1. Ardiyansyah
2. Arifna Fitriyanti
3. Wenny Rupina
4. Syahrina Fakihun
5. Gusti Angri Angalan
6. Dina Fitri Wijayanti
7. Syed Muhammad Zulfikar
8. Siska
9. Irene Olivia Salim
10.Anis Komala
11.Raynaldo D. Pinem
12.Woris Christoper
I11108077
I11111005
I11111067
I11112002
I11112004
I11112007
I11112016
I11112019
I11112030
I11112041
I11112044
I11112056
1.1
Pemicu
Ny. B, 30 tahun, berobat dengan keluhan leher membesar sejak tiga bulan terakhir.
Pasien juga mengeluh sering berdebar-debar dan banyak berkeringat.
Pada pemeriksaan fisik : TD 120/50 mmHg.
1.2
1.3
Kata Kunci
1.4
Ny. B 30 tahun
Leher membesar
Berdebar-debar
Banyak berkeringat
TD : 120/50 mmHg
Rumusan Masalah
Ny. B 30 tahun mengalami pembesaran leher disertai keluhan sering berdebar-debar dan
banyak berkeringat.
1.5
Analisis Masalah
Ny. B 30
Anamnesis
Pem. Fisik
2
Keluhan
Lain
Keluhan
Utama
Pembesaran
Leher
Berdebardebar
Banyak
berkeringat
Pembesaran
Kelenjar
Tiroid
Peningkatan
Stimulus Adrenergik
Efek
Kalorigenik
Screening
Hipertiroidisme
Pemeriksaan Penunjang
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
Klasifikasi
Diagnosis
Manifestasi Klinis
Patofisiologi
Faktor Risiko
Komplikasi
Pencegahan
- Prognosis
Tata Laksana
1.6
Hipotesis
Ny. B 30tahun, mengalami Hipertiroidisme.
1.7
Pertanyaan Diskusi
1.7.1
1.7.2
1.7.3
Apa fungsi hormon tiroid dan bagaimana efeknya pada sistem tubuh?
1.7.4
1.7.5
1.7.6
1.7.7
Hipertiroidisme
a) Apa definisi dan epidemiologi dari Hipertiroidisme?
b) Bagaimana klasifikasi dari Hipertiroidisme?
c) Apa etiologi dari Hipertiroidisme?
d) Apa faktor risiko dari Hipertiroidisme?
e) Bagaimana patofisiologi dari Hipertiroidisme?
f) Bagaimana manisfestasi klinis dari Hipertiroidisme?
g) Apa komplikasi dari Hipertiroidisme?
h) Bagaimana pemeriksaan penujang untuk Hipertiroidisme?
i) Bagaimana kriteria diagnosis untuk Hipertiroidisme?
j) Bagaimana tatalaksana untuk Hipertiroidisme?
k) Bagaimana prognosis dari Hipertiroidisme?
l) Bagaimana screening/uji saring untuk Hipertiroidisme?
1.7.8
1.7.9
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kelenjar tiroid terletak tepat di bawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior
trakea. Merupakan salah satu kelenjar endokrin terbesar, dan pada normalnya memiliki
berat 15-20 gram pada orang dewasa.1
Kelenjar tiroid menyekresi hormone tiroksin (T4), triiodothyronin (T3), dan kalsitonin.
Kelenjar tiroid dibungkus oleh suatu kapsul, dan bersama-sama larynx, trachea,
oesophagus dan phatynx, dikelilingi oleh fascia organ umum.2
Pada sisi posterior tiap lobus terdapat dua badan epitel berukuran biji padi, yang disebut
kelenjar paratiroid, memiliki berat 12-50 mg, dan menyekresikan hormone paratiroid.2
Pada kedua sisi, N. Laryngeus recurrens berjalan diantara trachea dan oesophagus.
Saraf terletak di luar fascia organ khusus tapi tetap berada di dalam fascia organ umum.2
2.2
melalui resorpsi tulang oleh osteoklas (yaitu ketika kadar kalsium darah tinggi,
kalsitonin dilepaskan).4
Kelenjar Tiroid4 :
A. Kapsula
Kapsula kelenjar tiroid terdiri atas jaringan ikat kolagen tipis, dari sini membentuk
septa menuju ke substansi kelenjar, mernbagi kelenjar menjadi lobulus.
