Anda di halaman 1dari 29

KELENJAR TIROID DAN PARATIROID

Disusun Oleh:
Anton Trihartanto, dr.

Pembimbing:
Dharmayanti Francisca Badudu, dr., SpB(K)Onk

SMF Ilmu Bedah


Sub Bagian Bedah Onkologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung
2016

0
REFERAT SUB BAGIAN BEDAH ONKOLOGI
SMF ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD
RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
Oleh: Anton Trihartanto, dr.

KELENJAR TIROID DAN PARATIROID

PENDAHULUAN
Kelenjar thyroid dan parathyroid merupakan organ yang secara anatomis sangat
berdekatan sehingga dalam tindakan pembedahan kelenjar thyroid, kelenjar parathyroid
dapat ikut terangkat yang dapat mengakibatkan gejala-gejala akibat tidak terdapatnya
hormon parathyroid.
Kedua organ tersebut merupakan kelenjar yang mengatur berbagai metabolisme
dalam tubuh. Thyroid adalah nama yang diberikan oleh Warton (1646) karena
terbentuknya menyerupai perisai (thyreos). Parry pertama kali mengemukakan gejala
hyperthyroid pada tahun 1825 kemudian diikuti oleh Grave dan Von Basedow. Pada
abad ke 19, Schiff mengemukakan akan pentingnya kelenjar ini bagi kehidupan, yang
dibuktikan dengan percobaan pada binatang yang diambil kelenjar ini ternyata akan
berakibat fatal.
Hormon thyroid pertama kali diisolasi oleh Kendall (1914). Hormon ini terutama
berperan dalam oksidasi sel tubuh dan hormon parathyroid berperan penting dalam
metabolisme kalsium dan fosfor serta berpengaruh pada berbagai proses dalam tubuh
seperti kontraksi otot, pembekuan darah, pembentukan serta pertumbuhan tulang.

1
Embriologi Kelenjar Tiroid
ANATOMI
Kelenjar thyroid mempunyai berat rata-rata 15 sampai 20 gram (dewasa)
berbentuk konveks pada bagian anterior dan konkaf pada bagian posterior. Terletak
pada regio Colli anterior setinggi Cartilago thyroid sampai cincin ke VI trachea. Organ
lain yang berdekatan adalah trachea, oesophagus, N. laryngeus recurrent serta carotid
sheat. Thyroid terdiri dari 2 lobus yang keduanya dihubungkan oleh isthmus setinggi
cincin ke IV trachea. Walaupun sukar ditemukan, lobus pyramidalis biasanya terletak di
sebalah kiri linea mediana dan meluas ke cranial sampai setinggi os Hyoid.

2
Kelenjar thyroid terbungkus dalam suatu jaringan pengikat dan difiksasi oleh
fascia pratracheal ke tulang rawan dan Cricoid. Vaskularisasi kelenjar thyroid terdiri
dari:
- A Thyroid inferior yang merupakan cabang A. Subclavia
- A Thyroidea superior yang merupakan cabang dari A Carotis externa
- A Thyroidea ima yang merupakan cabang dari A Inominata
A Thyroidea inferior sangat penting sebagai petunjuk lokasi N. Laryngeus
recurrent.Saraf ini kadang-kadang bercabang tepat di bawah larynx dan sering
mengalami cedera waktu operasi dan terikat pada waktu mengikat A Thyroidea inferior.
Kelenjar parathyroid dapat dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena berwarna putih
keabu-abuan, besarnya 6 x 3,5 x 1,5 mm dengan berat sekitar 35 mg. Umumnya
kelenjar ini terdapat 2 pasang, sepasang terletak di superior dan sepasang di inferior.
Bagian superior mendapat vaskularisasi dari A. Thyroidea superior dan bagian inferior
mendapat vaskularisasi dari A. Thyroidea inferior.

