Anda di halaman 1dari 68

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Ny.

E DENGAN DIAGNOSA MEDIS


HIPERTIROID
DI RUANG ANGGREK RS UMUM DAERAH TARAKAN

OLEH:
VADIA MAYANG KRISTABARANI
NIM: 01.2.17.00627

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES RS. BAPTIS KEDRI


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021 STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

NAMA : VADIA MAYANG KRISTABARANI


NIM : 01.2.17.00627
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Ny.E DENGAN DIAGNOSA
MEDIS HIPERTIROID DI RUANG ANGGREK RS UMUM DAERAH TARAKAN

Kediri, 15 Februari 2021


Dosen Pembimbing
Erva Elli K, S.Kep., Ns., M.Kep
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi

Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh

terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat

timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid secara berlebihan (Prince dan

Wilson, 2005).

Hipertiroidisme adalah produksi hormon tiroid berlebihan menghasilkan

ketidakseimbangan metabolik yang dinamakan hipertiroidisme, yang disebut juga

tirotoksikosis. Bentuk yang paling sering adalah penyakit grave, ditandai dengan

peningkatan produksi tiroksin (T4), pembengkakan kelenjar tiroid (goiter), dan

menyebabkan perubahan sistemik yang multipel. Insiden penyakit grave tertinggi

pada usia 30 sampai 40 tahun, khususnya pada individu dengan riwayat keluarga

mengalami ketidaknormalan tiroid; hanya 5% pasien hipertiroid berusia kurang 15

tahun. Dengan penatalaksanaan yang tepat, sebagian besar pasien hidup normal

(Robinson dan Saputra, 2014).

Hipertiroidisme adalah perubahan fungsi tiroid, yaitu hormon tiroid (thyroid

hormone, TH) yang berespon berlebihan dibandingkan normal. Bentuk tirotoksikosis

ditandai dengan adanya kelebihan hormon tiroid yang disekresikan oleh kelenjar

tiroid (Bilotta, 2011).


8

Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan

sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Tirotoksikosis adalah sindrom klinis yang

diakibatkan oleh peningkatan tiroksin (T4) atau triiodotironin (T3). Ada beberapa

faktor yang bisa menyebabkan hipertiroidisme, tetapi ada dua yang paling lazim

ditemukan, yaitu penyakit grave dan goiter multinodular toksik (Baradero, Dayrit,

dan Siswandi, 2009)

Istilah hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan. Tirotoksikosis

berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimia yang ditemukan bila

suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Sedangkan hipertiroidisme

tirotoksikosis sebagai akibat tiroid itu sendiri. Tirotoksikosis terbagi atas kelainan

yang berhubungan denga hipertiroidisme dan yang tidak berhubungan dengan

hipertiroidisme (Mansjoer, 2000)

Hipertiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan

akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. Bentuk yang umum dari masalah

ini adalah penyakit graves, sedangkan bentuk yang lain adalah toksik adenoma, tumor

kelejar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSH menigkat, tiroiditis subakut dan

berbagai bentuk kanker (Doenges, Moorhouse, dan Geissler, 2000)

Dari beberapa definisi diatas, penulis menyimpulkan hipertiroidisme adalah

respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan

(tirotoksikosis). Hal ini bisa disebabkan oleh penyakit graves yang ditandai dengan

peningkatan tiroksin (T4), pembengkakan kelenjar tiroid (goiter), dan menyebabkan

perubahan sistemik yang multipel.


2.1.1 Anatomi Fisiologi

Menurut Moeljanto (2009) kelenjar tiroid berasal dari lekukan faring antara

brancial pouch pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul devirtikulum yang

kemudian membesar, tumbuh kearah bawah mengalami migrasi ke bawah akhirnya

melepaskan diri dari faring. Sebelum lepas, ia berbentuk sebagai duktus tiroglosus,

yang berawak dari foramen sekum di basis lidah. Kelenjar tiroid terletak dibagian

bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh ismus yang menutupi

cincin trakea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia

pratrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan

terangkatnya kelenjar kearah kranial, yang merupakan ciri khas kelenjar tiroid. Setiap

lonjong berukuran panjang 2.5-4 cm, lebar 1.5-2 cm, dan tebal 1-1.5 cm. Berat

kelenjar tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan yodium. Pada orang

dewasa beratnya berkisar antara 10-20 gram. Aliran darah ke kelejar tiroid

diperkirakan 5 ml/gram kelenjar/menit; dalam keadaan hipertiroidisme aliran ini akan

meningkat sehingga dengan stetoskop terdengar bising aliran darah dengan jelas di

ujung bawah kelenjar.

Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan

pleksus trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini ke arah nodus pralaring yang tepat

berada di atas ismus menuju kelenjar getah bening brakiosefalik dan sebagai ada yang

langsung ke duktus menduga penyebaran keganasan yang berasal dari kelenjar tiroid.

Ternyata tiap folikel merupakan kumpulan klon sel tersendiri. Sel ini berbentuk

kolumnar apabila dirangsang oleh TSH dan pipih apabila dalam


keadaan tidak terangsang/istirahat. Sel folikel mensintesis tiroglobulin (Tg) yang

disekresi ke dalam lumen folikel. Tg adalah glikoprotein berukuran 660kDa, dibuat di

retikulum endoplasmik, dan mengalami glikosilasi secara sempurna di aparat golgi.

Protein lain disini yang sangat penting tiroperoksidase (TPO). Enzim ini berukuran

dengan 103kDa yang 44%-nya berhomologi dengan mielopiroksidase. Baik TPO

maupun Tg bersifat antigenik seperti halnya pada penyakit tiroid autoimun, sehingga

dapat digunakan sebagai penanda penyakit. Biosintesis hormon T4 dan T3 terjadi

didalam tiroglobulin pada batas antara apeks sel-koloid. Disana terlihat tonjol-tonjol

mikrovili folikel ke lumen; dan tonjol ini terlibat juga dalam proses endositosis

tiroglobulin. Hormon utama yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) tersimpan

dalam koloid sebagai bagian dari molekul tiroglobulin. Hormon ini hanya akan

dibebaskan apabila ikatan dengan tiroglobulin ini dipecah oleh enzim khusus.

Efek Metabolik Hormon Tiroid

Hormon tiroid memang satu hormon yang dibutuhkan oleh hampir semua

proses tubuh termasuk proses hipermetabolisme, sehingga perubahan hiper dan

hipotiroidisme berpengaruh atas berbagai peristiwa. Efek metaboliknya antara lain

seperti dibawah ini :

1) Termoregulasi (jelas pada miksedema atau koma miksedema dengan temperatur

sub-optimal) dan kalorigenik.

2) Metabolisme protein. Dalam dosis fisiologis kerjanya bersifat anabolik, tetapi

dalam dosis besar bersifat katabolik.


3) Metabolisme karbohidrat bersifat diabeto-genik, karena resorpsi intestinal

meningkat, cadangan glikogen hati menipis, demikian pula glikogen otot menipis

dan degradasi insulin meningkat.

4) Metabolisme lipid. Meski T4 mempercepat sintesis kolesterol, tetapi proses

degradasi kolesterol dan eksresinya lewat empedu teryata jauh lebih cepat,

sehingga pada hiperfungsi tiroid kolesterol rendah. Sebaliknya pada

hipotiroidisme kolestrerol total, kolesterol ester dan fosfolipid menigkat.

5) Vitamin A. Konversi provitamin A menjadi vitamin A di hati memerlukan

hormon tiroid. Sehingga pada hipotiroidisme dapat dijumpai karotenemia, kulit

kekuningan.

Efek Fisiologik Hormon Tiroid

1) Pertumbuhan fetus. Sebelum mi 11 tiroid fetus belum bekerja, juga TSHnya.

Dalam keadaan ini kerena DIII tinggi di plasenta hormon tiroid bebas yang

masuk fetus amat sedikit, karena inaktivasi di plasenta. Meski amat sedikit

krusial, tidak adanya hormon yang cukup menyebabkan lahirnya bayi kretin

(retardasi mental dan cebol).

2) Efek pada konsumsi oksigen, panas dan pembentukan radikal bebas. Kedua

peristiwa tersebut dirangsang oleh T3, dan limpa. Metabolisme basal meningkat.

Hormon tiroid menurunkan kadar superoksida dismulase hingga radikal bebas

anion superoksida meningkat.

3) Efek kardiovaskular. T3 menstimulasi a). Transkripsi miosin hc-b dan

menghambat miosin hc-b, akibatnya kontraksi otot miokard menguat. b)

trasnkripsi Ca2 + ATPae di retikulum sarkoplasma meningkatkan tonus


diastolik, c) mengubah kosentrasi protein G, reseptor adrenergik, sehingga

akhirnya hormon tiroid ini punya efek yonotropik positif. Secara klinis terlihat

sebagai naiknya curah jantung dan takikardi.

4) Efek simpatik. Karena bertambahnya reseptor adregernik-beta miokard, otot

skelet, lemak dan limfosit, efek pasca reseptor dan menurunya reseptor

adrenergik alfa miokard, maka sensitivitas terhadap katekolamin amat tinggi

pada hipertiroidisme dan sebaliknya pada hipotiroidisme.

5) Efek hematopoetik. Kenbutuhan akan oksigen pada hipertiroidisme

menyebabkan eritropoesis dan produksi eretropoetin meningkat. Volume darah

tetap namun red sell turn over meningkat.

6) Efek gastrointestinal. Pada hipertiroidisme motalitas usus meningkat. Kadang

ada diare. Pada hipotiroidisme terjadi obstipasi dan transit lambung melambat.