B. Sel-sel Parenkim
Sel-sel parenkim kelenjar tiroid membentuk folikelfolikel
berisi koloid, terdiri atas
1. Sel-sel folikular (epitel selapis kubis)
2. Sel-sel parafolikular (clear cell) terletak di sebelah tepi folikel
C. Jaringan ikat
Unsur jaringan ikat tipis membantu aliran darah yang banyak.
2.3
Dibandingkan dengan hormon lain, kerja hormon tiroid relative "lamban". Respons
terhadap peningkatan hormon tiroid baru terdeteksi setelah beberapa jam, dan respons
maksimal belum terlihat dalam beberapa hari. Durasi respons juga cukup lama,
sebagian karena hormon tiroid tidak cepat terurai tetapi juga karena respons terhadap
peningkatan sekresi terus terjadi selama beberapa hari atau bahkan minggu setelah
konsentrasi hormon tiroid plasma kembali ke normal.
Hampir semua jaringan di tubuh terpengaruh langsung atau tak langsung oleh hormon
tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori.1
1. Efek pada laju metabolisme dan produksi panas
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal keseluruhan tubuh, atau "laju
langsam". Hormon ini adalah regulator terpenting laju konsumsi O 2 dan pengeluaran
energi tubuh pada keadaan istirahat. Efek metabolik hormon tiroid berkaitan erat
dengan efek kalorigenik ("penghasil
10
2.4
Tahap trapping
Tahap oksidasi
Tahap coupling
Tahap penimbunan / storage
Tahap proteolisis
Tahap deiodinasi
Tahap pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid
1. Tahap trapping
Tahap pertama pembentukan hormon tiroid adalah pompa iodida dari darah ke
dalam sel dan folikel kelenjar tiroid secara transport aktif. Membran basal sel tiroid
memompakan iodida masuk ke dalam sel yang disebut dengan penjeratan iodida
(iodide traping). Iodida (I-) bersama dengan Na+ diserap oleh transporter yang
terletak di membran plasma basal sel folikel. Protein transporter ini disebut sodium
11
12
2.5
13
Pelepasan hormon tiroid kedalam sirkulasi sistemik adalah suatu proses yang agak
rumit karena dua alasan. Pertama, sebelum pembebasannya, T3 dan T4 masih tterikat
didalam molekul tiroglobulin. Kedua, kedua hormon tersimpan di tempat ekstra sel,
lumen folikel, sehingga harus diangkut menembus sel folikel untuk mencapai kapiler
yang berjalan di ruang interstisium di antara folikel-folikel.6
Pada proses sekresi hormon tiroid, sel folikel menggigit putus sepotong koloid,
menguraikan molekul tiroglobulin menjadi bagian-bagiannya, dan meludahkan T3 dan
T4 yang telah dibebaskan ke dalam darah. Pada stimulasi yang sesuai untuk sekresi
hormon tiroid, sel-sel folikel menginternalisasi sebagian kompleks tiroglobulin-hormon
dengan memfagosit sepotong koloid. Didalam sel, butir-butir koloid terbungkus
membran menyatu dengan lisosom, yang enzim-enzimnya memisahkan hormonhormon tiroid, yang aktif secara biologis, T3 dan T4, serta iodotirosin yang inaktif, MIT
dan DIT. Hormon tiroid, karena sangat lipofilik mudah melewati membran luar sel
folikel dan masuk kedalam darah. MIT dan DIT tidak memiliki nilai endokrin. Sel-sel
folikel mengandung suatu enzim yang secara cepat mengeluarkan iodium dari MIT dan
DIT sehingga iodium yang telah bebas ini dapat didaur ulang untuk membentuk lebih
banyak hormon. Enzim yang sangat spesifik ini akan mengeluarkan iodium hanya dari
MIT dan DIT, bukan dari T3 atau T4.6
Setelah dikeluarkan kedalam darah, molekul-molekul hormon tiroid yang sangat
lipofilik (dan karenanya tak larut air) berikatan dengan beberapa protein plasma.
