Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP

F.1 PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT

“PENYULUHAN PENYAKIT GONDOK PADA KELOMPOK


POTENSIAL DESA TANJANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GABUS I”

OLEH :

dr. Arpian Herponi

Pendamping :

dr. M. Wahib Hasyim

UNIT PELAKSANA TUGAS PUSKESMAS GABUS I

KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI

2016
HALAMAN PENGESAHAN
F.1 UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

“PENYULUHAN PENYAKIT GONDOK PADA KELOMPOK POTENSIAL


DESA TANJANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS GABUS I”

Pati, Mei 2016

Dokter Internsip, Pembimbing,

dr. Arpian Herponi dr. M. Wahib Hasyim


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin yang paling besar pada tubuh
manusia. Cukup sering ditemukan kasus pembesaran kelenjar tiroid atau yang
dikenal juga dengan nama gondok. Sekitar 4-8% nodul tiroid bisa ditemukan saat
pemeriksaan fisik (palpasi daerah leher) dan sekitar 13-67% bisa ditemukan saat
pemeriksaan ultrasonografi. Umumnya lebih banyak ditemukan pada wanita.
Nodul tiroid pada orang dewasa umumnya adalah nodul jinak dan hanya sekitar
5% yang ganas. Nodul tiroid yang ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda,
insidensinya hanya sekitar 1,5%. Nodul pada anak-anak dan dewasa muda lebih
sering ditemukan ganas sekitar 26%.
Secara klinis antara nodul tiroid yang ganas dengan yang jinak sering sulit
dibedakan, bahkan baru dapat dibedakan setelah didapatkan hasil evaluasi
sitologi preparat biopsi jarum halus atau histopatologi dari jaringan kelenjar tiroid
yang diambil saat operasi. Berdasarkan usia, kanker tiroid jenis papilar biasanya
pada pasien yang berusia kurang dari 40 tahun, berbeda dengan kanker tiroid
folikular yang banyak pada usia diatas itu. Sedangkan kanker jenis medular sering
ditemukan pada usia tua (50-60 tahun).
American Cancer Society memperkirakan bahwa kurang lebih sekitar
17.000 kasus baru muncul setiap tahunnya di Amerika Serikat dan mengakibatkan
kematian diantaranya sekitar 1.300 jiwa. Tetapi dengan pengobatan yang adekuat,
sekitar 190.000 penderita tetap dapat hidup normal dan beberapa dapat bertahan
lebih dari 40 tahun. Diantara kelenjar endokrin pada tubuh, karsinoma tiroid
merupakan keganasan kelenjar endokrin yang paling sering ditemukan.
Pembesaran kelenjar tiroid (gondok) sering didapatkan dalam kasus
praktek sehari-hari. Meningkatnya jumlah temuan kasus baru setiap tahunnya
akan mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan kematian. Oleh karena
jumlah kasus yang semakin meningkat dan terdapat beberapa bentuk jenis
pembesaran pada kelenjar tiroid maka dinilai perlu untuk memberikan gambaran
secara umum melalui suatu bentuk promosi kesehatan kepada masyarakat.
Sehingga diharapkan dapat menjadi suatu bentuk preventif atau pengenalan lebih
awal atau deteksi dini terhadap penyakit ini agar pemahaman mengenai penyakit
ini dapat diketahui secara benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI KELENJAR TIROID


Kelenjar tiroid mulai terlihat terbentuk pada janin berukuran 3,4 cm - 4
cm, yaitu pada akhir bulan pertama kehamilan.

Gambar 1 : anatomi kelenjar tiroid

Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang
dihubungkan oleh ismus sehingga bentuknya menyerupai kupu-kupu atau huruf
H, dan menutupi cincin trakea 2 dan 3. Pada usia dewasa berat kelenjar ini kira-
kira 20 gram.

Glandula tiroidea:

 Berbentuk buah alpukat


Puncak ® sampai ke linea obliqua cartilaginis thyroidea
Basis ® setinggi cincin trachea ke-4 atau ke-5
 Organ yang sangat vaskular
 Dibungkus oleh selubung dari lamina pretrachealis ® melekatkan
kelenjar dengan larynx & trachea
 Terdiri dari 2-3 lobus

B. FISIOLOGIS KELENJAR TIROID


Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan
kecepatan metabolisme tubuh. Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan
metabolisme tubuh melalui 2 cara :

1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein.


2. Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.
Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih
cepat. Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan iodium
yaitu elemen yang terdapat di dalam makanan dan air. Iodium diserap oleh usus
halus bagian atas dan lambung, dan kira-kira sepertiga hingga setengahnya
ditangkap oleh kelenjar tiroid, sedangkan sisanya dikeluarkan lewat air kemih.
Hormon tiroid dibentuk melalui penyatuan satu atau dua molekul iodium ke
sebuah glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin yang dibuat di kelenjar tiroid
dan mengandung asam amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodium ini
disebut iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua
jenis hormon tiroid dalam darah yaitu :

1. Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid,


hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
2. Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif,
yaitu triiodotironin (T3).
T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodium yang terkandung
(tiga untuk T3 dan empat untuk T4 ). Sebagian besar (90%) hormon tiroid yang
dilepaskan ke dalam darah adalah T4, tetapi T3 secara fisiologis lebih bermakna.
Baik T3 maupun T4 dibawa ke sel-sel sasaran mereka oleh suatu protein plasma.

EFEK PRIMER HORMON TIROID

Sel-sel sasaran untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di


dalam tubuh. Efek primer hormon tiroid adalah:
1. Merangsang laju metabolik sel-sel sasaran dengan meningkatkan
metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat.
2. Merangsang kecepatan pompa natrium-kalium di sel sasaran. Kedua
fungsi bertujuan untuk meningkatkan penggunaan energi oleh sel, terjadi
peningkatan laju metabolisme basal, pembakaran kalori, dan peningkatan
produksi panas oleh setiap sel.
3. Meningkatkan responsivitas sel-sel sasaran terhadap katekolamin sehingga
meningkatkan frekuensi jantung.
4. meningkatkan responsivitas emosi.
5. Meningkatkan kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan
kecepatan kontraksi otot rangka.
6. Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal
semua sel tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.

C. EVALUASI KELENJAR TIROID


Pada pasien yang mengalami pembesaran kelenjar tiroid (goiter),
pemeriksaan kelenjar sangatlah penting dan dapat ditunjang dengan memilih tes
fungsi tiroid yang optimal, seorang ahli bedah harus mengetahui metode yang
sistematis untuk melakukan pemeriksaan, yang harus diperhatikan pada
pemeriksaan adalah besar, konsistensi, penampang, perlengketan pada trakea dari
kelenjar tiroid, serta melakukan palpasi pada KGB daerah servikal.
Serum T3, T4, TSH dapat diperiksa secara akurat dengan
radioimmunoassay, T4 juga dapat diperiksa dengan metode competitive protein
binding. Dengan tes sensitive TSH dapat digunakan untuk mengetahui keadaan
pasien dengan hipertiroid atau hipotiroid, Pengukuran T3RU secara in vitro dapat
secara langsung mengetahui konsentrasi dari tiroksin binding globulin di dalam
serum.
Pengukuran serum T4 dan TSH menggunakan tes sensitive tinggi TSH
merupakan cara terbaik dalam menentukan fungsi tiroid, pengukuran T3 biasanya
di barengi dengan pemeriksaan T3RU untuk mengkoreksi pertukaran ikatan
protein. Sebagai contoh pada pasien yang hamil atau sedang mengkonsumsi
esterogen yang tinggi terdapat peningkatan T4 tetapi T3Runya menurun, jadi nilai
tiroid indexnya normal (T4 x T3RU). Pengukuran kadar T3 dilakukan pada pasien
dengan kecurigaan hipertiroidism.

D. PENYAKIT KELENJAR TIROID


1. HIPERTIROID (TIROTOKSIKOSIS)
Hipertiroid biasanya disebabkan oleh hipersekresi goiter (Graves disease)
atau oleh multi nodular toxic goiter (Plummer’s disease). Sangat jarang
hipertiroidism disebabkan oleh akut tiroiditis, mengkonsumsi hormon tiroid,
kehamilan, tumor hipofisis, struma ovarium, dan kelainan lainnya.
Ciri utama :
- BB menurun - kelemahan otot
- nafsu makan menurun - poliuri
- berkeringat - siklus menstruasi terganggu
- suhu tubuh meningkat - infertilitas
- gelisah - murmur
- gynecomastia - exophthalmus, berkunang-kunang
- iodine uptake, T3,T4, T3RU ↑ - TSH tidak ada
- T3 suppression test abnormal - goiter
Gejala hipertiroid dapat di tegakan dengan peningkatan kadar hormon
tiroid dalam darah. Manifestasi klinik dapat ditandai oleh periode eksaserbasi dan
remisi. Pada pasien dapat dijumpai keadaan hipotiroid sebagai hasil dari
pengobatan hipertiroid.
Grave’s disease adalah penyakit autoimmune, pada banyak kasus diagnosa
dapat mudah di tegakkan hanya dilihat dari gejala yang timbul. Kebanyakan pada
pasien dengan tirotoksikosis terdapat peningkatan kadar T3 dan T4, dan
penurunan kadar TSH. Tirotoksikosis dapat juga dijumpai kadar T4 yang normal
sedangkan kadar T3 yang meningkat (T3 toksikosis).
Pada T4 pseudotoksikosis ditemukan kadar T4 yang tinggi sedangkan
kadar T3 yang rendah, hal ini disebabkan gangguan perubahan T4 menjadi T3.
tirotoksikosis dapat menyebabkan gangguan katabolisme yang progesif,
kerusakan jantung, sehingga dapat menyebabkan kematian karena gagal jantung.