Hal ini dapat menyebabkan bertambah kurusnya seseorang.

7) Efek pada skelet. Turn-over tulang meningkat resorbsi tulang lebih berpengaruh

dari pada pembentukannya. Hipertiroidisme dapat menyebabkaan osteopenia.

Dalam keadaan berat maupun menghasilkan hiperkalsemia, hiperkalsiuria dan

penanda hidrosiprolin dan cross-link piridium.

8) Efek neuromuskular. Turn-over yang meningkat juga menyebabkan miopati

disamping hilangnya otot. Dapat terjadi kreatinuria spontan. Kontraksi serta

relaksasi otot meningkat (hiperrefleksia).

9) Efek endokrin. Sekali lagi, hormon tiroid meningkatkan metabolic turn-over

banyak hormon serta bahan farmakologik. Contoh: waktu paruh kortisol


adalah 100 menit pada orang normal tetapi menurun jadi 50 menit pada

hipertiroidisme dan 150 menit pada hipotiroidisme dapat menutupi masking atau

memudahkan unmasking kelainan adrenal.

2.1.2 Etiologi

Penyebab hipertiroidisme adalah penyakit graves, goiter multinodular toksik,

tiroiditis, tirotoksikosis T3, dan akibat iodin (produksi hormon tiroid berlebihan)

akibat pemberian iodin suplemen pada orang di daerah endemik goiter. penyakit

grave adalah gangguan autoimun yang dicirikan dengan goiter luas, hipertiroidisme,

oftalmopati infiltratif, dan dermopati infiltratif. Goiter multinodular toksik atau

penyakit plummer adalah gangguan kelenjar tiroid yang dicirikan dengan nodul yang

banyak pada tiroid dan hipertiroidisme yang ringan dibandingkan dengan penyakit

grave (Baradero, Dayrit, dan Siswandi, 2009).

Menurut Mansjoer (2000) lebih dari 90% hipertiroidisme adalah akibat

penyakit Graves dan nodul tiroid toksik.

Tabel 2.1 penyebab hipertiroid menurut Mansjoer (2000)


Biasa
Penyakit Graves
Nodul tiroid toksik: multinodular dan nonnodular toksik
Tiroiditis: de Quervain’s dan silent
Hipertiroidisme neonatal
Tidak biasa
Hipertiroidisme faksitius
Sekresi TSH yang tidak tepat oleh hipofisi: tumor,
nontumor (sindrom resistensi hormon tiroid)
Yodium eksogen
Metastasis kanker tiroid
Jarang
Koriokarsinoma dan mola hidatidosa
Struma ovari
Karsinoma testikular embrional
Pilyostotic fibrous dysplasia (Sindrom Mc-Cune-
Albringht)
Menurut Bilotta (2011) penyebab dari hipertiroidisme antara lain : penyakit

yang dapat menyebabkan hipertiroidisme antara lain penyakit graves, goiter

multinodular toksik, kanker tiroid, peningkatan sekresi TSH, faktor genetik dan

imunologik. Adapun faktor presipitasinya antara lain asupan iodin yang berlebihan,

stres, pembedahan, infeksi, toksemia dalam kehamilan, ketoasidosis diabetik.

2.1.3 Manifestasi Klinik

Penderita hipertiroidisme yang sudah berkembang lebih jauh akan

memperlihatkan kelompok tanda dam gejala yang khas (yang kadang-kadang disebut

tirotoksikosis). Gejala yang ditemukan sering berupa kegelisahan. Penderita sering

secara emosional mudah terangsang (hipereksitabel), iritabel dan terus merasa

khawatir; mereka tidak dapat duduk diam; penderita palpitasi, dan denyut nadi yang

abnormal cepat ditemukan pada saat melakukan aktifitas maupun beristirahat.

Penderita tirotoksikosis tidak tahan panas dan terus berkeringat secara tidak lazim;

kulit penderita sering kemerahan (flushing) dengan warna salmon yang khas dan

cenderung terasa hangat, lunak serta basah. Tremor pada tangan dapat terlihat. Pasien

dapat memperlihatkan eksoftalmus (mata yang menonjol) yang menghasilkan

ekspresi wajah seperti orang yang terkejut.

Manifestasi lainnya mencangkup peningkatan selera makan, penurunan berat

badan yang progresif, kelelahan otot yang abnormal, amenore dan perubahan defekasi

dengan konstipasi atau diare. Frekuensi denyut nadi pasien berkisar secara konstan

antara 90-160 kali/menit; tekanan darah sistolik. Dan secara khas bukan tekanan

diastolik, akan meningkat; fibrilasi atrium dapat


terjadi; dan dekompensasi jantung dalam bentuk kegagalan kongesti sering dijumpai,

terutama pada pasien berusia lanjut. Osteoporosis dan fraktur juga menyertai

hipertiroidisme.

Gejala hipertiroidisme dapat terjadi pada pelepasan hormon tiroid dengan

jumlah yang berlebihan sebagai akibat dari reaksi inflamasi setelah penyinaran

kelenjar tiroid atau penghancuran jaringan tiroid oleh tumor. Gejala semacam itu

dapat pula terjadi pada pemberian hormon tiroid yang berlebihan untuk mengobati

hipotiroidisme. Penggunaan hormon tiroid yang berlangsung lama tanpa pemantauan

yang ketat dapat menimbulkan gejala hipertiroidisme. Kemungkinan terjadinya

osteoporosis prematur dapat terlihat, khususya pada wanita (Smeltzer dan Bare,

2001).

Gejala-gejala hipertiroidisme berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktifitas

simpatis yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat

semakin banyak bila panas, kulit lembab; berat badan menurun, sering disertai nafsu

makan meningkat; palpitasi dan takikardi; diare; dan kelemahan dan serta atropi otot

(Prince dan Wilson, 2005).

Menurut Robinson dan Saputra (2014), tanda dan gejala hipertiroidisme antara

lain :

1) Pembengkakan tiroid. Pasien dapat merasakan pembesaran/benjolan dileher

walaupun tidak sampai menimbulkan ganggua menelan atau bernafas.

2) Berdebar-debar. Kabanyakan pasien mengalami berdebar-debar atau detak

jantung yang lebih cepat dari normal. Pada keadaan yang berat, terutama pada

lansia, akan terjadi datak jantung yang tidak teratur, bahkan gagal jantung.
3) Intoleransi terhadap panas/berkeringat. Ketika metabolisme meningkat, tubuh

memproduksi panas yang berlebihan, yang kemudian dikeluarkan sebagai

keringat. Pasien merasa nyaman berbusana minim dan terus berkipas walaupun

udara dingin.

4) Penurunan berat badan dengan peningkatan nafsu makan. Penurunan berat badan

terjadi akibat pembakaran kalori oleh hormon tiroid yang berlebihan. Pasien

mungkin selalu merasa lapar, banyak makan sampai harus bangun pada malam

hari untuk makan, tetapi berat badan terus menurun.

5) Sering buang air besar/diare. Ada kecenderungan peningkatan frekuensi gerak

usus sehingga timbul diare 2-3 kali sehari.

6) Tremor. Tangan yang gemetar menyebabkan pasien sulit memegang cangkir atau

memasukkan anak kunci, dan tulisan tangan jadi memburuk. Tangan yang

gemetar ini mudah tampak bila diletakkan selembar kertas di atas tangan pasien

yang diluruskan ke depan.

7) Eksoftalmus (dianggap ciri khas, namun sering tidak ada pada pembagian besar

pasien dengan tirotoksikosis). Pasien penyakit graves dapat mengalami

penonjolan bola mata seperti melotot, sering tidak simetris antara mata kanan dan

kiri, disertai penglihatan ganda, dan air mata yang berlebihan. Keadaan ini

disebut oftalmopati akibat graves. Eksoftalmus dapat mengenai satu atau dua

mata. Kelainan ini bisa timbul sebelum atau bersama-sama gejala hipertiroidisme

lainnya, bahkan bisa terjadi sesudah gejala hipertiroidisme berhasil dengan

pengobatan. Bola mata yang menonjol terjadi akibat


pembengkakan otot dan jaringan lemak menjadi terganggu sehingga gerak bola

mata menjadi terbatas dan terasa tidak nyaman.


