Anda di halaman 1dari 7

Potensi Ekstrak Putri Malu

(Mimosa pudica) Dalam Mencegah


Infeksi Virus Hepatitis B
Oleh: Eddy Zulfikar
A. Latar Belakang
Salah satu bentuk penyakit infeksi yang paling sering ditemukan di
Indonesia adalah hepatitis. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013, diperkirakan terdapat 1,2% atau setara dengan 2.981.075 jiwa
penduduk di Indonesia yang mengidap penyakit hepatitis. Kondisi ini
meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2007, yakni sekitar
0,6%1.
Hepatitis B merupakan penyakit infeksi pada hati yang disebabkan
oleh virus Hepatitis B (HBV) yang ditransmisikan melalui kontak dengan
darah atau cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi. Diperkirakan
terdapat sekitar 257 juta penduduk di dunia yang terinfeksi HBV dengan
887.000 diantaranya dinyatakan meninggal dunia akibat komplikasi seperti
sirosis dan kanker hati pada tahun 20152. Pada tulisan ini, akan dibahas
mengenai potensi tanaman herbal, yakni putri malu (Mimosa pudica) dalam
mencegah infeksi virus Hepatitis B sebagai solusi dalam menghadapi
keterbatasan terapi dan efek samping penggunaan obat-obatan sintetik.
B. Pembahasan
1. Virus Hepatitis B
Virus Hepatitis B (HBV) merupakan virus famili hepadnaviridae,
berbentuk sirkuler, berukuran kecil, dan mengandung DNA yang dilengkapi
dengan kapsul (envelope) dan nukleokapsid. Nukleokapsid dari HBV
mengandung genom DNA rantai ganda yang tidak lengkap dan relatif
berukuran kecil (3,2 kb), enzim polymerase dan protein inti. Sedangkan
kapsulnya mengandung protein permukaan yang dilapisi oleh membran lipid
yang berasal dari sel inang3.
Secara umum, proses awal dimana infeksi virus terjadi atau ketika
virus memasuki sel tubuh inang dibagi menjadi tiga tahapan, yakni perlekatan
(attachment), peleburan (fusion) dan masuk (entry). Siklus hidup dari HBV
dimulai ketika virus melekat pada membran sel inang melalui kapsul protein
yang dimilikinya, diikuti dengan peleburan antara membran virus dengan
membran sel inang, yang kemudian mengakibatkan genom virus dilepaskan

1
menuju ke dalam sel. Begitu genom virus mencapai nukleus, sebagian dari
DNA beruntai ganda (dsDNA) akan diubah menjadi DNA lingkaran tertutup
berikatan kovalen (cccDNA) oleh aktivitas dari enzim polymerase. Dari sini,
penyusunan materi genetik dari HBV yang baru akan terjadi, hingga berakhir
dengan terbentuknya virion HBV lengkap yang kemudian disekresikan keluar
dari sel inang untuk menyelesaikan siklus hidupnya 3.
Genom dari HBV tersusun atas DNA beruntai ganda yang berbentuk
sirkuler. Di dalam genom tersebut, ditemukan empat jenis Open Reading
Frames (ORFs), yaitu S, C, P, dan X. ORF S (surface) mampu mengkode
protein permukaan kapsul dari virus, yakni HBsAg (Hepatitis B surface
Antigen) dan secara struktural serta fungsional terbagi atas regio S, pre-S1,
dan pre-S23. HBsAg merupakan komponen utama dari virion yang berfungsi
untuk melekatkan virus ke jaringan target4. Atas dasar itu, HBsAg seringkali
digunakan sebagai fokus diagnosis laboratorium untuk kasus infeksi Hepatitis
B. Keberadaan HBsAg dalam tubuh pasien mengindikasikan adannya infeksi
HBV yang bersifat akut, juga dapat menandakan proses infeksi yang sudah
berlangsung kronik apabila keberadaan HBsAg tetap bertahan dalam waktu
minimal 6 bulan. Keberadaan HBsAg yang persisten merupakan salah satu
penanda utama akan risiko terkena penyakit hati kronis dan kanker hati di
hari kemudian2.
2. Tanaman Putri Malu (Mimosa pudica)
Mimosa pudica (famili Mimosaceae) merupakan tanaman yang umum
dijumpai pada tanah yang lembab, rerumputan, hingga semak belukar. Di
Indonesia, tanaman ini lebih dikenal dengan julukan “putri malu”
dikarenakan ciri khas daunnya yang akan menutup serta tangkai daunnya
yang tetap menggantung apabila mendapatkan rangsangan berupa sentuhan,
luka fisik, angin maupun getaran5. Putri malu merupakan salah satu jenis
tanaman herbal dikarenakan kandungannya seperti mimosin (sejenis
alkaloid), asam amino, beta-sitosterol, asam linoleat, asam oleat, dan yang
utama adalah tannin, yang total kadarnya bisa mencapai 10% (W/W). Dari
kandungannya itu, perlahan telah diketahui khasiat medis dari putri malu,

