2. Klasifikasi
Berdasarkan letak anatomi hipertiroid dibagi menjadi hipertiroid primer
apabila kelainan terjadi di kelenjar tiroid dan hipertiroid sekunder apabila letak
kelainan di luar kelenjar tiroid. Hormon tiroid di dalam tubuh beredar dalam dua
bentuk yaitu triiodothyronine (T3) dan thyroxine (T4). Adapun bentuk bebas
dari keduanya masing-masing adalah FT3 dan FT4. Sedangkan TSH sendiri
adalah hormon yang berperan dalam menstimulasi produksi dari T3 dan T4
tersebut. Sehingga interpretasi dari pemeriksaan nilai FT4 dan TSH adalah:
a. Jika TSH tinggi (diatas nilai normal) namun FT 4 rendah, maka dicurigai
adanya kondisi hipotiroid primer (gangguan di kelenjar tiroidnya)
1
b. Jika TSH rendah dan FT4 rendah, maka di curgai adanya kondisi hipotiroid
sekunder (gangguan di kelenjar hipofisis atau bukan di kelenjar tiroid)
c. Jika TSH rendah namun FT4 tinggi, maka di curigai adanya
kondisi hipertiroid primer (ada gangguan di kelenjar tiroid)
d. Jika TSH tinggi dan FT4 tinggi, maka dicurgai adanya kondisi hipertiroid
sekunder (adanya gangguan di kelenjar hipofisi atau bukan di kelenjar tiroid)
2
3. Etiologi
Radang pada kelenjar tiroid juga dapat menyebabkan hipotiroidisme, seperti
pada penyakit Hashimoto tiroiditis. Penyebab lain dapat berupa [ CITATION
Mor10 \l 1033 ] :
4. Patofisiologi
Hipertiroid terjadi sangat bervariasi tergantung dari penyebab dan lamanya
terjadi. Pertama bila terjadi hiperplasia epitel folikuler yang berbentuk sama
sehingga terjadi peningkatan masa kelenjar tiroid. Bila kelainan ini menetap,
arsitektur tiroid hilang bersamaan bentuknya, kemudian berkembang di area-area
involusi dan fibrosis diantara area-area fokal yang hiperplasia. Proses ini
mengakibatkan nodul multipel (goiter multinoduler). Dengan pemeriksaan
3
skintigrafi, beberapa nodul dapat merupakan ”hot nodule” dengan uptake isotop
tinggi, atau ”cold nodule”, uptake isotop rendah dibandingkan dengan jaringan
tiroid normal. Perkembangan nodul berhubungan dengan berkembangnya fungsi
autonom 15 dan berkurangnya kadar TSH. Secara klinis, perjalanan penyakit
goiter non toksik terus berkembang, produksi nodul dan fungsi autonom, pada
sebagian kecil pasien dapat terjadi tirotoksikosis.
Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4
dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat bertambah
berat sekitar 300-500 gram. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi
sintesis, pelepasan dan metabolisme tiroid sekaligus menghambat sintesis
tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan
pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran
kelenjar tiroid. Biasanya tiroid mulai membesar pada usia muda dan berkembang
menjadi multinodular pada saat dewasa. Karena pertumbuhannya berangsur-
angsur, dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di leher. Sebagian
besar penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa
keluhan. Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernafasan
karena menonjol kebagian depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan
trakea bila pembesarannya bilateral. [ CITATION Aru19 \l 1033 ]
4
Pathway Hipertiroid :
Defisiensi Yodium
Mencegah inhibisi umpan balik TSH yang normal Penurunan sekresi T3 dan T4
Merangsang hipofisis Peningkatan produksi TSH Meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis
Hiperplasi dan hipertrofi kelenjar tiroid Peningkatan jumlah sel-sel folikel Hipertrofi kelenjar tiroid
HIPERTIROID
BMR meningkat
Hipermetabolisme
Kalsitonin
Bronkus Simpatomimeti Peristaltik usus
mengecil k
Vasokontriksi
Kapasitas Bronkus Perubahan Reabsorbsi Masukan Nutrisi Ca dlm darah
konduksi listrik Hambatan perifer
Respirasi jantung
Diare
Takipnea Tekanan darah BB Otot kurang
Takhikardi
TIK Kerja otot
MK : Pola nafas MK: Defisit
tidak efektif MK : Penurunan Pusing 5 nutrisi Kelemahan
curah jantung otot
MK : Gangguan Mobilitas
MK :
fisik
Intoleransi
5. Manifestasi Klinis
Gejala umum pada pasien hipertiroid yaitu :
a. Berupa berat badan menurun
b. Nafsu makan meningkat
c. Keringat berlebihan, kelelahan, gelisah
d. Lebih suka udara dingin
e. Sesak napas
f. Jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas
g. Mata melotot (eksoftalamus)
h. Diare
i. Haid tidak teratur
j. Rambut rontok, dan atrofi otot.