Tabel 2.2 tanda dan gejala lain hipertiroidisme menurut Robinson dan Saputra
(2014)
Tirotoksikosis secara nyata pada setiap sistem tubuh, memberikan tanda dan gejala
tambahan hipertiroidisme.
Sistem saraf pusat Sistem kardiovaskular Sistem mukuloskletal
- Kesulitan kosentrasi - Takikardi - Kelemahan (khususnya
- Eksitabilitas atau gugup - Denyut yang penuh dan pada otot proksimal)
- Tremor halus, tulisan tidak teratur (full, - Kelesuan
tangan yang bounding pulse) - Atrofi otot Sistem
bergelombang, dan - Rentang tekanan darah reproduksi Wanita
ceroboh yang lebar - Oligomenorea atau
- Ketidakstabilan emosi - Kardiomegali amenorea
- Penurunan tingkat
dan mood tidak stabil - Penigkatan curah
kesuburan
(mood swings), berkisar jantung dan volume - Insiden tinggi abortus
dari ledakan sesaat darah spontan
sampai psikosis yang - Implus maksimal yang - Penurunan libido
jelas tampak Pria
Kulit, rambut, dan - Takikardi - Ginekomastia
sumpravertikel - Penurunan libido
kuku
Mata
- Kulit licin, hangat, dan paroksimal dan fibrilasi - Eksoftalmus
merah atrium - Inflamasi sesaat pada
- Rambut halus, lembut; - Bising sistolik pada konnjungtiva, kornea,
beruban lebih dini dan batas sternum bagian atau otot mata
rambut rontok pada pria kiri - Diplopia
dan wanita Sistem pernapasan - Peningkatan produksi
- Dispnea saat kelelahan air mata
- Kuku rapuh dan
onikolisis (kuku bagian dan istirahat
Sistem gastrointestinal
distal terlepas dari buku
- Asupan makanan
jari) berlebihan disertai
- Miksedema pretibial penurunan berat badan
- Kulit menebal - Mual dan muntah
- Folikel rambut tampak - Peningkatan defekasi
jelas - Feses lunak
- Bercak merah pada kulit - Diare
- Pembengkakan hati
yang meninggi, terasa
gatal dan kadang nyeri,
dengan pembentukan
nodul
2.1.4 Patofisiologi

Tirotolsikosis adalah sindrom klinis yang diakibatkan oleh peningkatan tiroksin

(T4) dan triiodotironin (T3). Ada beberapa faktor yang biasanya menyebabkan

hipertiroidisme, tetapi ada dua yang paling lazim ditemukan, yaitu Graves dan goiter

multinodular toksik. Penyebab hipertirodisme adalah penyakit grave, goiter

multinodular toksik, tiroiditis, tirotoksikosis T3, dan hipertiroidisme dan akibat iodin

(produksi hormon tiroid berlebihan) akibat pemberian iodin suplemen pada orang di

daerah endemik goiter. Penyakit grave adalah gangguan autoimun yang dicirikan

dengan goiter luas, hipertiroidisme, oftalmopati infiltratif, dan dermopati infiltratif.

Goiter multinodular toksik atau penyakit plumner adalah ganggua kelenjar tiroid yang

dicirikan dengan nodul yang banyak pada tiroid dan hipertiroidisme yang ringan

dibandingkan dengan penyakit grave.

Pada hipertiroidisme, tiroid kehilangan kendali dalam mengatur fungsinyaa.

Akibatnya, ada peningkatan kosentrasi hormon tiroid dan tanda kelebihan hormon

tiroid. Kelebihan hormon tiroid meningkatkan kecepatan metabolisme protein. Efek

hipertiroidisme pada sistem tubuh timbul karena interaksi status hipermetabolik,

meningkatnya sirkulasi, dan stimulasi adrenergik. Ada takikardi dan hipertiroidisme

yang berat dapat berakhir pada fibrilasi atrial, distritmia, angina, dan gagal jantung

kongestif.

Pada penyakit grave, oftalmopati dapat menyertai hipertiroidisme. Pada

oftalmopati, ada pembesaran jaringan ikat retrobulbar dan otot ekstraokular.

Peningkatan volume jaringan retrobulbar dan otot ekstraokular disebebkan oleh

retensi cairan. Volume jaringan dan otot yan meningkat mendorong bola mata ke
depan (eksoftalmus). Ada pula edema periorbital dan kelopak mata. Goiter timbul

karena rangsangan pada kelenjar tiroid oleh TSH yang meningkat. Goiter bisa

ditemukan pada penyakit grave, hipertiroidisme hipofisis (sekunder), tiroiditis,

tirotoksikosis, defisit iodin, obat yang mengandung iodin (amiodaron), dan

hipertiroidisme akibat iodin (Baradero, Dayrit, dan Siswandi, 2009).

2.1.5 Komplikasi

Hipertiroid yang menyebabkan komplikasi terhadap jantung. Termasuk fibrilasi

atrium dan kelainan ventrikel akan sulit dikontrol. Pada orang Asia dapat terjadi

episode paralisis yang di induksi oleh kegiatan fisik atau masukan karbohidrat dan

adanya hipokalemia dapat terjadi sebagai komplikasi. Hiperkalsemia dan

nefrokalsinosis dapat terjadi. Pria dengan hipertiroidisme dapat mengalami

penurunan libido, impotensi, berkurangnya jumlah sperma, dan ginekomastia

(Mansjoer, 2000).

Menurut Bilotta (2011), komplikasi hipertiroidisme antara lain : aritmia,

hipertropi ventrikel kiri, gagal jantung, kelemahan dan atropi otot, paralisi,

osteoporosis, vitiligo, hiperpigmentasi kulit, ulkus pada kornea, miastenia gravis,

gangguan fertilisasi, penurunan libido, ginikomastia, krisis tirotoksik atau badai

tiroid, gagal hati atau ginjal

2.1.6 Evaluasi Diagnostik

Kelenjar tiroid selalu membesar hingga taraf tertentu. Kelenjar tersebut terasa

lunak dan pada palpasi dapat terasa pulsasi; vibrasi sering dapat dirasakan dan suara

bruit terdengar pada daerah arteri tiroidea yang merupakan tanda-tanda penigkatan

aliran darah lewat organ tersebut.


Pada kasus-kasus lanjut, diagnosis dibuat berdasarkan

gejala dan hasil pemeriksaan, seperti dijelaskan sebelumnya

yaitu: peningkatan kadar T4 serum dan peningkatan ambilan

I131 oleh kelenjar tiroid yang melampaui 50%.

Perjalanan penyakit ini dapat berlangsung ringan yang ditandai oleh keadaan
kambuh (remisi bergantian dengan ekseserbasi) dan berakhir dengan kesembuhan
spontan dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Sebaliknya, penyakit ini dapat
berjalan progresif dan pasien yang tidak diobati akan menjadi kurus kering, sangat
tegang, mengalami delirium, bahkan di
1. Patofisiologi
Hipertiroid terjadi sangat bervariasi tergantung dari penyebab dan lamanya
terjadi. Pertama bila terjadi hiperplasia epitel folikuler yang berbentuk sama
sehingga terjadi peningkatan masa kelenjar tiroid. Bila kelainan ini menetap,
arsitektur tiroid hilang bersamaan bentuknya, kemudian berkembang di area-area
involusi dan fibrosis diantara area-area fokal yang hiperplasia. Proses ini
mengakibatkan nodul multipel (goiter multinoduler). Dengan pemeriksaan
skintigrafi, beberapa nodul dapat merupakan ”hot nodule” dengan uptake isotop
tinggi, atau ”cold nodule”, uptake isotop rendah dibandingkan dengan jaringan
tiroid normal. Perkembangan nodul berhubungan dengan berkembangnya fungsi
autonom 15 dan berkurangnya kadar TSH. Secara klinis, perjalanan penyakit
goiter non toksik terus berkembang, produksi nodul dan fungsi autonom, pada
sebagian kecil pasien dapat terjadi tirotoksikosis.
Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4
dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat bertambah
berat sekitar 300-500 gram. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi
sintesis, pelepasan dan metabolisme tiroid sekaligus menghambat sintesis
tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan
pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran
kelenjar tiroid. Biasanya tiroid mulai membesar pada usia muda dan berkembang
menjadi multinodular pada saat dewasa. Karena pertumbuhannya berangsur-
angsur, dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di leher. Sebagian
besar penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa
keluhan. Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernafasan
karena menonjol kebagian depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan
trakea bila pembesarannya bilateral. [ CITATION Aru19 \l 1033 ]

21
Pathway Hipertiroid :
Defisiensi Yodium

Tyrosin tidak terbentuk Zat kini (phenolic) dan obat-obatan (thiocarbamide)

Sekresi hormone tiroid menurun Menghambat sintesa hormone tiroid

Mencegah inhibisi umpan balik TSH yang normal Penurunan sekresi T3 dan T4

Meningkatkan
Merangsang hipofisis Peningkatan produksi TSH pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis

Hiperplasi dan hipertrofi kelenjarPeningkatan


tiroid jumlah sel-sel folikel Hipertrofi kelenjar tiroid

Penyakit graves, tiroidtis, penggunaan hormone tiroid yang berlebih

HIPERTIROID

BMR meningkat

Hipermetabolisme

Kalsitonin 
Bronkus Simpatomimeti Peristaltik usus
mengecil k 
Vasokontriksi
Kapasitas Bronkus Perubahan Reabsorbsi  Masukan
Hambatan perifer Ca Nutrisi
dlm darah
 konduksi listrik  
Respirasi  jantung 
Diare
Takipnea Tekanan darah BB Otot
 kurang
Takhikardi
TIK  Kerja otot 
MK : Pola nafas MK: Defisit
tidak efektif MK : Penurunan Pusing nutrisi Kelemahan
curah jantung otot
MK : Gangguan Mobilitas
MK :
fisik
Intoleransi
Aktifitas
[ CITATION

22
2. Manifestasi Klinis
Gejala umum pada pasien hipertiroid yaitu :
a. Berupa berat badan menurun
b. Nafsu makan meningkat
c. Keringat berlebihan, kelelahan, gelisah
d. Lebih suka udara dingin
e. Sesak napas
f. Jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas
g. Mata melotot (eksoftalamus)
h. Diare
i. Haid tidak teratur
j. Rambut rontok, dan atrofi otot.
k. Mengeluh adanya gangguan menelan, gangguan pernapasan, rasa tidak nyaman di
area leher, dan suara yang serak.

