Anda di halaman 1dari 23

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Muhammad Sadikin

NIM : 10542062015

Judul Laporan Kasus : Candidosis Paronika Kronik

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Makassar, Mei 2019

Pembimbing

(DR. dr. Hj. Sitti Musafirah, Sp.KK)

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan kasus ini dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda
Besar Nabi Muhammad SAW.
Laporan Kasus berjudul “Candidosis Paronikia Kronik” ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
mendalam kepada DR. dr. Hj. Sitti Musafirah, Sp.KK selaku pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam membimbing,
memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas ini hingga
selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini belum sempurna
adanya dan memiliki keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga dapat berjalan dengan baik.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat
kepada semua orang.

Makassar, Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................i

KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................2

A. DEFINISI...............................................................................................2

B. EPIDEMIOLOGI ….........……………………………………………..2

C. ETIOLOGI.............................................................................................3

D. PATOGENESIS ....................................................................................4

E. FAKTOR RISIKO PENULARAN DBD ..............................................5

F. KLASIFIKASI INFEKSI DENGUE .....................................................6

G. MANIFESTASI KLINIS ......................................................................6

H. LANGKAH DIAGNOSTIK ..................................................................8

I. PENATALAKSANAAN ......................................................................10

J. PENCEGAHAN ....................................................................................18

K. DIAGNOSIS BANDING ......................................................................19

L. KOMPLIKASI ......................................................................................20

iii
M. PROGNOSIS .........................................................................................21

BAB III KESIMPULAN ......................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

LAMPIRAN

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

Kuku merupakan unit kompleks yang terdiri dari lima bagian yang

menyokokng struktur kutaneus meliputi matriks kuku, lemepng kuku (nail plate),

kutikula (eponikium), dasar kuku (nail bed), dan lipatan kuku (nail fold).1

Kutikula merupakan lanjutan dari proksimal lipatan dan terletak antara kulit jari

dan lempeng kuku, secara bersamaan membentuk struktur kutikula. Struktur ini

menyebabkan bagian ini tahan air dan menghalangi masuknya alergen, patogen,

ataupun iritan eksternal.1

Paronikia adalah reaksi inflamasi yang melibatkan lipatan kulit disekitar

kuku jari. Paronikia dapat disebabkan oleh jamur (kandida) dan bakteri (S. aureus,

Streptococcuspyogenes, spesies Pseudomonas, spesies Proteus atau bakteri

anaerob lainnya.2,8 Dapat bersifat akut atau kronis dan paling umum disebabkan

oleh infeksi dengan bakteri atau jamur. Paronikia terjadi saat bakteri atau jamur

memasuki kulit sekitar kuku yang rusak atau mengalami trauma.2

Risiko Paronikia meningkat pada penderita diabetes melitus, berkerja yang

sering kontak pelarut kimia atau air (contoh: pramusaji, juru pembersih, dokter

gigi, bartender, penata rambut, dan perawat), kebiasaan menggigit kuku, dan

perawatan kuku (manicure) yang agresif atau berlebihan.6 Gejalanya meliputi

kemerahan dan bengkak pada kulit di sekitar kuku, formasi nanah di dekat kuku,

nyeri dan rasa tidak nyaman pada sentuhan, perubahan warna dan kuku.

meruncing (ridging), dan tidak adanya kutikula.1

1
Adapun Prevalensi Kejadian Paronika dalam hal ini penyebab jamur

kandida menurut penelitian memiliki angka kejadian 6 kasus atau 3,75 %, Untuk

diagnosis infeksi kandidiasis pada kuku terbanyak adalah candidiasis of skin and

nail, sehingga tidak spesifik menyebutkan jenis infeksi kukunya. Hal tersebut

dikarenakan di rekam medis elektronik tidak ada data ICD tentang kandida onikia

dan candida paronikia. Diagnosis kandida onikia dan candida paronikia

didapatkan karena beberapa PPDS menulis di kolom keterangan dan dicocokkan

di buku catatan pasien yang terdapat di Poli Mikologi URJ Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo.3

Gejalanya meliputi kemerahan dan bengkak pada kulit di sekitar kuku,

formasi nanah di dekat kuku, nyeri dan rasa tidak nyaman pada sentuhan,

perubahan warna dan kuku meruncing (ridging), dan tidak adanya kutikula.7

Diagnosis paronikia tergantung pada fitur klinis, dan kultur mikroba dari nanah

ataum discahrge untuk mengetahui mikroorganisme terkait dan sensitivitas

antibiotik. Obat antibakteri, antijamur obat-obatan, atau drainase abses mungkin

digunakan untuk pengobatan paronikia; menghindari zat iritasi juga penting.

