Anda di halaman 1dari 18

Refarat Kepada Yth :

Divisi Endokrinologi Anak

Diagnosis dan Tatalaksana Hipotiroid Kongenital

Presentator : Muhammad Hidayat


Hari/tanggal : Oktober 2017
Pembimbing : dr. Karina Sugih Arto, M.Ked (Ped), Sp.A (K)
Supervisor : dr. Karina Sugih Arto, M.Ked (Ped), Sp.A (K)
dr. Hj. Melda Deliana, M.Ked (Ped), Sp.A (K)
Dr.dr.Siska Mayasari Lubis, M.Ked (Ped), Sp.A

Pendahuluan
Hipotiroid kongenital (HK) adalah salah satu penyebab retardasi mental pada anak yang
dapat dicegah jika diketahui dan diterapi sejak dini. Hormon tiroid berperan dalam perkembangan
susunan saraf pusat (antara lain migrasi dan mielinisasi). Diketahui bahwa 95% HK tidak
memperlihatkan tanda dan gejala klinis yang khas saat lahir dan durasi intervensi dini untuk
mencegah terjadinya retardasi mental. Oleh karenanya, sebagian besar negara maju telah
melakukan program skrining neonatal untuk deteksi dini HK.1
Angka kejadian HK secara global berdasarkan hasil skrining neonatal adalah 1:2000
sampai 1:3000, sedangkan pada era pra-skrining angka kejadiannya adalah 1:6700 kelahiran hidup.
Angka kejadian di beberapa negara Asia Pasifik yang telah melakukan skrining neonatal HK
secara nasional adalah sebagai berikut yaitu Australia 1:2125, New Zealand, 1:960, China 1:2468,
Thailand 1:1809, Filipina 1:2673, Singapura 1:3500, dan Malaysia 1:3029. Skrining HK neonatal
di Indonesia belum terlaksana secara nasional baru sporadis di beberapa daerah di rumah sakit
tertentu. Program pendahuluan skrining HK neonatal di 14 provinsi di Indonesia memberikan
insiden sementara 1:2513.1
Berdasarkan data registri HK Unit Koordinasi Kerja Endokrinologi Anak Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), sebagian besar penderita HK mengalami keterlambatan diagnosis

1
sehingga mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan motorik serta gangguan
intelektual.1
Tujuan dari refarat ini adalah membahas secara singkat tentang diagnosis dan tatalaksana
Hipotiroid Kongenital.

Definisi
Hipotiroid kongenital adalah suatu keadaan hormon tiroid yang tidak adekuat pada bayi
baru lahir sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh yang dapat disebabkan oleh kelainan
anatomi kelenjar tiroid, kelainan genetik, kesalahan biosintesis tiroksin serta pengaruh
lingkungan.2

Fisiologi
Sintesis hormon tiroid berlangsung di molekul tiroglobulin di dalam koloid. Tiroglobulin
itu sendiri dihasilkan oleh kompleks golgi/ retikulum endoplasma sel folikel tiroid. Tirosin
menyatu ke dalam molekul tiroglobulin sewaktu molekul besar ini diproduksi. Pada awalnya tiroid
menangkap Iodium dari darah dan memindahkannya ke dalam koloid melalui suatu pompa
Iodium yang sangat aktif atau Iodine trapping mechanism protein pembawa yang sangat kuat
dan memerlukan energi yang terletak di membran luar sel folikel. Hampir semua Iodium di tubuh
dipindahkan melawan gradien konsentrasinya ke kelenjar tiroid untuk mensintesis hormon tiroid.
Selain untuk sintesis hormon tiroid, Iodium tidak memiliki manfaat lain di tubuh.3,4
Dalam koloid, Iodium dengan cepat melekat ke sebuah tirosin di dalam molekul
tiroglobulin. Perlekatan sebuah Iodium ke tirosin menghasilkan monoiodotirosin (MIT).
Perlekatan dua Iodium ke tirosin menghasilkan diiodotirosin (DIT). Kemudian, terjadi proses
penggabungan antara molekul-molekul tirosin beriodium untuk membentuk hormon tiroid.
Penggabungan dua DIT (masing-masing mengandung dua atom iodium) menghasilkan (T4 atau
tiroksin), yaitu bentuk hormon tiroid dengan empat Iodium. Penggabungan satu MIT (dengan satu
iodium) dan satu DIT (dengan dua iodium) menghasilkan triiodotironin atau T3 (dengan tiga
iodium). Penggabungan tidak terjadi antara dua molekul MIT. Karena reaksi-reaksi ini
berlangsung di dalam molekul tiroglobulin, semua produk tetap melekat ke protein besar tersebut.
Hormon-hormon tiroid tetap disimpan dalam bentuk ini di koloid sampai mereka dipecah dan

