OLEH:
VADIA MAYANG KRISTABARANI
NIM: 01.2.17.00627
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat
timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid secara berlebihan (Prince dan
Wilson, 2005).
tirotoksikosis. Bentuk yang paling sering adalah penyakit grave, ditandai dengan
pada usia 30 sampai 40 tahun, khususnya pada individu dengan riwayat keluarga
tahun. Dengan penatalaksanaan yang tepat, sebagian besar pasien hidup normal
ditandai dengan adanya kelebihan hormon tiroid yang disekresikan oleh kelenjar
sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Tirotoksikosis adalah sindrom klinis yang
diakibatkan oleh peningkatan tiroksin (T4) atau triiodotironin (T3). Ada beberapa
faktor yang bisa menyebabkan hipertiroidisme, tetapi ada dua yang paling lazim
ditemukan, yaitu penyakit grave dan goiter multinodular toksik (Baradero, Dayrit,
berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimia yang ditemukan bila
tirotoksikosis sebagai akibat tiroid itu sendiri. Tirotoksikosis terbagi atas kelainan
akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. Bentuk yang umum dari masalah
ini adalah penyakit graves, sedangkan bentuk yang lain adalah toksik adenoma, tumor
kelejar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSH menigkat, tiroiditis subakut dan
respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan
(tirotoksikosis). Hal ini bisa disebabkan oleh penyakit graves yang ditandai dengan
Menurut Moeljanto (2009) kelenjar tiroid berasal dari lekukan faring antara
brancial pouch pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul devirtikulum yang
melepaskan diri dari faring. Sebelum lepas, ia berbentuk sebagai duktus tiroglosus,
yang berawak dari foramen sekum di basis lidah. Kelenjar tiroid terletak dibagian
bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh ismus yang menutupi
cincin trakea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia
pratrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan
terangkatnya kelenjar kearah kranial, yang merupakan ciri khas kelenjar tiroid. Setiap
lonjong berukuran panjang 2.5-4 cm, lebar 1.5-2 cm, dan tebal 1-1.5 cm. Berat
kelenjar tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan yodium. Pada orang
dewasa beratnya berkisar antara 10-20 gram. Aliran darah ke kelejar tiroid
meningkat sehingga dengan stetoskop terdengar bising aliran darah dengan jelas di
pleksus trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini ke arah nodus pralaring yang tepat
berada di atas ismus menuju kelenjar getah bening brakiosefalik dan sebagai ada yang
langsung ke duktus menduga penyebaran keganasan yang berasal dari kelenjar tiroid.
Ternyata tiap folikel merupakan kumpulan klon sel tersendiri. Sel ini berbentuk
Protein lain disini yang sangat penting tiroperoksidase (TPO). Enzim ini berukuran
maupun Tg bersifat antigenik seperti halnya pada penyakit tiroid autoimun, sehingga
didalam tiroglobulin pada batas antara apeks sel-koloid. Disana terlihat tonjol-tonjol
mikrovili folikel ke lumen; dan tonjol ini terlibat juga dalam proses endositosis
tiroglobulin. Hormon utama yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) tersimpan
dalam koloid sebagai bagian dari molekul tiroglobulin. Hormon ini hanya akan
dibebaskan apabila ikatan dengan tiroglobulin ini dipecah oleh enzim khusus.
Hormon tiroid memang satu hormon yang dibutuhkan oleh hampir semua
meningkat, cadangan glikogen hati menipis, demikian pula glikogen otot menipis
degradasi kolesterol dan eksresinya lewat empedu teryata jauh lebih cepat,
kekuningan.
Dalam keadaan ini kerena DIII tinggi di plasenta hormon tiroid bebas yang
masuk fetus amat sedikit, karena inaktivasi di plasenta. Meski amat sedikit
krusial, tidak adanya hormon yang cukup menyebabkan lahirnya bayi kretin
2) Efek pada konsumsi oksigen, panas dan pembentukan radikal bebas. Kedua
peristiwa tersebut dirangsang oleh T3, dan limpa. Metabolisme basal meningkat.
akhirnya hormon tiroid ini punya efek yonotropik positif. Secara klinis terlihat
skelet, lemak dan limfosit, efek pasca reseptor dan menurunya reseptor
ada diare. Pada hipotiroidisme terjadi obstipasi dan transit lambung melambat.
7) Efek pada skelet. Turn-over tulang meningkat resorbsi tulang lebih berpengaruh
hipertiroidisme dan 150 menit pada hipotiroidisme dapat menutupi masking atau
2.1.2 Etiologi
tiroiditis, tirotoksikosis T3, dan akibat iodin (produksi hormon tiroid berlebihan)
akibat pemberian iodin suplemen pada orang di daerah endemik goiter. penyakit
grave adalah gangguan autoimun yang dicirikan dengan goiter luas, hipertiroidisme,
penyakit plummer adalah gangguan kelenjar tiroid yang dicirikan dengan nodul yang
banyak pada tiroid dan hipertiroidisme yang ringan dibandingkan dengan penyakit
multinodular toksik, kanker tiroid, peningkatan sekresi TSH, faktor genetik dan
imunologik. Adapun faktor presipitasinya antara lain asupan iodin yang berlebihan,
memperlihatkan kelompok tanda dam gejala yang khas (yang kadang-kadang disebut
khawatir; mereka tidak dapat duduk diam; penderita palpitasi, dan denyut nadi yang
Penderita tirotoksikosis tidak tahan panas dan terus berkeringat secara tidak lazim;
kulit penderita sering kemerahan (flushing) dengan warna salmon yang khas dan
cenderung terasa hangat, lunak serta basah. Tremor pada tangan dapat terlihat. Pasien
badan yang progresif, kelelahan otot yang abnormal, amenore dan perubahan defekasi
dengan konstipasi atau diare. Frekuensi denyut nadi pasien berkisar secara konstan
antara 90-160 kali/menit; tekanan darah sistolik. Dan secara khas bukan tekanan
terutama pada pasien berusia lanjut. Osteoporosis dan fraktur juga menyertai
hipertiroidisme.