Gejala bisa mereda seiring pengobatan. Namun, kadang kala didapatkan adanya

kerusakan permanen pada kuku atau jaringan di sekitarnya.1

Pengetahuan mengenai Paronikia merupakan salah satu hal yang cukup

penting saat melakukan pemeriksaan fisik, karena pemeriksaan teliti pada kuku

jari tangan dan kaki dapat memberikan informasi mengenai penyebab yang

mendasarinya, serta penatalaksanaan lebih lanjut terutama pada penderita yang

bekerja pada lingkugan berisiko.1

2
BAB II

LAPORAN KASUS

A. RESUME

Seorang laki laki 45 tahun datang ke Balai Kesehatan Kulit ,

Kelamin dan Kosmetika dengan keluhan nyeri dan sakit pada jari-jari

tangan sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan nyeri dirasakan kadang-kadang.

Pasien mengaku keluhan dirasakan sesaat setelah terkena trauma usai

bekerja sebagai seorang mekanik. Pasien tidak pernah mengalami hal ini

sebelumnya. Tidak ada riwayat penyakit yang diderita. Riwayat penyakit

keluarga dengan gejala yang sama disangkal. Pasien mengaku tidak

sedang mengonsumsi obat – obatan tertentu atau pernah berobat

sebelumnya. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi.

B. PEMERIKSAAN KLINIS

Keadaan Umum : Sakit (ringan, sedang, berat)

Kesadaran : (composmentis/uncomposmentis)

C. STATUS DERMATOLOGIS

Lokasi : Lipatan kuku jari tengah tangan kanan

Efloresensi : Eritema , bengkak, abses , krusta kekuning-kuningan.

3
1a 1b

Gambar 1 a dan 1b: Tampak kulit eritema, edema, terdapat abses pada sekitar

lipatan kuku , dan sedikit krusta kekuning-kuningan .

D. DIAGNOSA BANDING

Onikomikosis

Pionikia

E. DIAGNOSA KERJA

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien di diagnosa dengan

Candidosis Paronikia kronik.

F. PENATALAKSANAAN

a. Non Bedah

a. Oral

4
- Cetrizine 10mg tab 1x1

- Klindamisin 150-45- mg 3-4 /hari selama 7 hari

b. Topikal

- Ketoconazole 2% 1-2 kali / hari

2. Bedah

- Ekstraksi Kuku

G. Prognosis

1. Quo ad vitam : bonam

2. Quo ad function : bonam

3. Quo ad sanationam : bonam

5
BAB III

PEMBAHASAN

Kandidiasis adalah berbagai infeksi yang disebabkan oleh Candida

albicans dan spesies lain dalam genus Candida.1Prevalensi tinggi di Negara

berkembang, dapat ditemukan di seluruh dunia dan menyerang seluruh populasi

umum, prevalensi lakilaki dan perempuan sama, diduga banyak terjadi di daerah

tropis dengan kelembaban udara yang tinggi.2 Penelitian yang dilakukan oleh

Havlickova menyebutkan bahwa kelainan kulit yang disebabkan oleh infeksi

kandida di China menempati urutan ketiga (14%) dari infeksi jamur pada kulit,

Singapura melaporkan tahun 2003 bahwa kasus infeksi candida pada kulit dan

kuku menempati urutan ketiga dan keempat.3

Paronikia kronis adalah reaksi inflamasi multifaktorial dari lipatan kuku

proksimal terhadap iritasi dan alergen. Kelainan ini bisa jadi akibat dari berbagai

kondisi, seperti mencuci piring, mengisap jari, secara agresif memangkas kutikula

(trimming), dan sering berkontak dengan bahan kimia (misal alkali ringan, asam).