2
disekresikan. Diperkirakan bahwa jumlah hormon tiroid yang secara normal disimpan di koloid
cukup untuk memasok kebutuhan tubuh untuk beberapa bulan.3,4

Proses sekresi hormon tiroid pada dasarnya melibatkan pemecahan sepotong koloid oleh sel
folikel, sehingga molekul tiroglobulin terpecah menjadi bagian-bagiannya, dan pelepasan T4 dan
T3 bebas ke dalam darah. Apabila terdapat rangsangan yang sesuai untuk mengeluarakan hormon
tiroid, sel-sel folikel memasukkkan sebagian dari kompleks hormon-tiroglobulin dengan
memfagositosis sekeping koloid.
Di dalam sel, butir-butir koloid terbungkus membran menyatu dengan lisosom, yang
enzim-enzimnya kemudian memisahkan hormon tiroid yang aktif secara biologis, T4 dan T3, serta
iodotirosin yang nonaktif, MIT dan DIT. Hormon-hormon tiroid, karena sangat lipofilik, dengan
mudah melewati membran luar sel folikel dan masuk kedalam darah. MIT dan DIT tidak memiliki
nilai endokrin. Sel-sel folikel mengandung suatu enzim yang dengan cepat mengeluarkan Iodium
dari MIT dan DIT, sehingga Iodium yang dibebaskan dapat didaur ulang untuk sintesis lebih
banyak hormon. Enzim yang sangat spesifik ini akan mengeluarkan Iodium hanya dari MIT dan
DIT yang tidak berguna, bukan dari T4 dan T3.3,4
Sekitar 90 % produk sekretorik yang dikeluarkan dari kelenjar tiroid adalah dalam bentuk
T4, walaupun T3 memiliki aktivitas biologis sekitar empat kali lebih baik daripada T4. Namun
sebagian besar T4 yang disekresikan kemudian diubah menjadi T3, atau diaktifkan melalui proses
pengeluaran satu Iodium di hati dan ginjal. Sekitar 80% T3 dalam darah berasal dari sekresi T4
yang mengalami proses pengeluaran Iodium di jaringan perifer. Dengan demikian T3 adalah
bentuk hormon tiroid yang secara biologis aktif di tingkat sel, walaupun tiroid lebih banyak
mengeluarkan T4.4
Setelah dikeluarkan ke dalam darah hormon tiroid yang sangat lipofilik dengan cepat
berikatan dengan beberapa protein plasma. Kurang dari 1 % T3 dan kurang dari 0,1% T4 tetap
berada pada bentuk tidak terikat (bebas). Keadaan ini memang luar biasa mengingat bahwa hanya
hormon bebas dari keseluruhan hormon tiroid memiliki akses ke reseptor sel sasaran dan mampu
menimbulkan suatu efek.4
Pada bayi aterm, kadar normal TSH meningkat drastis 60-80 mU/L dalam waktu 30 sampai
60 menit setelah lahir (TSH surge), kemudian menurun cepat sampai pada kadar 20 mU/L pada
hari pertama kelahiran dan selanjutnya secara bertahap menurun sampai pada kadar 6-10 mU/L
pada usia 7 hari. Peningkatan kadar TSH secara cepat pada awal kelahiran akan merangsang

3
sekresi T4, dengan kadar puncaknya 10-22 mcg/ dl (128.7 - 283.2 nmol/L) pada 24-36 jam setelah
lahir. Kadar T3 juga meningkat sampai 250 ng/dL (3.9 nmol/L) hal ini disebabkan peningkatan
dari perubahan T4 menjadi T3 pada jaringan perifer dan sekresi kelenjar tiroid. Kadar T4, FT4,
dan T3 bertahap akan turun pada 4 minggu setelah kelahiran, dengan kadar T4 total 7-16 mcg/dL
(90.1- 205.9 nmol/L), fT4 0.8 - 2.0 ng/dL (10.3 - 25.7 pmol/L), dan kadar TSH 0.9 to 7.7 mU/L
dan kadar ini lebih tinggi dibandingkan kadar pada orang dewasa.1
Pada bayi preterm (terutama umur kehamilan 24-27 minggu) kenaikan kadar TSH dan FT4
lebih rendah dibandingkan bayi aterm, hal ini disebabkan aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid yang
belum matang. Bayi preterm secara normal mempunyai kadar T4 umbilikal yang rendah pada saat
lahir, dan kenaikan T4 terlambat. 1