GEJALA DAN TANDA :


Pada penderita hipertiroidism dapat ditemukan gejala-gejala takikardia,
gelisah, suhu tubuh meningkat, BB menurun, kelelahan, pandangan berkunang-
kunang, dan muka yang memerah, kulit terasa hangat, berkeringat banyak.
Pada grave’s disease dapat ditemukan exophthalmus, pretibial mixedema,
vitiligo. Biasanya tanda tersebut tidak terlihat pada single atau multinodular toxic
goiter. Reflek achiles akan memanjang pada hipotiroid dan memendek pada
hipertiroid. Pada pasien dengan hipertiroid yang hebat biasanya dijumpai gejala
hiperpireksia, takikardi, gagal jantung, eksitasi neuromuscular, delirium dan
ikterik.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
Disini dilakukan pengukuran konsentrasi T3, T4, T3RU dan TSH RIA.
Sejarah pengobatan pada pasien sangat penting untuk diketahui karena banyak
obat dan campuran bahan organic lainnya yang dapat memberikan efek pada
serangkaian tes fungsi tiroid.
Pada pemeriksaan lab penderita hipertiroid ringan terdapat kelainan yang
sedikit, karena itu dapat menyulitkan dalam mendiagnosanya, pada keadaan ini
ada 2 pemeriksaan yang dapat membantu yaitu T3 suppression test dan TRH test,
pada T3 suppression test pasien dengan hipertiroid mengalami kegagalan dalam
penekanan ambilan tiroid dari radioiodin pada waktu diberikan T3 exogen. Pada
tes TRH, serum TSH tidak meningkat sebagai respon pemberian TSH pada pasien
hipertiroid. Pada hipertiroidism ditemukan juga keadaan rendahnya colesterol
serum, limfositosis, dan biasanya hiperkalsemia, dan glukosuria.
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik, dan penilaian klinik mempunyai
peran yang penting dalam menentukan diagnosis penyakit tiroid. Pemeriksaan
laboratorium terdiri dari pemeriksaan biokimia untuk menetapkan fungsi kelenjar
tiroid, penginderaan visual untuk menetapkan kelainan morfologi kelenjar tiroid,
dan pemeriksaan sitologi atau histologi untuk menetapkan perubahan patologis.
Pemeriksaan biokimia secara radioimunoasay yang dapat memberi gambaran
fungsi tiroid, yaitu dengan mengukur kadar T4, T3, TBG, dan TSH dalam plasma.
Kadar T4 total di dalam serum adalah refleksi tepat fungsi kelenjar tiroid. Kadar
T3 total di dalam serum selalu tinggi pada penderita tirotoksikosis. Penentuan
kadar TBG diperlukan untuk interpretasi kadar T4 dan sampai tingkat tertentu
berlaku untuk kadar T3. Kadar TBG dapat berubah pada kehamilan atau
pengobatan dengan sediaan estrogen. Kadar TSH di dalam serum merupakan
pemeriksaan penyaring yang peka untuk hipotiroidisme, oleh karena kadar ini
meningkat sebelum ada pengurangan kadar T4. Antibodi mikrosom dan antibodi
tiroglobulin umumnya meningkat pada penderita dengan tiroiditis autoimun.
Imunoglobulin perangsang tiroid (thyroid stimulating immunoglobulins, TSI)
dapat ditemukan pada penderita penyakit Graves. TSI juga berperan pada
patogenesis penyakit ini. Tiroglobulin dapat dideteksi di dalam serum orang
normal, dan penetapan kadarnya dapat digunakan untuk mengetahui kekambuhan
karsinoma tiroid sesudah tireoidektomi total. Sidik radioaktif menggunakan unsur
teknetium (Tc99m) atau yodium (I 131) dapat memperlihatkan gambaran jaringan
tiroid yang berfungsi. Cara ini berguna untuk menetapkan apakah nodul dalam
kelenjar tiroid bersifat hiperfungsi, hipofungsi, atau normal yang umumnya
disebut berturut-turut nodul panas, nodul dingin, atau nodul normal.
Kemungkinan keganasan ternyata lebih besar pada nodul yang menunjukkan
hipofungsi, meskipun karsinoma tiroid dapat juga ditemukan pada nodul yang
berfungsi normal.
PEMERIKSAAN SITOLOGI :
Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi jarum halus.
Cara pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis karsinoma tiroid,
tiroiditis, atau limfoma. Cara ini cara baik untuk menduga kemungkinan
keganasan dalam nodul tiroid, dan mulai menggeser kegunaan pemeriksaan
radioaktif atau ultrasonografi sebagai pemeriksaan penunjang diagnosis.

