Oleh:
1830912320139
Pembimbing
Desember, 2019
0
DAFTAR ISI
1. HALAMAN JUDUL
2. DAFTAR ISI 1
3. BAB I: PENDAHULUAN 2
7. DAFTAR PUSTAKA 38
1
BAB I
PENDAHULUAN
kompleks pada fungsi tiroid. Secara umum, kelainan tiroid dibagi menjadi dua,
yakni hipertiroid dan hipotiroid. Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar
terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental
penyakit dengan batasan yang jelas, dan penyakit Graves menjadi penyebab
utamanya.2 Bentuk yang umum dari penyakit ini adalah penyakit graves,
sedangkan bentuk yang lain adalah toksik adenoma, tumor kelenjar hipofisis yang
kanker tiroid.3
Menurut WHO jumlah penderita penyakit hipertiroid di seluruh dunia pada
tahun 2000 diperkirakan 400 juta, dan lebih sering terjadi pada wanita di
2
Dalam banyak jaringan, hipertiroidisme dikaitkan dengan peningkatan
adrenergik bertanggung jawab atas banyak gejala yang terkait dengan gangguan
ini. Manifestasi klinik yang dirasakan pasien dapat berupa gangguan psikiatrik
seperti rasa cemas berlebihan dan emosi yang mudah berubah, gangguan
berupa takikardi dan palpitasi. Berbagai manifestasi klinik yang muncul akibat
penyakit ini dapat mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Oleh karena itu
pemberian obat golongan beta blocker perlu diberikan pada kasus hipertiroidisme
penyebab hipertiroidisme.5
Dalam sebuah percobaan kecil dan acak, pasien yang menerima beta
methimazole saja, memiliki detak jantung yang lebih rendah dan peningkatan
kelelahan, sesak napas, dan fungsi fisik setelah empat minggu terapi. 6 Propranolol
dalam dosis tinggi (di atas 160 mg / hari) juga perlahan-lahan menurunkan
klinis pada penderita hipertiroid. Oleh karena itu peneliti ingin menulis sebuah
referat yang membahas tentang penggunaan obat golongan beta blocker pada
kasus hipertiroid.
3
BAB II
akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari lekukan faring antara
branchial pouch pertana dan kedua. Kelenjar tiroid terletak dibagian bawah leher,
terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea
sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya
kelenjar kearah kranial, yang merupakan ciri khas kelenjar tiroid. Sifat inilah yang
dengan kelenjar tiroid atau tidak. Setiap lobus tiroid yang berbentuk lonjong
4
berkuran panjang 2,5-4 cm, lebar 1,5-2 cm dan tebal 1-1,5 cm. Berat kelenjar
tiroid dipengaruhi oleh berat badan masukan yodium. Pada orang dewas
dari a.karotis komunis atau a.karotis eksterna, a.tiroidea inferior dari a.subklavia
dan a.tiroid ima berasal dari a.brakiosefalik salah satu cabang dari arkus aorta.
Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler dan limfatik,
permukaan membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior. Aliran darah ke
Mikroskopik
dalam sitoplasmanya. Kelenjar tiroid adalah organ endokrin unik karena sel-
selnya tersusun membentuk struktur bulat yang disebut folikel, bukan berupa
kelompok atau deretan seperti biasanya. Sel-sel yang mengelilingi folikel, yaitu
5
sel folikel, menyekresi dan menimbun produknya di luar sel, di dalam lumen
folikel sebagai substansi mirip gelatin yang disebut koloid. Koloid terdiri atas
teriodinasi.
Hormon kelenjar tiroid disimpan di dalam folikel sebagai koloid terikat
pada tiroglobulin. Oleh karena itu, folikel adalah satuan struktural dan fungsional
kelenjar tiroid. Selain sel folikel, sel-sel parafolikel yang lebih besar juga terdapat
di kelenjar tiroid. Sel-sel ini terdapat di dalam epitel folikel atau dicelah anatar
sebagian lagi karena reseptor beta adrenergik yang bertambah. Tetapi ada juga
efek yang nongenomik misalnya meningkatnya transpor asam amino dan glukosa,
Dalam keadaan ini karena DIII tinggi di plasenta hormon tiroid bebas yang
masuk fetus amat sedikit, karena di inaktivasi di plasenta. Meski amat sedikit
krusial, tidak adanya hormon yang cukup menyebabkan lahirnya bayi kretin
2. Efek pada konsumsi oksigen, panas dan pembentukan radikal bebas. Kedua
6
kecuali otak, testis dan limpa. Metabolisme basal meningkat. Hormon tiroid
superoksida meningkat.