jumlah yang berlebihan sebagai akibat dari reaksi inflamasi setelah penyinaran
kelenjar tiroid atau penghancuran jaringan tiroid oleh tumor. Gejala semacam itu
dapat pula terjadi pada pemberian hormon tiroid yang berlebihan untuk mengobati
osteoporosis prematur dapat terlihat, khususya pada wanita (Smeltzer dan Bare,
2001).
simpatis yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat
semakin banyak bila panas, kulit lembab; berat badan menurun, sering disertai nafsu
makan meningkat; palpitasi dan takikardi; diare; dan kelemahan dan serta atropi otot
Menurut Robinson dan Saputra (2014), tanda dan gejala hipertiroidisme antara
lain :
jantung yang lebih cepat dari normal. Pada keadaan yang berat, terutama pada
lansia, akan terjadi datak jantung yang tidak teratur, bahkan gagal jantung.
3) Intoleransi terhadap panas/berkeringat. Ketika metabolisme meningkat, tubuh
keringat. Pasien merasa nyaman berbusana minim dan terus berkipas walaupun
udara dingin.
4) Penurunan berat badan dengan peningkatan nafsu makan. Penurunan berat badan
terjadi akibat pembakaran kalori oleh hormon tiroid yang berlebihan. Pasien
mungkin selalu merasa lapar, banyak makan sampai harus bangun pada malam
6) Tremor. Tangan yang gemetar menyebabkan pasien sulit memegang cangkir atau
memasukkan anak kunci, dan tulisan tangan jadi memburuk. Tangan yang
gemetar ini mudah tampak bila diletakkan selembar kertas di atas tangan pasien
7) Eksoftalmus (dianggap ciri khas, namun sering tidak ada pada pembagian besar
penonjolan bola mata seperti melotot, sering tidak simetris antara mata kanan dan
kiri, disertai penglihatan ganda, dan air mata yang berlebihan. Keadaan ini
disebut oftalmopati akibat graves. Eksoftalmus dapat mengenai satu atau dua
mata. Kelainan ini bisa timbul sebelum atau bersama-sama gejala hipertiroidisme
(T4) dan triiodotironin (T3). Ada beberapa faktor yang biasanya menyebabkan
hipertiroidisme, tetapi ada dua yang paling lazim ditemukan, yaitu Graves dan goiter
multinodular toksik, tiroiditis, tirotoksikosis T3, dan hipertiroidisme dan akibat iodin
(produksi hormon tiroid berlebihan) akibat pemberian iodin suplemen pada orang di
daerah endemik goiter. Penyakit grave adalah gangguan autoimun yang dicirikan
Goiter multinodular toksik atau penyakit plumner adalah ganggua kelenjar tiroid yang
dicirikan dengan nodul yang banyak pada tiroid dan hipertiroidisme yang ringan
Akibatnya, ada peningkatan kosentrasi hormon tiroid dan tanda kelebihan hormon
yang berat dapat berakhir pada fibrilasi atrial, distritmia, angina, dan gagal jantung
kongestif.
retensi cairan. Volume jaringan dan otot yan meningkat mendorong bola mata ke
depan (eksoftalmus). Ada pula edema periorbital dan kelopak mata. Goiter timbul
karena rangsangan pada kelenjar tiroid oleh TSH yang meningkat. Goiter bisa
2.1.5 Komplikasi
atrium dan kelainan ventrikel akan sulit dikontrol. Pada orang Asia dapat terjadi
episode paralisis yang di induksi oleh kegiatan fisik atau masukan karbohidrat dan
(Mansjoer, 2000).
hipertropi ventrikel kiri, gagal jantung, kelemahan dan atropi otot, paralisi,
Kelenjar tiroid selalu membesar hingga taraf tertentu. Kelenjar tersebut terasa
lunak dan pada palpasi dapat terasa pulsasi; vibrasi sering dapat dirasakan dan suara
bruit terdengar pada daerah arteri tiroidea yang merupakan tanda-tanda penigkatan
Perjalanan penyakit ini dapat berlangsung ringan yang ditandai oleh keadaan
kambuh (remisi bergantian dengan ekseserbasi) dan berakhir dengan kesembuhan
spontan dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Sebaliknya, penyakit ini dapat
berjalan progresif dan pasien yang tidak diobati akan menjadi kurus kering, sangat
tegang, mengalami delirium, bahkan di
1. Patofisiologi
Hipertiroid terjadi sangat bervariasi tergantung dari penyebab dan lamanya
terjadi. Pertama bila terjadi hiperplasia epitel folikuler yang berbentuk sama
sehingga terjadi peningkatan masa kelenjar tiroid. Bila kelainan ini menetap,
arsitektur tiroid hilang bersamaan bentuknya, kemudian berkembang di area-area
involusi dan fibrosis diantara area-area fokal yang hiperplasia. Proses ini
mengakibatkan nodul multipel (goiter multinoduler). Dengan pemeriksaan
skintigrafi, beberapa nodul dapat merupakan ”hot nodule” dengan uptake isotop
tinggi, atau ”cold nodule”, uptake isotop rendah dibandingkan dengan jaringan
tiroid normal. Perkembangan nodul berhubungan dengan berkembangnya fungsi
autonom 15 dan berkurangnya kadar TSH. Secara klinis, perjalanan penyakit
goiter non toksik terus berkembang, produksi nodul dan fungsi autonom, pada
sebagian kecil pasien dapat terjadi tirotoksikosis.
Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4
dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat bertambah
berat sekitar 300-500 gram. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi
sintesis, pelepasan dan metabolisme tiroid sekaligus menghambat sintesis
tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan
pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran
kelenjar tiroid. Biasanya tiroid mulai membesar pada usia muda dan berkembang
menjadi multinodular pada saat dewasa. Karena pertumbuhannya berangsur-
angsur, dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di leher. Sebagian
besar penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa
keluhan. Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernafasan
karena menonjol kebagian depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan
trakea bila pembesarannya bilateral. [ CITATION Aru19 \l 1033 ]
21
Pathway Hipertiroid :
Defisiensi Yodium
Mencegah inhibisi umpan balik TSH yang normal Penurunan sekresi T3 dan T4
Meningkatkan
Merangsang hipofisis Peningkatan produksi TSH pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis
HIPERTIROID
BMR meningkat
Hipermetabolisme
Kalsitonin
Bronkus Simpatomimeti Peristaltik usus
mengecil k
Vasokontriksi
Kapasitas Bronkus Perubahan Reabsorbsi Masukan
Hambatan perifer Ca Nutrisi
dlm darah
konduksi listrik
Respirasi jantung
Diare
Takipnea Tekanan darah BB Otot
kurang
Takhikardi
TIK Kerja otot
MK : Pola nafas MK: Defisit
tidak efektif MK : Penurunan Pusing nutrisi Kelemahan
curah jantung otot
MK : Gangguan Mobilitas
MK :
fisik
Intoleransi
Aktifitas
[ CITATION
22
2. Manifestasi Klinis
Gejala umum pada pasien hipertiroid yaitu :
a. Berupa berat badan menurun
b. Nafsu makan meningkat
c. Keringat berlebihan, kelelahan, gelisah
d. Lebih suka udara dingin
e. Sesak napas
f. Jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas
g. Mata melotot (eksoftalamus)
h. Diare
i. Haid tidak teratur
j. Rambut rontok, dan atrofi otot.
k. Mengeluh adanya gangguan menelan, gangguan pernapasan, rasa tidak nyaman di
area leher, dan suara yang serak.
3. Penatalaksanaan
Pasien dengan kecurigaan kelainan hormon tiroid harus dirujuk untuk pemeriksaan dan
dan terapi. Pasien perlu dijelaskan alasan rujukan adalah untuk diagnosis dan kemungkinan
terapi yang akan diberikan. Pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan dengan dokter spesialis
penyakit dalam atau konsultan endokrin metabolik bila ada. Rujukan pada spesialisasi lain
diperlukan tergantung gejala dan tanda yang muncul. Pasien harus diberitahu bahwa ada
beberapa modalitas terapi tirotoksikosis. Terapi yang diberikan menyesuaikan keadaan
pasien dan fasilitas yang tersedia.Terapi farmakologis meliputi:
a. Obat antitiroid
Propiltiourasil (PTU) diberikan dengan dosis awal 300-600mg/hari, dosis maksimal
2.000mg/hari dan etimazol dosis awal 20-40mg/hari. Indikasi pemberian antitiroid adalah
mendapatkan remisi yang menetap atau meperpanjang remisi pada pasien muda dengan
struma ringan-sedang dan tirotoksikosis, mengendalikan tirotoksikosis pada fase sebelum
atau sesudah pengobatan iodium radioaktif, persiapan tiroidektomi, pasien hamil dan
lanjut usia, dan pasien dengan krisis tiroid.
b. Penyekat adrenergik beta pada awal terapi diberikan propranolol 40-200mg dalam 2-3
dosis. Fase ini dilakukan sambil menunggu pasien menjadi eutiroid setelah pemberian
antitiroid selama 6-12 minggu. Pasien dievaluasi setelah 4-6 minggu setelah pemberian
antitiroid. Setelah keadaan eutorid tercapai, pemantauan dilakukan setiap 3-6 bulan sekali.
Pemantauan dilakukan dengan melihat tanda klinis, serta pemeriksaan kadar FT4 dan
TSH dalam darah. Antitiroid dikurangi bertahap dan dipertahankan pada dosis terkecil
selama 12-24 bulan, lalu pengobatan dihentikan. Pasien dikatakan mengalami remisi
apabila setelah 1 tahun penghentian antitiroid, pasien masih dalam keadaan eutiroid.