DIAGNOSA BANDING :
Ansietas neurosis, gangguan jantung, anemia, penyakit saluran
pencernaan, tuberculosis, myasthenia, kelainan muscular, sindroma menopause,
pheocromositoma, primary ophthalmophaty sangatlah sulit dibadakan dengan
penyakit hipertiroid, apalagi pada pasien dengan pembesaran kelenjar tiroid yang
minimal, pasien dapat merasakan nyeri pada saat tiroid melepaskan hormon
tiroid. Pada kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya atau dengan obat anti
tiroid, pengobatan dengan tindakan bedah dan radio aktif iodine tidaklah
diperlukan.

Ansietas neurosis merupakan gejala yang sulit dibedakan dengan


hipertiroid. Pada ansietas biasanya fatique tidak hilang pada istirahat, telapak
tangan berkeringat, denyut jantung pada waktu tidur normal, dan tes lab fungsi
tiroid normal.

Jika pada pendeita hipertiroid fatique dapat hilang pada saat istirahat,
telapak tangan hangat dan berkeringat, takikardia pada waktu tidur, dan tes fungsi
tiroid abnormal. Penyakit organic nontiroid juga sulit dibedakan dengan
hipertiroidism, harus dibedakan secara garis besar dari kejadian-kejadian yang
spesifik pada system organ yang terlibat, dan juga dengan tes fungsi tiroid.
Gejala-gejala seperti exophthalmus atau ophthalmoplegia harus diperiksa oleh
ophthalmologic, USG, CT scan, MRI scan, dan pemeriksaan neurologis.
PENATALAKSANAAN :

Pada hipertiroid dapat diterapi secara aktif dengan obat anti tiroid,
radioaktif iodine, dan tiroidektomi. Terapi tergantung dari umur, keadaan umum,
besarnya kelenjar, beratnya keadaan patologis, dan kemampuan pasien dalam
melakukan perawatan yang optimal.

1. Obat anti tiroid.

a. Propylthiouracil (PTU) 300 – 1000mg/hari peroral


b. Methimazol 30 – 100mg/hari peroral
Obat ini menginterfensi ikatan iodine dan mencegah penggabungannya
dengan iodotirosin di dalam kelenjar tiroid. Salah satu keuntungan dari terapi ini
dari pada dengan terapi radio iodine dan tiroidektomi adalah dapat mengobati
tanpa harus merusak jaringan, dan jarang terjadi keadaan hipotiroidism setelah
terapi.

Obat anti tiroid juga dapat digunakan sebagai terapi definitive atau sebagai
terapi persiapan menuju operasi atau terapi radio aktif iodine. Hasil akhir yang
diharapkan adalah membuat penderita sampai pada keadaan eutiroid state dan
hilangnya gejala remisi. Pasien dengan kelenjar tiroid yang kecil mempunyai
prognosis yang baik, gejala remisi yang memanjang sampai 18 bulan dari
pengobatan dapat sembuh pada 30% dari pasien yang ada. Beberapa pasien dapat
terjadi hipotiroidism karena terapi ini. Efek samping yang dapat terjadi adalah
rashes, demam dan agranulositosis. Pengobatan harus dihentikan jika terjadi sakit
tenggorokan dan demam.

2. Pembedahan Tiroid

Jenis:
a. Biopsi insisi, contoh indikasi: struma difus pradiagnosis
b. Biopsi eksisi, contoh indikasi: tumor (nodul) terbatas
pradiagnosis
c. Tiroidektomi subtotal, contoh indikasi: hipertiroidi (Graves),
struma nodosa benigna
d. Hemitiroidektomi (istmolobektomi), contoh indikasi: kelainan
unilteral (adenoma)
e. Tiroidektomi total, contoh indikasi: keganasan terbatas tanpa
kelainan kelenjar limfe
f. Tiroidektomi radikal, contoh indikasi: keganasan tiroid dengan
kemungkinan metastasis ke kelenjar limfe regional

2. HIPOTIROID
Definisi Hipotiroid :

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi


hormon tiroid yang abnormal rendahnya. Ada banyak kekacauan-kekacauan
yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung
atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel,
hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekwensi-konsekwensi
yang meluas untuk tubuh.