3
4
Thyroid mempunyai suatu kapiler limfe yang tersusun sekeliling folikel kelenjar
thyroid yang kemudian akan bermuara ke kelenjar limfe di atas isthmus (Delphian
node), kelenjar paratracheal dekat N. Laryngeus recurrent dan kelenjar limfe di
permukaan anterior trachea. Dari kelenjar ini cairan limfe akan masuk ke dalam KGB
Cervical.

FISIOLOGI
Kelenjar thyroid mempunyai fungsi yakni memproduksi hormon thyroid dan
kalsitonin (thyrokalsitonin).Hormon yang disentesa oleh kelenjar adalah Thyroksin (T4)
dan Tri jodo tironin (T3) yang kemudian disimpan sebelum disekresikan. Fungsi
hormon thyroid adalah :
- Katabolisme dalam reaksi oksidasi sel tubuh
- Efek anabolik dalam kadar sedang dan berefek katabolik dalam kadar tinggi
- Meningkatkan penyerapan glukosa di usus.

5
Penyerapan yodium dari makanan di dalam usus adalah dalam bentuk yodida
yang di dalam plasma akan diikat oleh protein dan dibawa ke kelenjar thyroid atau
disekresikan di ginjal. Dinding kelenjar thyroid berkemampuan untuk mengadakan
transportasi aktif yang disebut Iodine pump yang dalam keadaan normal mampu
membuat konsentrasi yodium 25 kali konsentrasi plasma, bahkan dalam keadaan
hiperthyroidisme dapat meningkat sampai 350 kalinya. Penerimaan yodida dan
metabolismenya menjadi bentuk aktif dipengaruhi oleh TSH. Yodium selanjutnya akan
diikat oleh makroglobulin yaitu tirosin sehingga membentuk Mono iodotirosin dan

6
Diodotirosin, kemudian 2 mol Diodotirosin dan Monoiodotirosin bergabung menjadi
Triiodotirosin (T3). T3 dan T4 ini merupakan hormon aktif dan baru dilepaskan dari
kelenjar thyroid setelah thyroglobulin dipecah oleh adanya bantuan enzym protease di
bawah pengaruh TSH. Dalam plasma diikat oleh proten dan hanya 0,05% saja didapat
dalam bentuk bebas. Di dalam jaringan tubuh, T3 dan T4 mengalami deaminasi dan
dekarboksilasi menjadi tri dan tetra iodosetic acid yang selanjutnya bersama yodium
bebas dikeluarkan melalui urine.

Prinsip mekanisme regulasi kelenjar thyroid adalah sistem kontrol


Hypothalamus – Hypophyse – Thyroid dan sistem atutoregulasi intrathyroidal. Aktifitas
thyroid dipengaruhi langsung oleh TSH yang dihasilkan oleh Hypophyse. TSH akan
merangsang sintesa dan sekresi thyroid, dan sekresi TSH dipengaruhi oleh mekanisme

7
umpan balik negatif yang langsung ke Hypophyse oleh konsentrasi hormon thyroid
bebas dalam darah, pelepasan TSH diinduksi oleh TRH (Thyroid Releasing Factor)
yang dihasilkan oleh Hypothalamus. Sekresi TSH dihambat oleh tingginya hormon
thyroid dalam sirkulasi dan sekresi TSH akan meningkat bila hormon dalam darah
menurun, konsentrasi yodium intra thyroidal yang tinggi akan menurunkan pelepasan
yodium thyroidal.