Setelah fase ini, pasien masih mungkin mengalami keadaan hipertiroid kembali.
c. Indikasi Terapi Pembedahan
Beberapa pasien diindikasikan untuk dilakukan pembedahan. Indikasi pembedahan pada
pasien tirotoksikosis adalah:
23
1. Pasien usia muda dengan struma besar dan tidak ada respons dengan pengobatan
antitiroid
2. Wanita hamil trimester kedua yang memerlukan obat antitiroid dosis tinggi
3. Pasien dengan alergi terhadap obat antitiroid dan tidak dapat menerima terapi iodium
radioaktif
4. Pasien dengan adenoma toksik atau struma multinodosa toksik
5. Pasien dengan Penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
d. Indikasi terapi iodium radioaktif
Beberapa pasien dipertimbangkan lebih baik menerima terapi radioiodine. Pasien yang
termasuk indikasi pemberian radioiodine adalah:
1. Pasien berusia >35 tahun
2. Pasien dengan hipertiroidisme yang kambuh setelah terapi pembedahan
3. Pasien yang gagal mencapai remisi setelah pemberian antitiroid
4. Pasien yang tidak mampu atau tidak mau mendapat terapi obat antitiroid
5. Pasien dengan adenoma toksis atau struma multinodosa toksik.
4. Pemeriksaan Fisik
Fokus pengkajian:
a. Keadaan umum : lemah, keletihan, tidak tahan hawa panas, hiperkinesis, BB turun,
b. Gastrointestinal : hiperdefekasi, lapar, makan banyak, haus, muntah, disfagia,
splenomegaly
c. Muskular : rasa lemah
d. Genitourinaria : Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
e. Kulit : Rambut rontok, berkeringat, kulit basah, silky hair,dan onikolisis
f. Psikis, saraf dan jantung : Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis
periodik, dispneu, hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung
g. Darah dan sistem limfatik : Limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar
h. Mukuloskeleletal : Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nyeri tulang
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Fungsi Hormon
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara testes fungsi tiroid
untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan triyodotiroin
serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum mengukur kadar
tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar TSH plasma dapat diukur
dengan assay radioimunometrik. Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai
indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan
berada di bawah normal pada pasien peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini
dapat digunakan pada awal penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid.
24
Tes ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan
kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida.
b. Foto Rontgen leher
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau menyumbat
trakea (jalan nafas).
c. Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak di layar
TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya kista/nodul
yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang
dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan
karsinoma.
d. Sidikan (Scan) tiroid
Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama technetium-99m
dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam kemudian
berbaring di bawah suatu kamera 12 canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil
pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama
adalh fungsi bagian-bagian tiroid.
e. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi
jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas.
Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi
kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang
kurang baik atau positif palsu karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi.
25
Perlu ditanyakan mengenai apakah pasien penah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat Psikososial
Perlu dikaji bagaimana hubungan pasien dengan orang lain saat mengalami sakit
f. Fokus pengkajia :
1) Keadaan umum, keadaan pasien terlihat lemah serta perubahan pada
tanda-tanda vital (TD meningkat, suhu meningkat, RR meningkat, nadi
meningkat)
2) Kepala dan leher, pada pasien adanya benjolan pada leher
3) Sistem pernapasan, biasanya pasien merasa sesak
4) Sistem neurologi, pada pemeriksaan reflek didapatkan hasil positif.
2. Analisa Data
Dari hasil pengkajian kemudian data tersebut dikelompokan lalu dianlias
sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya
dapat dirumuskan diagnose keperawatan.
26
mengabsorbsi nutrien, peningktan kebutuhan metabolisme
Definisi
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
Penyebab
1. Depresi pusat pernapasan
5. Gangguan neuromuscular
7. Imaturitas neurologis
8. Penurunan energy
9. Obesitas
15. Kecemasan
3. PCO2 meningkat
27
4. PO2 menurun
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelolah kepatenan jalan napas
Tindakan
Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan(Mis.gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Trapeutik
- Pertahanan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma servikal)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endrotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikam oksigen, jika perlu
Edukasi
- anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- ajarkan teknik batuk efektif
kalaborasi
- kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolotik, jika perlu
28
Pola napas L.01004
Definisi