akhirnya hormon tiroid ini punya efek yonotropik positif. Secara klinis
skelet, lemak dan limfosit, efek pasca reseptor dan menurunnya reseptor
7. Efek pada skelet. Turn over tulang meningkat resprbsi tulang lebih
7
8. Efefk neuromuskular. Turn over meningkat juga menyebabkan miopati
hormon serta bahan farmakologik. Contoh : waktu paruh kortisol adalah 100
menit pada orang normal tetapi menurun jadi 50 menit pada pada
hipertiroidsme dan 150 menit pada hipotiroidsme. Untuk ini perlu diingat
Efek Metabolik
Hormon tiroid memang satu hormon yang dibutuhkan oleh hampir semua
degradasi kolesterol dan ekskresinya lewat empedu ternyata jauh lebih cepat,
8
sehingga pada hiperfungsi tiroid kolesterol rendah. Sebaliknya pada
kulit kekuningan.
terjadi diare, gangguan faal hati, anemia defisiensi besi dan hipertiroidsm.
1. Autoregulasi
pemberian yodium banyak dan akut, dikenal sebagai efek Wolff-Chaikoff. Efek
ini bersifat selflimiting. Dalam beberapa keadaan mekanisme escape ini dapat
2. TSH
TSH disintesis oleh sel tirotrop hipofisis anterior. Efek pada tiroid akan
terjadi dengan ikatan TSH dengan reseptor TSH (TSHr) di membran folikel.
Sinyal selanjutnya terjadi lewat protein G (khusus Gsa). Dari sinilah terjadi
perangsangan protein kinase oleh cAMP untuk ekspresi gen yang penting untuk
fungsi tiroid seperti pompa yodium, Tg, pertumbuhan sel tiroid dan TPO, serta
faktor transkripsi TTF1, TTF2 dan PAX8. Efek klinisnya terlihat sebagai
9
T3 intratirotrop mengendalikan sintesis dan keluarnya (mekanisme umpan
balik) sedang TRH mengontrol glikosilasi, aktivitas dan keluarnya TSH. Beberapa
agonis dopamin (misalnya bromokriptin), juga berbagai penyakit kronik dan akut.
Pada morbus Graves, salah satu penyakit autoimun, TSHr ditempati dan
tidak dapat dibedakan oleh TSHr dengan TSH endogen. Rentetan peristiwa
selanjutnya juga tidak dapat dibedakan dengan rangsangan akibat TSH endogen
3. TRH
Apabila TSH naik dengan sendirinya kelenjar tiroid mengalami hiperplasi dan
hiperfungsi.
umpan balik), TSH, dopamin, hormon korteks adrenal dan somatostatin, serta
memadai, sebaliknya respon yang rata (blunted response) TSH terhadap stimulasi
10
TRH eksogen menggambarkan supresi kronik ditingkat TSH karena kebanyak
hormon, dan sering merupakan tanda dini bagi hipertiroidisme ringan atau
subklinis.
BAB III
HIPERTIROID
A. Definisi
11
Peningkatan kadar hormon tiroid menyebabkan paparan berlebihan pada jaringan-
terkait dengan fungsi hormon tiroid dalam berbagai proses metabolisme tubuh.5
B. Etiologi
a. Graves’ Disease
80% kasus hipertiroidisme di dunia disebabkan oleh Graves’ disease. Penyakit ini
biasanya terjadi pada usia 20 – 40 tahun, riwayat gangguan tiroid keluarga, dan
hormon tiroid yang dihasilkan kelenjar tiroid Kondisi ini disebabkan karena
mengaktivasi reseptor TSH (TSHr). Aktivasi reseptor TSH oleh TSAb memicu
antigen. Namun pada Graves’ Disease sel-sel APC (antigen presenting cell)
menganggap sel kelenjar tiroid sebagai antigen yang dipresentasikan pada sel T
12
Salah satu faktor risiko penyebab timbulnya Graves’ Disease adalah HLA. Pada
pasien Graves’ Disease ditemukan adanya perbedaan urutan asam amino ke tujuh
puluh empat pada rantai HLA-DRb1. Pada pasien Graves’ Disease asam amino
pada urutan ke tujuh puluh empat adalah arginine, sedangkan umumnya pada
Graves’ disease yaitu TSH serum, kadar hormon tiroid (T3 dan T4) total dan
Pada pasien Graves’ disease, kadar TSH ditemukan rendah disertai peningkatan