Biosintesa hormon thyroid dipengaruhi oleh obat anti thyroid, terdapat 2


katagori utama obat anti thyroid yaitu :
- Perchlorat dan Thiocyanat : mencegah pengumpulan yodium oleh kelenjar
thyroid,

8
- Derivat Thiourea (Prophylthiouracil / PTU dan methimazole): substansi organik
yang mencegah pengikatan yodim dengan tirosin.
TEST FUNGSI THYROID
1. TEST ISOTOP RADIOAKTIF
a. Up take 1 – 131
Jika isotop diberikan secara oral atau per enteral maka dalam 24 jam pertama
tidak ditemukan darah oleh karena telah ditangkap oleh kelenjar thyroid atau diekskresi.
Perhitungan uptake yodium oleh thyroid dilakukan setalah 24 jam, dengan pemberian 2
– 50 mikro currie per oral maka up take thyroid berkisar 9 – 35%. Bila kurang dari 8%
maka disebut hypothyroidi dan bila lebih dari 36% disebut hyperthyroidi. Uptake
menurun pada pemberian zat warna yang mengandung yodium seperti IVP, dan
kholesistografi, pada penderita yang mendapat hormon thyroid dan pada keadaan gagal
ginjal yang clearance nya akan menurun. Uptake dapat meningkat pada keadaan
hyperthyroid, defisiensi yodium dan gangguan pada enzym kelenjar thyroid.
b. Thyroid secanning
Dengan I-131 dapat diketahui terjadinya deposit yodium radioaktif. Penimbunan
dapat terjadi di dalam atau di luar kelenjar. Indikasi untuk melakukan thyroid scanning
adalah bila didapat nodul, baik soliter atau multipel dengan gejala klinis minimal,
penderita hyperthyroid dan bila dicurigai keganasan. Dikatakan bahwa nodul
hyperfungsi bila didapatkan lebih banyak radioaktifitas (hot nodul), fungsional atau
warm bila nodul menangkap radioaktifitas sama dengan kelenjar normal dan hipofungsi
(cold nodul) bila kurang menangkap radioaktifitas.
2. PEMERIKSAAN BASAL METABOLISM RATE (BMR)
BMR adalah merupakan efek kalorigenik hormon thyroid dan pemakaian energi
dalam menghasilkan panas, dalam hal ini dilakukan pengukuran pemakaian oksigen
tubuh dalam keadaan basal dibandingkan dengan rata-rata orang normal dan disesuaikan
dengan luas permukaan tubuh, jenis kelamin dan usia. Angka normal adalah – 10.BMR
ini dapat meningkat pada keadaan hyperthyroid, sehabis makan, takut.BMR menurun
pada keadaan hypothyroid, syok, kelaparan, dll.
3. KADAR KOLESTEROL SERUM
Kadarnya akan meninggi pada keadaan hypothyroid yang disebabkan kelainan
thyroid.

9
KLASIFIKASI STRUMA
Struma (goiter) adalah pembesaran kelenjar thyroid tanpa memandang
penyebabnya. Haznam MW, mengklasifikasikan penyebab utama sebagai berikut.
I. Hypertrofi dan hiperplasia yang fungsionil:
A. Struma non toksik, karena kekurangan yodium
1. Simple goiter
2. Struma endemis
3. Colloid struma
B. Struma toksik, terbagi menjadi 2 jenis :
1. Endogenous Hyperthyroidism :
a) Diffuse goiter atau Basedow’s (Grave’s) disease
b) Toxic nodular atau Basedowi form goiter
c) Congenital neonatal hyperthyroidsm
d) Toxic adenoma atau Plummber’s desease
e) Hyperthyroidisme dalam bentuk thyroiditis
f) Hyperthyroidisme dalam bentuk adenoma maligna kelenjar thyroid
g) Hyperthyroidisme yang disebabkan tumor-tumor maligna dari
“appendeges” (struma ovarii)
h) Paraneoplastic hyperthyroism (dystrophic teratomatous thyroid
tissue.
2. Exogenous Hyperthyroidism :
a) Disebabkan oleh karena pemberian Tiroksin atau T3
b) Disebabkan oleh pemberian TSH
c) Disebabkan oleh pemberian yodium
II. Neoplasma :
1. Benigna
2. maligna
III. Inflammatory reactions :
A. Akut : penyebab oleh : Stapfilokokus, Streptokokus
B. Kronis : penyebab : TBC, Syphilis, Hashimoto’s struma, Riedel struma
IV. Anomali-anomali yang kongenital