Inspirasi dan/atau ekspresi yang memberikan ventilasi adekuat
Ekspetasi membaik
Kriteria hasil
Cukup Cukup
Menurun Sedang meningkat
menurun meningkat
Ventelasi
1 2 3 4 5
semenit
Kapasitas
1 2 3 4 5
vital
Diameter
thoraks
1 2 3 4 5
anterior
posterior
Tekanan
1 2 3 4 5
ekspirasi
Tekanan
1 2 3 4 5
inspirasi
Cukup Cukup
meningkat sedang menurun
meningkat menurun
Dispnea 1 2 3 4 5
Pengunaan
otot bantu 1 2 3 4 5
napas
Pemanjanga
n fase 1 2 3 4 5
ekspirasi
Ortopnea 1 2 3 4 5
Pemapasan
1 2 3 4 5
pursed-tip
Pernapasan
cuping 1 2 3 4 5
hidung
Cukup
memburu Cukup
memburu sedang membaik
k membaik
k
Frekuensi
1 2 3 4 5
napas
Kedalaman
1 2 3 4 5
napas
Ekskursi
1 2 3 4 5
dada
EVALUASI
Dari hasil evaluasi yang sudah tertulis yang diharapkan gangguan oksigenasi teratasi
29
1. Defisit Nutrisi
Objektif
1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuscular
30
9. Luka bakar
10.Kanker
11.Infeksi
12.AIDS
13.Penyakit Crohn’s
14.Enterokolitis
15.Fibrosis kistik
Objektif
1. Suara peristaltic berubah (tidak ada, hipoaktif atau hiperaktif)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Merasa Mual
Objektif
1. Residu lambung meningkat/menurun
2. Muntah
3. Regurgitasi
4. Pengosongan lambung cepat
5. Distensi abdomen
6. Diare
7. Feses kering dan sulit keluar
31
8. Feses keras
Kondisi Klinis Terkait
1. Pembedahan abdomen atau usus
2. Malnutrisi
3. Kecemasan
4. Kanker empedu
5. Kolesistektomi
6. Infeksi pencernaan
7. Gastroesophageal reflux disease (GERD)
8. Dialisis peritoneal
9. Terapi radiasi
10. Multiple organ dysfunction syndrome
32
1.1.1 Intervensi dan Implementasi sesuai SIKI
1. Intervensi Defisit Nutrisi
Manajemen Nutrisi
Manajemen Nutrisi
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
3. Sajikan makanan secara menarik dan sushu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah kostipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makanan melalui nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antlemetik, jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,jika perlu
33
4. Monitor berat badan
5. Monitor albumin, limfosit dan elektrolit serum
Terapeutik
1. Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
2. Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis. makanan dengan
tekstur halus, makanan yang diblender, makanan cair yang diberikan
melalui NGT atau gastrostoml, total parenteral nutrition sesuai indikasi)
3. Hidangkan makanan secara menarik
4. Berikan suplemen jika perlu
5. Berikan pujian kepada pasien/keluarga untuk peningkatan yang dicapai
Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau
2. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan.
Manajemen Mual
Manajemen Mual
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola perasaan tidak enak pada bagian tenggorok
atau lambung yang dapat menyebabkan muntah.
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi pengalaman mual
2. Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis. bayi, anak-anak dan
mereka yang tidsk dapat berkomunikasi secara efektif)
3. Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis. nafsu makan,
aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
4. Identifikasi faktor penyebab mual (mis. pengobatan dan prosedur)
5. Identifikasi antimetik untuk mencegah mual (kecuali mual pada kehamilan)
6. Monitor mual (mis. frekuensi, durasi dan tingkat keparahan)
7. Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
1. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis. bau tak sedap, suara dan
rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
2. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis. kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
3. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
4. Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak berwarna,
jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan istirahat tidur yang cukup
2. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual
3. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
4. Ajarkan pengguanaan tehnik nonfarmakologis untuk mengatasi mual (mis.
biofeedback, hypnosis, relaksasi, terapi music, akupresur)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antlemetik, jika perlu
Manajemen Muntah
Manajemen Muntah
Definisi
Mengidentifikasi, mencegah dan mengelola reflex pengeluaran isi lambung
Tindakan
35
Observasi
1. Identifikasi karakteristik muntah (mis. warna, konsistensi, adanya darah,
waktu, frekuensi dan durasi)
2. Periksa volume muntah
3. Identifikasi riwayat diet (mis. makanan yang disuka, tidak disukai dan
budaya)
4. Identifikasi faktor penyebab muntah (mis. pengobatan dan prosedur)
5. Identifikasi kerusakan esofagus dan faring posterior jika muntah terlalu
lama
6. Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh
7. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
Terapeutik
1. Kontrol faktor lingkungan penyebab muntah (mis. bau tak sedap, suara dan
stimulasi visual yang tidak menyenangkan.
2. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab muntah (mis. kecemasan,
ketakutan)
3. Atur posisi untuk mencegah aspirasi
4. Pertahankan kepatenan jalan napas
5. Bersihkan mulut dan hidung
6. Berikan dukungan fisik saat muntah (mis. membantu membungkuk atau
menundukkan kepala)
7. Berikan kenyamanan selama muntah (mis. kompres dingin di dahi, atau
sediakan pakaian yang kering dan bersih)
8. Berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi minimal 30 menit setelah
muntah.
