DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING
Nilai :
Dokter Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
Kedokteran Kehakiman atau Forensik Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dengan
Harianja, Sp.F, khususnya sebagai pembimbing penulis, dan semua staff pengajar di
KSM Ilmu Kedokteran Kehakiman atau Forensik Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
baik dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu penulis mengharapkan
Harapan penulis semoga paper ini dapat memberi manfaat dan menambah
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan………………………………………………... 1
2.4 Definisi, Saksi Ahli, Keterangan Saksi dan Keterangan Ahli ... 10
2.6 Hak dan Kewajiban Dokter Forensik Sebagai Saksi Ahli ……. 15
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………. 23
iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
sistem atau cara yang memberikan ganjaran dan hukuman yang setimpal kepada yang
bersalah sehingga perbuatan yang serupa tidak terulang kembali dan sebaliknya yang
bantuan kepada penegak hukum. Ada spesialis tertentu dalam hal ini yang dikenal
hakim yang melakukan pemeriksaan persidangan namun tanpa adanya alat bukti, hakim
tidak akan dapat mengetahui dan memahami apakah suatu tindak pidana telah terjadi
dan apakah terdakwa benar – benar telah melakukan tindak pidana tersebut dan
bertanggung jawab atas peristiwa tersebut, jadi dengan adanya alat bukti mutlak
dibutuhkan dan harus ada diajukan di dalam pemeriksaan persidangan sehingga hakim
dapat dengan pasti menemukan kebenaran materil. Dalam hal ini bantuan yang dapat di
berikan dokter dalam bentuk keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah pasal 185
KUHAP butir 1. Keterangan ahli dapat diberikan secara tertulis VER (Visum et
1
2
kepentingan penegakan hukum serta keadilan. Keberadaan dokter forensik atau dokter
yang melakukan pemeriksaan atas diri korban tindak pidana atau tersangka pelaku
tindak pidana merupakan suatu hal yang mutlak dan tidak dapat diabaikan karena suatu
proses penyidikan haruslah dilakukan dan dilakukan oleh ilmu pengetahuan (scientific
investigation).
pidana khususnya memegang peranan penting. Bidang hukum dan kedokteran tidak
dapat dipisahkan untuk penegakkan hukum khususnya dalam rangka pembuktian atas
mengungkapkan misteri atas keadaan barang bukti yang dapat berupa tubuh atau bagian
dari tubuh manusia. Seorang praktisi medis dapat disebut sebagai saksi ahli medis untuk
memberikan bukti di pengadilan, atau sebagai bagian dari proses penyelesaian sengketa
alternatif. Bukti medis dari seorang ahli sering menjadi bagian yang penting dalam
administrasi peradilan dalam proses hukum yang melibatkan kesalahan dan hal-hal
medis. Bukti yang diberikan oleh dokter sebagai ahli dapat membantu dalam membuat
TINJAUAN PUSTAKA
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri (Pasal 1 KUHAP Butir 26).Dari segi yuridis,
setiap dokter adalah ahli, baik dokter itu ahli ilmu kedokteran kehakiman ataupun
bukan. Oleh sebab itu setiap dokter dapat dimintai bantuannya untuk membantu
Dokter pemeriksa sebagai saksi ahli dapat terkait visum et repertum yang dibuat
ataupun di luar VeR berupa pertanyaan hipotetik hakim. Dokter diminta hadir di
pengadilan, oleh karena dua versi. Versi pertama sebagai saksi A Charge. Saksi ini
saksi A de Charge. Saksi ini dihadirkan ke persidangan oleh terdakwa atau penasehat
dijadikan dasar bagi nota pembelaan (pledoi) dari terdakwa atau penasehat hukumnya.