10
KELAINAN METABOLISME

HYPERTHYROIDISME
Adalah keadaan terdapatnya peningkatan kadar hormon thyroid dalam darah
dengan hilangnya mekanisme kontrol umpan balik normal yang mengontrol sekresi
hormon thyroid, dan dikenal 3 macam bentuk hyperthyroid, yaitu :
1. STRUMA DIFUSA TOXIC (GRAVE’S DISEASE)
Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, diduga sebagai suatu penyakit
autoimun.Long acting Thyroid Stimulator (LATS), dan Thyroid Stimulating
Immunoglobulin (TSI) diduga mempunyai peranan penting karena dapat menimbulkan
hiperlasia thyroid dan meningkatkan uptake yodium.Selain itu factor herediter, sex, dan
gangguan emosional ada pengaruhnya.
Klinis didapatkan trias goiter :hyperthyroidi, exophtalmus dan pretibial
myxedema. Thyroid membesar secara simetris, difuse dan kadang-kadang terdengar
bruit karena vaskularisasi yang meningkat. Gejala lainnya adalah lemah, banyak
berkeringat, gugup, jantung berdebar-debar, cepat lelah, pada laboratorium ditemukan
uptake yodium meningkat (45 – 90), BMR meningkat (+35 sampai +70).

11
2. STRUMA NODOSA TOXIC
Dimulai dengan adanya nodul multipel non toxic pada kelenjar tyroid yang
biasanya sudah berjalan lama, perubahan terjadi dengan sebab yang belum diketahui,
diduga hiperfungsi ini karena somatik unit sel yang fungsinya serta pertumbuhan tak
dipengaruhi TSH.
Secara klinis didapat beberapa nodul yang diraba, sering ditemukan penekanan
pada trachea atau oesofagus, jarang terjadi exophtalmus dan peninggian produksi
hormon thyroid yang tidak begitu tinggi seperti Grave’s disease.
3. ADENOMA TOXIC
Merupakan tumor folikuler dan tidak diketahui sebabnya juga mampu berfungsi
tanpa pengaruh TSH maupun LATS dan preparat oksogen gagal menekan sekresi T3
dan T4.tumbuh lambat, tapi bila tiba-tiba membesar maka kemungkinan terjadi nekrosis
sentral dan terjadi perdarahan. Secara klinis dapat diraba nodul soliter, tak terdengar
bruit, tak didapatkan exophtalmus dan gejala thyrotoksikosis lain, jarang terjadi bila
diameter kurang dari 3 cm.
PENGOBATAN :
1. OBAT-OBATAN ANTI THYROID
Mekanisme kerja obat menghambat peggabungan molekul iodotirosin tetapi
uptake yodium tetap tinggi selama maupun sesudah terapi. Hasil pengobatan akan
tampak sesudah 2 minggu, sedangkan keadaan euthyroid dicapai setelah 6 minggu,
untuk menilai hasil diukur T3 dan T4 atau BMR, sedangkan remisi dicapai setelah 2
tahun.
Obat yang dipakai adalah Prophylthiouracil dosis 100 – 300 mg setiap 8 jam
atau Methymazole 10 – 40 mg setiap 12 jam. Keuntungannya terhindar dari