Gambar 1. Pembentukan, Penyimpanan, dan Pengeluaran Hormon Tiroid3

Patogenesis dan Etiologi


Hipotiroid dapat terjadi melalui beberapa jalur berikut :

4
Jalur 1
Agenesis tiroid dan keadaan lain yang sejenis menyebabkan sintesis dan sekresi hormon
tiroid menurun sehingga terjadi hipotiroid primer dengan peningkatan kadar TSH tanpa adanya
struma.5
Jalur 2
Defisiensi iodium berat menyebabkan sintesis dan sekresi hormon tiroid menurun,
sehingga hipofisis non sekresi TSH lebih banyak untuk memacu kelenjar tiroid mensintesis dan
mensekresi hormon tiroid agar sesuai dengan kebutuhan. Akibatnya kadar TSH meningkat dan
kelenjer tiroid membesar (stadium kompensasi). Walaupun pada stadium ini terdapat struma difusa
dan peningkatan kadar TSH, tetapi kadar tiroid tetap normal. Bila kompensasi ini gagal, maka akan
terjadi stadium dekompensasi, yaitu terdapatnya struma difusa, peningktan kadar TSH, dan kadar
hormon tiroid rendah.5
Jalur 3
Semua hal yang terjadi pada kelenjer tiroid dapat mengganggu atau menurunkan sintesis
hormon tiroid (bahan/ obat goitrogenik, tiroiditis, pasca tiroidektomi, pasca terapi dengan iodium
radioaktif, dan adanya kelainan enzim didalam jalur sintesis hormon tiroid) disebut
dishormogenesis yang mengakibatkan sekresi hormon tiroid menurun, sehingga terjadi hipotiroid
dengan kadar TSH tinggi, dengan/tanpa struma tergantung pada penyebabnya.5
Jalur 4A
Semua keadaan yang menyebabkan penurunan kadar TSH akibat kelainan hipofisis akan
mengakibatkan hipotiroid tanpa struma dengan kadar TSH yang sangat rendah atau tidak terukur.5
Jalur 4B
Semua kelainan hipotalamus yang mengakibatkan yang menyebabkan sekresi TRH yang
menurun akan menyebabkan hipotiroid dengan kadar TSH rendah dan tanpa struma.5
Jalur 1, 2, dan 3 adalah patogenesis hipotiroid primer dengan kadar TSH yang tinggi. Jalur
1 tanpa desertai struma, jalur 2 disertai struma, dan jalur 3 dapat dengan atau tanpa struma. Jalur
4A dan 4B adalah patogenesis hipotiroid sekunder dengan kadar TSH yang tidak terukur atau
rendah dan tidak ditemukan struma.5

5
Gambar 2. Mekanisme terjadinya hipotiroid.5

Hipotiroid kongenital permanen6,7


Disgenesis Tiroid
Merupakan penyebab terbesar Hipotiroidisme Kongenital non endemik, kira-kira 85-90%
merupakan akibat dari tidak adanya jaringan tiroid total (agenesis) atau parsial (hipoplasia) yang
dapat terjadi akibat gagalnya penurunan kelenjar tiroid ke leher (ektopik), disini dapat terjadi
agenesis unilateral atau hipoplasia. Faktor genetik dan lingkungan mungkin berperan pada
disgenesis tiroid, namun demikian sebagian besar penyebabnya belum diketahui.
Inborn Errors of Tyroid Hormonogenesis
Merupakan kelainan terbanyak kongenital karena kelainan genetik. Defek yang didapatkan
adalah :1). Kegagalan mengkonsentrasikan yodium, 2). Efek organifikasi yodium karena kelainan
enzim TPO atau pada H2O2 generating sistem, 3). Defek pada sintesis atau transport triglobulin,
4). Kelainan katifitas iodotirosin deidonase
Resistensi TSH
Sindrom resistensi hormon, bermanifestasi sangat luas, sebagai akibat dari berkurang atau
tidak adanya respon end organ terhadap hormon biologis yang aktif. Hal ini dapat disebabkan
karena defek pada reseptor atau post reseptor, TSH resisten adalah suatu keadaan kelenjar tiroid
refrakter terhadap rangsangan TSH. Hilangnya fungsi reseptor TSH, akibat mutasi reseptor TSH,
adanya defek molekuler pada sebagian kasus dengan resisten TSH yang ditandai dengan kadar