Sehingga pada tahap pemeriksaan di pengadilan, baik jaksa penuntut maupun penasehat
hukum tersangka dapat mengahadirkan saksi atau ahli dengan ijin hakim. Seorang
dokter dapat pula dipanggil untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi, bila dinilai
3
4
terdapat dua jenis saksi medis, yaitu apakah sebagai saksi fakta (dokter yang merawat)
Saksi fakta diberikan oleh dokter yang memeriksa, merawat atau memberikan
Saksi pendapat adalah saksi ahli yang independen yang diminta untuk
memberikan pendapat yang independen berdasarkan fakta-fakta dari kasus tertentu yang
sudah ada. Dalam hal ini dokter akan memberikan pendapat sesuai dengan pengalaman
Sebagai saksi ahli independen, dokter dapat membantu pengadilan dalam dua
Jika diperlukan untuk berdiskusi dengan saksi ahli lain, dokter harus
permintaan untuk terjadinya kesepakatan. Gunakan cara yang moderat dan objektif
dokter dan hindari perdebatan. Seorang saksi ahli harus memiliki kualitas sebagai
berikut:
1. Pengetahuan dan pengalaman praktis dari materi yang dibahas dalam kasus.
5
disampaikan dengan jelas, singkat, dan dapat dipahami oleh pihak – pihak awam
3. Fleksibel dalam hal berpikir dan kepercayaan diri untuk memodifikasi pendapat
4. Kemampuan untuk berpikir dari sisi yang berbeda agar dapat menguasai situasi
Tugas dan tanggung jawab saksi ahli dalam kasus perdana meliputi:
1. Bukti ahli yang disampaikan harus dipandang sebagai produk independen yang tidak
3. Saksi ahli harus menyatakan fakta-fakta atau asumsi yang memiliki dasar yang jelas.
5. Jika pendapat ahli tidak berdasarkan penelitian, hanya berdasarkan data yang
tersedia, maka harus disertakan penjelasan bahwa ini hanya bersifat sementara.
diajukan kepadanya apabila pertanyaan tersebut di anggap tidak sesuai ataupun tidak
berada dalam ruang lingkup (wewenang) ilmu kedokteran. Jawaban dari pertanyaan
yang tidak sesuai tersebut disampaikan dalam bahasa yang sopan dan tegas.
6
menghadap sidang.
2. Membawa file atau dokumen lengkap yang dibutuhkan di pengadilan sesuai dengan
5. Tinjau kembali file dan informasi yang relevan terkait kasus untuk menyegarkan
kreadibilitas kesaksian.
7. Karena saksi ahli bertindak dibawah kode etik dan kerahasiaan, diperlukan
Membantu proses peradilan pada kasus – kasus pidana oleh dokter sebetulnya
tidak kalah pentingnya dengan tugas – tugas kemanusiaan yang lain. Undang-undang
hukum acara pidana menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
dokter apabila ia dimintai bantuannya sebagai ahli. Dokter dapat dikenakan sanksi
apabila ia tidak melaksanakan kewajiban tersebut tanpa alasan yang sah. Ketentuan
yang mewajibkan dokter memberikan keterangan sebagai ahli apabila diminta, dapat
dilihat pada Pasal 179 butir 1 KUHAP yang menyatakan “Setiap orang yang diminta
7
pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib
pengadilan yang apabila dengan sengaja tidak dipatuhi oleh yang bersangkutan tanpa
alasan yang sah dapat dikenakan sanksi berdasarkan Pasal 224 KUHP.
kewajiban untuk memberikan keterangan sebagai ahli apabila diminta. Ketentuan ini
a. Dalam hal penyidik menganggap perlu ia dapat minta pendapat orang ahli atau
Dokter dapat dituntut berdasarkan pasal 224 KUHP apabila dengan sengaja ia
tidak memenuhi kewajiban tersebut. Adapun bunyi dari pasal 224 KUHP adalah:
“Barang siapa yang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-
bulan.
b. Dalam perkara lain dengan pidana penjara paling lama enam bulan.
Forensik adalah salah satu cabang spesialistik ilmu kedokteran yang memanfaatkan
Forensik atau dokter ahli kehakiman adalah dokter yang ahli dalam penerapan ilmu
pengetahuan medis bagi persoalan hukum pidana dan kejahatan dengan menggunakan
fakta-fakta medis.