12
pembedahan tetapi efek lain terjadi blood dyscrasia, remisi dicapai lama dan angka
kesembuhan cukup tinggi.
2. YODIUM RADIOAKTIF
Dengan cara ini merusak sel kelenjar sehingga aktifitas berkurang, cara ini
tampaknya aman, mudah dan efektif terutama pada orang tua yang mempunyai resiko
dioperasi.
Dosis 7 – 9 mikrocurrie untuk difuse toxic goitre dan 12 – 15 mirocurrie untuk toxic
noduler, keuntungannya terhindar dari prosedur operasi sehingga tidak terjadi
komplikasi pembedahan, kerugiannya sering terjadi mixedema yang permanen dan
resiko radiasi berupa leukemia dan karsinoma.
3. PEMBEDAHAN
Dilakukan thyroidektomy subtotal dimana jaringan thyroid disisakan sebanyak 3
– 6 gr. Cara ini dianggap cukup memadai selain menghilangkan gejala hyperthyroid
juga menghilangkan goiter, biasanya dilakukan pada multinoduler goiter besar dengan
uptake yodium yang rendah. Insidensi dari komplikasi permanen adalah paralysis N.
Laryngeus Reccurent (0-3%), kerusakan kelenjar prathroid (1-3%), komplikasi
hypothyroid (10-30%) dan terjadi hyperthyroid recurrent (2-12%).

HIPOTHYRODISME

Suatu keadaan kadar hormon thyroid dalam plasma yang menurun yang dapat
disebabkan oleh aplasia kelenjar thyroid, thyroiditis, adenoma dan non functional
goitre.Keadaan ini dapat juga terjadi karena hypopituitarism, post thyroidectomy dan
setelah dilakukan terapi dengan radiasi yodium radioaktif.Pada nenonatus dapat terjadi
cretinisme, gejala tidak segera tampak oleh karena adanya pasase dari plasenta, gejal
yang timbul biasanya retardasi mental, pertumbuhan terhambat dan penampilan seperti
13
mongolism.Pada dewasa hypothyroidi spontan jarang terjadi, biasanya terjadi post
operatif atau radiasi.Gejalanya cepat lelah, aktifitas lambat, gangguan intelektual, kulit
menebal dan kering serta lidah membesar sehingga suara parau, dapat pula terjadi
gangguan kardiovaskuler. Pemeriksaan laboratorium : BMR menurun, uptake yodium
menurun, kadar T3 dan T4 menurun serta kadar kolesterol meninggi.
Terapi dengan pemberian ekstrak thyroid 15 – 30 mg/hari dinaikkan dengan internal 2
minggu sampai tercapai euthyroid dan dilanjutkan dosi maintenance 60-120 mg/hari.

NEOPLASMA
Lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria dan jarang ditemukan pada
anak-anak.Karsioma thyroid sering terjadi pada jenis goiter non toxic yang uni noduler
dan jarang pada goiter diffus maupun goiter noduler toxic serta 73% penderita
ditemukan riwayat radiasi pada leher.

Berdasarkan gambaran histopatologi Ackerman membuat klasifikasi yang dapat


dipakai membantu menentukan terapi dan prognosa. Klasifikasi tersebut sebagai berikut
:
1. Benigna : Adenomia :
- Folikuler
- Oksifil (Hurtle cell)
- Atypical
2. Maligna :
a. Karsinoma yang berdiferensiasi baik :
- Papilifer
- Folikuler

14
- Campuran papilifer dan folikuler
- Oksifil
b. Karsinoma yang berdiferensiasi buruk :
- Small cell
- Spindle cell dan giant cell
c. Karsinoma medullare
d. Lain-lain :
- Squamous cell ca
- Limfoma maligna
- Plasmositoma
- Sarkoma
ADENOMA
Merupakan tumor thyroid yang paling sering, klinis berupa nodul berkapsul
dengan batas tegas dan dapat mencapai ukuran yang besar sehingga menekan struktur
jaringan di sekitarnya, dan berasal dari epitel folikel dan mempunyai kapsul dari
jaringan ikat.Adenoma type papiller walaupun memberikan gambaran histology jinak
tidak digolongkan ke dalam yang jinak karena mempunyai potensi kearah ganas.