6
serum TSH tinggi, dan serum hormon tiroid normal atau menurun, disertai kelenjar tiroid normal
atau hipoplastik.
Sintesis atau sekresi TSH berkurang
Hipotiroid sentral disebabkan karena kelainan pada hipofisis atau hipotalamus. Pada bayi
sangat jarang dengan prevalensi antara 1 : 25.000 sampai 1: 100.000 kelahiran.
Menurunnya transport T4 seluler
Sindrom ini terjadi akibat mutasi monocarboxylate transporter 8 (MCT8), merupakan
fasilitator seluler aktif transport hormon tiroid ke dalam sel. Biasanya pada laki laki menyebabkan
hipotiroidisme dengan kelainan neurologi seperti keterlambatan perkembangan menyeluruh,
distonia/hipotonia sentral , gangguan pada mata, serta kadar T3 yang meningkat.
Resistensi hormon tiroid
Merupakan sindrom akibat dari tidak responsifnya jaringan target terhadap hormon tiroid,
ditandai dengan meningkatnya kadar FT4 dan FT3 dalam sirkulasi dengan kadar TSH sedikit
meningkat atau normal.
Hipotiroid kongenital transien6,7
Defisiensi yodium
Pada janin maupun pada bayi yang baru lahir sangat peka pengaruh nya pada tiroid,
Pemakaian yodium berlebihan pada ibu hamil seperti penggunaan obat-obatan (kalium yodida,
amiodarone), bahan kontras radiologi (untuk pyelogram intra vena, cholecytogram) dan larutan
antiseptik (yodium povidon) yang digunakan membersihkan kulit dan vagina.
Pengobatan ibu dengan obat antitiroid
Dapat terjadi pada ibu yang diberikan obat antitiroid (PTU atau karbimasol atau metimasil)
untuk penyakit graves, bayi nya ditandai oleh pembesaran kelenjar tiroid, sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pernafasan, khususnya bila diberikan obat yang dosisnya tinggi.
Antibodi anti tiroid ibu
Berkaitan dengan antibodi anti tiroid ibu yang menembus sawar plasenta.Kondisi membaik
bersamaan dengan menghilangnya antibodi IgG pada bayi. TSH binding inhibitor immunoglobulin
dari ibu mampu menembus plasenta yang selanjutnya menyebabkan hipotiroid transien.

7
Tabel 1. Penyebab hipotiroid kongenital 5
Hipotiroid permanen Hipotiroid transien
Disgenesis Drug induce
Aplasia PTU
Hipoplasia Methimazole
Ektopik Yodium
Dishormogenesis Defisiensi yodium
Tidak responsive terhadap TSH Maternal-antibody induced
Defek trapping yodium Idiopatik
Defisiensi iodotirosine deiodinase
Hipotiroid sentral
Anomali hipofisis-hipotalamus
Panhipopituarism
Defisiensi TSH terisolasi

Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan radiologis dan skrining.5
Anamnesis
Anamnesis yang cermat pada keluarga dapat membantu menegakkan diagnosis dengan
menanyakan apakah ibu berasal dari daerah gondok endemik, riwayat struma pada ibu, riwayat
pengobatan anti tiroid waktu hamil atau tidak, riwayat struma pada keluarga dan perkembangan
anak. 5,8
Manifestasi Klinis
Kebanyakan anak dengan HK, gejala klinis pada periode neonatal sangatlah jarang atau
ringan dan tidak spesifik, meskipun terdapat agenesis kelenjar tiroid komplit. Lebih dari 95% bayi
baru lahir dengan HK tidak mempunyai gejala klinis saat lahir. Hormon T4 maternal dapat melalui
plasenta, sehingga bayi yang tidak dapat membuat hormon tiroid tetap akan mempunyai kadar T4
dengan kadar 25-50% dari rata-rata bayi normal. Panjang dan berat badan dalam batas normal,
tetapi ubun-ubun besar lebar. Pada usia selanjutnya akan terlihat fontanel posterior yang terbuka
persisten, letargi, hipotonia, tangisan yang serak, konstipasi, masalah minum makroglosia, hernia
umbilical, kutis marmorata, hipotermia, dan ikterik neonatorum yang berkepanjangan. 5,8