Edukasi
1. Anjurkan membawa kantong plastic untuk menampung muntah
2. Anjurkan memperbanyak istirahat
3. Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengelola muntah
(mis. biofeedback, hypnosis, terapi music, akupresur)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
Manajemen Nutrisi
Manajemen Nutrisi
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Tindakan
Observasi
9. Identifikasi status nutrisi
10. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
11. Identifikasi makanan yang disukai
12. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
13. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
14. Monitor asupan makanan
15. Monitor berat badan
16. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
8. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
9. Fasilitasi menentukan pedoman diet
10. Sajikan makanan secara menarik dan sushu yang sesuai
11. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah kostipasi
12. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
13. Berikan suplemen makanan, jika perlu
37
14. Hentikan pemberian makanan melalui nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
3. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
4. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
3. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antlemetik, jika perlu
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,jika perlu
38
Sikap terhadap 1 2 3 4 5
makanan/minuman
sesuai dengan tujuan
kesehatan
Meningka Cukup Sedang Cukup Menurun
t Meningka Menurun
t
Perasaan cepat 1 2 3 4 5
kenyang
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik
k Memburu Membaik
k
Berat Badan 1 2 3 4 5
IMT 1 2 3 4 5
Frekuensi makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal lipatan kulit 1 2 3 4 5
trisep
Membran mukosa 1 2 3 4 5
39
3. Resiko Defisit Nutrisi
Status Nutrisi
Status Nutrisi
Definisi
Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Ekspektasi-------------Membaik
Kriteria Hasil
Porsi makanan yang Menurun Cukup Sedang Cukup Meningka
Menurun Meningka t
t
dihabiskan 1 2 3 4 5
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
pengunyah
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
menelan
Serum albumin 1 2 3 4 5
Verbalisasi keinginan 1 2 3 4 5
untuk meningkatkan
nutrisi
Pengetahuan tentang 1 2 3 4 5
pilihan makanan yang
sehat
Pengetahuan tentang 1 2 3 4 5
pilihan minuman
yang sehat
Pengetahuan tentang 1 2 3 4 5
standard asupan
nutrisi yang tepat
Penyiapan dan 1 2 3 4 5
penyimpanan
makanan yang aman
Penyiapan dan 1 2 3 4 5
penyimpanan
minuman yang aman
Sikap terhadap 1 2 3 4 5
makanan/minuman
sesuai dengan tujuan
kesehatan
Meningka Cukup Sedang Cukup Menurun
t Meningka Menurun
t
Perasaan cepat 1 2 3 4 5
kenyang
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare
40
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik
k Memburu Membaik
k
Berat Badan 1 2 3 4 5
IMT 1 2 3 4 5
Frekuensi makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal lipatan kulit 1 2 3 4 5
trisep
Membran mukosa 1 2 3 4 5
41
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan kategori dari perilaku keperawatan
dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi diterapkan berdasarkan intervensi yang telah disusun (Hardi &
Huda, 2015).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses keperawatan untuk mengukur respon pasien
terhadap kefektifan pemberian tindakan keperawatan dan kemajuan pasien
terhadap tercapainya tujuan yang telah disusun. Evaluasi dibedakan menjadi dua
yaitu evaluasi formatif dan sumatif (Hardi & Huda, 2015).
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan,
hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, imobilitas teratasi sesuai
dengan kriteria hasil yang diharapkan
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan etidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien,
peningktan kebutuhan metabolisme teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang
diharapkan
4. Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kelemahan otot,
ketidakbugaran fisik, gangguan neuroskeletal teratasi sesuai dengan kriteria
hasil yang diharapkan
5. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload,
Perubahan frekuensi jantung, perubahan irama jantung, perubahan
kontraktilitas teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
Aruji, 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Post Operative Tiroidektomi Pada
Nn. L dengan Struma Nodusa Non Toxic di Ruang H2 RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya. Repository STIKes Hang Tuah Surabaya2, pp. 1-70.
Dermawan, D. & Rahayuningsih, T., 2010. Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Dinoyo & Mulyanti, S., 2013. Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Pencernaan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
42
Hardi, K., & Huda Amin, N, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan.
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc (2nd ed.). Yogyakarta: Mediaction.
Moreno, J. C. & Visser, T. J., 2010. Genetics and Phenomics of Hypothyroidism and
Goiter Due to Iodotyrosine Deiodinase (DEHAL1) Gene Mutations.
PubMed.
Nurhayati, N., 2015. Perawat Nunung Nurhayati, Jakarta: s.n.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : PPNI
_______, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta : PPNI
43
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
1. BIODATA :
Nama : Ny.E No.Reg
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ds.Bali
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Tanggal MRS : 25 Mei 2014
Tanggal Pengkajian : 27 Mei 2014
Golongan Darah :-
Diagnosa Medis : Hipertiroid
2. KELUHAN UTAMA :
Pasien merasa sesak nafas sejak 2minggu yang lalu dan ada benjolan di leher bagian depan
sejak 15 tahun
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Sejak 15 tahun yang lalu pasien merasa muncul benjolan dileher depan sisi kanan sebesar ibu
jari tangan pasien. Benjoln dirasakan tidak nyeri dan membesar dalam waktu 2 tahun hingga
sebesar kepalan tangan pasien. Riwayat sesak atau sulit menelan disangkal. Riwayat batuk
lama,demam,atau benjolan ditempat lain diangkat. Pasien pernah di operasi 5 tahun lalu di RS
sumber waras .
4. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU :
Hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal pasien
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA :
Riwayat yang dikeluhkan pasien tidak ditemukan pada keluarga. Dalam keluarga paien tidak
memiliki riwayat hipertiroid lainya. Dikatakan kakek pasien menderita penyakit kencing manis
dan hipertensi dan ayah pasien memiliki riwayat hipertensi.
Genogram :
44
6. RIWAYAT PSIKO SOSIAL DAN SPIRITUAL :
Pasien merupakan seorang mahasiswa fakultas sastra inggris di Univeritas Pendidikan
Ganesa yang saat ini duduk disemester tujuh. Saat ini pasien sedang cuti untuk menjlanai
pengobatanya. Sat ini pasien tinggal dirumahnya bersama orang tua dan kakek serta neneknya.
7. POLA AKTIFITAS SEHARI – HARI ( Makan, istirahat, tidur, eliminasi, aktifitas,
kebersihan dan seksual ).