Paronikia kronis dapat terjadi sebagai komplikasi dari paronikia akut pada pasien

yang tidak mendapat pengobatan yang tepat. Paronikia kronis sering terjadi pada

orang dengan diabetes.1Gambaran klini berupa penebalan dan eritema pada lipatan

kuku proksimal (boilstering) dan hilangnya kutikula. Hal ini sering berhubungan

dengan terjadinya distrofi kuku. Candida Albicans mempunyai peran patogenik,

tetapi bakteri mungkin juga ikut menyertainya. Tidak adanya kutikula

6
memungkinkan masuknya bahan-bahan iritan seperti deterjen ke daerah dibawah

kuku proksimal, dan hal ini turut menyebabkan proses peradangan.6

Kondisi ini cukup berbeda dengan paronikia bakterial akut, yang timbul

cepat , rasa sakit yang hebat dan timbuh banyak nanah hijau.Penekanan pada

lipatan kuku yang bengkak pada paronikia kronik bisa mengeluarkan butiran-

butiran kecil nanah yang berbentuk krim susu dari bawah lipatan kuku, tetapi

hanya itu saja yang terjadi.6

Paronikia kronis biasanya melibatkan kuku wanita dewasa. Meskipun

patogenesis masih diperdebatkan, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa

kondisi tersebut merupakan reaksi kontak terhadap iritan atau alergen26.

Paronikia kronis akibat kerja sering terjadi pada penjamah makanan. Paronikia

kronis ditandai secara klinis oleh peradangan lipatan kuku proksimal dengan

eritema, edema, dan tidak adanya lipatan kuku kutikula. Satu atau beberapa kuku

terpengaruh, khususnya ibu jari dan jari-jari kedua atau ketiga dari tangan

dominan. Kerusakan pada kuku matriks menghasilkan kelainan permukaan

lempeng kuku seperti garis Beau. Paronikia kronis biasanya mengasumsikan

perjalanan yang berkepanjangan dengan episode superacosed, berulang, self-

limited dari eksaserbasi akut. Sekunderinfeksi dengan Candida spp. dan

Pseudomonas aeruginosa sering terjadi

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini didiagnosis

sebagai Candidosis Paronikia kronik. Pada anamnesis diketahui pasien pekerja

7
mekanik, dan mengaku sering terkena trauma berualang pada jari tangannya

ketika bekerja . berdasarkan teori Candidosis paronikia kronik . Pada anamnesis

didapatkan bahwa pasien pada awalnya mengalami nyeri pada digit ketiga jari

tangan ketika disentuh. Lama kelamaan timbul edema ermatosa disekitar lipatan

kuku tersebut.Hal ini sesuai dengan teori bahwa paronikia biasanya disebabkan

oleh trauma maserasi pada jari, yang kemudian dibiarkan lembab kemudian

terkontaminasi oleh kokus piogenik atau jamur.

Paronikia akut berulang dapat berkembang menjadi paronikia kronis. Pada

paronikia kronis, kutikula berpisah dari lempeng kuku, meninggalkan daerah

antara lipatan kuku proksimal dan lempeng kuku yang rentan terhadap infeksi

oleh patogen bakteri dan jamur.1

Gejala pertama karena adanya pemisahan lempeng kuku dari eponikium,

biasanya disebabkan oleh trauma karena maserasi pada tangan yang sering kena

air. Celah yang lembab itu kemudian terkontaminasi oleh kokus piogenik atau

jamur. Jamur yang tersering adalah Candida Albicans, sedangkan bakteri adalah

staphylococcus.4 Infeksi dimulai dari pangkal kuku, yaitu yang menempel pada

kulit , kuku kemudian menjadi tidak mengkilat, warnanya menjadi kecoklatan

sampai hitam, permukaan menjadi tidak rata dan menjadi keras dan tebal.5

Diagnosis ditegakkan berdasarkan terdapatnya edema, rasa sakit atau abses

disatu atau lebih lipatan kuku. Kultur dan pewarnaan gram terhadap cairan abses

akan memperkuat diagnosis.7Diagnosis paronikia kronis didasarkan pada

pemeriksaan fisik lipatan kuku dan riwayat kontak terus-menerus dengan air,

8
kontak dengan sabun, deterjen, atau bahan kimia lainnya; atau penggunaan obat

sistemik (retinoid, ARV, anti-EGFR antibodi). Manifestasi klinis mirip dengan

paronikia akut: eritema, nyeri, dan bengkak, dengan terangkatnya lipatan kuku

proksimal dan tidak adanya kutikula yang berdekatan. Nanah bias terbentuk di

bawah lipat kuku. Satu atau beberapa kuku biasanya terkena, biasanya ibu jari dan