Etiologi :

 Hashimoto's thyroiditis
 Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)

 Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)

 Penyakit pituitari atau hipothalamus

 Obat-obatan : methimazole (Tapazole) dan propylthiouracil (PTU), lithium


(Eskalith, Lithobid), amiodarone (Cordarone), potassium iodide (SSKI,
Pima), dan Lugol's solution

 Kekurangan yodium yang berat


Gejala Hipotiroid :
Gejala-gejala hipotiroid seringkali tak kentara, dan tidak spesifik (yang
berarti mereka dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan
seringkali dihubungkan pada penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan
mungkin tidak mempunyai tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya
menjadi lebih nyata ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari keluhan-
keluhan ini berhubungan dengan suatu perlambatan metabolisme tubuh.
Gejala-gejala umum didaftar dibawah:
 Kelelahan
 Depresi

 Kenaikkan berat badan yang sedang

 Ketidaktoleranan dingin

 Ngantuk yang berlebihan

 Rambut yang kering dan kasar

 Sembelit

 Kulit kering

 Kejang-kejang otot

 Tingkat-tingkat kolesterol yang meningkat

 Konsentrasi menurun

 Sakit dan nyeri yang samar-samar

 Udem pada kaki

Diagnosis hipotiroid yang dapat dengan mudah dilakukan dan sepenuhnya


dirawat dengan penggantian hormon tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid yang tidak
dirawat dapat menjurus pada suatu pembesaran jantung (cardiomyopathy), gagal
jantung yang memburuk, dan suatu akumulasi cairan sekitar paru-paru (pleural
effusion).

Diagnosis Hipotiroid :
Suatu diagnosis hipotiroid dapat dicurigai pada pasien-pasien dengan
kelelahan, tidak toleran terhadap dingin, sembelit, dan kulit yang kering dan
mengeripik. Suatu tes darah diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis.

Pemeriksaan laboratorium :

 TSH
 TRH : dapat membantu membedakan apakah penyakitnya disebabkan oleh
suatu kerusakkan di pituitari atau di hipothalamus. Tes ini memerlukan
suntikan hormon TRH dan dilakukan oleh seorang endocrinologist (spesialis
hormon).

 Thyroid scan dapat membantu mendiagnosis persoalan yang mendasari tiroid


yang lebih jelas.

Terapi Hipotiroid :

Dengan pengecualian dari kondisi-kondisi tertentu, perawatan hipotiroid


memerlukan terapi seumur hidup. Sebelum synthetic levothyroxine (T4) tersedia,
tablet-tablet tiroid yang dikeringkan dipakai. Tiroid yang dikeringkan didapat dari
kelenjar tiroid hewan. Sekarang ini, suatu sintetik T4 yang murni tersedia secara
luas. Oleh karenanya, tidak ada alasan untuk menggunakan ekstrak tiroid yang
dikeringkan. Dengan ketentuan sebagai berikut :

 Dosis rata-rata T4 pada orang-orang dewasa adalah kira-kira 1.6


mikrogram per kilogram per hari. Ini kira-kira 100 sampai 150
mickograms per hari.
 Anak-anak memerlukan dosis-dosis yang lebih besar.
 Pd pasien yang muda dan sehat, pemakaian hormon pengganti T4 secara
penuh dimulai dari awal terapi.

 Pada pasien dengan penyakit jantung yang sebelumnya, metode pengganti


hormon ini mungkin dapat memperburuk kondisi jantung

 Pada pasien yang lebih tua tanpa penyakit jantung, memulai dengan dosis
penuh pengganti tiroid mungkin berakibat pada nyeri dada atau serangan
jantung. Untuk hal ini, pasien dengan sejarah penyakit jantung atau
mereka yang dicurigai beresiko tinggi, terapi hormon dimulai dengan 25
mikogram atau kurang, dengan kenaikkan dosis yg berangsur-angsur
dalam 6 minggu.

 Idealnya, pengganti T4 sintetik hrs dikonsumsi pada pagi hari, 30 menit


sebelum makan. Obat-obat yang mengandung zat besi atau antasid harus
dihindari, karena dapat mengganggu penyerapan.

3. NODULUS DAN GOITER TIROID


Tiroid nodulus

Masalah yang dihadapi jika menemui pasien dengan tiroid nodular adalah
apakah lesi tersebut simptomatik ataukah merupakan suatu tumor baik jinak
ataupun ganas. Diagnosis bandingnya adalah goiter jinak, intrathyroideal cysts,
tiroiditis, atau tumor jinak dan ganas. Umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
riwayat keluarga pasien harus jelas, riwayat terapi radiasi daerah leher juga harus
ditanyakan karena pada bayi dan anak-anak kejadian ca tiroid insidennya tinggi
yang terjadi sebagai akibat radiasi. Tiroid nodul ini lebih menyerupai ca pada pria
dari pada wanita, dan pada usia muda dari pada usia tua.

Pemeriksaan perabaan tiroid harus dilakukan secara sistematis, untuk


mengetahui apakah terdapat soliter atau multi nodular tiroid, soliter nodul lebih
cenderung dapat menjadi keganasan dari pada multi noduler. Pada sebagian besar
pasien suatu keganasan sulit untuk ditentukan tanpa dilakukan pemeriksaan
mikroskopik, biopsy percutan yang dilakukan oleh ahli endokrin sitologi
sangatlah membantu dalam menegakan diagnosa.