k. Mengeluh adanya gangguan menelan, gangguan pernapasan, rasa tidak nyaman di
area leher, dan suara yang serak.
6. Penatalaksanaan
Pasien dengan kecurigaan kelainan hormon tiroid harus dirujuk untuk pemeriksaan dan
dan terapi. Pasien perlu dijelaskan alasan rujukan adalah untuk diagnosis dan kemungkinan
terapi yang akan diberikan. Pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan dengan dokter spesialis
penyakit dalam atau konsultan endokrin metabolik bila ada. Rujukan pada spesialisasi lain
diperlukan tergantung gejala dan tanda yang muncul. Pasien harus diberitahu bahwa ada
beberapa modalitas terapi tirotoksikosis. Terapi yang diberikan menyesuaikan keadaan
pasien dan fasilitas yang tersedia.Terapi farmakologis meliputi:
a. Obat antitiroid
Propiltiourasil (PTU) diberikan dengan dosis awal 300-600mg/hari, dosis maksimal
2.000mg/hari dan etimazol dosis awal 20-40mg/hari. Indikasi pemberian antitiroid adalah
mendapatkan remisi yang menetap atau meperpanjang remisi pada pasien muda dengan
struma ringan-sedang dan tirotoksikosis, mengendalikan tirotoksikosis pada fase sebelum
atau sesudah pengobatan iodium radioaktif, persiapan tiroidektomi, pasien hamil dan
lanjut usia, dan pasien dengan krisis tiroid.
6
b. Penyekat adrenergik beta pada awal terapi diberikan propranolol 40-200mg dalam 2-3
dosis. Fase ini dilakukan sambil menunggu pasien menjadi eutiroid setelah pemberian
antitiroid selama 6-12 minggu. Pasien dievaluasi setelah 4-6 minggu setelah pemberian
antitiroid. Setelah keadaan eutorid tercapai, pemantauan dilakukan setiap 3-6 bulan sekali.
Pemantauan dilakukan dengan melihat tanda klinis, serta pemeriksaan kadar FT4 dan
TSH dalam darah. Antitiroid dikurangi bertahap dan dipertahankan pada dosis terkecil
selama 12-24 bulan, lalu pengobatan dihentikan. Pasien dikatakan mengalami remisi
apabila setelah 1 tahun penghentian antitiroid, pasien masih dalam keadaan eutiroid.
Setelah fase ini, pasien masih mungkin mengalami keadaan hipertiroid kembali.
c. Indikasi Terapi Pembedahan
Beberapa pasien diindikasikan untuk dilakukan pembedahan. Indikasi pembedahan pada
pasien tirotoksikosis adalah:
1. Pasien usia muda dengan struma besar dan tidak ada respons dengan pengobatan
antitiroid
2. Wanita hamil trimester kedua yang memerlukan obat antitiroid dosis tinggi
3. Pasien dengan alergi terhadap obat antitiroid dan tidak dapat menerima terapi iodium
radioaktif
4. Pasien dengan adenoma toksik atau struma multinodosa toksik
5. Pasien dengan Penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
d. Indikasi terapi iodium radioaktif
Beberapa pasien dipertimbangkan lebih baik menerima terapi radioiodine. Pasien yang
termasuk indikasi pemberian radioiodine adalah:
1. Pasien berusia >35 tahun
2. Pasien dengan hipertiroidisme yang kambuh setelah terapi pembedahan
3. Pasien yang gagal mencapai remisi setelah pemberian antitiroid
4. Pasien yang tidak mampu atau tidak mau mendapat terapi obat antitiroid
5. Pasien dengan adenoma toksis atau struma multinodosa toksik.
7
7. Pemeriksaan Fisik
Fokus pengkajian:
a. Keadaan umum : lemah, keletihan, tidak tahan hawa panas, hiperkinesis, BB turun,
b. Gastrointestinal : hiperdefekasi, lapar, makan banyak, haus, muntah, disfagia,
splenomegaly
c. Muskular : rasa lemah
d. Genitourinaria : Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
e. Kulit : Rambut rontok, berkeringat, kulit basah, silky hair,dan onikolisis
f. Psikis, saraf dan jantung : Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis
periodik, dispneu, hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung
g. Darah dan sistem limfatik : Limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar
h. Mukuloskeleletal : Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nyeri tulang
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Fungsi Hormon
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara testes fungsi tiroid
untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan triyodotiroin
serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum mengukur kadar
tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar TSH plasma dapat diukur
dengan assay radioimunometrik. Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai
indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan
berada di bawah normal pada pasien peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini
dapat digunakan pada awal penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid.
Tes ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan
kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida.
b. Foto Rontgen leher
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau menyumbat
trakea (jalan nafas).
c. Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak di layar
TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya kista/nodul
8
yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang
dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan
karsinoma.
d. Sidikan (Scan) tiroid
Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama technetium-99m
dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam kemudian
berbaring di bawah suatu kamera 12 canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil
pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama
adalh fungsi bagian-bagian tiroid.
e. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi
jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas.
Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi
kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang
kurang baik atau positif palsu karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi.
9
Menurut (Sdwijo, 2011) biasanya pasien mengalami pembesaran nodul pada leher yang
semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernapasan karena penekanan
trakea
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan mengenai apakah pasien penah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat Psikososial
Perlu dikaji bagaimana hubungan pasien dengan orang lain saat mengalami sakit
f. Fokus pengkajia :
1) Keadaan umum, keadaan pasien terlihat lemah serta perubahan pada
tanda-tanda vital (TD meningkat, suhu meningkat, RR meningkat, nadi
meningkat)
2) Kepala dan leher, pada pasien adanya benjolan pada leher
3) Sistem pernapasan, biasanya pasien merasa sesak
4) Sistem neurologi, pada pemeriksaan reflek didapatkan hasil positif.
10
pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
2. Analisa Data
Dari hasil pengkajian kemudian data tersebut dikelompokan lalu dianlias
sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya
dapat dirumuskan diagnose keperawatan.
Definisi
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
Penyebab
1. Depresi pusat pernapasan
11
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan neuromuscular
7. Imaturitas neurologis
8. Penurunan energy
9. Obesitas
15. Kecemasan
3. PCO2 meningkat
4. PO2 menurun
12
Kondisi klinis terkait
1. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
2. Asma
3. Cedera kepala
4. Gagal napas
5. Bedah jantung
6. Adult respiratory distress syndrome (ARDS)
7. Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN)
8. Prematuritas
9. Inpeksi saluran nafas
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelolah kepatenan jalan napas
Tindakan
Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan(Mis.gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Trapeutik
- Pertahanan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma servikal)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endrotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikam oksigen, jika perlu
Edukasi
- anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi
13
- ajarkan teknik batuk efektif
kalaborasi
- kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolotik, jika perlu
Definisi
Inspirasi dan/atau ekspresi yang memberikan ventilasi adekuat
Ekspetasi membaik
Kriteria hasil
Cukup Cukup
Menurun Sedang meningkat
menurun meningkat
Ventelasi
1 2 3 4 5
semenit
Kapasitas