identitas jenazah yang sudah tidak utuh lagi (misalnya hanya tinggal tulang belulang),
penentuan telah berapa lama luka terjadi atau telah berapa lama korban meninggal,
penentuan sebab dan cara kematian korban tindak kekerasan dan kematian yang tidak
wajar, tentang perkosaan, pemeriksaan korban beracun dan lain-lain. Bantuan yang
diminta dapat berupa pemeriksaan di TKP atau di rumah sakit. Dokter tersebut dalam
yang didakwakan dalam pasal yang diajukan oleh penuntut serta memberikan gambaran
bagi hakim mengenai hubungan kausalitas antara korban dan pelaku kejahatan dengan
bahwa hakim dalam menjatuhkan putusan suatu perkara yang memerlukan keterangan
dokter forensik, hanya memerlukan keterangan yang berupa visum et repertum tanpa
implikasi praktisnya bahwa hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi hakim dalam
Peran ahli (expert) termasuk dokter dalam bidang kedokteran forensik adalah
dalam rangka member kejelasan suatu peristiwa yang dapat menjawab 7 pertnyaan:
Makin banyak informasi yang diberikan oleh ahli, makin terang peristiwa yang
terjadi, sehingga akan memudahkan para penyidik dan Judex facti memutuskan perkara
secara adil dan diterima mereka yang berperkara. Tugas pokok seorang dokter dalam
sebagai berikut:
ditemukan.
VeR dengan temuan ilmiah alat bukti sah lainnya. Dokter juga berperan
terapi, ilmu forensik juga berperan dalam hal non – terapi, yaitu pembuktian. Ilmu
forensik sangat komprehensif mencakup psikososial, yuridis. Akan tetapi forensik juga
tidak bisa dikatakan hukum karena forensik tidak menentukan suatu peristiwa disebut
meliputi:
2.4 Definisi Saksi, Saksi Ahli, Keterangan Saksi, dan Keterangan Ahli
peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri
baik yang ditemukan sendiri maupun oleh orang lain, serta mampu
Indonesia, pengertian saksi ahli yaitu orang yang dijadikan saksi karena
keahliannya, bukan karena tahu sendiri. Saksi ahli merupakan orang yang
pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang
ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan
dari pengetahuannya (pasal 1 butir 27 KUHAP) dan merupakan salah satu alat
yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat
KUHAP). Ketrangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di siding
pengadilan (pasal 186 KUHAP) dan merupakan salah satu alat bukti yang sah
KUHAP hanya memakai salah satu istilah saja yaitu “ahli” untuk saksi ahli.
Namun secara teoritis terdapat tiga macam ahli yang terlibat dalam suatu proses
1. Ahli (deskundige)
12
demikian ini misalnya dokter spesialis ilmu kebidanan dan penyakit kandungan. Yang
diminta pendapatnya tentang obat “X” yang dipersoalkan dapat atau tidak menimbukan
Orang ini menyaksikan barang bukti atau saksi diam (silent wintness). Ia
seorang dokter yang melakukan pemeriksaan terhadap mayat. Jadi ia menjadi saksi
karena menyaksikan barang 25 bukti (mayat) dan kemudian menjadi ahli. karena
Orang ini menerangkan tentang sesuatu persoalan yang sebenarnya juga dapat
dipelajari sendiri oleh hakim, tetapi akan memakan banyak waktu. Sebagai contoh
misalnya seorang pegawai Bea dan Cukai diminta menerangkan prosedur pengeluaran
dan pemasukan barang dari pelabuhan atau seorang karyawan Bank diminta
menerangkan prosedur untuk mendapatkan kredit dari Bank. Sebenarnya tanpa orang
tersebut menerangkan pendapatnya hakim pun dapat menentukan apakah telah terjadi
suatu tindak pidana atau tidak, karena hakim dapat dengan mudah mencocokkan apakah
dalam kasus yang sedang diperiksanya itu telah terjadi penyimpangan dari prosedur
Ada beberapa pasal yang menyebut kualifikasi keahlian khusus, seperti ahli
yang mempunyai keahlian tentang surat dan tulisan palsu (pasal 132 KUHAP), ahli
13
forensik atau dokter (pasal 133 ayat 1 KUHAP, pasal 179 ayat 1 KUHAP), tetapi
Jika kriteria yang yang tercantum pada pasal 1 butir 28 KUHAP dikaitkan
dengan pasal 120 dan pasal 133 KUHAP, maka terdapat dua kelompok ahli, yaitu:
Jika pasal 1 butir 28 dikaitkan dengan pasal 133 ayat 1 dan pasal 179 ayat 1
Dari sudut sifat isi keterangan yang diberikan ahli, maka ahli dapat dibedakan
antara:
dilakukannya berdasarkan keahlian khusus untuk itu. Misalnya, seorang dokter ahli
kematian setelah dokter tersebut melakukan bedah mayat (autopsy), atau seorang
hal yang berhubungan erat dengan perkara pidana yang sedang diperiksa tanpa
melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Misalnya, ahli dibidang perakit bom yang
14
menerangkan di dalam siding pengadilan tentang cara merakit bom. Bahkan dalam
California Evidence Code memberi definisi tentang ahli sebagai seseorang yang
latihan atau pendidikan khusus yang memadai untuk memenuhi syarat sebagai seorang
ahli tentang hal yang berkaitan dengan keterangannya. Menurut Tirtan Hodgkinson dan
Mark James definisi ahli mempunyai dua deskripsi yang relevan, yaitu sebagai berikut:
“Experiensed, the one is expert or who has gained skill experience. Trained by
experience or practice, skilled, skillful, as does the noun the one who special knowledge
or skill causes him to be regarded as an authority, as specialis. The term skilled when
use person, is described as meaning (i) possessed of skill or knowledge, and (ii)
kecakapan dari pengalaman tersebut. Terlatih oleh pengalaman praktik, cakap terampil
sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan atau ketrampilan tertentu dan menjadikan
ia sebagai spesialis. Kata cakap atau terampil diartikan sebagai memiliki ketrampilan
Seorang ahli tidak selalu ditentukan oleh adanya pendidikan formal khusus
untuk bidang keahliannya, tetapi pada pengalaman dan atau bidang pekerjaan tertentu
yang ditekuninya selama waktu yang panjang, yang menurut akal sangat wajar menjadi
Sering terjadi perdebatan antara jaksa dengan penasihat hukum tentang status
ahli seseorang. Dalam menghadapi perdebatan mengenai ahli dan bukan ahli hakimah
yang pada akhirnya menentukan orang itu ahli atau bukan ahli. Berdasarkan pasal 160
ayat 1c KUHAP sewajarnya hakim memeriksa orang yang dihadapkan itu, dan nanti
akan dipertimbangkan dalam putusan apakah seseorang itu ahli atau bukan. Hakim perlu
meneliti apakah kompetensi orang tersebut pada kenyataannya diakui oleh masyarakat
secara luas ataukah tidak, atau setidaknya mendapat penunjukan dari lembaga resmi
yang sah yang berhubungan dengan bidang keahlian orang tersebut, misalnya dari
instansi yang bersangkutan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa saksi ahli harus
memiliki:
dalam
praktek tersebut.
3. Kemampuan untuk mengutarakan temuan dan pendapat secara jelas, ringkas dan
bukti atau
kontra-argumen.
pengadilan.
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli forensik atau dokter atau
ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Semua ketentuan
16
tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan ketrangan ahli,
dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan
Hak dan kewajiban dokter merupakan salah satu komponen yang penting dalam
pembuktian hukum acara pidana. Untuk mencegah dan mengatasi konflik biasanya
digunakan etika dan norma hukum yang mempunyai tolak ukur masing-masing. Oleh
Karena itu, dalam praktiknya harus diterapkan dalam dimensi yang berbeda. Pada saat
Alat bukti yang sah berdasarkan KUHAP pasal 187 butir c, memaparkan
kewajiban dokter, untuk membanu peradilan, yaitu dalam bentuk: keterangan ahli,
pendapat orang ahli, ahli kedokteran kehakiman, dokter, dan surat keterangan dari
seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau
sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya. Keterangan dokter sebagai
saksi ahli yang dituangkan baik bentuk keterangan maupun dalam bentuk surat visum et
repertum merupakan salah satu alat bukti yang sah sesuai dengan KUHAP pasal 184
ayat 1, yaitu (a) keterangan saksi, (b) keterangan ahli, (c) surat, (d) petunjuk, (e)
keterangan terdakwa.
Didasarkan KUHAP, saksi ahli memiliki kewajiban dan hak sebagai berikut:
1. Kewajiban
dokter untuk memberikan bantuan kepada penyidik yang berbunyi: ”Dalam hal penyidik
17
untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun
mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajjukan permintaan keterangan ahli pada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
b. Saksi ahli memiliki kewajiban pada pengadilan untuk menjadi independen dan
obyektif dalam bukti yang mereka sediakan. Dalam menjalankan kewenangan, hakim
dapat menolak sama sekali bukti yang dipaparkan oleh para ahli yang mereka tahu
memiliki atau diduga merupakan hasil suapan dari pihak tertentu dalam gugatan hukum
tersebut. Ini adalah alas an utama mengapa para ahli tidak boleh menerima instruksi
untuk bertindak sebagai saksi ahli atas dasar tidak menang, tidak ada biaya.