False positive jarang sekali dilaporkan, tetapi pada 20% hasil biopsy yang
didiagnosa sebagai undetermined dan 5% yang terdiagnosa sebagai benigna
ternyata adalah suatu keganasan (malignant). Jika hasil diagnosanya adalah
inadekuat maka pemeriksaan harus diulang kembali. Needle biopsy tidak boleh
dilakukan pada pasien yang mempunyai riwayat terkena radiasi pada leher, karena
radiasi seringkali menimbulkan tumor yang multifokal. Jangan terlalu cepat
percaya bila hasilnya negatif, jika ahli sitologi yang berpengalaman tidak ada
maka pemeriksaan radio nuklir dan ultra sound sangatlah membantu.

Pemeriksaan radioiodin dapat digunakan untuk menentukan apakah


lesinya single atau multiple, dan apakah aktif (hot or warm) atau tidak aktif (cold).
Pada hot solitary tiroid nodul dapat menyebabkan hipertiroidsm tetapi jarang
terjadi malignant, tetapi pada cold solitary tiroid nodul 20% dari kejadian yang
ada dapat menjadi malignant dan harus diangkat.

Pada pasien bayi dan anak-anak yang menderita tiroid nodul karena
terpapar radiasi pada daerah leher 40% dapat menjadi malignant, Ca tiroid terjadi
hampir 50% pada anak yang menderita cold tiroid nodul, dan tiroidektomi di
indikasikan pada pasien ini.

Prinsip-prinsip dasar untuk dilakukan pengangkatan nodular tiroid :

c. curiga keganasan
d. gejala yang berat
e. hipertiroidism
f. terjadi substernal ekstensi
g. alasan kosmetik
pada solitary nodul tiroid yang terdiagnosa cold pada radioiodin, solid
dengan ultrasound atau dicurigai sebagai keganasan maka biopsy sitologi tidak
diperlukan lagi. Pengobatan nonoperasi diindikasikan pada pasien dengan
multinoduler goiter dan hashimoto tiroiditis kecuali terdapat kecurigaan pada
pasien yang rentan terkena radiasi dan pada pasien yang mempunyai riwayat
keluarga yang pernah menderita medullary carcinoma.

Simple atau Nontoxic goiter

Simple goiter dapat terjadi karena factor psikologis, dapat terjadi pada saat
pubertas, menstruasi, hamil, atau pada pasien yang tinggal pada daerah endemic
(poor iodine), pada orang-orang yang sering terekspose dengan goiter food and
drug juga dapat terjadi siple goiter. Goiter dapat terjadi karena congenital defek
pada produksi hormon tiroid.

Ada beberapa asumsi bahwa nontoxic goiter timbul akibat kompensasi


dari produksi hormon tiroid yang inadekuat, nontoxic diffuse goiter biasanya
merespon administrasi hormon tiroid, jika tidak di obati maka dapat berubah
menjadi multi nodular goiter dengan atau tidak bersifat racun (toxic) pada
beberapa tahun kemudian.

Gejala yang timbul biasanya terdapatnya massa pada leher, dsypnea,


dysphagia, atau gejala yang dapat menghalangi aliran balik vena. Pada diffuse
goiter, tiroid membesar simetris, permukaannya halus. Banyak pasien sudah
menjadi multinodular gland baru berkeinginan untuk berobat.

T4, T3, T3RU dan TSH biasanya dalam jumlah yang normal, sedangkan
radioiodin uptake meningkat, tindakan bedah di indikasikan bila terjadi tekanan
yang berlebihan pada daerah sekitar karena pembesaran tiroid, pemeriksaan
biopsi sangat dianjurkan untuk mengetahui terjadi atau tidaknya keganasan.

Diagnosis Klinis: Indeks wayne


Nilai : ≥19 : toksik, 11-19 : Equivocal, <11 : non toksik

Struma Nodosa

Struma nodosa atau struma adenomatosa, terutama ditemukan di daerah


pergunungan karena defisiensi yodium. Struma endemik ini dapat dicegah dengan
substitusi yodium. Di luar daerah endemik, struma nodosa karena insufisien
yodium struma nodosa ditemukan secara insidental atau pada keluarga tertentu.
Etiologinya umumnya multifaktor. Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada
usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa.

Struma multinodosa biasanya terjadi pada wanita berusia lanjut, dan


perubahan yang terdapat pada kelenjar berupa hiperplasia sampai bentuk involusi.
Kebanyakan struma multinodosa dapat dihambat oleh tiroksin.
Gambar 4 : Struma