1 2 3 4 5
vital
Diameter
thoraks
1 2 3 4 5
anterior
posterior
Tekanan
1 2 3 4 5
ekspirasi
Tekanan
1 2 3 4 5
inspirasi
Cukup Cukup
meningkat sedang menurun
meningkat menurun
Dispnea 1 2 3 4 5
Pengunaan
otot bantu 1 2 3 4 5
napas
Pemanjanga
n fase 1 2 3 4 5
ekspirasi
14
Ortopnea 1 2 3 4 5
Pemapasan
1 2 3 4 5
pursed-tip
Pernapasan
cuping 1 2 3 4 5
hidung
Cukup
memburu Cukup
memburu sedang membaik
k membaik
k
Frekuensi
1 2 3 4 5
napas
Kedalaman
1 2 3 4 5
napas
Ekskursi
1 2 3 4 5
dada
EVALUASI
Dari hasil evaluasi yang sudah tertulis yang diharapkan gangguan oksigenasi teratasi
1. Defisit Nutrisi
15
Objektif
1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuscular
9. Luka bakar
10.Kanker
11.Infeksi
12.AIDS
13.Penyakit Crohn’s
14.Enterokolitis
16
15.Fibrosis kistik
Objektif
1. Suara peristaltic berubah (tidak ada, hipoaktif atau hiperaktif)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Merasa Mual
Objektif
1. Residu lambung meningkat/menurun
2. Muntah
17
3. Regurgitasi
4. Pengosongan lambung cepat
5. Distensi abdomen
6. Diare
7. Feses kering dan sulit keluar
8. Feses keras
Kondisi Klinis Terkait
1. Pembedahan abdomen atau usus
2. Malnutrisi
3. Kecemasan
4. Kanker empedu
5. Kolesistektomi
6. Infeksi pencernaan
7. Gastroesophageal reflux disease (GERD)
8. Dialisis peritoneal
9. Terapi radiasi
10. Multiple organ dysfunction syndrome
18
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuscular
9. Lukabakar
10.Kanker
11.Infeksi
12.AIDS
13.Penyakit Crohn’s
14.Enterokolitis
15.Fibrosis kistik
19
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
3. Sajikan makanan secara menarik dan sushu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah kostipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makanan melalui nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antlemetik, jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,jika perlu
20
tekstur halus, makanan yang diblender, makanan cair yang diberikan
melalui NGT atau gastrostoml, total parenteral nutrition sesuai indikasi)
3. Hidangkan makanan secara menarik
4. Berikan suplemen jika perlu
5. Berikan pujian kepada pasien/keluarga untuk peningkatan yang dicapai
Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau
2. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan.
21
7. Hentikan pemberian makanan melalui nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antlemetik, jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,jika perlu
Manajemen Mual
Manajemen Mual
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola perasaan tidak enak pada bagian tenggorok
atau lambung yang dapat menyebabkan muntah.
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi pengalaman mual
2. Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis. bayi, anak-anak dan
mereka yang tidsk dapat berkomunikasi secara efektif)
3. Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis. nafsu makan,
aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
4. Identifikasi faktor penyebab mual (mis. pengobatan dan prosedur)
5. Identifikasi antimetik untuk mencegah mual (kecuali mual pada kehamilan)
6. Monitor mual (mis. frekuensi, durasi dan tingkat keparahan)
7. Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
1. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis. bau tak sedap, suara dan
rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
2. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis. kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
22
3. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
4. Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak berwarna,
jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan istirahat tidur yang cukup
2. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual
3. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
4. Ajarkan pengguanaan tehnik nonfarmakologis untuk mengatasi mual (mis.
biofeedback, hypnosis, relaksasi, terapi music, akupresur)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antlemetik, jika perlu
Manajemen Muntah
Manajemen Muntah
Definisi
Mengidentifikasi, mencegah dan mengelola reflex pengeluaran isi lambung
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi karakteristik muntah (mis. warna, konsistensi, adanya darah,
waktu, frekuensi dan durasi)
2. Periksa volume muntah
3. Identifikasi riwayat diet (mis. makanan yang disuka, tidak disukai dan
budaya)
4. Identifikasi faktor penyebab muntah (mis. pengobatan dan prosedur)
5. Identifikasi kerusakan esofagus dan faring posterior jika muntah terlalu
lama
6. Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh
7. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
Terapeutik
1. Kontrol faktor lingkungan penyebab muntah (mis. bau tak sedap, suara dan
stimulasi visual yang tidak menyenangkan.
2. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab muntah (mis. kecemasan,
23
ketakutan)
3. Atur posisi untuk mencegah aspirasi
4. Pertahankan kepatenan jalan napas
5. Bersihkan mulut dan hidung
6. Berikan dukungan fisik saat muntah (mis. membantu membungkuk atau
menundukkan kepala)
7. Berikan kenyamanan selama muntah (mis. kompres dingin di dahi, atau
sediakan pakaian yang kering dan bersih)
8. Berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi minimal 30 menit setelah
muntah.