8
Tabel 2. Gejala Hipotiroid Kongenital 6
Sistem organ Manifestasi Klinis
Kulit dan jaringan ikat Kulit dingin, kering dan pucat, rambut kasar,
kering dan rapuh, kuku tebal, lambat tumbuh.
Miksedema, carotenemia, Puffy face,
makroglosi, erupsi gigi lambat, hipoplasia
enamel.
Kardiovaskuler Bradikardi, efusi perikardial, kardiomegali,
tekanan darah rendah.
Neuromuskuler Lamban (mental dan fisik), gangguan
neurologis dan fisik, refleks tendon lambat,
hipotonia, hernia umbilikalis, retardasi ental,
disfungsi serebelum (pada bayi), tuli.
Pernafasan Efusi pleura, sindrom sleep apnoe (obstruksi
saluran nafas karena lidah besar, hipotoni otot
faring), sindrom distress nafas.
Ginjal dan metabolisme elektrolit Retensi air, edema, hiponatremia, hipokalsemia
Metabolisme karbohidrat, lemak dan protein Gemuk, intoleransi terhadap dingin, absorbsi
glukosa lambat, hiperlipidemia, sintesis
proteolipid dan protein pada susunan saraf bayi
menurun.
Saluran cerna dan hepar Obstipasi (menurunnya gerakan usus), ikterus
berkepanjangan (fungsi konjugasi hepar
menurun)
Hematopoetik Anemia karena menurunnya eritropoesis,
kemampuan absorbsi zat besi rendah.
Skelet/somatik Produksi GH dan IGF 1 menurun,
menyebabkan hambatan pertumbuhan, pusat
osifikasi sekunder terhambat, maturitas dan
aktifitas sel-sel tulang menurun
Reproduksi Pubertas terlambat, pubertas precoks, gangguan
haid.

9
Gambar 3. Bayi dengan hipotiroid kongenital

Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan hipotiroid kongenital ditemukan nilai TSH meningkat, dan T3 serta T4
menurun. Kadar T4 serum rendah, kadar T3 serum dapat normal dan tidak bermanfaat pada
diagnosis. Jika defeknya terutama pada tiroid, kadar TSH meningkat, sering diatas 100U/mL.
Kadar prolaktin serum meningkat, berkorelasi dengan kadar TSH serum. Kadar Tg serum biasanya
rendah pada bayi dengan disgenesis tiroid atau defek sintesis atau sekresi Tg. Kadar Tg yang tidak
dapat dideteksi biasanya menunjukkan aplasia tiroid.2
Pemeriksaan Radiologis
Retardasi perkembangan tulang dapat ditunjukkan dengan roentgenographi saat lahir dan
sekitar 60% bayi hipotiroid kongenital menunjukkan kekurangan hormon tiroid selama kehidupan
intrauterine. Contohnya, distal femoral epifisis, yang biasanya ada saat lahir, sering tidak ada. Pada
pasien yang tidak diobati, ketidaksesuaian antara umur kronologis dan umur osseus meningkat.
Epifisis sering memiliki beberapa fokus penulangan (epifisis disgenesis), deformitas (retak) dari
vertebra thorakalis 12 atau ruas lumbal 1 atau 2 sering ditemukan. Foto tengkorak menunjukkan
fontanela besar dan sutura lebar, tulang antar sutura biasanya ada. Sella tursica sering besar dan
bulat, dalam kasus-kasus langka mungkin ada erosi dan menipis. Keterlambatan pada
pembentukan dan erupsi gigi dapat terjadi. Pembesaran jantung atau efusi perikardial mungkin
ada.8