kadar hormon tiroid. Dan pada pemeriksaan dengan iodine radioaktif ditemukan
uptake tiroid yang melebihi normal. Sedangkan pada teknik scanning iodine
terlihat menyebar di semua bagian kelenjar tiroid, dimana pola penyebaran iodine
hanya pada penderita Graves’ disease dan tidak ditemukan pada penyakit
Disease. Selain itu TRAb dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan terapi
berupa pemberian obat anti tiroid, iodine radioaktif atau tiroidektomi. Di Amerika
Serikat, iodine radioaktif paling banyak digunakan sebagai terapi pada pasien
Graves’ disease. Sedangkan di Eropa dan Jepang terapi dengan obat anti tiroid dan
13
operasi lebih banyak diberikan dibandingkan iodine radioaktif. Namun demikian
pemilihan terapi didasarkan pada kondisi pasien misalnya ukuran goiter, kondisi
b. Toxic Adenoma
tiroid yang memiliki fungsi otonom dan fungsinya tidak terpengaruhi oleh kerja
hipertiroidisme jenis ini. Menurut Gharib et al (2007), hanya 3–7% pasien dengan
nodul tiroid yang tampak dan dapat teraba, dan 20 – 76% pasien memiliki nodul
tiroid yang hanya terlihat dengan bantuan ultra sound. Penyakit ini lebih sering
muncul pada wanita, pasien berusia lanjut, defisiensi asupan iodine, dan riwayat
terpapar radiasi. 8
Pada pasien dengan toxic adenoma sebagian besar tidak muncul gejala
atau manifestasi klinik seperti pada pasien dengan Graves’ disease. Pada sebagian
besar kasus nodul ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan pemeriksaan
Sebagian besar nodul yang ditemukan pada kasus toxic adenoma bersifat
benign (bukan kanker), dan kasus kanker tiroid sangat jarang ditemukan. Namun
14
apabila terjadi pembesaran nodul secara progresif disertai rasa sakit perlu
Munculnya nodul pada tiroid lebih banyak ditemukan pada daerah dengan
asupan iodine yang rendah. Iodine yang rendah menyebabkan peningkatan kadar
hidrogen peroksida di dalam kelenjar tiroid yang akan menyebabkan mutasi. Hal
ini sesuai dengan Tonacchera dan Pinchera (2010), yang menyatakan pada
reseptor TSH.8
diagnosis toxic adenoma adalah pemeriksaan TSH, kadar hormon tiroid bebas,
tiroid, serta perlu dilakukan pemeriksaan kadar hormon tiroid (T4 dan T3).
frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambar dan bentuk kelenjar tiroid. Dengan
pemeriksaan ini dapat diidentifikasi bentuk dan ukuran kelenjar tiroid pasien.
mengambil sampel sel di kelenjar tiroid atau biopsi. Dari hasil biopsi dengan FNA
dapat diketahui apakah nodul pada pasien bersifat benign (non kanker) atau
malignant (kanker).8
15
Tata laksana terapi bagi pasien hipertiroidisme akibat toxic adenoma
dengan obat anti tiroid golongan thionamide hingga mencapai kondisi euthyroid
(Bahn et al, 2011). Setelah terapi dengan iodine radioaktif dan tiroidektomi perlu
dilakukan evaluasi setiap 1-2 bulan meliputi evaluasi kadar TSH, T4 bebas dan T3
Secara patologis toxic multinodular goiter mirip dengan toxic adenoma karena
namun pada toxic multinodular goiter ditemukan beberapa nodul yang dapat
dideteksi baik secara palpasi maupun ultrasonografi. Penyebab utama dari kondisi
d. Hipertiroidisme Subklinis
penyebab utama hipertiroidisme utama di seluruh dunia dan termasuk dalam jenis
16
overt hyperthyroidism. Pada hipertiroidisme jenis ini, kadar TSH ditemukan
rendah disertai kadar T4 dan T3 bebas atau total yang normal. Menurut Ghandour
C. Faktor Risiko
Secara umum, dilihat dari beberapa etiologi yang telah dijelaskan, faktor-
gangguan hormonal.
amiodarone.