Saksi ahli yang dipanggil dalam suatu kasus pidana maupun perdata harus
datang memenuhi panggilan tersebut atau dapat diancam pidana penjara dan denda
a) Didasarkan pasal 159 ayat 2 KUHAP yaitu: “Dalam hal saksi tidak hadir,
meskipun telah dipanggil dengan sah dan hakim ketua siding mempunyai cukup alasan
untuk menyangka bahwa saksi itu tidak akan mau hadir, maka ketua sidang dapat
KUHAP yaitu: “Dalam hal saksi atau ahli tanpa alas an yang sah menolak untuk
bersumpah atau berjanji sebagai mana dimaksud dalam pasal 160 ayat 3 dan ayat 4,
hakim ketua siding dapat dikenakan sandera di tempat rumah tahanan negara paling
kewajibannya, maka diberikansanksi sebagaimana tertulis dalam KUHP pasal 224 tahun
1981: “Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-
harus dipenuhinya, diancam: (a) dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling
lama Sembilan bulan, (b) dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam
bulan”. Menurut KUHP pasal 522 tahun 1981, “Baran siapa menurut undang-undang
dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa, tidak datang secara melawan hukum,
d) Pasal 161 ayat 2 KUHAP yang berbunyi: “Dalam hal tenggang waktu
penyanderaan tersebut telah lampau dan saksi atau ahli tetap tidak mau disumpah atau
mengucapkan janji, maka keterangan yang telah diberikan merupakan keterangan yang
dapat menguatkan keyakinan hakim”. Pada pasal ini menerangkan bahwa keterangan
saksi atau ahli yang tidak disumpah atau mengucapkan janji, tidak dapat dianggap
sebagai alat bukti yang sah, tetapi hanyalah merupakan keterangan yang dapat
e) Pasal 216 KUHP ayat 1 yang berbunyi: “Barangsiapa dengan sengaja tidak
menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat
yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian
pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula
tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah”.
19
a. Didasarkan pada pasal 229 ayat 1 KUHAP yaitu: “Saksi atau ahli yang telah
undangan yang berlaku”. Tidak ada keterangan lanjutan mengenai pasal ini. Namun
selama ini, penggantian biaya ini banyak ditafsirkan sebagai penggantian biaya
transport dan akomodasi. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Asisten Pidana Khusus
pada Kejaksaan Tinggi DKI bahwa kejaksaan tidak mempunyai pos untuk pengeluaran
membayar saksi ahli. Menurutnya, penggantian biaya yang dimaksud pada pasal 229
b. Didasarkan pada pasal 229 KUHAP ayat 2 berbunyi: “Pejabat yang melakukan
pemanggilan wajib memberitahukan kepada saksi atau ahli tentang haknya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)”. Pada prakteknya, mengenai biaya penggantian bagi saksi
atau ahli biasanya dibebankan pada pihak yang membutuhkan apakah saksi atau ahli
pengadilan, seorang ahli harus bersikap independen, dan tidak dipengaruhi oleh
pembunuhan yang dilakukan oleh orang awam, yang dengan latar belakang
kepada pihak lain (misalnya media massa kecuali dalam siding pengadilan)
karena tetap saja dokter forensik adalah seorang dokter yang pernah
visum et repertum semua hal yang dilihat dan ditemukan pada jenazah yang
diperiksanya.
5. Penyidik
21
ayat 2 dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
menyebutkan ada dua jenis saksi medis yang dapat dilakukan oleh seorang dokter yaitu
saksi fakta atau sebagai saksi pendapat, Saksi fakta diberikan oleh dokter yang
saksi pendapat adalah saksi ahli yang independen yang diminta memberikan pendapat
khususnya.
forensik untuk menentukan dan memperkirakan cara kematian korban dan akan lebih
baik apabila dokter diikutsertakan pada pemeriksaan TKP. Dalam ilmu forensik dikenal
3 cara kematian, diantaranya kematian wajar (natural death), tidak wajar (un-natural
death) dan tidak dapat ditentukan (un-determinde). Untuk dapat menentukan penyebab
pembedahan mayat tidak mungkin dapat ditentukan sebab kematian secara pasti. Bagi
pihak penyidik, sebab kematian yang ditentukan oleh dokter sangat membantu dalam
tugas penyidikannya.
