OLEH :
Pendamping :
2016
HALAMAN PENGESAHAN
F.1 UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin yang paling besar pada tubuh
manusia. Cukup sering ditemukan kasus pembesaran kelenjar tiroid atau yang
dikenal juga dengan nama gondok. Sekitar 4-8% nodul tiroid bisa ditemukan saat
pemeriksaan fisik (palpasi daerah leher) dan sekitar 13-67% bisa ditemukan saat
pemeriksaan ultrasonografi. Umumnya lebih banyak ditemukan pada wanita.
Nodul tiroid pada orang dewasa umumnya adalah nodul jinak dan hanya sekitar
5% yang ganas. Nodul tiroid yang ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda,
insidensinya hanya sekitar 1,5%. Nodul pada anak-anak dan dewasa muda lebih
sering ditemukan ganas sekitar 26%.
Secara klinis antara nodul tiroid yang ganas dengan yang jinak sering sulit
dibedakan, bahkan baru dapat dibedakan setelah didapatkan hasil evaluasi
sitologi preparat biopsi jarum halus atau histopatologi dari jaringan kelenjar tiroid
yang diambil saat operasi. Berdasarkan usia, kanker tiroid jenis papilar biasanya
pada pasien yang berusia kurang dari 40 tahun, berbeda dengan kanker tiroid
folikular yang banyak pada usia diatas itu. Sedangkan kanker jenis medular sering
ditemukan pada usia tua (50-60 tahun).
American Cancer Society memperkirakan bahwa kurang lebih sekitar
17.000 kasus baru muncul setiap tahunnya di Amerika Serikat dan mengakibatkan
kematian diantaranya sekitar 1.300 jiwa. Tetapi dengan pengobatan yang adekuat,
sekitar 190.000 penderita tetap dapat hidup normal dan beberapa dapat bertahan
lebih dari 40 tahun. Diantara kelenjar endokrin pada tubuh, karsinoma tiroid
merupakan keganasan kelenjar endokrin yang paling sering ditemukan.
Pembesaran kelenjar tiroid (gondok) sering didapatkan dalam kasus
praktek sehari-hari. Meningkatnya jumlah temuan kasus baru setiap tahunnya
akan mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan kematian. Oleh karena
jumlah kasus yang semakin meningkat dan terdapat beberapa bentuk jenis
pembesaran pada kelenjar tiroid maka dinilai perlu untuk memberikan gambaran
secara umum melalui suatu bentuk promosi kesehatan kepada masyarakat.
Sehingga diharapkan dapat menjadi suatu bentuk preventif atau pengenalan lebih
awal atau deteksi dini terhadap penyakit ini agar pemahaman mengenai penyakit
ini dapat diketahui secara benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang
dihubungkan oleh ismus sehingga bentuknya menyerupai kupu-kupu atau huruf
H, dan menutupi cincin trakea 2 dan 3. Pada usia dewasa berat kelenjar ini kira-
kira 20 gram.
Glandula tiroidea:
PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
Disini dilakukan pengukuran konsentrasi T3, T4, T3RU dan TSH RIA.
Sejarah pengobatan pada pasien sangat penting untuk diketahui karena banyak
obat dan campuran bahan organic lainnya yang dapat memberikan efek pada
serangkaian tes fungsi tiroid.
Pada pemeriksaan lab penderita hipertiroid ringan terdapat kelainan yang
sedikit, karena itu dapat menyulitkan dalam mendiagnosanya, pada keadaan ini
ada 2 pemeriksaan yang dapat membantu yaitu T3 suppression test dan TRH test,
pada T3 suppression test pasien dengan hipertiroid mengalami kegagalan dalam
penekanan ambilan tiroid dari radioiodin pada waktu diberikan T3 exogen. Pada
tes TRH, serum TSH tidak meningkat sebagai respon pemberian TSH pada pasien
hipertiroid. Pada hipertiroidism ditemukan juga keadaan rendahnya colesterol
serum, limfositosis, dan biasanya hiperkalsemia, dan glukosuria.
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik, dan penilaian klinik mempunyai
peran yang penting dalam menentukan diagnosis penyakit tiroid. Pemeriksaan
laboratorium terdiri dari pemeriksaan biokimia untuk menetapkan fungsi kelenjar
tiroid, penginderaan visual untuk menetapkan kelainan morfologi kelenjar tiroid,
dan pemeriksaan sitologi atau histologi untuk menetapkan perubahan patologis.