15
16
KARSINOMA PAPILIFER
Merupakan karsinoma yang paling sering ditemukan (50% - 70%) dan
kebanyakan(60-70%) sudah disertai pembesaran KGB pada waktu pertamakali
pemeriksaan diri. Tumor ini jarang mengadakan metastase dengan cara hematogen,
walaupun demikian 10% kasus mengadakan metastase jauh. Penyinaran di daerah leher
dan kepala pada masa kecil merupakan factor predisposisi untuk terjadinya kanker
ini.Secara klinis berupa nodul kecil. Tumor yang besar akan memberikan gambaran
degenerasi kistik sehingga tumor kistik tidak selalu jinak, adanya Psamoma bodies
merupakan tanda khas berupa bulatan berkalsifikasi dalam tangkai karsinoma papilifer.

KARSINOMA FOLIKULER
Meliputi sekitar 25% keganasan thyroid dan terutama terdapat pada wanita
setengah baya. Dikenal 2 sub type :
1. Type mikroangioinvasif
Secara klinis menyerupai adenoma yaitu ditemukan kapsul yang jelas, untuk
membedakannya dari yang jinak dengan ditemukannya invasi pada kapsulnya atau
invasi ke dalam sinusoid vena dan hal ini terlihat secara mikroskopis.
2. Type Angioinvasif
Secara makroskopis tampak sebagai masa tunggal yang besar berwarna putih keabuan
atau kadang-kadang menampakkan invasi yang menembus kapsul atau sinusoid tetapi
17
sering juga vena besar yang memungkinkan sudah bermetastase ke tulang, paru-paru
dan otak.

K A R S INO MA
F OL IK UL E R

F OL IK UL E R
AD E NO MA

KARSINOMA OKSIFIL
Merupakan 5 – 10 % dari keganasan thyroid, ternyata merupakan transformasi
dari karsinoma folikuler.
SMALL CELL CARSINOMA
Sangat jarang ditemukan, sering dikacaukan dengan Lymfoma Maligna,
mikroskopis ditemukan Pleomorfisme pada inti dan motosis yang banyak.
SPINDLE CELL CARSINOMA
Suatu bentuk anaplastik yang dapat menyerupai yang lain misalnya sarkoma
atau giant cell tumor pada tulang, bentuk ini sering didahului oleh Karsinoma folikuler
dan papilifer.
KARSINOMA MEDULARE
Meliputi 5 – 10 % dari karsinoma thyroid, terutama mengenai usia diatas 40 th,
bisa ditemukan pada beberapa anggota keluarga dalam usia yang lebih muda, bahkan
pada anak-anak dan biasanya disertai dengan kelainan endoktrin lainnya, tumor ini
berasal dari sel parafolikulare atau sel C yang memproduksi zat thyrokalsitonim
sehingga dapat diperiksa secara imunoassay.
18
K A R S INOMA ME DUL AR E

KARSINOMA ANAPLASTIK
Karsinoma anaplastik lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan yang
berdiferensiasi baik (20%), tumor ini sangat ganas dan terdapat terutama pada usia tua
dan lebih banyak pada wanita.
Kebanyakan tumor ini terjadi pada struma yang lama dan kemudian membesar
dengan cepat, dapat disertai dengan rasa nyeri dan referred pain ke daerah telingan dan
suara serak.Terdapat bukti bahwa tumor ganas ini berasal dari karsinoma yang
berdiferensiasi baik yaitu karsinoma papilifer dan folikular, dan biasanya penderita
datang sudah menunjukkan adanya invasi ke jaringan sekitarnya seperti larynx, pharynx
dan oesofagus sehingga buruk prognosanya.
METASTASE TUMOR
Sering ditemukan metastase tumor limfogen dan KGB supraclavicula dan
kadang-kadang ke KGB submandibular, dapat juga ke KGB retropharyngeal,
retrosternal tetapi paling sering terkena adalah KGB pretracheal dan paratracheal.
Organ yang sering terkena metastase jauh adalah paru-paru, hati, ginjal dan otak.Tulang
yang sering terkena adalah pelvis, vertebrae, sternum, tengkorak dan humerus, bagian
tulang yang terkena umumnya yang kaya vaskularisasi yaitu bagian spongiosa.