No Activity Daily Sebelum Sakit Sesudah Sakit
Living (ADL)
1. Pemenuhan Makan/Minum Makan/Minum
kebutuhan Nutrisi Jumlah :3 x/ hari Jumlah : 3x/hari
dan Cairan Jenis : nasi dan sayur Jenis : nasi, sayur,
1) Nasi : 1 porsi) 1) Nasi : 1 porsi)
2) Lauk : ada/tidak, 2) Lauk : ada/tidak,
nabati/hewani nabati/hewani
3) Sayur : ada/tidak 3) Sayur : ada/tidak
4) Minum : 2000 cc/hari 4) Minum : 4-5 gelas/hari
Pantangan : - Pantangan :
Kesulitan Makan/Minum : -
Kesulitan Makan/Minum :
9. TANDA-TANDA VITAL
Suhu Tubuh : 36 ºC
Denyut Nadi : 120 x/menit
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
TT / TB : 68 Kg, 160 cm
10.PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Kepala dan Leher :
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, pupil +/+,
Telinga : Tidak terdapat sekret dan tidak mengalami gangguan pendengaran.
Hidung : Tidak terdapat sekret
Mukosa bibir : kering (-), stomatitis (-)
B. Pemeriksaan Integumen Kulit dan Kuku :
C. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak ( Bila diperlukan ):
Pemeriksaan Dada /Thorak
Thorax :
Inspekes : Ikterus kordis tidak tampak
Palpasi : Kterus kordis tampak di ICS V
Perkusi : Batas atas ICS II sinistra
Batas kanan, parasentral line dekstra ICS IV
Batas kiri, midclavicular line sinistra ICS V
46
Auskultasi : S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Paru :
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Vokal vremitus N/N
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vasikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing +/+
Pemeriksaan Jantung : (tidak terkaji)
Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-)
Palpasi : Bising usus (+) Normal
Auskultasi : timpani (-)
D. Pemeriksaan Kelamin dan daerah sekitarnya ( bila diperlukan ):
Genetalis : (tidak terkaji)
Anus : (tidak terkaji)
H. Pemeriksaan Muskuloskeletal :
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada
fraktur.
Pemeriksaan Neurologi :
Kualitatif : composmentis
Kuantitatif : GCS E4, V5,M6
J. Pemeriksaan Status Mental : (tidak terkaji)
11. Pemeriksaan Penunjang Medis : pemeriksaaan darah lengkap
Tanggal :
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujuk
1. Homatologi
Ret-H
Hemoglobin 10,9 14,00-16,00 Menurun
Lekosit 8.6 4,00-10,5 Normal
Eritrosit 4.18 4,10-6,00 Normal
Hematokrit 34.3 42,00-52,00 Menurun
Trombosit 278 150-450 Normal
RDW-CV 13.2 12,1-14,0 Normal
MCV,MCH,MCHC
MCV 82,1 75,0-96,0 Normal
MCH 26,1 28,0-32,0 Menurun
MCHC 31,8 33,0-37,0 Mneurun
Basoft 0,3 0,0-0,1 Meningkat
Eosiofil 0,1 1.0-3.0 Menurun
Gran% 69.5 50.0-81.0 Normal
Limfosit 16.3 20.0-40.0 Menurun
Faal lemak dan
jantung
CKMB 25 0-25 Normal
Hati dan Pankreas
SGOT 137 5-34 Meningkat
47
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujuk
Pemeriksaan Rontgen :
- Cor dilatasi , sinuses dan diafragma normal
- Pulmo : tampak massa di suprahhilar kiri
Curiga massa intrapulmonal
Kediri , ……………………….
Tanda Tangan Mahasiswa,
ANALISA DATA
48
NAMA PASIEN : Ny.E
UMUR : 60 Tahun
NO. REGISTER : -
DO :
Pasien merasa
lemah, tampak
sesak,adanya
secret,tampak
sesak,cuping
hidung, kadang sulit
tidur karena sesak
TTV pasien :
S : 36⁰C
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
TD : 120/80 mmgh
2.
DS : Defisit Nutrisi
Ketidak mampuan menelan
Pasien mengatakan makanan,
Merasa lemas,
disertai muntah dan
mual
49
DO :
Pasien saat ini
tampak lemas,
tampak kurus,dan
muntah
50
dan ada benjolan di leher
bagian depan sejak 15
tahun,Pasien merasa lemah,
tampak sesak,adanya secret,
tampak sesak,cuping
hidung, kadang sulit tidur
karena sesak
TTV pasien :
S : 36⁰C
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
TD : 120/80 mmgh
51
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSIS KEPERAWATAN :
2. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada
3. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
52
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada
DIAGNOSIS KEPERAWATAN :
3. SIKI :
l. Dipertahankan/ditingkatkan pada
m. Dipertahankan/ditingkatkan pada
n. Dipertahankan/ditingkatkan pada
o. Dipertahankan/ditingkatkan pada
p. Dipertahankan/ditingkatkan pada
q. Dipertahankan/ditingkatkan pada
r. Dipertahankan/ditingkatkan pada
53
s. Dipertahankan/ditingkatkan pada
t. Dipertahankan/ditingkatkan pada
u. Dipertahankan/ditingkatkan pada
v. Dipertahankan/ditingkatkan pada
54
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
55
berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
56
TINDAKAN KEPERAWATAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
58
NO NO. JAM EVALUASI TTD
DX
1. 1. 27 Mei 2014 S : pasien mengatakan jantung berdebar debar
12.00
O : pasien tampak lemas,menggunakan otot
bantu pernafasan
Mengukur tanda-tanda vital
Denyut Nadi : 111x/menit
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Pernafasan :33 x/menit
A : Masalah pola nafas tidak efektif belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutan
1. Memonitor bunyi nafas tambahan
Terdengar wezzing
2. Memberikan minuman hangat
Pasien kooperatif
3. Mengajarkan batuk efektif
Pasien kooperatif
59
CATATAN PERKEMBANGAN
60
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 15 menit pasien dapat memahami tentang teknik batuk efektif untuk membantu mengeluarkan secret.