Pemeriksaan biokimia secara radioimunoasay yang dapat memberi gambaran
fungsi tiroid, yaitu dengan mengukur kadar T4, T3, TBG, dan TSH dalam plasma.
Kadar T4 total di dalam serum adalah refleksi tepat fungsi kelenjar tiroid. Kadar
T3 total di dalam serum selalu tinggi pada penderita tirotoksikosis. Penentuan
kadar TBG diperlukan untuk interpretasi kadar T4 dan sampai tingkat tertentu
berlaku untuk kadar T3. Kadar TBG dapat berubah pada kehamilan atau
pengobatan dengan sediaan estrogen. Kadar TSH di dalam serum merupakan
pemeriksaan penyaring yang peka untuk hipotiroidisme, oleh karena kadar ini
meningkat sebelum ada pengurangan kadar T4. Antibodi mikrosom dan antibodi
tiroglobulin umumnya meningkat pada penderita dengan tiroiditis autoimun.
Imunoglobulin perangsang tiroid (thyroid stimulating immunoglobulins, TSI)
dapat ditemukan pada penderita penyakit Graves. TSI juga berperan pada
patogenesis penyakit ini. Tiroglobulin dapat dideteksi di dalam serum orang
normal, dan penetapan kadarnya dapat digunakan untuk mengetahui kekambuhan
karsinoma tiroid sesudah tireoidektomi total. Sidik radioaktif menggunakan unsur
teknetium (Tc99m) atau yodium (I 131) dapat memperlihatkan gambaran jaringan
tiroid yang berfungsi. Cara ini berguna untuk menetapkan apakah nodul dalam
kelenjar tiroid bersifat hiperfungsi, hipofungsi, atau normal yang umumnya
disebut berturut-turut nodul panas, nodul dingin, atau nodul normal.
Kemungkinan keganasan ternyata lebih besar pada nodul yang menunjukkan
hipofungsi, meskipun karsinoma tiroid dapat juga ditemukan pada nodul yang
berfungsi normal.
PEMERIKSAAN SITOLOGI :
Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi jarum halus.
Cara pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis karsinoma tiroid,
tiroiditis, atau limfoma. Cara ini cara baik untuk menduga kemungkinan
keganasan dalam nodul tiroid, dan mulai menggeser kegunaan pemeriksaan
radioaktif atau ultrasonografi sebagai pemeriksaan penunjang diagnosis.
DIAGNOSA BANDING :
Ansietas neurosis, gangguan jantung, anemia, penyakit saluran
pencernaan, tuberculosis, myasthenia, kelainan muscular, sindroma menopause,
pheocromositoma, primary ophthalmophaty sangatlah sulit dibadakan dengan
penyakit hipertiroid, apalagi pada pasien dengan pembesaran kelenjar tiroid yang
minimal, pasien dapat merasakan nyeri pada saat tiroid melepaskan hormon
tiroid. Pada kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya atau dengan obat anti
tiroid, pengobatan dengan tindakan bedah dan radio aktif iodine tidaklah
diperlukan.
Jika pada pendeita hipertiroid fatique dapat hilang pada saat istirahat,
telapak tangan hangat dan berkeringat, takikardia pada waktu tidur, dan tes fungsi
tiroid abnormal. Penyakit organic nontiroid juga sulit dibedakan dengan
hipertiroidism, harus dibedakan secara garis besar dari kejadian-kejadian yang
spesifik pada system organ yang terlibat, dan juga dengan tes fungsi tiroid.
Gejala-gejala seperti exophthalmus atau ophthalmoplegia harus diperiksa oleh
ophthalmologic, USG, CT scan, MRI scan, dan pemeriksaan neurologis.
PENATALAKSANAAN :
Pada hipertiroid dapat diterapi secara aktif dengan obat anti tiroid,
radioaktif iodine, dan tiroidektomi. Terapi tergantung dari umur, keadaan umum,
besarnya kelenjar, beratnya keadaan patologis, dan kemampuan pasien dalam
melakukan perawatan yang optimal.
Obat anti tiroid juga dapat digunakan sebagai terapi definitive atau sebagai
terapi persiapan menuju operasi atau terapi radio aktif iodine. Hasil akhir yang
diharapkan adalah membuat penderita sampai pada keadaan eutiroid state dan
hilangnya gejala remisi. Pasien dengan kelenjar tiroid yang kecil mempunyai
prognosis yang baik, gejala remisi yang memanjang sampai 18 bulan dari
pengobatan dapat sembuh pada 30% dari pasien yang ada. Beberapa pasien dapat
terjadi hipotiroidism karena terapi ini. Efek samping yang dapat terjadi adalah
rashes, demam dan agranulositosis. Pengobatan harus dihentikan jika terjadi sakit
tenggorokan dan demam.