17
pada pasien hipertiroidisme dapat terjadi satu tahun setelah pengobatan
3. Merokok.
D. Patofisiologi
peningkatan kadar hormon tiroid ini disebabkan oleh suatu activator tiroid yang
bukan TSH yang menyebabkan kelenjar timid hiperaktif. Aktivator ini merupakan
antibodi terhadap reseptor TSH, sehingga di sebut sebagai antibody reseptor TSH.
( TSI ). Dan ternyata TSI ini ditemukan pada hampir semua penderita penyakit
Graves.6
tiroglobulin dan anti mikrosom. Penelitian lebih lanjut menunjukan bahwa kedua
18
antibody ini mempunyai peranan dalam terjadinya kerusakan kelenjar tiroid.
Antibodi mikrosom ini bias ditemukan hampir pada 60-70% penderita Graves
oleh autonomisasi dari nodul yang bersangkutan dengan fungsi yang berlebihan
E. Diagnosis
terus merasa khawatir; mereka tidak dapat duduk diam; menderita palpitasi; dan
denyut nadi yang abnormal cepat ditemukan pada saat melakukan aktivitas
berkeringat secara tidak lazim; kulit penderita sering kemerahan (flushing) dengan
warna salmon yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak serta basah. Namun
demikian, pasien yang berusia lanjut mungkin melaporkan kulit yang kering dan
pruritus yang menyebar. Tremor pada tangan dapat terlihat. Pasien dapat
19
memperlihatkan eksoftalmos (mata yang menonjol) yang menghasilkan ekspresi
makanan, penurunan berat badan yang progresif, kelelahan otot yang abnormal,
amenore dan perubahan defekasi dengan konstipasi atau diare. Frekuensi denyut
nadi pasien berkisar secara konstan antara 90-160 kali/ menit; tekanan darah
sistolik, dan secara khas bukan tekanan diastolic, akan meningkat; fibrilasi atrium
dapat terjadi; dan dekompensasi jantung dalam bentuk kegagalan kongestif sering
dijumpai terutama pada pasien yang berusia lanjut. Osteoporosis dan fraktur juga
menyertai hipertiroidisme.
peningkatan tekanan nadi dan palpitasi; diperkirakan bahwa semua perubahan ini
jumlah yang berlebihan sebagai akibat dari reaksi inflamasi setelah penyinaran
kelenjar tiroid atau penghancuran jaringan tiroid oleh tumor. Gejala semacam itu
dapat pula terjadi pada pemberian hormone tiroid yang berlebihan untuk
20
Gejala Serta Tanda Hipertiroidisme Umumnya dan pada Penyakit Graves2
Sistem Gejala dan Tanda Sistem Gejala dan Tanda
Umum Tak tahan hawa Psikis dan saraf Labil. Iritabel,
hiperkinesis, nervositas,
toleransi obat,
youth fullness
Gastrointestinal Hiferdefekasi, Jantung hipertensi, aritmia,
muntah, disfagia,
splenomegali
Muskular Rasa lemah Darah dan Limfositosis,
limfatik anemia,
splenomegali,
leher membesar
Genitourinaria Oligomenorea, Skelet Osteoporosis,
ginekomastia tulang
Kulit Rambut rontok,
berkeringat, kulit
dan onikolisis
21
Pemeriksaan Penunjang
3. EKG
4. Foto torak
Untuk ini telah dikenal indeks klinis Wayne dan New Castle yang didasarkan
22
anamnesis dan pemeriksaan fisik teliti. Kemudian diteruskan dengen pemeriksaan
23
F. Penatalaksanaan
hormone tiroid menggunakan obat anti tiroid atau mengurangi jumlah jaringan
itu, obat-obatan tersebut juga berfungsi dalam menurunkan kadar antibody tiroid
24
peningkatan remisi. PTU menginhibisi deiodinasi T4 menjadi T3. Namun, efek
tersebut masing memberikan efek yang minimal Hal ini disebabkan oleh karena
waktu paruh obat yang singkat (hanya 90 menit), dibandingkan dengan waktu
atau methimazole umumnya 10-20 mg per 8 atau 12 jam, namun dosis dapat
eutiroid.PTU diberikan dengan dosis 100-200 mg tiap 6-8 jam. Pemberian terapi
dengan dosis rendah dapat dilakukan jika dikombinasikan dengan intake iodine
yang rendah. 4
Tes fungsi tiroid dan menifestasi klinis dapat di evaluasi setiap 3-4 minggu
setelah terapi dimulai. Dosis dititrasi sesuai dengan kadar free T4, pada umumnya,
sebagian besar pasien belum mencapai kondisis eutiroid hingga minggu keenam
hingga kedelapan pasca terapi dimulai. Kadar TSH cenderung kembali menurun
pada beberapa bulan, sehingga sulit untuk menilai indeks respon terapi. Dosis
Remisi maksmimal (pada lebih dari 30% hingga 50% populasi) cenderung
dicapai pada 18-24 bulan setelah terapi titrasi. Pasien dengan hipertiroidism berat
dan goiter yang besar sebagian besar mengalami relaps saat terapi dihentikan.