19
KLINIS
Umumnya tumor thyroid tumbuh lambat bahkan sampai beberapa dekade.Tanda
pertama dapat teraba suatu nodul pada kelenjar thyroid, dan pembesaran dapat
menyebabkan gejala penekanan berupa disfagia, rasa tercekik, suara parau bahkan
sampai hemoptosi.Pemeriksaan rontgen berguna untuk melihat adanya penekanan
terhadap trachea dan oesefagus, pada scanning biasanya didapatkan penangkapan
yodium yang berkurang.Secara umum dapat dikatakan makin buruk diferensiasi
keganasan maka penangkapan yodium makin berkurang sehingga gambaran cold
nodule sering dijumpai.

TINDAKAN PEMBEDAHAN PADA KELENJAR THYROID


Secara garis besar ada 4 jenis operasi terhadap kelenjar thyroid yaitu : enukleasi,
Thyroidectomy total, Thyroidectomy subtotal, Lobectomy.

20
Operasi enukleasi tidak dianjurkan bahkan ada yang menyatakan tidak
diperbolehkan karena bila hasil PAnya ganas maka sudah pasti akan terjadi
penyebaran, dan tindakan ini tidak dapat diperbaiki lagi. Pada karsinoma jenis Papiler,
terutama yang jenis minimal dengan diamter 1 cm dan tidak disertai invasi pada kapsel
ada yang menganjurkan untuk melakukan lobectomy pada sisi yang sakit, isthmectomy
dan thyroidectomy subtotal pada sebuah lainnya bila tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening. Pada kasus yang terdapat pembesaran KGB maka kelenjar tersebut perlu
diperiksa secara histopatologi, kalau perlu dengan sediaan beku, sehingga untuk
selanjutnya bisa dilakukan Radical Neck Dissection Terapeutik dan Thyroidectomy
total.Thyroidectomy totalis dilakukan pada neoplasma maligna jenis yang lainnya
karena sebagian besar bersifat multi sentrik. Pada struma toksik dimana tidak ada tanda-
tanda keganasan cukup dilakukan Thyroidectomy subtotal kanan dan kiri setelah
kondisi dibuat euthyroid dengan obat-obatan. Isthmolobectomy adalah terapi yang
terbaik pada jenis yang jinak yang berbentuk nodul pada satu lobus dan merupakan
sekaligus biopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Isthmus ikut diambil karena
jika lesi tersebut berupa tumor maligna maka isthmus merupakan tempat penyebaran
tumor tersebut kesisi lobus yang sebelahnya dan di samping itu pula jika terdapat
pembesaran kelenjar sebagai kompensasi sesudahnya tidak akan tampak di tengah.
21
TERAPI HORMONAL
Pemberian hormon thyroid pada tumor ganas thyroid bertujuan selain sebagai
subtitusi pada thyroidectomy totalis juga sebagai terapi supresif dimana hormon
tersebut akan menyebabkan produksi TSH menurun, di mana TSH tersebut sebenarnya
bekerja merangsang pertumbuhan tumor ganas thyroid yang hormonal dependent. Dosis
terapi supresif biasanya lebih tinggi dari substitusi.

KELENJAR PARATHYROID
Kelenjar ini menghasilkan hormon parathyroid dan kalsitoinim yang berperan
dalam metabolisma kalsium dan fosfor. Sekresi kelenjar diatur oleh kadar kalsium
dalam tubulus ginjal, penurunan kadar parathormon dan kalsitonim plasma akan
menyebabkan meningginya reabsorbsi kalsium dari tulang dan tubulus ginjal sehingga
terjadi peningkatan kalsium plasma.

22
FISIOLOGI

23
HYPOPARATHYROIDISME
Keadaan defisiensi kelenjar parathyroid yang paling sering terjadi sebagai
komplikasi pembedahan, gejala klinis yang timbul disebabkan menurunnya kadar
kalsium dalam plasma dapat berupa kejang, parestesia, hipestesia, aritmia jantung dan
mungkin kelumpuhan otot. Yang khas adalah spasme carpopedal, ditemukan densitas
tulang yang bertambah.