Sebagian besar T3 dan T4 diangkut oleh thyroxine-binding globulin (TBG, globulin
pengikat tiroksin), suatu protein plasma yang secara selektif berikatan hanya dengan
hormon tiroid. Kurang dari 0,1% T4 dan kurang dari 1% T3 tetap berada dalam bentuk
bebas (tak terikat). Hal ini luar biasa mengingat hanya bentuk bebas dari keseluruhan
hormon tiroid, yang memiliki akses ke reseptor sel sasaran dan menimbulkan efek.6
Mekanisme Transportasi
Hormon tiroid yang bersirkulasi dalam plasma terikat pada protein plasma: (1) globulin
pengikat tiroksin (TBG), (2) pre albumin pengikat tiroksin (TBPA), dan (3) Albumin
pengikat tiroksin (TBA). Kebanyakan hormon dalam sirkulasi terikat pada proteinprotein tersebut dan hanya sebagian kecil saja (kurang dari 0,05%) berada dalam bentuk
bebas. Hormon yang terikat dan bebas berada dalam keadaan keseimbangan yang
reversibel. Hormon yang bebas merupakan fraksi yang aktif secara metabolik,
14
sedangkan fraksi yang lebih banyak dan terikat pada protein tidak dapat mencapai
jaringan sasaran. Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG merupakan pengikat
tiroksin yang paling spesifik. Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar
terhadap protein pengikat ini dibandingkan dengan T3. Akibatnya T3 lebih mudah
berpindah ke jaringan sasaran. Faktor ini merupakan alasan mengapa aktivitas
metabolik T3 lebih besar.7
2.6
sebagian
besar aktivitas
metabolisme
yang
berkaitan
dengan
2.7
Hipertiroidisme
a) Definisi dan Epidemiologi
Hipertiroid adalah suatu gangguan dimana kelenjar tiroid memproduksi lebih
banyak hormon tiroid yang dibutuhkan oleh tubuh. Kadang-kadang disebut juga
tirotoksikosis. 1 persen populasi di Amerika memiliki resiko untuk menderita
hipertiroid. Wanita lebih banyak mengalami kejadian ini dibandingkan dengan
pria.24
Perlu
dibedakan
antara
pengertian
tirotoksikosis
dengan
hipertiroidsme.
Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam
sirkulasi. Hipertiroidsme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid
15
yang hiperkatif. Apapun sebabnya manifestasi kliniknya sama, karena efek ini
disebabkan ikatan T3 dengan reseptor T4-inti yang makin penuh.16
b) Klasifikasi8
Hipertiroidisme dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 2 :
1) Primer : Terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid itu sendiri.
Contohnya Penyakit Graves, Goiter Multinodular Hiperfungsional.
2) Sekunder : Jika penyebab hipertiroid berasal dari luar kelenjar tiroid. Contohnya
Adenoma Hipofisis.
c) Etiologi9,10
Penyebab
tersering
hipertiroidisme
adalah
penyakit
Graves
(gondok
d) Faktor Risiko11
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertiroidisme, antara lain
adalah:
16
Merokok
e) Patofisiologi25,26
Penyakit Graves merupakan penyebab tersering hipertiroidisme. Pada penyakit
Graves, limfosit T disensitisasi terhadap antigen dalam kelenjar tiroid dan
merangsang limfosit B untuk mensintesis antibodi terhadap antigen-antigen ini. Satu
daripada antibodi ini bisa ditujukan terhadap tempat reseptor TSH pada membran
sel tiroid dan mempunyai kemampuan untuk mengganggu pertumbuhan dan fungsi,
yaitu (TSH-R [stim] Ab).
Beberapa faktor yang mendorong respons imun pada penyakit Graves ialah
kehamilan (khususnya pada masa nifas), kelebihan iodida (khusus di daerah
17
defisiensi iodida di mana kekurangan iodida dapat menutupi penyakit Graves laten
pada pemeriksaan), infeksi bakteri atau viral dan penghentian glukokortikoid.
Tipe-tipe antibodi pada TSHr
1. Thyroid stimulating immunoglobulin (TSI). Antibodi ini terutama IgG bekerja
sebagai Long Acting Thyroid Stimulants (LATS), mengaktifkan sel secara lebih
lama dan lambat daripada TSH, yang akan meningkatkan produksi dari hormon
tiroid.
