Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

TINEA KAPITIS
Disusun oleh:

ELVIRA BERNADETTA GINTING

213 210 116

Pembimbing:

dr. DAME MARIA PANGARIBUAN, Sp.KK

BAGIAN PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUD Dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas persyaratan kepanitraan klinik
senior bagian ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, selain itu makalah ini juga bertujuan supaya
pembaca dapat mengetahui dan memahami secara jelas mengenai Tinea Kapitis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan
dengan baik tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak. Ucapan terimakasih
kepada dr. Dame Maria Pangaribuan, Sp.KK sebagai pembibing, serta seluruh pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Demikian makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pematang siantar, februari 2019

Penulis,

Elvira Bernadetta Ginting

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 2
2.1 Definisi .................................................................................................... 2
2.2 Sinonim ..................................................................................................... 2
2.3 Etiologi ...................................................................................................... 2
2.4 Epidemiologi ............................................................................................. 3
2.5 Patogenesis ................................................................................................ 3
2.6 Manifestasi Klinis ..................................................................................... 4
2.7 Diagnosis Banding ..................................................................................... 6
2.8 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 8
2.9 Terapi ........................................................................................................ 10
2.10 Komplikasi ................................................................................................ 11
2.11 Prognosis .................................................................................................. 11
BAB III KESIMPULAN ................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan dan sistemik, tergantung pada


karakteristik dari host. Dermatofita merupakan kelompok jamur yang terkait
secara taksonomi. Kemampuan mereka untuk membentuk lampiran molekul
kertatin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi memungkinkan mereka
untuk berkoloni pada jaringan keratin, masukkedalam stratum korneumdan
epidermis, rambut, kuku dan jaringan pada hewan.Infeksi superfisial yang
disebabkan oleh dermatofit yang disebut dermatofitosis dimana dermatimicosis
mengacu pada infeksi jamur.2
Banyak cara untuk mengklasifikasikan jamur superfisial, tergantung habitat
dan pola infeksi. Organisme geofilik berasal dari tanah dan hanya sesekali
menyerang manusia, biasanya melalui kontak langsung dengan tanah. Tinea
kapitis adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh jamur dermatofit.2
Tinea Kapitis (Ringworm of the scalp and hair, tineatonsurans, herpes
tonsurans adalah infeksi dermatofit pada kepala, alis mata dan bulu mata karena
spesies Microsporum dan Trichophyton.1 Penyakitnya bervariasi dari kolonisasi
subklinis non inflamasi berskuama ringan sampai penyakit yang beradang
ditandai dengan produksi lesi kemerahan berskuama dan alopesia (kebotakan)
yang mungkin menjadi beradang berat dengan pembentukan erupsi kerion
ulseratif dalam. Ini sering menyebabkan pembentukan keloid dan skar dengan
alopesia permanen. Tipe timbulnya penyakit tergantung pada interaksi pejamu dan
jamur penyebab.1

1
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada kulit kepala, alis mata dan
bulu mata yang disebabkan oleh spesies dari genus Microsporum dan
Trichophyton. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan,
alopesia dan kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat.2
2.2 Sinonim
Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans2
2.3 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton
dan Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T.
tonsurans, M. audoinii, M. canis, M.ferrugineum. Di Indonesia penyebab
terbanyak adalah M. canis dan T. tonsurans.1
Tabel 1. Taksonomi Trichophytontonsurans:

Kingdom Fungi
Filum Ascomycota
Kelas Euscomycetes
Ordo Onygenales
Famili Arthrodermataceae
Genus Trichophyton
Spesies Trichophyton tonsurans

Trichophyton tonsuran sdapat menyerang beberapa bagian tubuh manusia


terutama pada bagian kulit kepala dan rambut. Berbentuk pensil dengan ujung-
ujung yang tumpul dan berdinding halus. Tiap-tiap spesies berbeda dalam
morfologi dan pigmentasinya.
TricophytonTonsurans memperbanyak diri dengan membelah, biasanya
banyak juga cepat, dan memungkinkan untuk menghasilkan cabang-cabang yang
pendek. Koloninya biasa dalam bentuk serbuk.