Tujuan Insruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit pasien dapat :
1) Menjelaskan ulang teknik batuk efektif yang mampu membantu mengeluarkan secret yang benar dan tepat.
2) Pasien mampu mempraktikan teknik batuk efektiif dengan tepat sehingga membantu mengurangi kelebihan secret.
2. Materi Penyuluhan
1) Pengertian teknik Batuk Efektif
2) Manfaat teknik Batuk Efektif
3) Teknik melakukan Batuk Efektif
4) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan Batuk Efektif
5) Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi dari pemberian teknik Batuk Efektif
3. Metode
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
61
Penyuluhan dilakukan dengan media diskusi secara terbuka, yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga. Keluarga dapat mengajukan pertanyaan setelah penyampain
materi selesai.
4. Media
Leaflet
5. Evaluasi
Evaluasi Struktur
Waktu untuk mulai acara, persiapan alat, persiapan media, kelengkapan alat yangakan digunakan.
1) Evaluasi Proses
Bagaimana berlangsungnya proses penyuluhan, ada hambatan atau tidak ada hambatan, keaktifan keluarga Pasien dalam proses pembelajaran, tanya jawab bisa hidup atau tidak.
2) Evaluasi Hasil
1. Dengan memberikan pertanyaan secara lisan
2. Jelaskan pengertian terapi batuk efektif
3. Jelaskan manfaat pemberian terapi batuk efektif
4. Jelaskan teknik melakukan batuk efektif yang benar
5. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan batuk efektif
62
HE untuk Diagnosa Keperawatan : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat Sasaran Penyuluhan : Ny.E
pernapasan, hambatan upaya napas Hari/tanggal : Senin, 27 Mei 2014
Subpokok bahasan : Teknik batuk efektif Tempat : Di ruangan klien
Tujuan Instruksional
No Rincian Materi AVA Evaluasi
Umum Khusus
1. Setelah diberikan HE Setelah diadakan penyuluhan 1. Teknik batuk efektif adalah Ceramah dan S : Pasien mengatakan secret
pasien dapat melaksanakan maka pasien dapat : suatu metode batuk dengan benar, demontrasi berkurang saat melakukan teknik
teknik batuk efektif. 1. Mengerti teknik batuk dimana klien dapat menghemat batuk efektif
efektif energi sehingga tidak mudah lelah O : Pasien tampak rileks, tidak
2. Pasien mampu mengeluarkan dahak secara Nampak pernapasan cuping
menyebutkan tujuan teknik maksimal. hidung.
batuk efektif 2. Tujuan batuk efektif : A : Tujuan tercapai sebagian
3. Pasien mampu 1) Mengeluarkan semua udara P : Intervensi di teruskan
mendemotrasikan teknik dari dalam paru-paru dan sampai pasien merasa nyaman
saluran nafas sehingga
batuk efektif dengan benar dan dapat bernapas tanpa
menurunkan frekuensi sesak
4. Pasien dapat melaksanakan napas gangguan dari secret.
teknik batuk efektif yang 2) Menghemat energi sehingga
tidak mudah lelah dan dapat
adekuat
mengeluarkan dahak secara
maksimal
3) Melatih otot-otot pernafasan
agar dapat melakukan fungsi
dengan baik.
4) Melatih klien agar terbiasa
melakukan cara pernafasan
dengan baik
63
Tujuan Instruksional
No Rincian Materi AVA Evaluasi
Umum Khusus
64
Tujuan Instruksional
No Rincian Materi AVA Evaluasi
Umum Khusus
65
APAKAH BATUK EFEKTIF?
merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan
dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.
66
APA MANFAAT BATUK EFEKTIF?
67
CARA MELAKUKAN BATUK EFEKTIF
1. Anjurkan klien untuk minum air hangat(agar mudah dalam pengeluaran sekresi)
2. Tarik nafas dalam 4-5 kali
3. Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2 detik
4. Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukan dengan kuat
5. Lakukan empat kali setiap batuk efektif, frekuensi disesuaikan dengan kebutuhan
68
1.Bantal
2.Sputum Port
3.air minum hangat(air putih)
4.Tissue
1. 1/2 buah jeruk nipis diperas kemudian campurkan dengan 1 sendok makan madu aduk sampai rata kemudian diminum
2. 1 buah jeruk nipis dipanggang sebentar,kemudian diperas dan dicampur sedikit garam.kemudian diminum
WASPAD
ALAH 69
TEKNIK BATUK EFEKTIF
Disusun oleh:
Vadia Mayang Kristabarani
01.2.17.00627
PROGRAM SARJANA
STIKES RS BAPTIS
KEDIRI
70
71