Seluruh pasien sebaiknya sering dievaluasi untuk kemungkinan relaps selama satu
tahun pertama terapi dan dievaluasi setiap tahunnya pasca terapi dimulai. 4
25
Efek samping tersering pada obat antitiroid adalah bercak-bercak
kemerahan, urticarial, demam, dan arthralgia (1-5% pasien) efek samping tersebut
dapat hilang dengan sendirinya atau dapat disarankan untuk mengganti terapi obat
antitiroid. Efek samping lain, namun jarang terjadi adalah hepatitis, SLE-like
syndrome, dan yang terpenting adalah agranulositosis (1%). Hal terpenting yang
harus diingat adalah jika pasien mengalami efek samping berat, maka pemberian
digunakan sebagai terapi inisial atau untuk fase relaps setelah percobaan
setelah terapi radioiodine, hal tersebut dapat diminimalisir dengan pemberian pre-
treatment dengan obat anti tiroid selama minimal 1 bulan sebelum terapi.
Dosis I131 umumnya berkisar antara 185 MBq (5mCi) hingga 555 MBq (15
mCi). Terapi yang tidak tuntas atau relaps dini lebih sering terjadi pada laki-laki
dan pasien usia <40 tahun. Pada umumnya, terdapat kemungkinan terjadinya nyeri
minimal dikarenakan tiroiditis radiasi pada 1-2 minggu pasca terapi, namun hal ini
jarang terjadi. Hipertiroid dapat menetap pada 2-3 bulan sebelum radioiodine
26
memberikan efek penuh. Oleh sebab itu, β-adrenergik blocker atau obat antitiroid
enam bulan setelah terapi iodine pertama. Risiko terjadinya hipotiroid pasca terapi
paling sedikit 10-20% pada tahun pertama terapi dan 5% setaipa tahun setelahnya.
menjalan terapi radioiodine, selain itu perlu dilakukan follow up rutin selama
pada 6 bulan pasca terapi. Selain itu, jika terdapay ophthalmopathy berat, maka
radioiodine, diikuti dengan tapering off 2-3 bulan berikutnya untuk mencegah
untuk memberikan terapi radioiodine pada anak-anak dan dewasa muda karena
pasien yang mengalami relaps setelah pemberian obat antitiroid dan lebih memilih
27
yang diderita memiliki ukuran yang besar. Control rutin terhadap tirotoksikosis
dengan obat antitiroid, diikuti dengan pemberian potassium iodide (3 tetet per
menangani penyakit Grave pada kehamilan. Pemberian obat antitiroid pada pasien
hamil dapat menyebabkan hipotiroid pada janin. PTU biasanya digunakan karena
untuk memblok konversi T4 menjadi T3. Selain itu, carbimazole dan methimazole
dikaitkan dengan kejadian aplasia cutia dan kelainan kongenital lain, seperti
choanal atresia. Terapi PTU harus diberikan dengan dosis optimal terendah, dan
sebaiknya dihentikan pada trimester ketiga karena kadar TSI menurun pada
kehamilan. Pemberian antitiroid pada ibu dapat digunakan untuk terapi pada janin,
dan dibutuhkan selama 1-3 bulan setelah kelahiran, hingga antibody maternal
menghilang pada sirkulasi bayi. Periode post partum merupakan waktu tersering
terjadinya relapse pada penyakit Graves. Menyusui masih aman dilakukan pada
pemberian obat antitiroid dengan dosis rendah. Penyakit Grave pada anak
umumnya dapat diterapi dengan obat anti tiroid. Radioidine dan pembedahan
BAB IV
28
BETA BLOCKER PADA HIPERTIROID
(adrenaline) agar tidak berikatan dengan reseptor-reseptor beta. Ada tiga tipe
29
Beta blockers berbeda dalam tipe dari beta receptors yang mereka halangi
jalan udara.
dengan ISA mempunyai efek-efek yang lebih kecil pada denyut jantung
Beta blocker menghambat efek obat adrenergik, baik NE dan epi endogen
30
afinitas yang lebih besar terhadap reseptor beta-1 daripada beta-2. Propanolol,
Beta bloker larut air (sotolol, nadolol, atenolol) kurang baik absorbsinya
alprenolol
31
Potensi hambatan dilihat dari kemampuan obat ini dalam menghambat
afinitas yang lebih tinggi terhadap reseptor beta 1 dari pada beta 2. Nonselektif
artinya mempunyai afinitas yang sama terhadap kedua reseptor beta1 dan beta2.