2
2.4 Epidemiologi
Di Amerika Serikat dan daerah lain di dunia, insidensi tinea capitis
meningkat. Di Afrika dan Amerika kejadian puncak dilaporkan terjadi pada anak
usia sekolah. 92,5% dermatofitosis pada anak-anak muda dari usia 10 tahun.
Rentang usia tinea kapitis yaitu antara 3-7 tahun. Tinea kapitis tersebar luas di
beberapa daerah perkotaan, terutama pada anak-anak keturunan Afro-Karibia, di
Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Di Asia Tenggara, tingkat
infeksi telah dilaporkan telah menurun secara dramatis dari 14% (rata-rata anak-
anak laki-laki dan perempuan) menjadi 1,2% dalam 50 tahun terakhir karena
peningkatan kondisi sanitasi umum dan kebersihan pribadi.1
Angka kejadian tinea kapitis mungkin berbeda menurut jenis kelamin.
Mikrosporum audouinii telah dilaporkan hingga 5 kali lebih sering terjadi pada
anak laki-laki dari pada anak perempuan. Setelah pubertas, sebaliknya pada
perempuan lebih banyak mungkin karena perempuan memiliki eksposur yang
lebih besar untuk anak yang terinfeksi dan mungkin karena faktor hormonal. Pada
infeksi oleh M canis rationya bervariasi, tetapi tingkat infeksi biasanya lebih
tinggi pada anak laki-laki. Infeksi Trichophyton pada anak perempuan dan laki-
laki mempunyai ratio yang sama; tetapi pada orang dewasa, wanita lebih sering
terinfeksi daripada pria. Tinea kapitis lebih banyak pada ras kulit hitam
dibandingkan kulit putih. Kasus-kasus yang disebabkan oleh Microsporum canis
jarang terjadi dan di dapat dari anak anjing dan anak kucing.1

2.5 Patogenesis
Infeksi dimulai pada kulit kepala, yang selanjutnya dermatofita tumbuh
kebawah mengikuti dinding keratin folikel rambut. Infeksi pada rambut
berlangsung tepat diatas akar rambut. Jamurnya akan terus tumbuh kebawah pada
batang rambut yang tumbuhkeatas. Sebagian memasuki batang rambut
(endodotrix), yang dapat membuat rambut mudah patah didalam atau pada
permukaan folikel rambut.2

3
Berdasarkan patogenesisnya tinea kapitis dapat dijelaskan sebagai berikut:2
1. Lesi non inflamasi; disebabkan invasi jamur ke batang rambut terutama
oleh M.audouini danpenularan dari anak ke anak melalui alat cukur
rambut, penggunaan topi dan sisir yang sama. M.canis dapat ditularkan
melalui hewan peliharaan ke anak, dan anak-anak.
2. Lesi inflamasi; disebabkan oleh T. tonsurans, M. canis, T. verrucosum ,
dan lain-lain. Spora masuk melalui celah di batang rambut atau kulit
kepala sehingga menyebabkan infeksi klinis. Trauma di kulit kepala juga
membantu inokulasi. Dermatofit awalnya menyerang stratum korneum
kulit kepala, yang dapat diikuti oleh infeksi rambut. Menyebar ke folikel
rambut lain kemudian terjadi infeksi regresi dengan atau tanpa respon
peradangan. Gejala klinis bervariasi sesuai dengan jenis invasi rambut,
imun tubuh, dan tingkat respons inflamasi. Berdasarkan invasinya infeksi
jamur dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Endothrix; infeksi di dalam batang rambut tanpa merusak kutikula,
biasanya oleh Trchophyton spp yang ditandai dengan adanya rantai spora
yang besar.
b. Exothrix; infeksi terjadi di batang rambut luar dan menyebabkan
kerusakan kutikula. Biasanya disebabkan oleh Microsporum spp.

2.6 Manifestasi Klinik


1) Grey patch ringworm
Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan
oleh genus Microsporum, yaitu Microsporum Audouinii dan sering ditemukan
pada anak - anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar
rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak yang menjadi pucat dan
bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu - abu
dan tidak berkilat lagi. Rambut mulai patah dan terlepas dari akarnya,
sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di
daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia

4
setempat. Tempat - tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang di
lihat dalam klinik tidak menunjukkan batas - batas daerah sakit dengan pasti.
Pada pemeriksaan dengan lampu wood dapat di lihat flouresensi hijau
kekuningan pada rambut yang sakit melampaui batas - batas grey tersebut.
Pada kasus - kasus tanpa keluahan pemeriksaan dengan lampu wood ini
banyak membantu diagnosis. 5

Gambar 1. Grey Patch Ringworm


2. Kerion
Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang
yang padat disekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum caniis dan
Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak
kurang bila penyebabnya adalah Trichophyto violaceum. Kelainan ini dapat
menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap, parut yang
menonjol kadang - kadang dapat terbentuk.5