3. Penatalaksanaan
Pasien dengan kecurigaan kelainan hormon tiroid harus dirujuk untuk pemeriksaan dan
dan terapi. Pasien perlu dijelaskan alasan rujukan adalah untuk diagnosis dan kemungkinan
terapi yang akan diberikan. Pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan dengan dokter spesialis
penyakit dalam atau konsultan endokrin metabolik bila ada. Rujukan pada spesialisasi lain
diperlukan tergantung gejala dan tanda yang muncul. Pasien harus diberitahu bahwa ada
beberapa modalitas terapi tirotoksikosis. Terapi yang diberikan menyesuaikan keadaan
pasien dan fasilitas yang tersedia.Terapi farmakologis meliputi:
a. Obat antitiroid
Propiltiourasil (PTU) diberikan dengan dosis awal 300-600mg/hari, dosis maksimal
2.000mg/hari dan etimazol dosis awal 20-40mg/hari. Indikasi pemberian antitiroid adalah
mendapatkan remisi yang menetap atau meperpanjang remisi pada pasien muda dengan
struma ringan-sedang dan tirotoksikosis, mengendalikan tirotoksikosis pada fase sebelum
atau sesudah pengobatan iodium radioaktif, persiapan tiroidektomi, pasien hamil dan
lanjut usia, dan pasien dengan krisis tiroid.
b. Penyekat adrenergik beta pada awal terapi diberikan propranolol 40-200mg dalam 2-3
dosis. Fase ini dilakukan sambil menunggu pasien menjadi eutiroid setelah pemberian
antitiroid selama 6-12 minggu. Pasien dievaluasi setelah 4-6 minggu setelah pemberian
antitiroid. Setelah keadaan eutorid tercapai, pemantauan dilakukan setiap 3-6 bulan sekali.
Pemantauan dilakukan dengan melihat tanda klinis, serta pemeriksaan kadar FT4 dan
TSH dalam darah. Antitiroid dikurangi bertahap dan dipertahankan pada dosis terkecil
selama 12-24 bulan, lalu pengobatan dihentikan. Pasien dikatakan mengalami remisi
apabila setelah 1 tahun penghentian antitiroid, pasien masih dalam keadaan eutiroid.
Setelah fase ini, pasien masih mungkin mengalami keadaan hipertiroid kembali.
c. Indikasi Terapi Pembedahan
Beberapa pasien diindikasikan untuk dilakukan pembedahan. Indikasi pembedahan pada
pasien tirotoksikosis adalah:

23
1. Pasien usia muda dengan struma besar dan tidak ada respons dengan pengobatan
antitiroid
2. Wanita hamil trimester kedua yang memerlukan obat antitiroid dosis tinggi
3. Pasien dengan alergi terhadap obat antitiroid dan tidak dapat menerima terapi iodium
radioaktif
4. Pasien dengan adenoma toksik atau struma multinodosa toksik
5. Pasien dengan Penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
d. Indikasi terapi iodium radioaktif
Beberapa pasien dipertimbangkan lebih baik menerima terapi radioiodine. Pasien yang
termasuk indikasi pemberian radioiodine adalah:
1. Pasien berusia >35 tahun
2. Pasien dengan hipertiroidisme yang kambuh setelah terapi pembedahan
3. Pasien yang gagal mencapai remisi setelah pemberian antitiroid
4. Pasien yang tidak mampu atau tidak mau mendapat terapi obat antitiroid
5. Pasien dengan adenoma toksis atau struma multinodosa toksik.

4. Pemeriksaan Fisik
Fokus pengkajian:
a. Keadaan umum : lemah, keletihan, tidak tahan hawa panas, hiperkinesis, BB turun,
b. Gastrointestinal : hiperdefekasi, lapar, makan banyak, haus, muntah, disfagia,
splenomegaly
c. Muskular : rasa lemah
d. Genitourinaria : Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
e. Kulit : Rambut rontok, berkeringat, kulit basah, silky hair,dan onikolisis
f. Psikis, saraf dan jantung : Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis
periodik, dispneu, hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung
g. Darah dan sistem limfatik : Limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar
h. Mukuloskeleletal : Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nyeri tulang

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Fungsi Hormon
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara testes fungsi tiroid
untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan triyodotiroin
serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum mengukur kadar
tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar TSH plasma dapat diukur
dengan assay radioimunometrik. Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai
indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan
berada di bawah normal pada pasien peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini
dapat digunakan pada awal penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid.

24
Tes ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan
kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida.
b. Foto Rontgen leher
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau menyumbat
trakea (jalan nafas).
c. Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak di layar
TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya kista/nodul
yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang
dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan
karsinoma.
d. Sidikan (Scan) tiroid
Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama technetium-99m
dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam kemudian
berbaring di bawah suatu kamera 12 canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil
pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama
adalh fungsi bagian-bagian tiroid.
e. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi
jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas.
Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi
kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang
kurang baik atau positif palsu karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi.

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien dengan Hipertiroid


1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan prose sang
sistematik dalam pengumpulana data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien.
a. Identitas
Meliputi nama pasien, nama panggilan, jenis kelamin perempuan lebih mendominasi
terjadinya goiter daripada laki-laki (DEPKES, 2017), jumlah saudara, alamat atau tempat
tinggal penderita Goiter lebih berisiko di daerah dataran tinggi karena kurangnya yodium,
bahasa yang digunakan, usia sering terjadi pada usia dibawah 40 tahun (halodoc, 2019),
namun besar kemungkian dapat terjadi pada remaja ataupun dewasa.
b. Keluhan Utama
Menurut (Sdwijo, 2011) pada pasien mengeluh terdapat pembesaran pada leher.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Menurut (Sdwijo, 2011) biasanya pasien mengalami pembesaran nodul pada leher yang
semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernapasan karena penekanan
trakea
d. Riwayat Penyakit Dahulu

25
Perlu ditanyakan mengenai apakah pasien penah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat Psikososial
Perlu dikaji bagaimana hubungan pasien dengan orang lain saat mengalami sakit
f. Fokus pengkajia :
1) Keadaan umum, keadaan pasien terlihat lemah serta perubahan pada
tanda-tanda vital (TD meningkat, suhu meningkat, RR meningkat, nadi
meningkat)
2) Kepala dan leher, pada pasien adanya benjolan pada leher
3) Sistem pernapasan, biasanya pasien merasa sesak
4) Sistem neurologi, pada pemeriksaan reflek didapatkan hasil positif.

5) Sistem gastrointestinal, biasanya pasien mengalami diare, bising usus


meningkat
6) Aktivitas/istirahat, biasanya pasien akan merasa lemah dan sulit tidur.
7) Eliminasi, output urine pasien akan mengalami pertambahan sekitar
1000 ml
8) Integritas ego, mengalami stres yang berat baik emosional maupun
fisik, emosi labil, depresi.
9) Makanan/cairan, kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan
menurun.
10) Rasa nyeri/kenyamanan, nyeri orbital, fotofobia.

11) Keamanan, tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan,


alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu
meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan
kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi,
iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi
pada pretibial) yang menjadi sangat parah.

2. Analisa Data
Dari hasil pengkajian kemudian data tersebut dikelompokan lalu dianlias
sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya
dapat dirumuskan diagnose keperawatan.

3. Diagnosa yang Mungkin Muncul


Menurut SDKI (2017), kemungkinan masalah yang muncul adalah sebagai
berikut :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan,
hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan)
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan
makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan

26
mengabsorbsi nutrien, peningktan kebutuhan metabolisme

1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan

Pola Napas Tidak Efektif D.0005

Definisi
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat

Penyebab
1. Depresi pusat pernapasan

2. Hambatan upaya napas (misalnya, nyeri saat bernapas, kelemahan, otot


pernapasan)

3. Deformitas dinding dada

4. Deformitas tulang dada

5. Gangguan neuromuscular

6. Gangguan neurologis (misalnya, elektroensefalogram [EEG] positif,


cedera kepala, gangguan kejang)

7. Imaturitas neurologis

8. Penurunan energy

9. Obesitas

10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

11. Sindrom hipoventilasi

12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 keatas)

13. Cedera pada medula spinalis

14. Efek agen farmakologis

15. Kecemasan

Gejala dan tanda mayor


Subjektif Objektif
Dispnea
1. penggunaan otot bantu napas
meningkat

2. volume tidal menurun

3. PCO2 meningkat

27
4. PO2 menurun

Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
Tidak tersedia 1. Gelisah
2. Takikardia

Kondisi klinis terkait


1. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
2. Asma
3. Cedera kepala
4. Gagal napas
5. Bedah jantung
6. Adult respiratory distress syndrome (ARDS)
7. Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN)
8. Prematuritas
9. Inpeksi saluran nafas

Manajemen jalan napas 1.01011

Definisi
Mengidentifikasi dan mengelolah kepatenan jalan napas

Tindakan
Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan(Mis.gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Trapeutik
- Pertahanan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma servikal)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endrotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikam oksigen, jika perlu
Edukasi
- anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- ajarkan teknik batuk efektif

kalaborasi
- kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolotik, jika perlu

28
Pola napas L.01004

Definisi
Inspirasi dan/atau ekspresi yang memberikan ventilasi adekuat

Ekspetasi membaik

Kriteria hasil
Cukup Cukup
Menurun Sedang meningkat
menurun meningkat
Ventelasi
1 2 3 4 5
semenit
Kapasitas
1 2 3 4 5
vital
Diameter
thoraks
1 2 3 4 5
anterior
posterior
Tekanan
1 2 3 4 5
ekspirasi
Tekanan
1 2 3 4 5
inspirasi
Cukup Cukup
meningkat sedang menurun
meningkat menurun
Dispnea 1 2 3 4 5
Pengunaan
otot bantu 1 2 3 4 5
napas
Pemanjanga
n fase 1 2 3 4 5
ekspirasi
Ortopnea 1 2 3 4 5
Pemapasan
1 2 3 4 5
pursed-tip
Pernapasan
cuping 1 2 3 4 5
hidung
Cukup
memburu Cukup
memburu sedang membaik
k membaik
k
Frekuensi
1 2 3 4 5
napas
Kedalaman
1 2 3 4 5
napas
Ekskursi
1 2 3 4 5
dada
EVALUASI
Dari hasil evaluasi yang sudah tertulis yang diharapkan gangguan oksigenasi teratasi