2. Pembedahan Tiroid
Jenis:
a. Biopsi insisi, contoh indikasi: struma difus pradiagnosis
b. Biopsi eksisi, contoh indikasi: tumor (nodul) terbatas
pradiagnosis
c. Tiroidektomi subtotal, contoh indikasi: hipertiroidi (Graves),
struma nodosa benigna
d. Hemitiroidektomi (istmolobektomi), contoh indikasi: kelainan
unilteral (adenoma)
e. Tiroidektomi total, contoh indikasi: keganasan terbatas tanpa
kelainan kelenjar limfe
f. Tiroidektomi radikal, contoh indikasi: keganasan tiroid dengan
kemungkinan metastasis ke kelenjar limfe regional
2. HIPOTIROID
Definisi Hipotiroid :
Etiologi :
Hashimoto's thyroiditis
Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
Ketidaktoleranan dingin
Sembelit
Kulit kering
Kejang-kejang otot
Konsentrasi menurun
Diagnosis Hipotiroid :
Suatu diagnosis hipotiroid dapat dicurigai pada pasien-pasien dengan
kelelahan, tidak toleran terhadap dingin, sembelit, dan kulit yang kering dan
mengeripik. Suatu tes darah diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Pemeriksaan laboratorium :
TSH
TRH : dapat membantu membedakan apakah penyakitnya disebabkan oleh
suatu kerusakkan di pituitari atau di hipothalamus. Tes ini memerlukan
suntikan hormon TRH dan dilakukan oleh seorang endocrinologist (spesialis
hormon).
Terapi Hipotiroid :
Pada pasien yang lebih tua tanpa penyakit jantung, memulai dengan dosis
penuh pengganti tiroid mungkin berakibat pada nyeri dada atau serangan
jantung. Untuk hal ini, pasien dengan sejarah penyakit jantung atau
mereka yang dicurigai beresiko tinggi, terapi hormon dimulai dengan 25
mikogram atau kurang, dengan kenaikkan dosis yg berangsur-angsur
dalam 6 minggu.
Masalah yang dihadapi jika menemui pasien dengan tiroid nodular adalah
apakah lesi tersebut simptomatik ataukah merupakan suatu tumor baik jinak
ataupun ganas. Diagnosis bandingnya adalah goiter jinak, intrathyroideal cysts,
tiroiditis, atau tumor jinak dan ganas. Umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
riwayat keluarga pasien harus jelas, riwayat terapi radiasi daerah leher juga harus
ditanyakan karena pada bayi dan anak-anak kejadian ca tiroid insidennya tinggi
yang terjadi sebagai akibat radiasi. Tiroid nodul ini lebih menyerupai ca pada pria
dari pada wanita, dan pada usia muda dari pada usia tua.
False positive jarang sekali dilaporkan, tetapi pada 20% hasil biopsy yang
didiagnosa sebagai undetermined dan 5% yang terdiagnosa sebagai benigna
ternyata adalah suatu keganasan (malignant). Jika hasil diagnosanya adalah
inadekuat maka pemeriksaan harus diulang kembali. Needle biopsy tidak boleh
dilakukan pada pasien yang mempunyai riwayat terkena radiasi pada leher, karena
radiasi seringkali menimbulkan tumor yang multifokal. Jangan terlalu cepat
percaya bila hasilnya negatif, jika ahli sitologi yang berpengalaman tidak ada
maka pemeriksaan radio nuklir dan ultra sound sangatlah membantu.
Pada pasien bayi dan anak-anak yang menderita tiroid nodul karena
terpapar radiasi pada daerah leher 40% dapat menjadi malignant, Ca tiroid terjadi
hampir 50% pada anak yang menderita cold tiroid nodul, dan tiroidektomi di
indikasikan pada pasien ini.
c. curiga keganasan
d. gejala yang berat
e. hipertiroidism
f. terjadi substernal ekstensi
g. alasan kosmetik
pada solitary nodul tiroid yang terdiagnosa cold pada radioiodin, solid
dengan ultrasound atau dicurigai sebagai keganasan maka biopsy sitologi tidak
diperlukan lagi. Pengobatan nonoperasi diindikasikan pada pasien dengan
multinoduler goiter dan hashimoto tiroiditis kecuali terdapat kecurigaan pada
pasien yang rentan terkena radiasi dan pada pasien yang mempunyai riwayat
keluarga yang pernah menderita medullary carcinoma.