Biasanya penderita struma nodosa tidak mengalami keluhan karena tidak


ada hipo atau hipertiroidisme. Nodul mungkin tunggal tetapi kebanyakan
berkembang menjadi multinoduler yang tidak berfungsi. Degenerasi jaringan
menyebabkan kista atau adenoma. Karena pertumbuhannya sering berangsur-
angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di leher.
Sebagian penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa
keluhan. Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernapasan karena
menonjol ke depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea jika
pembesarannya bilateral. Pendorongan bilateral demikian dapat dicitrakan dengan
foto Roentgen polos (trakea pedang). Struma nodosa unilateral dapat
menyebabkan pendorongan sampai jauh ke arah kontralateral. Pendorongan
demikian mungkin tidak mengakibatkan gangguan pernapasan. Penyempitan yang
berarti menyebabkan gangguan pernapasan sampai akhirnya terjadi dispnea
dengan stridor inspiratoar. Biasanya struma adenomatosa benigna walaupun besar
tidak menyebabkan gangguan neurologik, muskuloskeletal, vaskuler, atau
menelan karena tekanan atau dorongan. Keluhan yang ada ialah rasa berat di
leher. Sewaktu menelan trakea naik untuk menutup laring dan epiglotis sehingga
tiroid terasa berat karena terfiksasi pada trakea. Hipertiroidi jarang ditemukan
pada struma adenomatosa. Sekitar 5% dari struma nodosa mengalami keganasan.
Tanda keganasan ialah setiap perubahan bentuk, perdarahan lokal, dan tanda
penyusupan di kulit, n.rekurens, trakea, atau esofagus. Benjolan tunggal dapat
berupa nodul koloid, kista tunggal, adenoma tiroid jinak, atau karsinoma tiroid.
Nodul ganas lebih sering ditemukan pada laki muda. Struma nodosa lama
biasanya tidak dapat dipengaruhi dengan supresi hormon tiroid (TH) atau
pemberian hormon tiroid. Penanganan struma lama yaitu dengan tiroidektomi
subtotal. Tiroid mungkin ditemukan sampai ke mediastinum anterior terutama
pada bentuk modulus yang disebut struma retrosternum. Umumnya struma
retrosternum ini tidak turut naik pada gerakan menelan karena apertura toraks
terlalu sempit dan mungkin asimtomatik. Mungkin ditemukan gejala dan tanda
tekanan pada trakea atau esofagus. Diagnosis ditentukan dengan pemeriksaan
yodium radioaktif. Biasanya pengeluaran struma dapat dilakukan melalui bedah
leher, sehingga tidak dibutuhkan torakotomi. Jika letak di dorsal a.subklavia,
harus dilakukan pendekatan melalui torakotomi. Diagnosis banding ialah tumor
lain di mediastinum anterior seperti timoma, limfoma, tumor dermoid, dan
keganasan paru.

PEMBEDAHAN PADA STRUMA :


Pembedahan struma dapat dibagi menjadi bedah diagnostik dan terapeutik.
Bedah diagnostik berupa :
a. Biopsi insisi
b. Biopsi eksisi
Bedah terapeutik bersifat ablatif berupa :
a. Lobektomi
b. Istmolobektomi
c. Tiroidektomi subtotal atau total.
Tindak bedah total dilakukan dengan atau tanpa diseksi leher radikal.
Untuk struma nontoksik dan nonmaligna digunakan enukleasi nodulus yaitu eksisi
lokal, (istmo-)lobektomi, atau tiroidektomi subtotal. Pembedahan total dilakukan
untuk karsinoma terbatas, dan pembedahan radikal dilakukan bila ada
kemungkinan penyebaran ke kelenjar limfe regional. Hemitiroidektomi atau
(istmo-)lobektomi dapat dilakukan pada kelainan unilateral.

Indikasi tindak bedah struma nontoksik


a. Kosmetik (tiroidektomi subtotal)
b. Eksisi nodulus tunggal (yang mungkin ganas)
c. Struma multinoduler yang berat
d. Struma yang menyebabkan kompresi laringatau struktur leher lain
e. Struma retrosternal yang menyebabkan kompresi trakea atau struktur lain

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN INTERVENSI
A. Tujuan
Setelah diberikan penyuluhan kepada masyarakat yang hadir dalam
kegiatan diharapkan mampu memahami tentang penyakit gondok. Sehingga dapat
memeriksakan dini bila menemukan gejala dan tanda seperti yang dijelaskan pada
saat penyuluhan.

B. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dan
diskusi dalam bentuk tanya-jawab.
C. Media
Media yang digunakan adalah slide powerpoint.