2. Thyroid growth immunoglobulin (TGI). Antibodi ini berikatan langsung dengan
TSHr dan telah melibatkan pertumbuhan sel tiroid.
3. Thyrotrophin binding-inhibiting immunoglobulin
(TBII).
Antibodi
ini
f) Manisfestasi Klinis22,23
Penyakit hipertiroid dapat memberikan manifestasi klinis bermacam-macam yang
tergantung dari etiologi hipertiroid, yang mempengaruhi dari fungsi kerja jantung,
tekanan darah, metabolism tubuh, ekskresi melalui ginjal, sistem gastrointestinal
serta otot dan lemak, sistem hemopoetik:
1. Jantung dan Vascular
18
Manifestasi klinis yang terjadi akibat penyakit hipertiroid ini lebih banyak
mempengaruhi fungsi kerja jantung, dimana jantung dipacu untuk bekerja lebih
cepat sehingga mengakibatkan otot jantung berkontraksi lebih cepat karena
efek ionotropik yang langsung dari hormone tiroid yang keluar secara
berlebihan sehingga meningkatkan rasio ekspesi rantai panjang : , dengan
otot jantung berkontraksi lebih cepat juga mengakibatkan cardiac output yang
dihasilkan menurun dan meningkatkan tekanan darah, iktus kordis terlihat
jelas, kardiomegali, serta bising sistolik.
2. Ginjal
Hipertiroid tidak menimbulkan symptom yang dapat dijadikan acuan terhadap
traktus urinaria kecuali poliuria sedang. Meskipun aliran darah ginjal, filtrasi
glomerulus, dan reabsorbsi tubulus serta sekretori maxima meningkat. Total
pertukaran potassium menurun karena penurunan massa tubuh.
3. Metabolisme Tubuh
Peningkatan metabolisme jaringan, yang menyebabkan peningkatan venous
return
akibat
meningkatnya
metabolisme
jaringan
yang
kemudian
g) Komplikasi12
1. Aritmia biasa terjadi pada pasien yang mengalami hipertiroidisme dan
merupakan gejala yang terjadi pada gangguan tersebut. Setiap individu yang
mengeluhkan aritmia harus dievaluasi untuk mengetahui terjadinya gangguan
tiroid.
2. Komplikasi hipertiroidisme yang mengancam jiwa adalah krisis tirotoksis (badai
tiroid), yang dapat terjadi secara spontan pada pasien hipertiroidisme yang
menjalani terapi atau selama pembedahan kelenjar tiroid, atau dapat terjadi pada
pasien yang tidak terdiagnosis hipertiroidisme. Akibatnya adalah pelepasan TH
dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor,
hipertermia (sampai 106oF) dan apabila tidak diobati, terjadi kematian.
h) Pemeriksaan Penujang13
20
RAI yang akan ditangkap oleh tiroid dan dipekatkan setelah melewati 24 jam.
Kemudian radioaktivitas yang ada dalam kelenjar tiroid tersebut dihitung.
Normalnya, jumlah radioaktif yang diambil berkisar dari 10% hingga 35% dari
dosis pemberian. Pada hipertiroidisme nilainya tinggi dan akan rendah bila kelenjar
tiroid ditekan.
Hipertiroidisme dan hipotiroidisme adalah dua kelainan fungsional utama yang
masing-masing membutuhkan peralatan laboratorium yang dapat diandalkan. Pada
kasus yang berat, mungkin memerlukan sedikit sekali penyelidikan laboratorium
yang mendukung, tetapi tes-tes tambahan perlu untuk mendiagnosis kasus disfungsi
tiroid yang ringan.
Tabel 1. Tes-tes fungsi tiroid
Tes
Ambilan RAI
Tiroksin serum
Tiroksin bebas
Serum TSH
Hipertiroidisme
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Menurun
Hipotiroidisme
Menurun
Menurun
Menurun
Meningkat
i) Kriteria Diagnosis14
Gejala dan tanda apakah seseorang menderita hipertiroid atau tidak juga dapat
dilihat atau ditentukan dengan indeks wayne atau indeks newcastle yaitu sebagai
berikut :
22
23
j)
Tatalaksana15,16
Pilihan pengobatan tergantung pada beberapa hal antara lain berat ringannya
tirotoksikosis, usia pasien, besarnya struma, ketersediaan obat antitiroid dan respon
atau reaksi terhadapnya serta penyakit lain yang menyertainya.