kedua atau ketiga jari tangan dominan. Lempeng kuku menjadi tebal dan

berwarna. Paronikia kronis umumnya terdapat selama setidaknya enam minggu

pada saat diagnosis. Kondisi ini biasanya memiliki penyebab yang

berkepanjangan dengan berulang, eksaserbasi akut yang sembuh sendiri.1

Pada infeksi yang menetap, rendaman air hangat sebagai tambahan obat

antistafilokok dan bidai pelindung pada bagian yang sakit. Anak yang menghisap

jari dan pasien yang menggigit jari diobati untuk melawan bakteri anaerob dengan

terapi antibiotik. Penisilin dan ampisilin obat paling efektif. Bagaimana pun,

Staphylococcus aureus dan Bakteriodes dapat resisten terhadap antibiotik ini.

Clindamisin dan kombinasi amoksisilin clavulanat efektif untuk melawan bakteri

yang terisolasi. Sefalosporon generasi pertama kurang efektif karena resistensi

tehadap beberapa bakteri anaerob dan Escherichia coli. Beberapa ahli

merekomendasikan kultur bakteri aerob dan anaerob pada paronikia berat sebelum

memulai terapi antibiotik.1

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisis yang dilakukan terdapat abses pada

permukaan lipatan kuku yang tampak edema eritem disertai sedikit krusta bekas

cairan pus yang keluar sewaktu waktu, untuk meredakan atau mematikan jamur

yang terdapat pada lesi diberikan anti fungi seperti ketokonazole 2% atau

9
miconazole 2%, jika perlu kalau kita melihat ada tanda-tanda infeksi bisa

diberikan antibiotik oral. Jika pada akhirnya lesi , edema dan abses tidak

kunjung sembuh maka bisa kita lakukan insisi pada kuku jari yang mengalami

lesi.Hal ini sesuai dengan teori penatalksanaan Paronikia Kronik bahwa ketika

terdapat abses atau fluktuasi dilakukan usaha drainase dengan intervensi bedah.

Ketika terdapat abses atau fluktuasi dilakukan usahakan drainase secara

spontan, atau drainase dengan intervensi bedah jika paronikia didiamkan, pus

mungkin menyebar kebawah sulkus kuku pada daerah yang berlawanan sehingga

mengakibatkan terjadinya abses disekitar kuku. Pus berakumulasi pada bawah

kuku dan mengangkat lempeng kuku. Jika sudah terjadi kasus ini maka kuku

harus diekstraksi untuk mendrainase pus secara adekuat.1

Pengobatan paronikia kronis mencakup paparan menghindari kontak

dengan zat iritasi dan manajemen yang tepat terhadap penyebab dasar inflamasi

dan infeksi, cegah adanya trauma dan jaga agar kulit tetap kering, misal jika

mencuci gunakan sarung tangan. Agen broadspectrum anti jamur topikal dapat

digunakan untuk mengatasi kondisi tersebut dan mencegah kekambuhan.1

Diagnosis Banding :

1. Onikomikosis

2. Pionikia

10
onikomikosis Pionikia
 Disebabkan oleh jamur  Disebabkan oleh bakteri
Etiologi kandida yakni paling terbanyak staphylococcus aureus atau
candida sp diikuti T streptococcus B Hemolyticus
mentaghropites.

