lain di luar yang bersangkutan dengan hukum (misalnya media massa, kecuali dalam
siding pengadilan).
THANK YOU
202X

Anda mungkin juga menyukai