29
1. Defisit Nutrisi

Defisit Nutrisi (D.0019)


Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Penyebab
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)

Objektif
1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun

Objektif
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuscular

30
9. Luka bakar
10.Kanker
11.Infeksi
12.AIDS
13.Penyakit Crohn’s
14.Enterokolitis
15.Fibrosis kistik

2. Dissfungsi Motilitas Gastrointestinal

Disfungsi Motilitas Gastrointestinal (D.0021)


Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
Definisi
Peningkatan, penurunan, tidak efektif atau kurangnya aktifitas peristaltic
gastrointestinal.
Penyebab
1. Asupan enteral
2. Intoleransi makanan
3. Imobilisasi
4. Makanan kontaminan
5. Malnutrisi
6. Pembedahan
7. Efek agen farmakologis (mis. Narkotik/opiate, antibiotic, laksatif, anastesia)
8. Proses penuaan
9. Kecemasan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengungkapkan flatus tidak ada
2. Nyeri/kram perut

Objektif
1. Suara peristaltic berubah (tidak ada, hipoaktif atau hiperaktif)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Merasa Mual

Objektif
1. Residu lambung meningkat/menurun
2. Muntah
3. Regurgitasi
4. Pengosongan lambung cepat
5. Distensi abdomen
6. Diare
7. Feses kering dan sulit keluar

31
8. Feses keras
Kondisi Klinis Terkait
1. Pembedahan abdomen atau usus
2. Malnutrisi
3. Kecemasan
4. Kanker empedu
5. Kolesistektomi
6. Infeksi pencernaan
7. Gastroesophageal reflux disease (GERD)
8. Dialisis peritoneal
9. Terapi radiasi
10. Multiple organ dysfunction syndrome

3. Resiko Defisit Nutrisi

Resiko Defisit Nutrisi (D.0032)


Kategori :Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
Definisi
Beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
Faktor Resiko
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuscular
9. Lukabakar
10.Kanker
11.Infeksi
12.AIDS
13.Penyakit Crohn’s
14.Enterokolitis
15.Fibrosis kistik

32
1.1.1 Intervensi dan Implementasi sesuai SIKI
1. Intervensi Defisit Nutrisi
Manajemen Nutrisi
Manajemen Nutrisi
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
3. Sajikan makanan secara menarik dan sushu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah kostipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makanan melalui nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antlemetik, jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,jika perlu

Promosi Berat Badan


Promosi Berat Badan
Definisi
Memfasilitasi peningkatan berat badan.
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi kemungkinan penyebab BB berkurang
2. Monitor adanya mual dan muntah
3. Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari

33
4. Monitor berat badan
5. Monitor albumin, limfosit dan elektrolit serum
Terapeutik
1. Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
2. Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis. makanan dengan
tekstur halus, makanan yang diblender, makanan cair yang diberikan
melalui NGT atau gastrostoml, total parenteral nutrition sesuai indikasi)
3. Hidangkan makanan secara menarik
4. Berikan suplemen jika perlu
5. Berikan pujian kepada pasien/keluarga untuk peningkatan yang dicapai
Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau
2. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan.

2. Intervensi Disfungsi Motilitas Gastrointestinal


Manajemen Nutrisi
Manajemen Nutrisi
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
3. Sajikan makanan secara menarik dan sushu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah kostipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makanan melalui nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
34
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antlemetik, jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,jika perlu

Manajemen Mual
Manajemen Mual
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola perasaan tidak enak pada bagian tenggorok
atau lambung yang dapat menyebabkan muntah.
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi pengalaman mual
2. Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis. bayi, anak-anak dan
mereka yang tidsk dapat berkomunikasi secara efektif)
3. Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis. nafsu makan,
aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
4. Identifikasi faktor penyebab mual (mis. pengobatan dan prosedur)
5. Identifikasi antimetik untuk mencegah mual (kecuali mual pada kehamilan)
6. Monitor mual (mis. frekuensi, durasi dan tingkat keparahan)
7. Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
1. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis. bau tak sedap, suara dan
rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
2. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis. kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
3. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
4. Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak berwarna,
jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan istirahat tidur yang cukup
2. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual
3. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
4. Ajarkan pengguanaan tehnik nonfarmakologis untuk mengatasi mual (mis.
biofeedback, hypnosis, relaksasi, terapi music, akupresur)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antlemetik, jika perlu

Manajemen Muntah
Manajemen Muntah
Definisi
Mengidentifikasi, mencegah dan mengelola reflex pengeluaran isi lambung
Tindakan

35
Observasi
1. Identifikasi karakteristik muntah (mis. warna, konsistensi, adanya darah,
waktu, frekuensi dan durasi)
2. Periksa volume muntah
3. Identifikasi riwayat diet (mis. makanan yang disuka, tidak disukai dan
budaya)
4. Identifikasi faktor penyebab muntah (mis. pengobatan dan prosedur)
5. Identifikasi kerusakan esofagus dan faring posterior jika muntah terlalu
lama
6. Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh
7. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
Terapeutik
1. Kontrol faktor lingkungan penyebab muntah (mis. bau tak sedap, suara dan
stimulasi visual yang tidak menyenangkan.
2. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab muntah (mis. kecemasan,
ketakutan)
3. Atur posisi untuk mencegah aspirasi
4. Pertahankan kepatenan jalan napas
5. Bersihkan mulut dan hidung
6. Berikan dukungan fisik saat muntah (mis. membantu membungkuk atau
menundukkan kepala)
7. Berikan kenyamanan selama muntah (mis. kompres dingin di dahi, atau
sediakan pakaian yang kering dan bersih)
8. Berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi minimal 30 menit setelah
muntah.
Edukasi
1. Anjurkan membawa kantong plastic untuk menampung muntah
2. Anjurkan memperbanyak istirahat
3. Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengelola muntah
(mis. biofeedback, hypnosis, terapi music, akupresur)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu

3. Resiko Defisit Nutrisi


Manajemen Gangguan Makan
Manajemen Gangguan Makan
Definisi
Mengidentifikasi dan dan mengelola diet yang buruk, olahraga berlebihan
dan/atau pengeluaran makanan dan cairan berlebihan
Tindakan
Observasi
1. Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
Terapeutik
36
1. Timbang berat badan secara rutin
2. Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olharaga)
yang sesuai
3. Lakukan kontrak perilaku (mis. target berat badan, tanggung jawab
perilaku)
4. Damping ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan
makanan
5. Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan
perilaku
6. Beri konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak
7. Rencanakan program pengobatan untuk perawatan dirumah
Edukasi
1. Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makan (mis. pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas
berlebihan)
2. Anjurkan pengaturan diet yang tepat
3. Anjurkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan
pilihan makanan

Manajemen Nutrisi
Manajemen Nutrisi
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Tindakan
Observasi
9. Identifikasi status nutrisi
10. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
11. Identifikasi makanan yang disukai
12. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
13. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
14. Monitor asupan makanan
15. Monitor berat badan
16. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
8. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
9. Fasilitasi menentukan pedoman diet
10. Sajikan makanan secara menarik dan sushu yang sesuai
11. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah kostipasi
12. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
13. Berikan suplemen makanan, jika perlu
37
14. Hentikan pemberian makanan melalui nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
3. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
4. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
3. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antlemetik, jika perlu
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,jika perlu

1.1.2 Evaluasi sesuai SLKI


1. Defisit Nutrisi
Status Nutrisi
Status Nutrisi
Definisi
Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Ekspektasi-------------Membaik
Kriteria Hasil
Porsi makanan yang Menurun Cukup Sedang Cukup Meningka
Menurun Meningka t
t
dihabiskan 1 2 3 4 5
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
pengunyah
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
menelan
Serum albumin 1 2 3 4 5
Verbalisasi keinginan 1 2 3 4 5
untuk meningkatkan
nutrisi
Pengetahuan tentang 1 2 3 4 5
pilihan makanan yang
sehat
Pengetahuan tentang 1 2 3 4 5
pilihan minuman
yang sehat
Pengetahuan tentang 1 2 3 4 5
standard asupan
nutrisi yang tepat
Penyiapan dan 1 2 3 4 5
penyimpanan
makanan yang aman
Penyiapan dan 1 2 3 4 5
penyimpanan
minuman yang aman

38
Sikap terhadap 1 2 3 4 5
makanan/minuman
sesuai dengan tujuan
kesehatan
Meningka Cukup Sedang Cukup Menurun
t Meningka Menurun
t
Perasaan cepat 1 2 3 4 5
kenyang
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik
k Memburu Membaik
k
Berat Badan 1 2 3 4 5
IMT 1 2 3 4 5
Frekuensi makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal lipatan kulit 1 2 3 4 5
trisep
Membran mukosa 1 2 3 4 5

2. Disfungsi Motilitas Gastrointestinal


Motilitas Gastrointestinal
Motilitas Gastrointestinal
Definisi
Aktivitas peristaltic gastrointestinal
Ekspektasi-------------Membaik
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningka
Menurun Meningkat t
Nyeri 1 2 3 4 5
Kram 1 2 3 4 5
abdomen
Mual 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Regurgitasi 1 2 3 4 5
Distensi 1 2 3 4 5
abdomen
Diare 1 2 3 4 5
Meningka Cukup Sedang Cukup Menurun
t Meningka Menurun
t
Suara 1 2 3 4 5
peristaltic
Pengosongan 1 2 3 4 5
Lambung
Ratus 1 2 3 4 5