Tanda Chvostek dan Trousseau


24
HYPERPARATHYROIDISME
Suatu keadaan dimana produksi parathormon meninggi primer apabila sekresi
bertambah sedangkan sekunder bila produksi meningkat karena
kebutuhan.Hyperparathyroid primer disebabkan suatu adenoma parathyroid yang dapat
menimbulkan keadaan Osteitis Fibrosa Kistika.Pada rontgen tampak gambaran tulang
yang menipis disertai dengan pembentukan kista yang multipel, dan sering terjadi
fraktur patalogis, yang biasanya terjadi pada tulang pinggan, pelvis dan tulang
tengkorak. Pada saluran kemih sering terdapat batu akibat tingginya kadar kalsium
plasma.
Hyperparathyroid sekunder terjadi karena hiperplasia dan hipertropi kelenjar
parathyroid karena penyakit ginjal, multipel myeloma, metastase karsinoma ke tulang,
Paget’s disease dan osteogenesis imperfecta.

25
NEOPLASMA
Sangat jarang terjadi, bila terjadi biasanya suatu karsinoma, sekitar 1,5-5% dari
seluruh tumor parathyroid dan lebih banyak dijumpai pada wanita muda, banyak kasus
yang disangka suatu karsinoma ternyata sebaliknya. Criteria yang dapat diterima untuk
suatu keganasan adalah adanya rekurensi tumor setelah pengangkatan, metastase jauh
atauh invasi struktur yang berdekatan, metastase yang berdekatan, metastase bisa ke
paru-paru, hati, tulang.

26
KEY POINTS
1. Terdapat pergeseran paradigma tindakan bedah pada penyakit Grave dengan
peningkatan tindakan total / near-total tiroidektomi, dibandingkan dengan
subtotal tiroidektomi.
2. Total tiroidektomi merupakan tindakan bedah terpilih pada kebanyakan kanker
tiroidm, dengan komplikasi yang rendah.
3. Penggunaan PET Scan dan USG untuk skrining meningkatkan insidensi thyroid
incidentalomas.
4. Focused mini-incision parathyroidectomy, setelah diketahui dengan pasti
lokasinya menjadi prosedur terpilih untuk penanganan hiperparatiroidisme
primer.
5. Paratiroidektomi dapat memperbaiki gejala dan komplikasi metabolik dari
hiperparatiroidisme primer.
6. Kadar kalsium dan hormon paratiroid yang tinggi  curiga terjadinya
karsinoma paratiroid.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Lukitto P : Penatalaksanaan Tumor Ganas Thyroid, Bagian Ilmu Bedah


FKUP/RSHS, Bandung. 1992.
2. Acosta, Jose. dkk. Chapter 36 – Thyroid & Chapter 37 – The Parathyroid Gland.
Dalam Sabiston D.C, Text Book of Surgery, 18th ed, W.B. Saunders, Philadelphia,
2008.
3. Regato J.A, del Regato’s .Cancer Diagnosis Treatment and Prognosis, 6 th ed, The
C V Mosby Co, Toronto, 1985, pp 425 – 443
4. Brunicardi, F. Charles. dkk.Chapter 38 – Thyroid, Parathyroid, and Adrenal. Dalam
Scwartz’s Principles of Surgery, 9th ed, International Edition, Mc Graw Hill
International Book.2010.
5. Sadler, T.W. dkk. Chapter 16 – Head & Neck. Dalam Langman’s Medical
Embryology 10th edition by Vishal. Maryland Composition Co. Inc. 2009.
6. Kumar V, Cotran RS, Robbins. The Endocrine System : Thyroid & Parathyroid.
Dalam ROBBINS BASIC PATHOLOGY, 7ed, Elsevier. 2007.

28

Anda mungkin juga menyukai