 Peningkatan prevalensi  Ada riwayat trauma sebelumnya


onikomikosis pada perokok
(Faktor resiko) dan individu
dengan penyakit perifer.
 Pada remaja dan dewasa lesi
Insidensi
pada lipatan siku, lutut dan
samping leher.6
 Onikomikosis subngual distal  Diawali dengan trauma
dan lateral, biasanya tampak  Ada tanda-tanda radang
Gejala bercak warna putih atau  Infeksi menjalar
Klinis kuning sampai kecoklatan  Timbul pustul
kehitaman pada tepi distal  Pembengkakan
kuku sering dekat dengan  Krusta
lipatan kuku dilateral  Disertai nyeri berdenyut

Penatalaksanaan

11
Keberadaan Candida sp tampaknya tidak terkait dengan efektivitas

pengobatan. Mengingat risiko dan biaya mereka lebih rendah dibandingkan

dengan antijamur sistemik, steroid topikal harus menjadi pengobatan lini pertama

untuk pasien dengan paronikia kronis. Pengobatan topikal dengan kombinasi

steroid dan agen antijamur juga dapat digunakan pada pasien dengan paronikia

kronis sederhana, meskipun data menunjukkan keunggulan pengobatan antifungal

terhadap penggunaan steroid saja kurang, pengobatan anti jamur yang digunakan

dapat berupa terapi sistemik seperti amfoterisin B 0,5-1 mg/kgBB intravena, tablet

nistatin 3x100.000 IU selama 1-4 minggu, ketokonazol 400 mg/hari selama 5 hari

atau flukonazol 150 mg/hari selama 7 hari. 1

Administrasi kortikosteroid intralesi (triamcinolone [Amcort]) dapat

digunakan dalam kasus-kasus refrakter. Kortikosteroid sistemik dapat digunakan

untuk pengobatan peradangan dan rasa sakit pada jangka waktu terbatas pada

pasien dengan paronikia berat melibatkan beberapa kuku. Jika pasien dengan

paronikia kronis tidak merespon terhadap terapi topikal dan menghindari kontak

dengan air dan iritasi, penggunaan antijamur sistemik dapat berguna sebelum

mencoba pendekatan invasif.1

Pada pasien dengan paronikia kronis sulit diobati, eksisi en block pada

lipatan kuku proksimal efektif. Pengangkatan lempeng kuku (total atau parsial,

terbatas pada dasar lempeng kuku) meningkatkan hasil bedah. Atau,

marsupialization eponychial, dengan atau tanpa pengangkatan kuku, dapat

dilakukan. Teknik ini melibatkan eksisi bagian proksimal bagian kulit setengah

lingkaran pada lipatan kuku dan sejajar dengan eponychium, memperluas ke tepi

12
lipatan kuku di kedua sisi. Paronikia disebabkan oleh cetuximab penghambat

EGFR cetuximab dapat diobati dengan antibiotik seperti doxycycline.1

1. Terapi Non Bedah

a. Topikal

Pengobatan topikal sudah sesuai teori. Pada penatalaksanaan pasien

diberikan Ketokonazole 2% atau miconazole 2% atas pertimbangan berdasarkan

dari hasil pemeriksaan fisik tampak Adanya infeksi jamur sehingga diberikan

penatalkasanaan anti fungi pada pasien .

b. Oral

Pengobatan oral sudah sesuai teori. Pada penatalaksanaan pasien

diberikan anti histamin cetirizine 10 mg tab 1x1 atas pertimbangan pasien

mengalami keluhan gatal disekitar lipatan kuku. Diberikan juga antibiotik oral

berupa amoxilin atau clavulanate 500 mg/ 125 mg 3 x sehari selama 7 hari.

2. Terapi Bedah

Ketika Pengobatan Non bedah sudah dilakukan, namun jika akhirnya lesi, edema

dan abses tidak kunjung sembuh maka kita lakukan insisi pada kuku jari yang

mengalami lesi. Hal ini sesuai dengan teori penatalaksanaan Paronikia Kronik

bahwa ketika terdapat abses atau fluktuasi dilakukan usaha drainase dengan

intervensi bedah.

Prognosis

13
Paronikia kronis berespon perlahan terhadap pengobatan. Resolusi

biasanya

memakan waktu beberapa minggu atau bulan, tetapi tingkat perbaikan lambat

seharusnya tidak membuat putus asa dokter dan pasien. Dalam kasus ringan

sampai sedang, Sembilan minggu pengobatan biasanya efektif. Dalam kasus

membandel, eksisi en block lipatan kuku proksimal dengan pengangkatan kuku

dapat

menghasilkan tingkat kesembuhan yang signifikan. Hasil pengobatan yang

berhasil juga tergantung pada langkah-langkah pencegahan yang diambil oleh

pasien (misalnya, memiliki penghalang air di lipatan kuku). Jika pasien tidak

diobati, episode inflamasi akut, sporadic diduga sebagai hasil dari penetrasi terus

menerus dari berbagai patogen.