Edukasi
1. Anjurkan membawa kantong plastic untuk menampung muntah
2. Anjurkan memperbanyak istirahat
3. Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengelola muntah
(mis. biofeedback, hypnosis, terapi music, akupresur)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
24
perilaku)
4. Damping ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan
makanan
5. Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan
perilaku
6. Beri konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak
7. Rencanakan program pengobatan untuk perawatan dirumah
Edukasi
1. Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makan (mis. pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas
berlebihan)
2. Anjurkan pengaturan diet yang tepat
3. Anjurkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan
pilihan makanan
Manajemen Nutrisi
Manajemen Nutrisi
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Tindakan
Observasi
9. Identifikasi status nutrisi
10. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
11. Identifikasi makanan yang disukai
12. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
13. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
14. Monitor asupan makanan
15. Monitor berat badan
16. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
25
Terapeutik
8. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
9. Fasilitasi menentukan pedoman diet
10. Sajikan makanan secara menarik dan sushu yang sesuai
11. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah kostipasi
12. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
13. Berikan suplemen makanan, jika perlu
14. Hentikan pemberian makanan melalui nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
3. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
4. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
3. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antlemetik, jika perlu
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,jika perlu
26
menelan
Serum albumin 1 2 3 4 5
Verbalisasi 1 2 3 4 5
keinginan untuk
meningkatkan
nutrisi
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang pilihan
makanan yang
sehat
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang pilihan
minuman yang
sehat
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang standard
asupan nutrisi yang
tepat
Penyiapan dan 1 2 3 4 5
penyimpanan
makanan yang
aman
Penyiapan dan 1 2 3 4 5
penyimpanan
minuman yang
aman
Sikap terhadap 1 2 3 4 5
makanan/minuman
sesuai dengan
tujuan kesehatan
Meningkat Cukup Sedan Cukup Menurun
Meningkat g Menurun
Perasaan cepat 1 2 3 4 5
kenyang
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
27
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare
Memburuk Cukup Sedan Cukup Membaik
Memburuk g Membaik
Berat Badan 1 2 3 4 5
IMT 1 2 3 4 5
Frekuensi makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal lipatan kulit 1 2 3 4 5
trisep
Membran mukosa 1 2 3 4 5
28
3. Resiko Defisit Nutrisi
Status Nutrisi
Status Nutrisi
Definisi
Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Ekspektasi-------------Membaik
Kriteria Hasil
Porsi makanan Menurun Cukup Sedan Cukup Meningkat
yang Menurun g Meningka
t
dihabiskan 1 2 3 4 5
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
pengunyah
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
menelan
Serum albumin 1 2 3 4 5
Verbalisasi 1 2 3 4 5
keinginan untuk
meningkatkan
nutrisi
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang pilihan
makanan yang
sehat
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang pilihan
minuman yang
sehat
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang standard
asupan nutrisi yang
tepat
Penyiapan dan 1 2 3 4 5
penyimpanan
makanan yang
29
aman
Penyiapan dan 1 2 3 4 5
penyimpanan
minuman yang
aman
Sikap terhadap 1 2 3 4 5
makanan/minuman
sesuai dengan
tujuan kesehatan
Meningkat Cukup Sedan Cukup Menurun
Meningkat g Menurun
Perasaan cepat 1 2 3 4 5
kenyang
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare
30
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan kategori dari perilaku keperawatan
dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi diterapkan berdasarkan intervensi yang telah disusun (Hardi &
Huda, 2015).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses keperawatan untuk mengukur respon pasien
terhadap kefektifan pemberian tindakan keperawatan dan kemajuan pasien
terhadap tercapainya tujuan yang telah disusun. Evaluasi dibedakan menjadi dua
yaitu evaluasi formatif dan sumatif (Hardi & Huda, 2015).
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan,
hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, imobilitas teratasi sesuai
dengan kriteria hasil yang diharapkan
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan etidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien,
peningktan kebutuhan metabolisme teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang
diharapkan
4. Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kelemahan otot,
ketidakbugaran fisik, gangguan neuroskeletal teratasi sesuai dengan kriteria
hasil yang diharapkan
5. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload,
Perubahan frekuensi jantung, perubahan irama jantung, perubahan
kontraktilitas teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan
31
DAFTAR PUSTAKA
Aruji, 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Post Operative Tiroidektomi Pada
Nn. L dengan Struma Nodusa Non Toxic di Ruang H2 RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya. Repository STIKes Hang Tuah Surabaya2, pp. 1-70.
Dermawan, D. & Rahayuningsih, T., 2010. Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Dinoyo & Mulyanti, S., 2013. Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Pencernaan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hardi, K., & Huda Amin, N, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan.
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc (2nd ed.). Yogyakarta: Mediaction.
