Disusun Oleh:
PEMBIMBING
dr. Dessy D. Harianja, Sp.F
Paper ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti
kepaniteraan klinik senior KSM Ilmu Kedokteran Kehakiman RSU
Dr. Pirngadi Medan Oktober 2020
Dokter disamping tenaga medis, juga
dituntut kewajiban untuk memberikan
bantuan kepada penegak hukum.
Di dalam suatu pemeriksaan persidangan
BAB 1 perkara pidana, diperlukan adanya alat
bukti yang mutlak
Sehingga hakim dapat mengetahui dan
memahami apakah suatu tindak pidana
telah terjadi
Dan apakah terdakwa benar-benar telah
melakukan tindak pidana tersebut
Bukti Medis
01
Bukti medis dari seorang ahli sering menjadi bagian yang penting dalam
administrasi peradilan dalam proses hukum yang melibatkan kesalahan dan
hal-hal medis. Bukti yang diberikan oleh dokter sebagai ahli dapat
membantu dalam membuat keputusan yang adil.
Alat bukti yang sah
“Barang siapa yang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-
undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya berdasarkan undang-undang
yang harus dipenuhinya, diancam :
a. Dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan.
b. Dalam perkara lain dengan pidana penjara paling lama enam bulan.
Definisi dan Tugas Dokter Forensik
2.2
Ilmu Kedokteran Forensik adalah salah satu cabang spesialistik
ilmu kedokteran yang memanfaatkan ilmu kedokteran untuk
membantu penegakan hukum, keadilan dan memecahkan masalah-
masalah di bidang hukum.
Penentuan telah
Penentuan identitas berapa lama luka
Kematian yang tidak wajar,
jenazah yang sudah tidak terjadi atau telah
tentang perkosaan,
utuh lagi (misalnya hanya pemeriksaan korban beracun berapa lama korban
tinggal tulang belulang), dan lain-lain meninggal,
Bantuan yang diminta
KUHAP hanya memakai salah satu istilah saja yaitu “ahli” untuk saksi ahli. Namun
secara teoritis terdapat tiga macam ahli yang terlibat dalam suatu proses
peradilan. Mereka itu adalah:
1. Ahli (deskundige)
Orang ini hanya mengemukakan pendapatnya tentang suatu persoalan
yang ditanyakan pendapatnya tanpa melakukan suatu pemeriksaan.
• Jika kriteria yang yang tercantum pada pasal 1 butir 28 KUHAP dikaitkan
dengan pasal 120 dan pasal 133 KUHAP, maka terdapat dua kelompok ahli,
yaitu: ahli secara umum dan ahli kedokteran kehakiman.
• Jika pasal 1 butir 28 dikaitkan dengan pasal 133 ayat 1 dan pasal 179 ayat
1 KUHAP, maka akan dapat dikelompokkan tiga macam ahli, yaitu: ahli
kedokteran kehakiman, dokter yang menjadi ahli, ahli pada umumnya
(mempunyai keahlian khusus dalam bidang tertentu).
Saksi ahli harus memiliki:
a. Pengetahuan tentang kasus yang dipermasalahkan dan memiliki pengalaman dalam
praktek tersebut.
b. Memiliki kemampuan penalaran analitik untuk memenuhi tugasnya.
c. Kemampuan untuk mengutarakan temuan dan pendapat secara jelas, ringkas dan
disesuaikan dengan pengadilan sebelum bukti diberikan.
d. Memiliki pemikiran yang fleksibel untuk mengubah pendapat terhadap bukti-bukti atau
kontra-argumen.
e. Penampilan yang dapat menunjukan kepercayaan diri terutama saat di pengadilan.
f. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli forensik atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Semua ketentuan tersebut
diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan ketrangan ahli, dengan
ketentuan bahwa mereka.
g. mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan
yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya (pasal 179 KUHAP).