Gambar 2. Severe Inflammatory kerion on scalp

5
3. Black dot ringworm
Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan
Trichophyton violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya
menyerupai kelainan yang di sebabkan oleh genus Microsporum. Rambut
yang terkena infeksi patah, tepat pada rambut yang penuh spora. Ujung
rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberi gambaran khas, yaitu
black dot, ujung rambut yang patah kalau tumbuh kadang - kadang masuk ke
bawah permukaan kulit.5

Gambar 3. Black dot ringworm

2.7 Diagnosis Banding


1) Diagnosis banding tinea kapitis berskuama dan peradangan minimal:
a. Dermatitis seboroik
Peradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun atausesudah
pubertas yang berhubungan dengan rangsangan kelenjar sebasia. Tampak
eritema dengan skuama diatasnya sering berminyak, rambut yang terkena
biasanya difus, tidak setempat. Rambut tidak patah. Distribusi umumnya
di kepala, leher dan daerah-daerah pelipatan. Alopesia sementara dapat
terjadi dengan penipisan rambut daerah kepala, alis mata, bulu mata atau
belakang telinga. Sering tampak pada pasien penyakit saraf atau
immunodefisiensi.2

6
b. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik yang berat dan luas mungkin mengenai kepaladengan
skuama kering putih dan halus. Khas tidak berhubungan dengan
kerontokan rambut, bila ada biasanya karena trauma sekunder karena
garukan kepala yang gatal. Disertai lesi dermatitis atopik di daerah lain.2

c. Psoriasis
Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematosberbatas
jelas dan berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya, dan
rambutrambut tidak patah. Kepadatan rambut berkurang di plak psoriasis
juga meningkatnya menyeluruh dalam kerapuhan rambut dan kecepatan
rontoknya rambut telogen. 10% psoriasis terjadi pada anak kurang 10
tahun dan 50% mengenai kepala, dan sering lesi psoriasis anak
terjadipada kepala saja, maka kelainan kuku dapat membantu diagnosis
psoriasis.2

7
d. Pitiriasis amiantasea (Pitiriasis asbestos)
merupakan tumpukan skuama dalam masa yang kusut. Dermatitiskepala
lokalisata yang non infeksius yang tidak diketahui sebabnya.Skuama yang
putih tebal melekat sering dijumpai mengikat batang rambut proksimal.
Kepala dapat tampak beradang. Rontok rambut sementara dapat terjadi
dengan pelepasan manual skuama yang melekat. Kelainan kulit dilain tempat
yang menyertai biasanya tidak ada, namun dapat mempunyai penyakit yang
menyertai, yaitu Dermatitis atopik atau peradangan kulit lainnya. Ada yang
menganggap sebagai psoriasis dini.2

2.8 Pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan Lampu Wood
Rambut yang tampak dengan jamur Microsporum canis,
Microsporum audouinii dan Microsporum ferrugineum memberikan
fluoresen warna hijau terang oleh karena adanya bahan pteridin. Jamur
lain penyebab tinea kapitis pada manusia memberikan fluoresen negatif
artinya warna tetap ungu yaitu Microsporum Gypsiumdan spesies
Trichophyton (kecuali Trichophyton schoenleinii penyebab tinea favosa

8
memberi fluoresen hijau gelap). Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur
yang tumbuh aktif di rambut yang terinfeksi.4
b. Pemeriksaan sediaan KOH
Kepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel no.15. Kasabasah
digunakan untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek patahan
rambut atau pangkal rambut dicabut yang ditaruh di objek glas selain
skuama, KOH 20% ditambahkan dan ditutup kaca penutup. Hanya
potongan rambut pada kepala harus termasuk akar rambut, folikel rambut
dan skuama kulit. Skuama kulit akan terisi hifa dan artrokonidia. Yang
menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia olehkarena rambut-
rambut yang lebih panjang mungkin tidak terinfeksi jamur. Pada
pemeriksaaan mikroskop akan tampak infeksi rambut ektotrik yaitu
pecahan miselium menjadi konidia sekitar batang rambut atau
tepatdibawah kutikula rambut dengan kerusakan kutikula. Pada infeksi
endotrik, bentukan artrokonidia yang terbentuk karena pecahan miselium
didalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula rambut.4
Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua
garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet
(artrospora) pada kelainan kulit lama dan atau sudah diobati. Pada sediaan
rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau besar
(makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di
dalam rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihat juga hifa pada
sediaan rambut.4
c. Kultur
Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan
digosokkan diatas kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi steril
dipakai untuk menggosok rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di
kepala, atau pangkal rambut yang dicabut langsung ke media kultur.
Spesimen yang didapat dioleskan di media Mycosel atau Mycobiotic
(Sabourraud dextrose agar + khloramfenikol + sikloheksimid) atau
Dermatophyte test medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai tumbuh