Moreno, J. C. & Visser, T. J., 2010. Genetics and Phenomics of Hypothyroidism and
Goiter Due to Iodotyrosine Deiodinase (DEHAL1) Gene Mutations.
PubMed.
Nurhayati, N., 2015. Perawat Nunung Nurhayati, Jakarta: s.n.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : PPNI
_______, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta : PPNI
32
33
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
1. BIODATA :
Nama : Tn. N
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : islam
Alamat : Kaceot 1 RT 5 RW 13, Desa Tunggakjati, Karawang
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pekerja lepas/ buruh
Tanggal MRS : 26 April 2013
Tanggal Pengkajian : 26 April 2013
Golongan Darah :
Diagnosa Medis : Hipertiroid
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan Jantung berdebar kadang terasa sesak sejak 3 minggu
sebelum masuk rumah sakit, Pasien merasa lemas, disertai mual dan muntah.
BAB : BAB :
Konsistensi : Konsistensi :
Padat, kuning, tidak ada keluhan Padat, kuning, tidak ada
No Activity Daily Living Sebelum Sakit Sesudah Sakit
(ADL)
keluhan
Masalah dan cara mengatasi:
Masalah dan cara mengatasi:
9. TANDA-TANDA VITAL
Suhu Tubuh : 36,3 ºC
Denyut Nadi : 120x/menit
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Pernafasan :35 x/menit
TT / TB : 62 Kg, 160cm (Sebelum sakit)
TT/TB : 54 Kg, 160 cm (sudah sakit)
10.PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala : normosefali, rambut hitam kecoklatan, mudah dicabut, distribusi
merata.
Mata : mata simetris, terlihat tidak ada gangguan pada mata
Telinga : terdapat serumen di liang telinga kanan dan kiri, hiperemis -/- , nyeri
tekan dan nyeri tarik -/-
Hidung : Deviasi septum (-), konka hiperemis -/- , sekret -/-, massa-/-, nafas
cuping hidung -/- Mulut : Bibir tidak kering, tidak pucat, tidak sianosis. tonsil
T1-T1, faring tidak hiperemis
Leher : KGB tidak membesar Tiroid : Tampak benjolan bilateral, simetris
kanan-kiri, permukaan rata, nyeri tekan negatif, konsistensi kenyal, ukuran
sekitar 7 cm
F. Pemeriksaan Abdomen :
Tidak terkaji
H. Pemeriksaan Muskuloskeletal :
Klien mengatakan aktivitas klien mampu secara mandiri seperti makan dan
minum. Dan sebagian aktivitas dibantu oleh keluarga / istri seperti mandi,
ambulasi, mobilisasi dan eliminasi.
Skala kekuatan Otot
Keterangan
0 :Tidak berkontraksi
1 :Sedikit kontraksi atau sentakan ringan
2 :Bisa bergerak tapi tidak tahan lama
3 :Mampu melawan gravitasi tapi tidak tahan lama
4 :Mampu melawan gravitasi
5 :Mampu melawan gravitasi penuh/kuat
I.Pemeriksaan Neurologi :
Kualitatif : Composmentis
Kuantitatif : GCS E4, V5, M6
J. Pemeriksaan Status Mental :
Tidak terkaji
11. Pemeriksaan Penunjang Medis
Lab (17/05/2019)
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Homatologi
Ret-H
Hemoglobin 10,9 14,00-16,00 Menurun
Pemeriksaan rontgen
Kediri , ……………………….
Tanda Tangan
Mahasiswa
ANALISA DATA
DO :
Pasien tampak lemas,
menggunakan otot bantu
pernafasan, tampak
sesak, ada secret,nafas
cepat, cuping hidung,
Kadang sulit tidur
karena sesak, Denyut
Nadi : 120x/menit
Tekanan Darah : 130/80
mmHg
Pernafasan :35
DATA OBYEKTIF (DO) FAKTOR YANG MASALAH
DATA SUBYEKTIF (DS) BERHUBUNGAN/RISIKO KEPERAWATAN
(E) (P)
x/menit
2. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada
3. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
3. SIKI :
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
P: intervensi dilanjutkan
1. Memonitor asupan dan keluarnya
makanan dan cairan dalam tubuh
2. Melakukan kontrak perilaku
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang
target berat badan, kebutuhan kalori
CATATAN PERKEMBANGAN