10
Skintigraphy dapat membantu menentukan penyebab pada bayi dengan hipotiroid bawaan,
123
tetapi pengobatan tidak boleh ditunda karena pemeriksaan ini. Pemeriksaan I-natrium iodida
99m
lebih unggul dari Tc-natrium pertechnetate untuk tujuan ini. Ultrasonographic tiroid sangat
membantu, tapi penelitian menunjukkan jaringan tiroid ektopik yang tidak terdeteksi dengan USG
tiroid dan ini dapat ditunjukkan oleh skintigrapI. Rendahnya level TG serum menunjukkan
agenesis dan peningkatan Tg serum ada pada kelenjar ektopik dan gondok, tetapi ada tumpang
tindih dengan rentang luas. Adanya jaringan tiroid ektopik adalah diagnostik untuk disgenesis
tiroid yang membutuhkan pengobatan seumur hidup dengan T4. Kegagalan menemukan jaringan
tiroid menunjukkan tiroid aplasia, tetapi hal ini juga terjadi pada bayi dengan defek trapping-
iodida. Kelenjar tiroid yang normal dengan ambilan radionuklida yang normal atau meningkat
menunjukkan cacat dalam biosintesis hormon tiroid. Pasien dengan goiter hipotiroidisme
memerlukan evaluasi lebih lanjut yaitu pemeriksaan radioiodine, uji cairan perklorat, penelitian
kinetik, kromatografi, dan pemeriksaan jaringan tiroid, jika sifat biokimia defek harus
ditentukan.2,8
Elektrokardiogram mungkin menunjukkan gelombang P dan T voltase rendah dengan
amplitudo kompleks QRS yang berkurang dan menunjukkan fungsi ventrikel kiri jelek dan efusi
perikardial. Elektroensefalogram sering menunjukkan voltase rendah. Pada anak-anak yang
berumur lebih dari 2 tahun, tingkat kolesterol serum biasanya meningkat. MRI otak sebelum
pengobatan dilaporkan normal, meskipun spektroskopi resonansi magnetik proton menunjukkan
tingkat tinggi yang mengandung senyawa kolin, yang mungkin mencerminkan blok di pematangan
myelin.2,8

Skrining hipotiroid kongenital1


1. Deteksi dini HK melalui skrining pada bayi baru lahir adalah strategi terbaik saat ini.
2. Skrining HK pada bayi baru lahir dilakukan dengan memeriksa TSH.
3. Pemeriksaan TSH pada bayi aterm dilakukan pada usia 2- 4 hari atau saat akan keluar dari
Rumah Sakit.
4. Skrining HK pada bayi baru lahir dinyatakan positif jika kadar TSH 20 mU/L.
5. Bayi dengan hasil skrining positif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan ulang serum TSH
dan FT4.
6. Diagnosis HK ditegakkan bila kadar TSH tinggi dan FT4 rendah.

11
7. Pada bayi yang tidak dilakukan skrining diagnosis ditegakkan melalui gejala klinis dan
pemeriksaan serum TSH dan FT4.
Pemeriksaan serum TSH dan FT4 harus selalu merujuk pada rentang nilai normal yang
sesuai usia, sehingga nilai normal neonatus yang digunakan untuk menilai hasil skrining HK pada
neonatus. 1
Deteksi dan terapi dini HK melalui program skrining neonatal mencegah kecacatan karena
gangguan perkembangan saraf dan mengoptimalkan perkembangannya. Tujuan skrining neonatal
adalah mendeteksi semua bentuk HK primer baik yang ringan, sedang, dan berat. Strateginya
adalah dengan mendeteksi HK berat sedini mungkin, Kecacatan yang disebabkan HK primer
sebagian besar karena pasien tidak mendapat terapi sebelum usia 3 bulan.1
Skrining dengan menggunakan pemeriksaan TSH merupakan pemeriksaan yang paling
sensitif untuk mendeteksi HK primer. Skrining HK primer efektif pada usia setelah 24 jam,
meskipun waktu yang terbaik untuk pemeriksaan adalah 48 jam sampai dengan 72 jam setelah
lahir. Pemeriksaan yang dilakukan sebelum usia 48 jam meningkatkan angka positif-palsu karena
adanya TSH surge pada bayi baru lahir.1
Bayi dengan kadar TSH 20 mU/L dan FT4 rendah dianggap sebagai HK primer, bayi
harus segera diperiksa dan diberikan levotiroksin. Kadar TSH 10 mU/L pada bayi usia 2
minggu adalah abnormal dan harus diberikan terapi. Jika tidak diterapi, pemeriksaan TSH dan FT4
harus diulang dalam 2 minggu dan 4 minggu, dan terapi diberikan jika kadar TSH dan FT4 tidak
normal. Kadar TSH skrining yang tinggi sebaiknya dikomunikasikan pada tim endokrin anak.1

12
Catatan:
*untuk yang tidak tersedia pemeriksaan FT4 dapat dilakukan pemeriksaan T4.
**rendah dibawah nilai normal atau nilai standar laboratorium menurut umur.

Tata laksana1
1. Jenis obat
- L-T4 (levotiroksin) merupakan satu-satunya obat untuk HK.
- Levotiroksin diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan.
- Terapi terbaik dimulai sebelum bayi berusia 2 minggu.
2. Dosis
- Dosis awal levotiroksin adalah 10-15g/kgBB/hari
- Dosis selanjutnya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan TSH dan FT4 berkala dengan dosis
perkiraan sesuai umur seperti dalam tabel 3.