9
jamurnya. Dengan DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh
karena ada bahan fenol di medianya, walau belum tumbuh jamurnya
berarti jamur dematofit positif.4

2.9 Terapi

1. Sistemik
Obat antijamur yang menjadi pilihan pertama dalam mengatasi tinea kapitis
secara sistemik adalah Griseofulvin yang bersifat fungistatik dengan dosis 10-
25 mg/kg BB/hari untuk anak-anak dan 500 mg/hari untuk dewasa. Lama
terapi berkisar antara 8-10 minggu tergantung pada organisme penyebab.
Selama terapi, pasien juga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan
berlemak tinggi untuk mempercepat tingkat absorbsi obat.3
Alternatif lain yang dapat digunakan yaitu:3
a. Flukonazol
Obat ini cukup efektif untuk mengatasi tinea kapitis terutama pada anak-
anak. Dosisnya yaitu 3-5 mg/kg BB/hari selama 4 minggu.
b. Terbinafin
Obat ini bersifat fungisida sehigga dapat diberikan dalam waktu yang lebih
singkat yaitu selama 2-4 minggu. Dosis yang digunakan yaitu 62,5 mg/hari
untuk pasien dengan berat < 20 kg, 125 mg/hari untuk pasien dengan berat
20-40 kg dan 250 mg/hari untuk pasien dengan berat > 40 kg.
c. Ketokonazol
Obat ini dapat diberikan dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari untuk anak-anak
dan 200 mg/hari untuk dewasa. Lama terapi berkisar antara 7-14 hari.
Penggunaan obat ini terutama pada anak-anak dibatasi karena bersifat
hepatotoksik.
Pada kasus cerion celsi, dapat diberikan obat tambahan berupa kortikosteroid
yaitu prednison dengan dosis 3x5 mg/hari atau prednisolon 3x4 mg/hari untuk
mengurangi terjadinya sikatrik, nyeri dan pembengkakan.

10
2. Topikal
Pengobatan topikal dilakukan dengan pemberian shampoo desinfektan
antijamur, antara lain yaitu :3
a. Shampoo selenium zulfit 1%-1,8% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5
menit baru dibilas.
b. Shampoo ketokonazole 1%-2% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit
baru dibilas.
c. Shampoo povidon iodine digunakan 2 kali / minggu selama 15 menit.

2.10 Komplikasi
Komplikasi dari tinea kapitis yang dapat terjadi di antaranya :5
1. Alopesia sikatrik permanen, akibat jamur yang bersifat merusak rambut dan
struktur di sekitarnya sehingga terjadi kerusakan rambut yang parah.
2. Infeksi berulang, akibat pengobatan yang tidak adekuat.

2.11 Prognosis
Jika pengobatan telah lengkap dan penyembuhan telah tercapai, prognosis
umumnya baik.

11
BAB III
KESIMPULAN

1. Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada kulit kepala yang disebabkan
oleh spesies dari genus Microsporum dan Trichophyton
2. Tinea kapitis sering terjadi pada anak-anak dengan bermacam macam
gejala klinis.
3. Gejala klinis tinea kapitis adalah gatal, nyeri, kemerahan, membengkak
dan mengelupas disertai kerontokan rambut.
4. Bentuk tinea kapitis secara klinis adalah grey patch ringworm, black dot
ringworm dan kerion
5. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah penyinaran dengan
lampu wood, pemeriksaan dengan KOH dan kultur jamur
6. Tablet griseofulvin adalah pengobatan yang efektif dan aman, sebagai obat
lini pertama (gold standard).
7. Terapi ajuvan dengan shampo anti jamur untuk membasmi serpihan
(fomites) yang terinfeksi.
8. Prognosa penyakit ini umunya baik tergantung dengan pengobatan yang
adekuat.

12
Daftar Pustaka

1. Aktas, E., Karakuzu A., Yigit N. 2009. Etiological agents of tinea capitis in
Erzurum,Turkey. J Medical Mycology; 19: 248–52.

2. Djuanda A., Hamzah M, Aisah S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi
V. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

3. Gunawan G.S., Nafrialdi S.R. 2007. Farmakologi dan terapi. Departemen


Farmakologi dan Terapeutik FKUI : Jakarta.

4. Paller A.S., Mancini A.J. 2006.Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology. 3rd


ed.Elsivier Saunders: Philadelphia.

5. Zara, I., Hawilo A, Aounallah A, Trojjet S, El Euch D, MokniM, Osman AB.


2013. Inflammatory tinea capitis: a 12-year study and a review of the
literature. Mycoses; 56: 110–6.

13

Anda mungkin juga menyukai