Tetapi, sifat kardioselektivitas ini relatif, artinya pada dosis yang lebih tinggi
beta blocker yang kardioselektif juga memblok reseptor beta 2. Beta blocker
mempunyai aktivitas agonis parsial artinya, jika berinteraksi dengan reseptor beta
menimbulkanefek adrenergik yang lemah tetapi jelas, ini disebut juga aktivitas
simpatomimetik intrinsik.
mempunyai efekstabilisasi membrane atau efek seperti anestetik lokal atau seperti
kuinidin. Ini disebut juga aktivitas anestetik lokal atau aktivitas seperti
32
Berdasarkan penelitian American Thyroid Association, maka
dengan tirotoksikosis atau pada pasien tirotoksik dengan resting heart rate lebih
dari 90 bpm atau dengan riwayat penyakit kardiovaskular. Selain itu, pemberian
simptomatis.7
rate, penurunan tekanan darah sistolik, kelemahan otot, dan tremor. Gejala
tersebut dapat pula disertai dengan iritabilitas, labilitas emosi, dan intoleransi
aktivitas atau mudah lelah. Pemberian beta blocker juga di kontraindikasikan pada
ringan dan PPOK ringan yang memerlukan control heart rate maka pemberian
secara oral menampakkan hasil efek control yang baik pada pasien yang tidak
Dosis
digunakan dalam jangka panjang seperti pada gagal jantung kronik atau pasca-
infark miokard, dosis harus dititrasi sesuai dengan dosis yang digunakan dalam uji
33
klinis. Penghentian terapi beta-blockers setelah pengobatan kronik dapat
Sediaan
2. Alprenolol: tab 50 mg
5. Bisoprolol: tab 5 mg
o Diare
o kejang-kejang perut,
juga terjadi.
34
o Beta blockers harus tidak diberhentikan dengan tiba-tiba karena penghentian
sakit kepala,
depresi,
kebingungan,
kepeningan,
halusinasi-halusinasi.
o Seperti dengan obat-obat lain yang digunakan untuk merawat tekanan darah
o Beta blockers mungkin menyebabkan glukosa darah yang rendah atau tinggi
DAFTAR PUSTAKA
35
6. Sherwood, lauralee. 2009. Human physiology from cells to system 6th Ed.
Jakarta : EGC
7. Harrisons. 2012. Disorder of the Thyroid Gland. Harrison’s Principles of
Internal Medicine 18th Ed p.5767- 5806. Mc Graw Hill
8. American Thyroid Association. Hyperthyroidsm. 2012; 1-4
9. National Endocrine and Metabolic Diseases Information Service.
Hyperthyroidsme. 2007; 573-582
10. Donangelo, Ines. Update on Subclinical Hyperthyroidsm. 2011; 934-938
11. Brand, Frans. A Critical Review and Meta-Analysis of The Association
Between Overt Hyperthyroidsm and Mortality. 2011; 491-497
12. Murray Longmore, et al. 2012. Buku Saku Oxford Kedokteran Klinis Ed 8.
Jakarta : EGC
13. Jeri R Reid dan Stephen Wheeler. 2005. Hyperthyroidism : Diagnosis and
Treatment. American Family Physician Vol 72, number 4; August 15,2005
14. Rebecca S Bahn, et al. 2011. Hypertiroidism and Other Causes Of
Thyrotoxicosis Management Guidelines of The American Thyroid
Association and American Association of Clinical Endocrinology.
Hyperthyroidism Management Guidelines, Endocr Pract, May 24, 2011; 17
(No.3)
15. David S. Cooper, M.D. Antithyroid Drugs, N Engl J Med 2005;352:905-17
16. Elias S Siraj, MD. 2008. Update Diagnosis and Treatment of Hypertiroidism.
Department of Medicine, Section of Endocrinology, Diabetes, and
Metabolism, Temple Universitiy School of Medicine, Philladelphia; June
2008 JCOM Vol.15 No.6 p.298-307
36