1) Obat Antitiroid :
Golongan Tionamid
24
Terdapat 2 kelas obat golongan tionamid, yaitu tiourasil dan imidazol. Tiourasil
dipasarkan dengan nama propiltiourasil (PTU) dan imidazol dipasarkan dengan
nama metimazol dan karbimazol. Obat golongan tionamid lain yang baru
beredar ialah tiamazol yang isinya sama dengan metimazol.
Obat golongan tionamid mempunyai efek intra dan ekstratiroid. Mekanisme aksi
intratiroid yang utama ialah mencegah/mengurangi biosintesis hormon tiroid T-3
dan T-4, dengan cara menghambat oksidasi dan organifikasi iodium,
menghambat coupling iodotirosin, mengubah struktur molekul tiroglobulin dan
menghambat sintesis tiroglobulin. Sedangkan mekanisme aksi ekstratiroid yang
utama ialah menghambat konversi T-4 menjadi T-3 di jaringan perifer (hanya
PTU, tidak pada metimazol). Atas dasar kemampuan menghambat konversi T-4
ke T-3 ini, PTU lebih dipilih dalam pengobatan krisis tiroid yang memerlukan
penurunan segera hormon tiroid di perifer. Sedangkan kelebihan metimazol
adalah efek penghambatan biosintesis hormon lebih panjang dibanding PTU,
sehingga dapat diberikan sebagai dosis tunggal.
Belum ada kesesuaian pendapat diantara para ahli mengenai dosis dan jangka
waktu pengobatan yang optimal dengan OAT. Beberapa kepustakaan
menyebutkan bahwa obat-obat anti tiroid (PTU dan methimazole) diberikan
sampai terjadi remisi spontan, yang biasanya dapat berlangsung selama 6 bulan
sampai 15 tahun setelah pengobatan.
Untuk mencegah terjadinya kekambuhan maka pemberian obat-obat antitiroid
biasanya diawali dengan dosis tinggi. Bila telah terjadi keadaan eutiroid secara
klinis, diberikan dosis pemeliharaan (dosis kecil diberikan secara tunggal pagi
hari).
Regimen umum terdiri dari pemberian PTU dengan dosis awal 100-150 mg
setiap 6 jam. Setelah 4-8 minggu, dosis dikurangi menjadi 50-200 mg , 1 atau 2
kali sehari.
Propylthiouracil mempunyai kelebihan dibandingkan methimazole karena dapat
menghambat konversi T4 menjadi T3, sehingga efektif dalam penurunan kadar
hormon secara cepat pada fase akut dari penyakit Graves.
25
Methimazole mempunyai masa kerja yang lama sehingga dapat diberikan dosis
tunggal sekali sehari. Terapi dimulai dengan dosis methimazole 40 mg setiap
pagi selama 1-2 bulan, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 5 20 mg
perhari.
Ada juga pendapat ahli yang menyebutkan bahwa besarnya dosis tergantung
pada beratnya tampilan klinis, tetapi umumnya dosis PTU dimulai dengan
3x100-200 mg/hari dan metimazol/tiamazol dimulai dengan 20-40 mg/hari dosis
terbagi untuk 3-6 minggu pertama. Setelah periode ini dosis dapat diturunkan
atau dinaikkan sesuai respons klinis dan biokimia. Apabila respons pengobatan
baik, dosis dapat diturunkan sampai dosis terkecil PTU 50mg/hari dan
metimazol/ tiamazol 5-10 mg/hari yang masih dapat mempertahankan keadaan
klinis eutiroid dan kadar T-4 bebas dalam batas normal. Bila dengan dosis awal
belum memberikan efek perbaikan klinis dan biokimia, dosis dapat di naikkan
bertahap sampai dosis maksimal, tentu dengan memperhatikan faktor-faktor
penyebab lainnya seperti ketaatan pasien minum obat, aktivitas fisis dan psikis.