Simple goiter dapat terjadi karena factor psikologis, dapat terjadi pada saat
pubertas, menstruasi, hamil, atau pada pasien yang tinggal pada daerah endemic
(poor iodine), pada orang-orang yang sering terekspose dengan goiter food and
drug juga dapat terjadi siple goiter. Goiter dapat terjadi karena congenital defek
pada produksi hormon tiroid.
T4, T3, T3RU dan TSH biasanya dalam jumlah yang normal, sedangkan
radioiodin uptake meningkat, tindakan bedah di indikasikan bila terjadi tekanan
yang berlebihan pada daerah sekitar karena pembesaran tiroid, pemeriksaan
biopsi sangat dianjurkan untuk mengetahui terjadi atau tidaknya keganasan.
Struma Nodosa
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN INTERVENSI
A. Tujuan
Setelah diberikan penyuluhan kepada masyarakat yang hadir dalam
kegiatan diharapkan mampu memahami tentang penyakit gondok. Sehingga dapat
memeriksakan dini bila menemukan gejala dan tanda seperti yang dijelaskan pada
saat penyuluhan.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dan
diskusi dalam bentuk tanya-jawab.
C. Media
Media yang digunakan adalah slide powerpoint.
D. Sasaran
Masyarakat kelompok potensial desa Tanjang Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati
E. Waktu
Penyuluhan tentang penyakit gondok ini dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Senin/11 April 2016
Jam : 09.00 sampai dengan selesai
F. Tempat
Penyuluhan dilaksanakan di ruang Balai Desa Tanjang
Kecamatan Gabus Kabupaten Pati
2. Evaluasi Hasil
Bentuk : tanya-jawab
Jumlah : 2 pertanyaan
a. Cara membedakan gondok beracun dengan gondok tidak beracun?
b. Apakah semua gondok harus di operasi?
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus pembesaran kelenjar tiroid atau yang dikenal juga dengan nama
gondok cukup sering ditemukan dalam praktek sehari-hari. Sekitar 4-8% nodul
tiroid bisa ditemukan saat pemeriksaan fisik (palpasi daerah leher).
Saat ini kasus temuan baru muncul setiap tahunnya. Penyakit akibat
pembesaran kelenjar tiroid ini merupakan penyakit yang cukup berbahaya yang
dapat menyebabkan kematian atau angka kesakitan. Tetapi dengan pengobatan
yang adekuat, penderita tetap dapat hidup normal dan beberapa dapat bertahan
lebih dari 40 tahun. Diantara kelenjar endokrin pada tubuh, karsinoma tiroid
merupakan keganasan kelenjar endokrin yang paling sering ditemukan.
Pada peserta kelompok potensial yang hadir tidak didapatkan adanya
peserta yang pernah mengalami atau sedang menderita penyakit gondok. Namun
demikian setelah diadakan penyuluhan mengenai penyakit gondok ini masyarakat
paham akan bahaya dan ciri-ciri penyakit gondok.
B. Saran
Setelah melakukan penyuluhan penulis dapat memberikan saran berupa :
1. Untuk dokter oleh karena agak sulit dalam membedakan antara penyakit
gondok beracun dan tidak beracun maka pemahaman mengenai ciri-ciri
pada masing-masing jenis pembesaran kelenjar tiroid harus ditingkatkan.
2. Bagi institusi puskesmas hendaknya meningkatkan kegiatan promosi
kesehatan terutama pada daerah-daerah yang rawan terjadinya atau pada
daerah yang ditemukan angka kasus pembesaran kelenjar tiroid yang
tinggi di wilayah kerjanya.
3. Bagi masyarakat agar menjaga pola hidup sehatnya dan segera
memeriksakan diri bila mengalami gejala dan memiliki tanda-tanda
penyakit seperti yang dijelaskan pada saat kegiatan penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam, InternaPublishing, Jakarta, Edisi 5, Jilid III
Ganong, W.F. 1999, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta.
Hazzard, R.W. 1990, Principles of Geriatric Medicine and Gerontology, 2nd ed.
McGraw-Hill, New York.
Pukul :
7. 7.
Mengetahui
Pembimbing