Hak dan Kewajiban Dokter Forensik Sebagai Saksi Ahli
Didasarkan KUHAP, saksi ahli memiliki kewajiban dan hak sebagai berikut:
Kewajiban
• KUHAP pasal 133 ayat 1 mengenai kewajiban dokter untuk memberikan bantuan kepada
penyidik yang berbunyi: ”Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajjukan permintaan keterangan ahli pada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atas ahli lainnya”.
Saksi ahli memiliki kewajiban pada pengadilan untuk menjadi independen dan obyektif dalam
bukti yang mereka sediakan.
• Dalam menjalankan kewenangan, hakim dapat menolak sama sekali bukti yang
dipaparkan oleh para ahli yang mereka tahu memiliki atau diduga merupakan hasil suapan
dari pihak tertentu dalam gugatan hukum tersebut.
• Ini adalah alasan utama mengapa para ahli tidak boleh menerima instruksi untuk bertindak
sebagai saksi ahli atas dasar tidak menang, tidak ada biaya.
• Saksi ahli yang dipanggil dalam suatu kasus pidana maupun perdata harus
datang memenuhi panggilan tersebut atau dapat diancam pidana penjara dan
denda sebagaimana yang telah diatur yaitu:
Didasarkan pasal 159 ayat 2 KUHAP yaitu: “Dalam hal saksi tidak hadir,
meskipun telah dipanggil dengan sah dan hakim ketua siding mempunyai cukup
alasan untuk menyangka bahwa saksi itu tidak akan mau hadir, maka ketua
sidang dapat memerintahkan supaya saksi tersebut dihadapkan ke
persidangan”.
Didasarkan pasal 161 ayat 1 Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981
KUHAP yaitu: “Dalam hal saksi atau ahli tanpa alasan yang sah menolak untuk
bersumpah atau berjanji sebagai mana dimaksud dalam pasal 160 ayat 3 dan
ayat 4, maka pemeriksaan terhadapnya tetap dilakukan, sedang ia dengan surat
penetapan hakim ketua siding dapat dikenakan sandera di tempat rumah
tahanan negara paling lama empat belas hari”.
Pada pasal ini menerangkan bahwa keterangan saksi atau ahli yang
tidak disumpah atau mengucapkan janji, tidak dapat dianggap
sebagai alat bukti yang sah, tetapi hanyalah merupakan keterangan
yang dapat menguatkan keyakinan hakim.
• Pasal 229 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana menyatakan bahwa saksi atau ahli yang telah hadir memenuhi
panggilan dalam rangka memberikan keterangan di semua tingkat pemeriksaan,
berhak mendapat penggantian biaya menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
• Dalam hal ini tidak ada undang-undang yang lebih khusus mengenai besaran
pembiayaan sebagai ahli di persidangan.
Tidak ada nominal pasti terkait ahli yang bersaksi di persidangan
karena tidak ada UU yang mengatur dengan jelas.
• Yang membiayai adalah pihak yang memanggil saksi ahli dipersidangan, baik itu jaksa
penuntut umum maupun terdakwa bersama dengan penasehat hukumnya.
Bagi jaksa penuntut umum tidak memiliki anggaran khusus untuk ahli yang hadir sehingga
terkadang uang pribadi jaksa tersebut tergantung sesuai dengan kemampuannya, lain
halnya dengan ahli yang dihadirkan oleh terdakwa dan penasehat hukumnya.
Biasanya penasehat hukum memiliki dana yang berasal dari terdakwa sehingga tidak menjadi
masalah berapa pun yang diminta ahli kepada terdakwa dan penasehat hukumnya.
KESIMPULAN
Saksi adalah orang yang dapat
memberikan keterangan
Dokter forensik dilibatkan apabila ditemukan adanya perkara pembunuhan yang dilakukan
oleh orang awam. Kewajiban dokter bukan hanya dalam kewajibannya untuk memberikan
kesaksian tetapi juga dengan memberikan surat keterangan ahli yang dituangkan dalam visum
et repertum.
Sebagai saksi ahli, dokter forensik tidak diperkenankan memberikan informasi apapun kepada
pihak lain di luar yang bersangkutan dengan hukum (misalnya media massa, kecuali dalam
siding pengadilan).
THANK YOU
202X