Meskipun jarang terjadi, harus diwaspadai kemungkinan timbulnya efek
samping,
yaitu
agranulositosis
(metimazol
mempunyai
efek
samping
agranulositosis yang lebih kecil), gangguan fungsi hati, lupus like syndrome,
yang dapat terjadi dalam beberapa bulan pertama pengobatan. Agranulositosis
merupakan efek samping yang berat sehingga perlu penghentian terapi dengan
Obat Anti Tiroid dan dipertimbangkan untuk terapi alternatif yaitu yodium
radioaktif.. Agranulositosis biasanya ditandai dengan demam dan sariawan,
dimana untuk mencegah infeksi perlu diberikan antibiotika.
Efek samping lain yang jarang terjadi namun perlu penghentian terapi dengan
Obat Anti Tiroid antara lain Ikterus Kholestatik, Angioneurotic edema,
Hepatocellular toxicity dan Arthralgia Akut. Untuk mengantisipasi timbulnya
efek samping tersebut, sebelum memulai terapi perlu pemeriksaan laboratorium
dasar termasuk leukosit darah dan tes fungsi hati, dan diulang kembali pada
bulan-bulan pertama setelah terapi. Bila ditemukan efek samping, penghentian
penggunaan obat tersebut akan memperbaiki kembali fungsi yang terganggu,
dan selanjutnya dipilih modalitas pengobatan yang lain seperti 131I atau operasi.
26
Bila timbul efek samping yang lebih ringan seperti pruritus, dapat dicoba ganti
dengan obat jenis yang lain, misalnya dari PTU ke metimazol atau sebaliknya.
Evaluasi pengobatan perlu dilakukan secara teratur mengingat penyakit Graves
adalah penyakit autoimun yang tidak bisa dipastikan kapan akan terjadi remisi.
Evaluasi pengobatan paling tidak dilakukan sekali/bulan untuk menilai
perkembangan klinis dan biokimia guna menentukan dosis obat selanjutnya.
Dosis dinaikkan dan diturunkan sesuai respons hingga dosis tertentu yang dapat
mencapai keadaan eutiroid. Kemudian dosis diturunkan perlahan hingga dosis
terkecil yang masih mampu mempertahankan keadaan eutiroid, dan kemudian
evaluasi dilakukan tiap 3 bulan hingga tercapai remisi. Remisi yang menetap
dapat diprediksi pada hampir 80% penderita yang diobati dengan Obat Anti
Tiroid bila ditemukan keadaan-keadaan sebagai berikut :
-
Parameter biokimia yang digunakan adalah FT-4 (atau FT-3 bila terdapat T-3
toksikosis), karena hormon-hormon itulah yang memberikan efek klinis,
sementara kadar TSH akan tetap rendah, kadang tetap tak terdeteksi, sampai
beberapa bulan setelah keadaan eutiroid tercapai. Sedangkan parameter klinis
yang dievaluasi ialah berat badan, nadi, tekanan darah, kelenjar tiroid, dan mata.
2) Obat Golongan Penyekat Beta :
Obat golongan penyekat beta, seperti propranolol hidroklorida, sangat
bermanfaat
untuk
mengendalikan
manifestasi
klinis
tirotoksikosis
27
28
k) Prognosis17,18
Mortalitas krisis tiroid dengan pengobatan adekuat yaitu sekitar 10-15%.
Hipertiroidisme dapat menyebabkan gagal jantung yang reversible apabila diterapi.
Namun pada pasien hipertiroidisme dengan riwayat penyakit jantung sebelumnya
memiliki peningkatan resiko kematian.
l) Screening / Uji Saring14
30
Indeks Wayne dengan cut off point terbukti secara statistik lebih mampu
membedakan kasus hipertiroid dan non hipertiroid melalui diagnosis klinis di
masyarakat dibandingkan dengan indeks New castle. Koreksi terhadap nilai cut off
point dari score indeks Wayne dan New castle dapat meningkatkan kemampuan
kedua instrumen dalam menjaring kasus hipertiroid. Untuk keperluan screening
dapat digunakan nilai cut off point yang dapat menghasilkan nilai sensitifitas dan
spesifisitas yang tertinggi.
2.8
karena sel tiroid menjadi over aktif berlebihan dan hipertrofik (membesar) dalam
usaha untuk memisahkan semua iodida yang mungkin ada dalam alirandarah. Kadar
TH yang rendah disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena umpan balik
negatif minimal.