13
Tabel 3. Dosis L-tiroksin untuk anak

3. Cara Pemberian
Pemberian levotiroksin secara oral
Tablet bisa dihancurkan dan dicampurkan dengan air minum
Orang tua harus dijelaskan cara pemberian levotiroksin dan pentingnya ketaatan minum
obat.
Levotiroksin bisa diberikan pagi atau malam hari sebelum atau bersama dengan makan
asalkan diberikan dengan cara dan waktu yang sama setiap harinya.
Pemberian levotiroksin tidak boleh bersamaan dengan pemberian susu kedelai, zat besi,
dan kalsium.
4. Pengambilan keputusan terapi
Hasil skrining menggunakan kertas saring yang positif (TSH 20 mU/L) harus
dikonfirmasi dengan darah serum sebelum dimulai terapi.
Pengobatan harus segera dimulai jika FT4 serum rendah.
Hasil laboratorium yang meragukan (TSH yang tinggi tetapi FT4 normal) harus dirujuk ke
PPK III atau dokter spesialis konsultan endokrinologi anak untuk dievaluasi dan ditangani
lebih lanjut.
5. Penanganan lebih lanjut oleh dokter spesialis konsultan endokrin anak
Penanganan kasus oleh dokter konsultan endokrin anak tergantung dari kondisi klinis,
laboratoris dan pemantauan selanjutnya:
a) Jika kadar TSH serum (vena) > 20 mU/L, terapi harus dimulai meskipun FT4 normal. b) Jika
kadar TSH serum (vena) 6 - 20 mU/L sesudah usia 21 hari bayi sehat, dengan kadar FT4 normal,
direkomendasikan untuk melakukan: a). investigasi lebih lanjut dengan antara lain pemeriksaan
pencitraan untuk mencari diagnosis pasti atau b). dilakukan diskusi dengan keluarga untuk

14
memberikan suplementasi levotiroksin segera dan dievaluasi ulang dikemudian hari saat tanpa
mendapatkan pengobatan (usia 3 tahun) atau c) terapi ditunda dan diulang laboratorium 2 minggu
kemudian. Apabila tetap meragukan terpi akan segera diberikan.
Pemberian terapi awal levotiroksin dalam 2 minggu pertama kehidupan menunjukkan hasil
yang sangat bermakna terhadap perkembangan syaraf dan dalam mencapai outcome intelektual
pada anak dengan HK.
Berat ringannya HK ditentukan dari kadar T4 (apabila kadar T4<5 pmol/L=berat, 5-<10
pmol/L=sedang, dan 10-15 pmol/L=ringan) dan dengan berat ringannya usia tulang (regio genu)
merupakan faktor prediktif terhadap perkembangan syaraf. Tidak adanya salah satu atau kedua
epifisis genu diketahui terkait dengan 1) kadar T4 saat diagnosis; dan 2) prognosis IQ, sehingga
merupakan indeks hipotiroid intrauterin yang reliabel.
Pemantauan1
1. Pemantauan Laboratorium
Untuk menentukan cukup tidaknya dosis obat yang diberikan, harus dilakukan pemantauan
kemajuan klinis maupun biokimiawi secara berkala.
Pemantauan laboratorium meliputi pemeriksaan FT4 atau T4 total (TT4) dan TSH secara
periodik.
Kadar TSH diupayakan dalam rentang nilai rujukan menurut umur.
Darah untuk pemeriksaan laboratorium sebaiknya diambil paling cepat 4 jam setelah
pemberian tiroksin.
Pemantauan laboratorium sebaiknya dilakukan pada dua minggu setelah terapi awal
levotiroksin.
Pemantauan selanjutnya sebagai berikut:
Tiap 1 sampai 3 bulan sampai umur 12 bulan.
Tiap 2 sampai 4 bulan antara umur 13 tahun.
Dari umur 3 tahun sampai pertumbuhan berhenti, pemeriksaan secara teratur tiap 3 sampai
12 bulan.
Pemeriksaan TSH dan FT4 harus diulangi 4 sampai 6 minggu setelah perubahan dosis
levotiroksin.