39
3. Resiko Defisit Nutrisi
Status Nutrisi
Status Nutrisi
Definisi
Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Ekspektasi-------------Membaik
Kriteria Hasil
Porsi makanan yang Menurun Cukup Sedang Cukup Meningka
Menurun Meningka t
t
dihabiskan 1 2 3 4 5
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
pengunyah
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
menelan
Serum albumin 1 2 3 4 5
Verbalisasi keinginan 1 2 3 4 5
untuk meningkatkan
nutrisi
Pengetahuan tentang 1 2 3 4 5
pilihan makanan yang
sehat
Pengetahuan tentang 1 2 3 4 5
pilihan minuman
yang sehat
Pengetahuan tentang 1 2 3 4 5
standard asupan
nutrisi yang tepat
Penyiapan dan 1 2 3 4 5
penyimpanan
makanan yang aman
Penyiapan dan 1 2 3 4 5
penyimpanan
minuman yang aman
Sikap terhadap 1 2 3 4 5
makanan/minuman
sesuai dengan tujuan
kesehatan
Meningka Cukup Sedang Cukup Menurun
t Meningka Menurun
t
Perasaan cepat 1 2 3 4 5
kenyang
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare

40
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik
k Memburu Membaik
k
Berat Badan 1 2 3 4 5
IMT 1 2 3 4 5
Frekuensi makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal lipatan kulit 1 2 3 4 5
trisep
Membran mukosa 1 2 3 4 5

41
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan kategori dari perilaku keperawatan
dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi diterapkan berdasarkan intervensi yang telah disusun (Hardi &
Huda, 2015).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses keperawatan untuk mengukur respon pasien
terhadap kefektifan pemberian tindakan keperawatan dan kemajuan pasien
terhadap tercapainya tujuan yang telah disusun. Evaluasi dibedakan menjadi dua
yaitu evaluasi formatif dan sumatif (Hardi & Huda, 2015).
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan,
hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, imobilitas teratasi sesuai
dengan kriteria hasil yang diharapkan
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan etidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien,
peningktan kebutuhan metabolisme teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang
diharapkan
4. Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kelemahan otot,
ketidakbugaran fisik, gangguan neuroskeletal teratasi sesuai dengan kriteria
hasil yang diharapkan
5. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload,
Perubahan frekuensi jantung, perubahan irama jantung, perubahan
kontraktilitas teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan

DAFTAR PUSTAKA

Aruji, 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Post Operative Tiroidektomi Pada
Nn. L dengan Struma Nodusa Non Toxic di Ruang H2 RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya. Repository STIKes Hang Tuah Surabaya2, pp. 1-70.
Dermawan, D. & Rahayuningsih, T., 2010. Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Dinoyo & Mulyanti, S., 2013. Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Pencernaan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

42
Hardi, K., & Huda Amin, N, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan.
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc (2nd ed.). Yogyakarta: Mediaction.
Moreno, J. C. & Visser, T. J., 2010. Genetics and Phenomics of Hypothyroidism and
Goiter Due to Iodotyrosine Deiodinase (DEHAL1) Gene Mutations.
PubMed.
Nurhayati, N., 2015. Perawat Nunung Nurhayati, Jakarta: s.n.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : PPNI
_______, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta : PPNI

43
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

NAMA MAHASISWA : Vadia Mayang Kristabarani


NIM : 01.2.17.00627
RUANG :-
TANGGAL : 29 Januari 2021

1. BIODATA :
Nama : Ny.E No.Reg
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ds.Bali
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Tanggal MRS : 25 Mei 2014
Tanggal Pengkajian : 27 Mei 2014
Golongan Darah :-
Diagnosa Medis : Hipertiroid
2. KELUHAN UTAMA :
Pasien merasa sesak nafas sejak 2minggu yang lalu dan ada benjolan di leher bagian depan
sejak 15 tahun
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Sejak 15 tahun yang lalu pasien merasa muncul benjolan dileher depan sisi kanan sebesar ibu
jari tangan pasien. Benjoln dirasakan tidak nyeri dan membesar dalam waktu 2 tahun hingga
sebesar kepalan tangan pasien. Riwayat sesak atau sulit menelan disangkal. Riwayat batuk
lama,demam,atau benjolan ditempat lain diangkat. Pasien pernah di operasi 5 tahun lalu di RS
sumber waras .
4. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU :
Hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal pasien
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA :
Riwayat yang dikeluhkan pasien tidak ditemukan pada keluarga. Dalam keluarga paien tidak
memiliki riwayat hipertiroid lainya. Dikatakan kakek pasien menderita penyakit kencing manis
dan hipertensi dan ayah pasien memiliki riwayat hipertensi.
Genogram :

44
6. RIWAYAT PSIKO SOSIAL DAN SPIRITUAL :
Pasien merupakan seorang mahasiswa fakultas sastra inggris di Univeritas Pendidikan
Ganesa yang saat ini duduk disemester tujuh. Saat ini pasien sedang cuti untuk menjlanai
pengobatanya. Sat ini pasien tinggal dirumahnya bersama orang tua dan kakek serta neneknya.
7. POLA AKTIFITAS SEHARI – HARI ( Makan, istirahat, tidur, eliminasi, aktifitas,
kebersihan dan seksual ).
No Activity Daily Sebelum Sakit Sesudah Sakit
Living (ADL)
1. Pemenuhan Makan/Minum Makan/Minum
kebutuhan Nutrisi Jumlah :3 x/ hari Jumlah : 3x/hari
dan Cairan Jenis : nasi dan sayur Jenis : nasi, sayur,
1) Nasi : 1 porsi) 1) Nasi : 1 porsi)
2) Lauk : ada/tidak, 2) Lauk : ada/tidak,
nabati/hewani nabati/hewani
3) Sayur : ada/tidak 3) Sayur : ada/tidak
4) Minum : 2000 cc/hari 4) Minum : 4-5 gelas/hari
Pantangan : - Pantangan :

Kesulitan Makan/Minum : -
Kesulitan Makan/Minum :

Usaha mengatasi kesulitan : -


Usaha Mengatasi Kesulitan :

2. Pola Eliminasi BAK : 3-4x/hari BAK : 3 x/hari


Jumlah ; cc Jumlah : cc

BAB : 1 x/hari BAB : 1 x/hari


Konsistensi : lunak Konsistensi : warnah kuning
jernih
Masalah dan cara mengatasi: -
Masalah dan cara mengatasi: -

3. Pola istirahat Tidur Siang :1 jam Siang : jam

Sore :- jam Sore : jam

Malam : 8 jam Malam :6-7 jam

Gangguan Tidur : Gangguan Tidur :kadang sulit


tidur karena sesak

Penggunaan Obat Tidur :


Penggunaan Obat Tidur :
4. Personal Hygiene Frekuensi Mandi : 2 x/hari Frekuensi Mandi : 2x/hari
(Kebersihan Diri)
Frekuensi mencuci rambut : 1 x Frekuensi mencuci rambut : -
dalam seminggu
45
No Activity Daily Sebelum Sakit Sesudah Sakit
Living (ADL)
Frekuensi gosok gigi : 2 x/hari
Frekuensi gosok gigi : 2 x/hari
Keadaan Kuku : -
Keadaan Kuku : dipotong bila
panjang Ganti Baju : -

Ganti Baju : 1x/hari

5. Aktivitas Lain Aktivitas rutin : - Aktivitas rutin : -

Aktivitas yang dilakukan pada


waktu luang : - Aktivitas yang dilakukan pada
waktu luang : -

8. KEADAAN/PENAMPILAN/KESAN UMUM PASIEN :


Klien terlihat baik, kesadaran klien compos mentis.

9. TANDA-TANDA VITAL
Suhu Tubuh : 36 ºC
Denyut Nadi : 120 x/menit
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
TT / TB : 68 Kg, 160 cm

10.PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Kepala dan Leher :
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, pupil +/+,
Telinga : Tidak terdapat sekret dan tidak mengalami gangguan pendengaran.
Hidung : Tidak terdapat sekret
Mukosa bibir : kering (-), stomatitis (-)
B. Pemeriksaan Integumen Kulit dan Kuku :
C. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak ( Bila diperlukan ):
Pemeriksaan Dada /Thorak
Thorax :
Inspekes : Ikterus kordis tidak tampak
Palpasi : Kterus kordis tampak di ICS V
Perkusi : Batas atas ICS II sinistra
Batas kanan, parasentral line dekstra ICS IV
Batas kiri, midclavicular line sinistra ICS V