Semua alat-alat bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana yang berlaku
mempunyai kekuatan hukum yang sama. Menurut KUHAP pasal 169: “Keterangan
saksi tunggal, tanpa adanya alat bukti lain, tak dapat dipercaya menurut hakim”.
22
Pernyataan ini mendukung penting setiap komponen dari masing-masing alat-alat bukti
dalam peradilan. Oleh karena itu salah satu kewajiban dokter bukan hanya dalam
sebagai saksi ahli dalam sidang peradilan pengadilan menjawab seperti berikut :
1. Pasal 229 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana menyatakan bahwa saksi atau ahli yang telah hadir memenuhi panggilan
penggantian biaya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini
tidak ada undang-undang yang lebih khusus mengenai besaran pembiayaan sebagai ahli
2. Tidak ada nominal pasti terkait ahli yang bersaksi di persidangan karena tidak
ada UU yang mengatur dengan jelas. Di dalam praktek biaya pengganti tersebut lebih
diartikan kepada biaya akomodasi, transportasi dan konsumsi yang diberikan oleh pihak
yang memanggil ahli tersebut di persidangan, baik itu jaksa penuntut umum maupun
3. Sampai saat ini tidak ada UU khusus yang mengatur sehingga diserahkan kepada
4. Yang membiayai adalah pihak yang memanggil saksi ahli dipersidangan, baik
itu jaksa penuntut umum maupun terdakwa bersama dengan penasehat hukumnya.
Intinya adalah tidak ada undang-undang khusus yang mengatur biaya pengganti
bagi ahli yang hadir kepersidangan.Bagi jaksa penuntut umum tidak memiliki anggaran
khusus untuk ahli yang hadir sehingga terkadang uang pribadi jaksa tersebut tergantung
sesuai dengan kemampuannya, lain halnya dengan ahli yang dihadirkan oleh terdakwa
dan penasehat hukumnya. Biasanya penasehat hukum memiliki dana yang berasal dari
terdakwa sehingga tidak menjadi masalah berapa pun yang diminta ahli kepada
KESIMPULAN
diagnostik dan pengobatan penyakit saja tetapi dokter juga harus siap mengenali tanda-
tanda adanya tindak pidana tehadap tubuh manusia. Dalam proses penegakan perkara
(Pemeriksaan di TKP dan analisis data yang ditemukan), masa penyidikan (pembuatan
visum et repertum dan BAP saksi ahli), dan pada masa persidangan (Dokter berperan
dalam memberikan keterangan ahli, sebagai saksi ahli pemeriksa, menjelaskan visum et
repertum, menjelaskan kaitan temuan VeR dengan temuan ilmiah alat bukti sah lainnya.
Dokter juga berperan menjelaskan segala sesuatu yang belum jelas dari sisi ilmiah.
dilakukan oleh orang awam. Sehingga salah satu kewajiban dokter bukan hanya dalam
apapun kepada pihak lain di luar yang bersangkutan dengan hukum (misalnya media
massa, kecuali dalam siding pengadilan) karena tetap saja dokter forensik adalah
seorang dokter yang pernah mengucapkan sumpah dokter dan sesuai sumpah dokter, ia
22
DAFTAR PUSTAKA
2. Idris AM. Visum Et Repertum. Ed.1. Jakarta: Bina Rupa Aksara: 1997. p.2-6.
Mendapatkan Penggantian Biaya. Syiah Kuala Law Journal: 2018: 2(1): p.89-101.
7. Eddy O.S Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian, Jakarta: Erlangga, 2012, hlm.
61
8. Flora, Henny S. Peran Psikiater Sebagai Saksi Ahli Dalam Pembuktian Perkara
Pidana Guna Memutuskan Perkara Pidana Bagi Hakim Pengadilan. Jurnal Hukum
10. Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 19 Tahun 2009 tentang Tata Tertib
Persidangan.
23
24