15
2. Target Pemeriksaan
Target kadar TSH < 5 mU/L, diharapkan bisa tercapai dalam waktu 2 minggu setelah
terapi dimulai.
Kadar FT4 berada di atas nilai pertengahan kadar rujukan menurut umur (Contoh rentang
rujukan FT4 0,8 - 2,3 ng/dl, target 1,4 2,3 ng/dl).
3. Re-evaluasi Hipotiroid kongenital
Evaluasi ulang untuk mencari penyebab pasti (permanen atau transien) dilakukan pada
usia 3 tahun.
Evaluasi ulang yang meliputi pemeriksaan fungsi tiroid lebih lanjut dan radiologi
dilakukan oleh konsultan endokrinologi anak.
4. Jadwal dan pemantauan kunjungan rawat jalan Jadwal dan pemantauan kunjungan rawat jalan
anak dengan HK.
5. Edukasi
Penyuluhan atau penjelasan kepada orang tua pasien dengan HK meliputi:
Penyebab HK
Pentingnya diagnosis dan terapi dini guna mencegah hambatan tumbuh kembang.
Menekankan pentingnya minum obat secara teratur sesuai jadwal yang dianjurkan dokter.
Tidak menghentikan pengobatan tanpa instruksi dokter
Gejala kekurangan atau kelebihan dosis levotiroksin
Sebaiknya orang tua juga diberikan instruksi tertulis tentang cara pemberian obat
levotiroksin
Tujuan tatalaksana HK adalah menjamin pertumbuhan dan perkembangan
(neurodevelopment) seoptimal mungkin mencapai potensi genetiknya. Untuk mencapai hal
tersebut perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang akan memengaruhi hasil pengobatan yaitu
kecukupan obat, berat ringannya HK, kepatuhan, sosioekonomi dan komorbiditas.Pemantauan
jangka panjang secara periodik FT4 dan TSH sangat penting, untuk menjamin kadar tiroid yang
adekuat.
Pemantauan perkembangan meliputi dua hal; fungsi kognitif termasuk defisit IQ, perilaku,
daya ingat dan perhatian, kemudian sensori motor termasuk motorik halus, dan gangguan
pendengaran. Perhatian terhadap tingkah laku harus sudah mulai dilakukan sejak saat diagnosis
sampai usia sekolah. Gangguan memori dapat dikoreksi dengan pelatihan tertentu.

16
Pemeriksaan berulang uji pendengaran tidak hanya pada saat bayi, tetapi juga harus
dilakukan sebelum usia sekolah dan selanjutnya jika diperlukan. Terapi dini dengan dosis obat
yang memadai selama masa anak dan remaja dapat mencegah hambatan pertumbuhan dan
kematangan tulang, tanpa dipengaruhi oleh berat ringannya HK.
Ringkasan
1. HK merupakan salah satu penyebab retardasi mental yang dapat dicegah dengan terapi dini.
2. Skrining bayi baru lahir merupakan strategi diagnosis terbaik untuk deteksi dini HK.
3. Terapi awal dengan levotiroksin adekuat akan memberikan hasil yang optimal.
4. Hasil laboratorium yang meragukan harus dikonsulkan ke dokter spesialis endokrin anak.
5. Pemantauan klinis dan laboratorium dilakukan secara berkala.
6. Edukasi keluarga sangat penting dalam optimalisasi pengobatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Yati NP, Utari A, Rustama DS, Soenggoro EP, Marzuki AN, Pulungan AB, dkk. Panduan
Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia Diagnosis dan Tatalaksana Hipotiroid
Kongenital.2017.Pp. 1-10
2. La Franchi, Stephen. Hypothyroidism. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,
editor. Nelson textbook of pediatrics 18th ed. Philadelphia: Saunders, 2007.hal. 2319-25.
3. Sherwood, Lauralee. Organ Endokrin Perifer. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem (Human
Physiology: From Cells to Systems). Edisi 2. Jakarta: EGC, 2001. hal 644-651.
4. Schteingart, David E. Gangguan Kelenjar Tiroid. Dalam Price AS, Wilson LM. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6, Volume 2. Jakarta: EGC, 2006. hal 1225-
1234.
5. Batubara, Jose RL, dkk. Ganggguan Kelenjar Tiroid. Dalam : Buku Ajar Endokrinologi Anak
Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2015. hal.205-212.
6. Kliegman RM, et al. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi ke-18. USA: WB Saunders; 2007.
7. M. Rudolph, Abraham. Buku ajar pediatri Rudolph. Edisi ke-20.Jakarta:EGC;2006.h.1930-5
8. Van vliet, G, Polak, M. Pediatric Endocrinology Fifth Edition volume 2. Thyroid Disorders In
Infancy. New York : Informa Healthcare USA Inc. 2007.hal. 392-8.

18

Anda mungkin juga menyukai