46
Auskultasi : S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Paru :
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Vokal vremitus N/N
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vasikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing +/+
Pemeriksaan Jantung : (tidak terkaji)
Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-)
Palpasi : Bising usus (+) Normal
Auskultasi : timpani (-)
D. Pemeriksaan Kelamin dan daerah sekitarnya ( bila diperlukan ):
Genetalis : (tidak terkaji)
Anus : (tidak terkaji)
H. Pemeriksaan Muskuloskeletal :
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada
fraktur.
Pemeriksaan Neurologi :
Kualitatif : composmentis
Kuantitatif : GCS E4, V5,M6
J. Pemeriksaan Status Mental : (tidak terkaji)
11. Pemeriksaan Penunjang Medis : pemeriksaaan darah lengkap
Tanggal :
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujuk
1. Homatologi
Ret-H
Hemoglobin 10,9 14,00-16,00 Menurun
Lekosit 8.6 4,00-10,5 Normal
Eritrosit 4.18 4,10-6,00 Normal
Hematokrit 34.3 42,00-52,00 Menurun
Trombosit 278 150-450 Normal
RDW-CV 13.2 12,1-14,0 Normal
MCV,MCH,MCHC
MCV 82,1 75,0-96,0 Normal
MCH 26,1 28,0-32,0 Menurun
MCHC 31,8 33,0-37,0 Mneurun
Basoft 0,3 0,0-0,1 Meningkat
Eosiofil 0,1 1.0-3.0 Menurun
Gran% 69.5 50.0-81.0 Normal
Limfosit 16.3 20.0-40.0 Menurun
Faal lemak dan
jantung
CKMB 25 0-25 Normal
Hati dan Pankreas
SGOT 137 5-34 Meningkat

47
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujuk

Pemeriksaan Rontgen :
- Cor dilatasi , sinuses dan diafragma normal
- Pulmo : tampak massa di suprahhilar kiri
Curiga massa intrapulmonal

12. Pelaksanaan / Therapi :


1. PTU 3x200 mg ( untuk mengatasi hipertiroidisme )
2. Infus ringer laktat 16 tetes per menit ( untuk menggantikan cairan dalam tubuh )
3. Propanolol 2x1 (untuk mengangani penyakit yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh
darah )
13. Harapan Klien / Keluarga sehubungan dengan penyakitnya :
Pasien mengatakan ingin sembuh dan ingin cepat pulang bertemu dengan keluarganya

Kediri , ……………………….
Tanda Tangan Mahasiswa,

( Vadia Mayang Kristabarani )

ANALISA DATA

48
NAMA PASIEN : Ny.E
UMUR : 60 Tahun
NO. REGISTER : -

NO DATA OBYEKTIF FAKTOR YANG MASALAH


(DO) BERHUBUNGAN/RISIK KEPERAWATAN
DATA O (E) (SDKI)
SUBYEKTIF (DS)
1. DS :
Hambatan upaya nafas
Pasien merasa sesak Pola Nafas Tidak Efektif
( mis. Nyeri saat
nafas sejak bernafas,kelemahan otot (0005)
pernafasan)
2minggu yang lalu
dan ada benjolan di
leher bagian depan
sejak 15 tahun

DO :
Pasien merasa
lemah, tampak
sesak,adanya
secret,tampak
sesak,cuping
hidung, kadang sulit
tidur karena sesak
TTV pasien :
S : 36⁰C
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
TD : 120/80 mmgh

2.
DS : Defisit Nutrisi
Ketidak mampuan menelan
Pasien mengatakan makanan,
Merasa lemas,
disertai muntah dan
mual

49
DO :
Pasien saat ini
tampak lemas,
tampak kurus,dan
muntah

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.E


UMUR : 60 Tahun
NO. REGISTER : -

NO TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL TANDA


MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI TANGA
(SDKI) N
1. 27 Mei 2014 28 Mei 2014
Pola Nafas Tidak Efektif
berhubungan dengan
depresi pusat pernafasan,
hambatan upaya nafas
( mis. Nyeri saat
bernafas,kelemahan otot
pernafasan) ditandai dengan
Pasien merasa sesak nafas
sejak 2minggu yang lalu

50
dan ada benjolan di leher
bagian depan sejak 15
tahun,Pasien merasa lemah,
tampak sesak,adanya secret,
tampak sesak,cuping
hidung, kadang sulit tidur
karena sesak
TTV pasien :
S : 36⁰C
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
TD : 120/80 mmgh

Defisit nutrisi berhubungan


dengan Ketidak mampuan
2. 27 mei 2014
menelan
makanan,ketidakmampuan
mencerna
makanan,ketidakmampuan
mengabsorsi
nutrien,peningkatan
kebutuhan metabolisme,
Pasien mengatakan
Merasa lemas, disertai
muntah dan mual , Pasien
saat ini tampak lemas,
tampak kurus,dan muntah

51
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.E


UMUR : 60 Tahun
NO REGISTER :-

DIAGNOSIS KEPERAWATAN :

1. SLKI : Pola Nafas.......................................................................................(L.01004)


a. Tekanan inspirasi 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
b. Penggunaan otot bantu 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
c. Pernafasan cuping hidung 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
d. Frekuensi nafas 4 ......Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
e. Kedalaman Nafas 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada

2. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

3. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
52
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

Keterangan : (dipertahankan/ditingkatkan) coret salah satu

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.E


UMUR : 60 Tahun
NO REGISTER :-

DIAGNOSIS KEPERAWATAN :

1. SLKI : Status nutrisi.......................................................................................(L.01004)


j. Berat badan 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
k. Frekuensi makan 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
l. Bising usus 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
m. ......Dipertahankan/ditingkatkan pada
n. Dipertahankan/ditingkatkan pada
o. Dipertahankan/ditingkatkan pada
p. Dipertahankan/ditingkatkan pada
q. Dipertahankan/ditingkatkan pada
r. Dipertahankan/ditingkatkan pada

2. SIKI : Motilisasi Gastrointestinal


l. Mual 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
m. Muntah 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
n. Berat badan 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
o. Dipertahankan/ditingkatkan pada
p. Dipertahankan/ditingkatkan pada
q. Dipertahankan/ditingkatkan pada
r. Dipertahankan/ditingkatkan pada
s. Dipertahankan/ditingkatkan pada
t. Dipertahankan/ditingkatkan pada
u. Dipertahankan/ditingkatkan pada
v. Dipertahankan/ditingkatkan pada

3. SIKI :
l. Dipertahankan/ditingkatkan pada
m. Dipertahankan/ditingkatkan pada
n. Dipertahankan/ditingkatkan pada
o. Dipertahankan/ditingkatkan pada
p. Dipertahankan/ditingkatkan pada
q. Dipertahankan/ditingkatkan pada
r. Dipertahankan/ditingkatkan pada
53
s. Dipertahankan/ditingkatkan pada
t. Dipertahankan/ditingkatkan pada
u. Dipertahankan/ditingkatkan pada
v. Dipertahankan/ditingkatkan pada

Keterangan : (dipertahankan/ditingkatkan) coret salah satu

54
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.E


UMUR : 60 Tahun
NO. REGISTER : -
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan Manajemen jalan napas Ob
1.
dengan 1.01011
depresi pusat pernafasan, hambatan Observasi
upaya nafas ( mis. Nyeri saat
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, Tra
bernafas,kelemahan otot pernafasan)
ditandai dengan usaha napas)
Pasien merasa sesak nafas sejak
2. Monitor bunyi napas
2minggu yang lalu dan ada benjolan
tambahan(Mis.gurgling, mengi, wheezing,
di leher bagian depan sejak 15
ronkhi kering)
tahun,Pasien merasa lemah, tampak
Trapeutik
sesak,adanya secret, tampak
1. Pertahanan kepatenan jalan napas dengan Ed
sesak,cuping hidung, kadang sulit
head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
tidur karena sesak
trauma servikal)
TTV pasien :
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
S : 36⁰C
3. Berikam oksigen, jika perlu
N : 88 x/menit
Edukasi
RR : 20 x/menit
1. Ajarkan teknik batuk efektif
TD : 120/80 mmgh
2.
Observasi
Ob
1. Monitor asupan dan keluarnya makanan dan
Defisit nutrisi berhubungan dengan
cairan serta kebutuhan kalori
Ketidak mampuan menelan
Terapeutik
makanan,ketidakmampuan mencerna Ter
1. Timbang berat badan secara rutin
makanan,ketidakmampuan
2. Lakukan kontrak perilaku (mis. target berat
mengabsorsi nutrien,peningkatan
badan, tanggung jawab perilaku)
kebutuhan metabolisme, Pasien
3. Damping ke kamar mandi untuk pengamatan
mengatakan
perilaku memuntahkan makanan
Merasa lemas, disertai muntah dan
4. Beri konsekuensi jika tidak mencapai target
mual , Pasien saat ini tampak lemas,
sesuai kontrak
tampak kurus,dan muntah Ed
Edukasi
1. Anjurkan membuat catatan harian tentang
Ko
perasaan dan situasi pemicu pengeluaran
makan (mis. pengeluaran yang disengaja,
muntah, aktivitas berlebihan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target

55
berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan
makanan

56
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.E


UMUR : 60 Tahun
NO.REGISTER : -

NO NO.D TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA


X TANGAN
1. 1. 2 27 Mei 2014 1. Mengukur tanda-tanda vital
09.00
 Denyut Nadi : 120x/menit
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Pernafasan :35 x/menit
09.15 2. Memposisikan semi-fowler
atau fowler
 Pasien kooperatif

09.30 3. Memonitor pola nafas


 Pasen bernafas dengan cepat
4. Mengajarkan batuk efektif
09.45  Pasien menyimak

2. 27 Mei 2014 1. Memonitor asupan dan


10.15 keluarnya makanan dan cairan
serta kebutuhan kalori
 Pasien mengatakan mual dan
10.25 muntah
2. menimbang berat badan secara
rutin
 dari BB 62 Kg menjadi 54
10.35
Kg
3. menganjurkan membuat catatan
harian tentang perasaan dan
10.45
situasi pemicu pengeluaran
makan
 pasien kooperatif

TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.E


57
UMUR : 60 Tahun
NO.REGISTER : -

NO NO.D TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA


X TANGAN
2. 2. 2 28 Mei 2014 5. Mengukur tanda-tanda vital
09.00
 Denyut Nadi : 120x/menit
Tekanan Darah : 130/80 mmHg