D. Sasaran
Masyarakat kelompok potensial desa Tanjang Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati

E. Waktu
Penyuluhan tentang penyakit gondok ini dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Senin/11 April 2016
Jam : 09.00 sampai dengan selesai
F. Tempat
Penyuluhan dilaksanakan di ruang Balai Desa Tanjang
Kecamatan Gabus Kabupaten Pati

Setting tempat penyuluhan :


PENYULUH

AUDIEN AUDIEN AUDIEN AUDIEN


G.Kegiatan
Langkah- Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan
Langkah Masyarakat
1. Pendahuluan 2 menit 1. Menyampaikan 1. Membalas
salam salam
2. Memperkenalkan 2. Mendengark
diri an dengan
3. Menjelaskan tujuan seksama
4. Menggali persepsi 3. Menyimak
masyarakat 4. Berpartisipas
i aktif
2. Penyajian 10 1. Menjelaskan materi 1. Menyimak
menit yang akan dengan baik
disampaikan : apa yang
a. Definisi gondok disampaikan
b. Penyebab gondok oleh
c. Tanda dan gejala penyuluh
gondok
d. Penatalaksanaan
dan pencegahan
gondok
3. Penutup 3 menit 1. Memberikan 1. Bertanya
kesempatan untuk 2. Berperan
bertanya aktif
2. Melakukan tanya- 3. menyimak
balik beberapa
pertanyaan untuk
mengetahui sejauh
mana pemahaman
materi
3. Menyampaikan
kesimpulan

H.Evaluasi dan Hasil penyuluhan


1. Evaluasi Proses
Pelaksanaan penyuluhan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Peserta berperan aktif selama jalannya penyuluhan

2. Evaluasi Hasil
Bentuk : tanya-jawab
Jumlah : 2 pertanyaan
a. Cara membedakan gondok beracun dengan gondok tidak beracun?
b. Apakah semua gondok harus di operasi?
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus pembesaran kelenjar tiroid atau yang dikenal juga dengan nama
gondok cukup sering ditemukan dalam praktek sehari-hari. Sekitar 4-8% nodul
tiroid bisa ditemukan saat pemeriksaan fisik (palpasi daerah leher).
Saat ini kasus temuan baru muncul setiap tahunnya. Penyakit akibat
pembesaran kelenjar tiroid ini merupakan penyakit yang cukup berbahaya yang
dapat menyebabkan kematian atau angka kesakitan. Tetapi dengan pengobatan
yang adekuat, penderita tetap dapat hidup normal dan beberapa dapat bertahan
lebih dari 40 tahun. Diantara kelenjar endokrin pada tubuh, karsinoma tiroid
merupakan keganasan kelenjar endokrin yang paling sering ditemukan.
Pada peserta kelompok potensial yang hadir tidak didapatkan adanya
peserta yang pernah mengalami atau sedang menderita penyakit gondok. Namun
demikian setelah diadakan penyuluhan mengenai penyakit gondok ini masyarakat
paham akan bahaya dan ciri-ciri penyakit gondok.

B. Saran
Setelah melakukan penyuluhan penulis dapat memberikan saran berupa :
1. Untuk dokter oleh karena agak sulit dalam membedakan antara penyakit
gondok beracun dan tidak beracun maka pemahaman mengenai ciri-ciri
pada masing-masing jenis pembesaran kelenjar tiroid harus ditingkatkan.
2. Bagi institusi puskesmas hendaknya meningkatkan kegiatan promosi
kesehatan terutama pada daerah-daerah yang rawan terjadinya atau pada
daerah yang ditemukan angka kasus pembesaran kelenjar tiroid yang
tinggi di wilayah kerjanya.
3. Bagi masyarakat agar menjaga pola hidup sehatnya dan segera
memeriksakan diri bila mengalami gejala dan memiliki tanda-tanda
penyakit seperti yang dijelaskan pada saat kegiatan penyuluhan.

DAFTAR PUSTAKA

Anatomi Thyroid. Dalam http://www.thaiclinic.com/images.

Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam, InternaPublishing, Jakarta, Edisi 5, Jilid III
Ganong, W.F. 1999, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta.
Hazzard, R.W. 1990, Principles of Geriatric Medicine and Gerontology, 2nd ed.
McGraw-Hill, New York.

MD.Lawrence W Way : Current Surgical Diagnosis & Treatment, Edisi 9, 267-


272
Sherwood, L, 2001, Fisiologi Manusia dari sel ke system, ECG, Jakarta.
Sjamsuhidayat R, Wim de Jong : 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta,
Edisi Revisi, 926-935
Struma. Dalam http://www.schilddruesen-praxis.at/Data/uploads/.
LAMPIRAN
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Hari, Tanggal :

Pukul :

Tempat : Puskesmas Gabus I

Presentan : dr. Arpian Herponi

Judul : F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan


Pemberdayaan Masyarakat
“PENYULUHAN PENYAKIT GONDOK
PADA KELOMPOK POTENSIAL DESA
TANJANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GABUS I”

No. Nama Peserta Tanda Tangan

1. Dr. M. Wahib Hasyim 1.

2. Dr. Dwi Wahyu Kurnia Sari 2.

3. Dr. M. Aji Imaduddin 3.

4. Dr. Hana Ranu Herjuna 4.

5. Dr. Bela Dirk 5.

6. Dr. Humaira Khilyatin U. N. 6.

7. 7.

Mengetahui
Pembimbing

dr. M. Wahib Hasyim

Anda mungkin juga menyukai