Edukasi

Cegah adanya trauma dan jaga agar kulit yang dikenai tetap kering. Jika akan

mencuci sebaiknya memakai sarung tangan karet. 5

14
BAB IV
KESIMPULAN

Paronikia merupakan penyakit infeksi superfisial terlokalisir atau abses

pada perionikiuim (lipat kuku) tangan, jarang pada kaki. Paronikia terjadi jika

adanya kerusakan pada daerah kulit lipat kuku yang berbatasan dengan lempeng

kuku sehingga kuman dapat masuk. Paronikia akut kerupakan keluhan yang

sering terjadi dan biasanya disebabkan disebabkan oleh trauma langsung ataupun

tidak langsung. Paronikia kronik adalah penyakit inflamasi multifaktorial pada

lipatan kuku proximal terhadap iritan dan alergen. Paronikia akut Biasanya terjadi

dua sampai lima hari serelah trauma. Paronikia kronis umumnya terdapat selama

setidaknya enam minggu pada saat diagnosis. Pengobatan paronikia akut dan

kronis yang umum digunakan adalah antibiotik peroral, antibiotic topikal,

antimikotik, kortikosteroid topikal atau kombinasi antara kortikosteroid topikal

dan anti jamur.

Paronikia sudah sepatutnya dikuasai sebagai kompetensi dokter dalam

tatalaksana pasien-pasien yang rentan terhadap trauma dan infeksi

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Sari P O, Cania E. Prinsip Pencegahan dan pengobatan Paronikia Akut dan

Kronik. Lampung. Jurnal Medula Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung Vol 8 No 1; 2018.

2. Nurhadi S. Paronikia dan Onikomikosis Yang disebabkan oleh tiga spesies

yang berbeda. Denpasar. FK UNUD; 2016. Hal 1

3. Soetojo S D R, Astari R. Profil Pasien Baru Infeksi Kandida Pada Kulit

dan Kuku. Surabaya. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol 28

No 1 FK UNAIR; 2016. Hal 40

4. Soepardiman L.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin . Jakarta. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.Hal 313.

5. Siregar R S. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2010.Hal 54-55

6. Brown R G, Burns T. Dermatologi. Jakarta. Penerbit Erlangga; 2014. Hal

39-40

7. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta. Penerbit Hipokrates; Hal 56.

16
8. Wolf K, at all. Fitcpatrcik’s Color Atlas and Synopsis Of Clinical

Dermatology. Viena. Mc Graw Hill Education; 2017. Hal 810

9. Kang S , at all. Fitcpatrcik’s Dermatology 9 Th Edition. Baltimore. Mc

Graw Hill Education; 2019. Hal 2937-2939.

10. Bolognia Jean L, At all. Dermatology Fourth Edition.New Haven.

Elsevier; 2018. Hal 1215.

LAMPIRAN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : HS

Jenis kelamin : Laki-Laki

Umur : 45 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Barukang No.6

Tanggal pemeriksaan : 6 Mei 2019

B. ANAMNESIS

Seorang laki laki 45 tahun datang ke Balai Kesehatan Kulit ,

Kelamin dan Kosmetika dengan keluhan nyeri dan sakit pada jari-jari

tangan sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan nyeri dirasakan kadang-kadang.

Pasien mengaku keluhan dirasakan sesaat setelah terkena trauma usai

bekerja sebagai seorang mekanik. Pasien tidak pernah mengalami hal ini

sebelumnya. Tidak ada riwayat penyakit yang diderita. Riwayat penyakit

17
keluarga dengan gejala yang sama disangkal. Pasien mengaku tidak

sedang mengonsumsi obat – obatan tertentu atau pernah berobat

sebelumnya. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi.

PEMERIKSAAN KLINIS

Keadaan Umum : Sakit (ringan, sedang, berat)

Kesadaran : (composmentis/uncomposmentis)

C. STATUS DERMATOLOGIS

Lokasi : Lipatan kuku jari tengah tangan kanan

Efloresensi : Eritema , bengkak, abses , krusta kekuning-kuningan.

18

Anda mungkin juga menyukai