3. Karsinoma tiroid dapat menyebabkan hipotoroidisme atau hipertiroidisme. Terapi
untuk kanker yang jarang dijumpai ini adalah tiroidektomi, obat supresi THS, atau
terapi iodine radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Semua terapi ini dapat
menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan terhadap radiasi, terutama setelah masa
kanak-kanak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodine juga dapat
meningkatkan risiko perkembangan kanker tiroid karena defisiensi iodine
menstimulasi proliferasi dan hyperplasia sel tiroid.
GAMBARAN KLINIS
1. Kelambanan, berpikir lambat, dan gerakan yang canggung dan lambat.
2. Penurunan frekuensi jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan
penurunan curah jantung.
3. Pembengkakan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan
kaki.
4. Intoleransi terhadap suhu dingin.
5. Penurunan laju metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu
makan dan absorbsi zat gizi yang melewati usus.
6. Konstipasi.
7. Perubahan fungsi reproduksi.
8. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan rambut tubuh yang tipis dan
rapuh.
PERANGKAT DIAGNOSTIK
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan membantu mendiagnosis
hipotiroidisme.
2. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar TH (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
menmungkinkan diagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat sistem saraf
pusat atau kelenjar tiroid.
KOMPLIKASI
1. Koma misedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme, termasuk hipotermia
32
HIPOTYROID
HIPERTYROID
1. Hipertiroid
merupakan
suatu
keadaan dimana kelenjar tiroid bekerja
berlebihan sehingga menghasilkan
sejumlah besar hormon tiroid.
2. Pada
hipertiroidisme,
apapun
2. Beberapa gejala yang umumnya terjadi penyebabnya, terjadi peningkatan
pada orang dewasa, diantaranya, kecapekan, fungsi tubuh
penambahan Berat Badan, kulit menjadi
tebal dan kering, sembelit, depresi, malas, 3. Jantung berdetak lebih cepat dan
rambut rontok, muka dan kaki menjadi bisa terjadi kelainan irama jantung,
bengkak, perasaan tidak tenang, siklus yang bisa menyebabkan palpitasi
menstruasi tidak teratur, kejang, suara (jantung berdebar-debar).
menjadi parau, nyeri badan, ingatan
terganggu, sulit fokus.
4. Tekanan
darah
cenderung
meningkat.
3. Sedangkan pada bayi baru lahir
diantaranya adalah Hipotonia, tubuh yang 5. Penderita
merasakan
hangat
kasar, distensi abdomen, kadang-Kadang meskipun berada dalam ruangan yang
Goiter (pembengkakan dibagian depan sejuk
leher). penderita dengan Hipotiroid ringan
mungkin tidak mengalami gejala seperti ini, 6. Kulit
menjadi
lembab
dan
tetapi bisa menjadi parah jika tingkat hormon cenderung mengeluarkan keringat
semakin rendah. karena itu tetap perlu yang berlebihan
mendapatkan perawatan supaya tidak
menghambat rertumbuhan kita.
7. Tangan memperlihatkan tremor
33
meningkat.
2.9
Grave Disease6
Penyakit Graves merupakan penyebab tersering hipertiroidisme. Penyakit ini adalah
suatu penyakit otoimun di mana tubuh secara salah menghasilkan long-acting thyro:id
stimulator (LATS), suatu antibodi yang sasarannya adalah reseptor TSH di sel tiroid.
LATS merangsang sekresi dan pertumbuhan tiroid mirip dengan yang dilakukan oleh
TSH. Namun, tidak seperti TSH, LATS tidak dipengaruhi oleh inhibisi umpan balik
hormon tiroid sehingga sekresi dan pertumbuhan tiroid berlanjut tanpa kendali.
Seperti diperkirakan, pasien hipertiroid mengalami peningkatan laju metabolik basal.
Meningkatnya produksi panas menyebabkan keringat berlebihan dan intoleransi panas.
Meskipun nafsu makan dan asupan makanan meningkat yang terjadi sebagai respons
terhadap meningkatnya kebutuhan metabolik namun berat tubuh biasanya turun karena
tubuh menggunakan bahan bakar jauh lebih cepat. Terjadi penguraian netto simpanan
karbohidrat, lemak, dan protein. Berkurangnya protein otot menyebabkan tubuh lemah.
