GRAVES’ DISEASE
Oleh :
Pembimbing :
dr. H. Zakaria Mustari, Sp.PD
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 105505403819
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Interna
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing
PENDAHULUAN
Kelenjar thyroid merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam
sistem endokrin pada manusia. Kelenjar ini memiliki bentuk seperti kupu-kupu
dan memiliki fungsi yang penting pada pertumbuhan normal pada masa bayi dan
anak-anak.(1)
Graves’ disease pertama kali dikenal pada abat ke-19 Masehi dan
dideskripsikan oleh Robert James Graves yang memiliki gejala dan tanda yang
mencakup goiter, palpitasi (takikardia), dan abnormalitas okular (exophthalmus).
(3)(4)
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
B. EPIDEMIOLOGI
C. FAKTOR RISIKO
1. Genetik
2. Jenis Kelamin
3. Infeksi
4. Usia
Graves’ disease biasanya terjadi pada rentan umur 30-60 tahun.. (15)
(16) Pada penelitian yang dilakukan oleh Bano et al. menunjukkan bahwa
pada pada golongan umur <55 tahun memiliki keterkaitan antara
tingginya tingkat TRAbs dan tingginya konsentrasi hormon tiroid serta
meningkatnya risiko relapse. Diduga hal ini terjadi dikarenakan pada
orang tua, TSHR dan glandula tiroid kurang merespon pada stimulasi
TRAbs.(17)
5. Kehamilan
Hormon hCG dan TSH mengandung alpha subset serta beta subset,
dan alpha subset padayang terkandung pada kedua hormon tersebut
adalah sama, sehingga akibat kemiripan biokimia dari hormon hCG dan
TSH ini menyebabkan hCG dapat berikatan dengan TSH reseptor dan
menyebabkan sedikit kenaikan pada T4 dan menurunnya kadar TSH pada
ibu hamil. Hipertiroidisme yang terjadi kemudian berinteraksi dengan
sistem imunitas dan akan memperburuk autoimunitas pada graves’
disease.(16)(18)
D. PATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Symptoms
Palpitasi
Agitasi
Fatigue
Heat intolerant
Tremor
Napsu makan meningkat
Kehilangan berat badan
Menstrual disorder (oligomenorrhea atau amenorrhea)
Mudah haus dan poliuria
Kehilangan keinginan seksual
Neck fullness
Gejala pada mata (swelling, nyeri, kemerahan, double vision)(3)
2. Sign
Hiperaktivitas
Takikardia
Atrial fibrilasi
Systolic hypertension
Kulit hangat dan lembab
Hyper-reflexia
Muscle weakness
Diffuse, palpable goiter and thyroid bruit
Kerontokan rambut
Opthalmopathy
Localized dermopathy
Acropathy(3)
F. DIAGNOSIS BANDING
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Serologi
2. Pencitraan
H. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. Thiouracil
Dosis awal yang diberikan adalah 100 mg per 8 jam dan daily
maintenance dose yang diberikan adalah 50-100 mg, dapat juga
diberikan 25 mg/hari.(15)(21)
b. Imidazoles
2. Radioactive Iodine
3. Bedah
Pada pasien dengan terapi ATD memiliki risiko relaps sebesar 52.7%,
jauh lebih besar dibandingkan pasien yang menjalani terapi radioactive iodine
(15%) dan bedah (10%). Sebesar 13% menunjukkan side-effect dari obat-
obatan ATD.(15)
BAB III
KESIMPULAN
Pada pasien dengan terapi ATD memiliki risiko relaps sebesar 52.7%, jauh
lebih besar dibandingkan pasien yang menjalani terapi radioactive iodine (15%)
dan bedah (10%). Sebesar 13% menunjukkan side-effect dari obat-obatan ATD.
DAFTAR PUSTAKA
2. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. 9th ed. Suryono YJ,
Iskandar M, Isella V, Susanti F, editors. Jakarta: EGC; 2018.
11. Ham MF, Saraswati M, editors. Sistem Endokrin. In: Buku AJar PAtologi
Dasar Robins. 10th ed. Elsevier; 2020. p. 750–1.
12. Struja T, Kutz A, Fischli S, Meier C, Mueller B, Recher M, et al. Is Graves’
disease a primary immunodeficiency? New immunological perspectives on
an endocrine disease. BMC Med. 2017;15(174):1–15.
13. Charbonnier L-M, Cui Y, Victor E, Harb H, Lopez D, Bleesing JJ, et al.
Functional Reprogramming of Regulatory T cells in the absence of Foxp3.
Nat Immunol. 2019;20(9):1208–1219.
18. Laurberg P, Andersen SL. Pregnancy and the incidence, diagnosing and
therapy of Graves’ disease. Eur J Endocrinol. 2016;175(5):219–30.