09.10 Pernafasan :35 x/menit


6. Memposisikan semi-fowler
atau fowler
 Pasien kooperatif
09.20
7. Memonitor pola nafas
 Pasen bernafas dengan cepat

09.30 8. Mengajarkan batuk efektif


 Pasien menyimak

2. 28 Mei 2014 4. Memonitor asupan dan


10.10 keluarnya makanan dan cairan
serta kebutuhan kalori
 Pasien mengatakan mual dan
10.20
muntah
5. menimbang berat badan secara
rutin
10.35
 dari BB 62 Kg menjadi 54
Kg
6. menganjurkan membuat catatan
10.45
harian tentang perasaan dan
situasi pemicu pengeluaran
makan
 pasien kooperatif

CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN : Ny.E


UMUR : 60 Tahun
NO.REGISTER : -

58
NO NO. JAM EVALUASI TTD
DX
1. 1. 27 Mei 2014 S : pasien mengatakan jantung berdebar debar
12.00
O : pasien tampak lemas,menggunakan otot
bantu pernafasan
Mengukur tanda-tanda vital
Denyut Nadi : 111x/menit
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Pernafasan :33 x/menit
A : Masalah pola nafas tidak efektif belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutan
1. Memonitor bunyi nafas tambahan
 Terdengar wezzing
2. Memberikan minuman hangat
 Pasien kooperatif
3. Mengajarkan batuk efektif
 Pasien kooperatif

1. 2. 27 Mei 2014 S : Pasien mengatakan merasa lemas disertai


12.00
mual muntah
O : pasien tampak lemas, badan kurus , BB aal
A: masalah devisit nutrisi belum teratasi
P ; intervensi lanjutan
1. Memonitor asupan dan keluarnya
makanan dan cairan serta kebutuhan
kalori
2. Melakukan kontrak perilaku
 Pasien kooperatif
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang
target berat badan, kebutuhan kalori
dan pilihan makanan

59
CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN : Ny.E


UMUR : 60 Tahun
NO.REGISTER : -

NO NO. JAM EVALUASI TTD


DX
2. 1. 28 Mei 2014 S : Pasien mengatakan nafas sedikit lega,
13.00
kadang kambuh
O : Pasien bernafas menggunakan otot bantu
Denyut Nadi : 111x/menit
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Pernafasan :33 x/menit
A : Masalah pola nafas tidak efektif teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1. Mengukur TTV
2. Memposisikan semi fowler atau fowler
3. Memonitor pola nafas
3. 4. 28 Mei 2014 S : pasien mengatakan sudah tidak muntah tapi
13.00
masih merasa mual
O : Badan kurus, berat badan masih 57kg
A : masalah devisit nutrisi teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1. Memonitor asupan dan keluarnya
makanan dan cairan kalori
2. Menimbang berat badan secarrutin
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang
target berat badan,kebutuhan kalori dan
pilihan makanan

60
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Teknik Batuk Efektif


Sub Pokok Bahasan : Mengenal Teknik Batuk Efektif untuk Membantu Mengelurakan Secret.
Sasaran : Pasien
Hari/ Tanggal : Senin/27 Mei 2014
Tempat : Di Ruangan pasien
Waktu : 20 menit
Mahasiswa Prodi Keperawatan Program Sarjana STIKES Baptis Kediri
1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 15 menit pasien dapat memahami tentang teknik batuk efektif untuk membantu mengeluarkan secret.
Tujuan Insruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit pasien dapat :
1) Menjelaskan ulang teknik batuk efektif yang mampu membantu mengeluarkan secret yang benar dan tepat.
2) Pasien mampu mempraktikan teknik batuk efektiif dengan tepat sehingga membantu mengurangi kelebihan secret.
2. Materi Penyuluhan
1) Pengertian teknik Batuk Efektif
2) Manfaat teknik Batuk Efektif
3) Teknik melakukan Batuk Efektif
4) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan Batuk Efektif
5) Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi dari pemberian teknik Batuk Efektif
3. Metode
1) Ceramah
2) Tanya Jawab

61
Penyuluhan dilakukan dengan media diskusi secara terbuka, yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga. Keluarga dapat mengajukan pertanyaan setelah penyampain
materi selesai.
4. Media
Leaflet
5. Evaluasi
Evaluasi Struktur
Waktu untuk mulai acara, persiapan alat, persiapan media, kelengkapan alat yangakan digunakan.
1) Evaluasi Proses
Bagaimana berlangsungnya proses penyuluhan, ada hambatan atau tidak ada hambatan, keaktifan keluarga Pasien dalam proses pembelajaran, tanya jawab bisa hidup atau tidak.
2) Evaluasi Hasil
1. Dengan memberikan pertanyaan secara lisan
2. Jelaskan pengertian terapi batuk efektif
3. Jelaskan manfaat pemberian terapi batuk efektif
4. Jelaskan teknik melakukan batuk efektif yang benar
5. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan batuk efektif

STIKES RS BAPTIS KEDIRI


HE/PENYULUHAN KLIEN DENGAN KASUS MEDIS HIPERTIROID

62
HE untuk Diagnosa Keperawatan : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat Sasaran Penyuluhan : Ny.E
pernapasan, hambatan upaya napas Hari/tanggal : Senin, 27 Mei 2014
Subpokok bahasan : Teknik batuk efektif Tempat : Di ruangan klien

Tujuan Instruksional
No Rincian Materi AVA Evaluasi
Umum Khusus
1. Setelah diberikan HE Setelah diadakan penyuluhan 1. Teknik batuk efektif adalah Ceramah dan S : Pasien mengatakan secret
pasien dapat melaksanakan maka pasien dapat : suatu metode batuk dengan benar, demontrasi berkurang saat melakukan teknik
teknik batuk efektif. 1. Mengerti teknik batuk dimana klien dapat menghemat batuk efektif
efektif energi sehingga tidak mudah lelah O : Pasien tampak rileks, tidak
2. Pasien mampu mengeluarkan dahak secara Nampak pernapasan cuping
menyebutkan tujuan teknik maksimal. hidung.
batuk efektif 2. Tujuan batuk efektif : A : Tujuan tercapai sebagian
3. Pasien mampu 1) Mengeluarkan semua udara P : Intervensi di teruskan
mendemotrasikan teknik dari dalam paru-paru dan sampai pasien merasa nyaman
saluran nafas sehingga
batuk efektif dengan benar dan dapat bernapas tanpa
menurunkan frekuensi sesak
4. Pasien dapat melaksanakan napas gangguan dari secret.
teknik batuk efektif yang 2)  Menghemat energi sehingga
tidak mudah lelah dan dapat
adekuat
mengeluarkan dahak secara
maksimal
3) Melatih otot-otot pernafasan
agar dapat melakukan fungsi
dengan baik.
4) Melatih klien agar terbiasa
melakukan cara pernafasan
dengan baik

63
Tujuan Instruksional
No Rincian Materi AVA Evaluasi
Umum Khusus

3. Teknik batuk efektif adalah :

1) Anjurkan minum air hangat


sebelum memulai latihan batuk
efektif.
2)  Atur posisi duduk dengan
mencondongkan badan ke
depan.
3) Tarik napas dalam melalui
hidung dan hembuskan melalui
mulut sebanyak 4-5 kali
4) Pada tarikan nafas dalam yang
terakhir, nafas ditahan selama
1-2 detik
5) Angkat bahu dan dada
dilonggarkan serta batukkan
dengan kuat dan spontan
6) Keluarkan dahak dengan bunyi
“huf..huf..huf..”
7) Lakukan berulang kali sesuai
kebutuhan
8) Hindari batuk yang terlalu
lama karena dapat
menyebabkan kelelahan dan
hipoksia
 

64
Tujuan Instruksional
No Rincian Materi AVA Evaluasi
Umum Khusus

65
APAKAH BATUK EFEKTIF?

merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan
dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.

APA TUJUAN BATUK EFEKTIF?

1. Melatih otot-otot pernafasan agar dapat melakukan fungsi dengan baik


2. Mengeluarkan dahak atau sputum yang ada disaluran pernafasan
3.  Melatih klien agar terbiasa melakukan cara pernafasan  dengan baik

66
APA MANFAAT BATUK EFEKTIF?

1. Untuk mengeluarkan sekret yang menyumbat jalan nafas


2. Untuk memperingan keluhan saat terjadi sesak nafas pada penderita jantung

67
CARA MELAKUKAN BATUK EFEKTIF

1. Anjurkan klien untuk minum air hangat(agar mudah dalam pengeluaran sekresi)
2. Tarik nafas dalam 4-5 kali
3. Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2 detik
4. Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukan dengan kuat

5. Lakukan empat kali setiap batuk efektif, frekuensi disesuaikan dengan kebutuhan

PERALATAN YANG DIPERLUKAN ?

68
1.Bantal
2.Sputum Port
3.air minum hangat(air putih)
4.Tissue

CARA MENGURANGI GEJALA BATUK

1. 1/2 buah jeruk nipis diperas kemudian campurkan dengan 1 sendok makan madu aduk sampai rata kemudian diminum
2. 1 buah jeruk nipis dipanggang sebentar,kemudian diperas dan dicampur sedikit garam.kemudian diminum

WASPAD
ALAH 69
TEKNIK BATUK EFEKTIF

Disusun oleh:
Vadia Mayang Kristabarani
01.2.17.00627

PROGRAM SARJANA
STIKES RS BAPTIS
KEDIRI

70
71

Anda mungkin juga menyukai