Berbagai keiainan kardiovaskular dilaporkan berkaitan dengan hipertiroidisme,
disebabkan baik oleh efek langsung hormon tiroid maupun interaksinya dengan
katekolamin. Kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi dapat meningkat sedemikian
besar sehingga individu mengalami palpitasi (jantung berdebar-debar).
Pada kasus yang parah, jantung mungkin tidak sanggup memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh meskipun curah jantung meningkat. Efek pada SSP ditandai oleh peningkatan
berlebihan kewaspadaan mental hingga ke titik di mana pasien mudah tersinggung,
tegang, cemas, dan sangat emosional. Gambaran mencolok pada penyakit Graves tetapi
tidak dijumpai pada hipertiroidisme jenis lain adalah eksoftalmos (mata menonjol).
Terjadi pengendapan karbohidrat kompleks penahan air di belakang mata, meskipun
mengapa hal ini dapat terjadi masih belum diketahui. Retensi cairan yang terjadi
mendorong bola mata ke depan sehingga menonjol dari tulang orbita. Bola mata dapat
menonjol sedemikian jauh sehingga kelopak tidak dapat menutup sempurna yang
kemudian dapat menyebabkan mata kering, teriritasi, dan rentan mengalami ulkus
kornea. Bahkan setelah kondisi hipertiroidnya diperbaiki, gejala mata yang
mengganggu ini dapat menetap.
35
horrnon tiroid dalam darah sedemikian rendah sehingga tidak terdapat inhibisi umpan
balik negative di hipofisis anrerior, dan karenanya sekresi TSH meningkat. TSH
bekerja pada tiroid untuk meningkatkan ukuran dan jumlah sel folikel dan untuk
meningkatkan laju sekresinya.
Jika sel tiroid tidak dapat mengeluarkan hormon karena kurangnya enzim esensial atau
iodium, maka seberapa pun jumlah TSH tidak akan mampu menginduksi sel-sel ini
untuk mengeluarkan T3 dan T4. Namun, TSH tetap dapat menyebabkan hipertrofi dan
hyperplasia tiroid, dengan konsekuensi terjadinya pembesaran paradox kelenjar (yaitu,
gondok) meskipun produksi kelenjar tetap kurang.
Demikian juga, gondok mungkin menyertai hipertiroidisme mungkin juga tidak : Jika
Sekresi TSH yang berlebihan akibat defek hipotalamus atau hipofisis anterior akan
jelas disertai oleh gondok dan sekresi berlebihan
T3
dan T4
karena stimulasi
pertumbuhan tiroid yang berlebihan. Karena kelenjar tiroid dalam situasi ini juga
mampu berespons terhadap kelebihan TSH disertai peningkatan sekresi hormon maka
pada gondok ini terjadi hipertiroidisme.
Pada penyakit Graves, terjadi gondok dengan hipersekresi karena LATS mendorong
pertumbuhan tiroid sekaligus meningkatkan sekresi hormone tiroid. Karena tingginya
kadar T3 dan T4, menghambat hipofisis anterior, maka sekresi TSH itu sendiri
36
rendah. Pada semua kasus dimana terjadi gondok, kadar TSH meninggi dan berperan
langsung menyebabkan pertumbuhan berlebihan tiroid.
Hipertiroidisme yang terjadi karena aktivitas berlebihan tiroid tanpa overstimulasi,
misalnya karena tumor tiroid yang tak terkendali, tidak disertai oleh gondok. Sekresi
spontanT3 dan T4, dalam jumlah berlebihan akan menekan TSH sehingga tidak ada
sinyal stimulatorik yang mendorong pertumbuhan tiroid.
Pada kasus pasien ny.B terjadi peningkatan metabolism basal, akibat respon dari
peningkatan hormon tiroid, mekanisme tubuh untuk mengkompensasi beban panas
yang dihasilkan oleh efek kalorigenik hormon tiroid ini adalah dengan terjadinya
vasodilatasi perifer untuk membawa kelebihan panas kepermukaan tubuh untuk
kemudian dikeluarkan ke lingkungan lewat keringat.
BAB III
PENUTUP
39
3.1
Kesimpulan
Ny. B 30 th mengalami Hipertiroidisme.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 9. Jakarta : EGC. 2007.
40
Toksik)
Diagnosis
dan
42