2
misalnya untuk menghentikan perdarahan, membantu aktivitas penyembuhan
luka, sebagai agen anti-hiperglikemia dan zat protektif terhadap hati, dan
yang terbaru dapat digunakan sebagai zat antivirus6, salah satunya adalah
mencegah infeksi HBV melalui mekanismenya dalam menghambat proses
perlekatan HBV ke reseptornya4.
3. Potensi Putri Malu dalam Mencegah Infeksi Virus Hepatitis B
Potensi putri malu dalam mencegah kejadian infeksi hepatitis telah
teruji melalui sejumlah penelitian. Jauh sebelum diujikan terhadap virus
Hepatitis B, aktivitas antivirus dari ekstrak putri malu telah terbukti mampu
melawan infeksi virus Hepatitis E (HEV) pada model kultur sel. Ekstrak dari
putri malu ditemukan memiliki efek proliferatif terhadap porcine epithelial
(CLAB) selaku komponen sel imun yang ditemukan pada hepatosit. Di
samping itu, melalui pengujian ekstrak putri malu terhadap sel porcine
epithelial (CLAB) dan porcine machropages (PoM2) yang telah terinfeksi
HEV, diketahui terjadi peningkatan kemampuan bertumbuh dan bertahan
hidup yang signifikan dari kedua sel terinfeksi tersebut. Hal ini diduga terjadi
akibat adanya penghambatan terhadap proses perlekatan HEV ke reseptor
spesifiknya oleh karena aktivitas zat aktif pada ekstrak putri malu, sehingga
mampu memperpanjang kelangsungan hidup dari selnya7.
Melalui mekanisme kerja yang serupa, pencegahan infeksi virus
hepatitis B dengan ekstrak methanol putri malu terjadi karena adanya efek
inhibitorik terhadap perlekatan HBsAg ke reseptornya, oleh karena fungsi
reseptor yang digantikan oleh antibodi terhadap HBs (anti HBs antibody).
Hingga saat ini, reseptor untuk HBV belum diketahui secara pasti. Namun
timbul berbagai spekulasi bahwa carboxypeptidase-D pada hepatosit dapat
menjadi reseptor dari domain pre-S pada protein permukaan dari HBV, begitu
pula dengan glycine decarboxylase (DGD) yang juga dipercaya mampu
berperan sebagai reseptor sekunder. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, HBsAg memiliki peranan yang penting dalam perlekatan HBV
ke reseptornya pada hepatosit, sehingga apabila terdapat sedikit saja
intervensi terhadap proses perlekatan itu, maka replikasi dan pembentukan

3
virion baru dari HBV tidak akan terjadi sebab perlekatan (attachment) selaku
tahap awal HBV untuk memasuki sel tubuh inang mengalami gangguan4.
Efek inhibisi dari ekstrak methanol putri malu terhadap infeksi HBV
diyakini terjadi pada entry level atau ketika virus akan memasuki sel tubuh
inang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh Rohan. N yang
menemukan bahwa efek inhibisi yang signifikan terhadap HBsAg ditemukan
lima hari setelah uji tahap awal dilakukan. Untuk memperoleh aktivitas
inhibisi dari HBsAg, supernatant dari campuran ekstrak methanol putri malu
dengan HBV dari kultur darah positif, diuji dengan metode ELISA untuk
memperoleh nilai kerapatan optiknya (Optical Density/OD). Nilai OD yang
telah diperoleh selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam menghitung
persentase inhibisi terhadap HBsAg8.
Setidaknya terdapat tiga tahapan yang ditempuh untuk mengetahui
efektivitas ekstrak methanol putri malu terhadap inhibisi HBsAg. Pertama,
mengevaluasi kemampuan ekstrak putri malu dalam menetralisir kadar
HBsAg pada HBV. Pada tahap ini, Rohan. N mengujikan dosis tunggal
ekstrak putri malu yakni sebesar 5 mg/ml terhadap berbagai konsentrasi HBV
(150 pg/ml hingga 0,8 pg/ml), untuk mengetahui dosis virus maksimum yang
mampu dinetralisir oleh 5 mg/ml ekstrak putri malu. Dalam percobaan ini, 7,5
pg/ml HBV merupakan dosis virus maksimum yang mampu dinetralisir
(gambar 1)8.

4
Gambar 1. Persentase inhibisi yang dihasilkan dari 5mg/ml ekstrak putri malu
terhadap berbagai konsentrasi (150 pg/ml-0.8 pg/mml) HBV. Terlihat persentase
inhibisi yang optimum terakhir muncul pada konsentrasi HBV 7,5 pg/ml.

Kedua, menentukan dosis optimum ekstrak putri malu yang


dibutuhkan untuk menghasilkan efek inhibisi yang maksimum terhadap HBV.
Pada tahap ini, berbagai konsentrasi ekstrak methanol putri malu (1 mg/ml-50
mg/ml) diujikan terhadap HBV dosis tetap sesuai dengan kadar optimum
yang diperoleh dari percobaan pertama, yakni 7,5 pg/ml. Sejalan dengan
tahap pertama, 7,5 pg/ml HBV mampu dinetralisir secara penuh oleh mulai
dari 5 mg/ml hingga dosis yang lebih tinggi, menandakan 5 mg/ml
merupakan dosis optimum ekstrak putri malu yang dibutuhkan (gambar 2)8.

Gambar 2. Aktivitas antiHBV dari ekstrak methanol putri malu yang diuji
dengan metode checker board. Berbagai konsentrasi HBV (150 pg/ml-0.8
pg/mml) diujikan terhadap ekstrak putri malu konsentrasi berbeda ( 1 mg/ml-50
mg/ml). Terlihat 7,5 pg/mml HBV mampu dinetralisir dengan sangat baik
oleh 5 mg/ml atau dosis yang lebih tinggi. Tampak efektivitas inhibisi putri
malu menurun seiring dengan meningkatnya dosis HBV yang diberikan.

Tahap ketiga merupakan prosedur gabungan dengan menggunakan


konsentrasi yang berbeda baik untuk ekstrak putri malu maupun HBV.
Melalui tahap ini, diketahui bahwa efek inhibisi yang ditimbulkan oleh putri
malu sangat bergantung pada konsentrasi HBV yang beredar di dalam
sirkulasi tubuh8.

5
C. Kesimpulan dan Saran
Hepatitis B merupakan penyakit infeksi yang mematikan, sehingga
membutuhkan upaya pencegahan yang signifikan. Tanaman herbal, dapat
menjadi modalitas pencegahan yang menjanjikan dengan adanya substansi
antivirus yang terkandung di dalamnya. Pemaparan di atas telah
membuktikan bahwa tanaman putri malu (Mimosa pudica) memiliki potensi
emas dalam mencegah dan menetralisir infeksi virus Hepatitis B dengan cara
menghambat perlekatan HBsAg ke reseptornya sehingga replikasi dari HBV
tidak dapat terjadi.
Walaupun telah terbukti efektif, penelitian yang ada masih terbatas
pada menguji aktivitas esktrak putri malu dalam menetralisir infeksi HBV,
sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut terkait toksisitas dan efek samping
untuk memastikan sisi keamanan dari pengobatan. Zat aktif yang bertindak
sebagai antivirus pada ekstrak juga belum diketahui secara pasti sehingga
diperlukan analisis level biomolekuler untuk mengidentifikasi zat aktif
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 16 November 2017, dari:
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%2
02013.pdf.
2. World Health Organization. Hepatitis B fact sheet. Last review Juli 2017.
Diakses 16 nov 17 dari: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs204/en/
3. Liang, T.J. Hepatitis B: The Virus and Disease. Hepatology. 2009; 49: 13-21.
4. Rohan N. et al, Prevention of Hepatitis B Virus (HBV) Replication by
Extracts of Mimosa Pudica, An Unique Indian Medicinal Plant. BIOINFO
Drug Targets. 2014 (2); 1:20-23.
5. Volkov A.G, Foster J.C, Ashby T.A, Walker R.K, Johnson JA, Markin V.S.
Mimosa pudica: Electrical and mechanical stimulation of plant movements.
Plant Cell Environ. 2010; 33(2): 163-73.
6. B.Parimala Devi, K. Manoharan. Anti Viral Medicine Plants- An
Ethnobotanical Approach. Journal of Phytology. 2009: 1(6): 417-421.
7. Roy K, et al. Antiviral activity of medicinal plants in a HEV infected cell
model. In communication. 2012.

Anda mungkin juga menyukai