Anda di halaman 1dari 42

Laporan Kasus

Ischialgia

Oleh:
Sanjaya Halim S. Ked
NIM.1830912310091

Pembimbing:
dr. H. Lily Runtuwene, Sp.S

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
NOVEMBER, 2019
DAFTAR ISI

1. HALAMAN JUDUL …………………………………………………… 1

2. DAFTAR ISI……………………………………………………………. 2

3. BAB I: PENDAHULUAN……………………………………………… 3

4. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA………………………………………. 5

5. BAB III: DATA PASIEN………………………………………………. 31

6. BAB IV: PEMBAHASA……………………………………………….. 52

7. BAB V: PENUTUP…………………………………………………….. 54

8. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 56

2
BAB I

PENDAHULUAN

Perubahan masa dan perubahan zaman yang cepat, menuntut orang untuk

bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hiupnya. Tuntunan itu dapat

menimbulkan beberapa sikap tubuh tidak disadari oleh penderitaannya,

terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan sehari-hari dan bekerja. Nyeri

pinggang juga dapat menurunkan produktivitas manusia.

Daerah punggung bawah bagian lumbal di syarafi oleh Nervus Ischiadicus

yang merupakan syaraf perifer paling besar yang terdiri dari serabut-serabut

saraf Spinal L4 - S3. Nervus Ischiadicus jika terjadi penekanan oleh neoplasma

atau osteofit di Spina Ischiadicus akan menimbulkan nyeri yang terasa

menjalar di sepanjang perjalanan. Nervus Ischiadicus yang disebut nyeri

Ischialgia (Priguna, 1988). Penyakit Ischialgia akibat Spondiloarthritis maka

penyebab timbulnya kelainan adalah proses degenerasi yang erat hubungannya

dengan adanya trauma atau proses ketuaan. Proses degeneratif ini dimulai dari

Discus Intervertebralis yaitu timbulnya proses dehidrasi dan berkurangnya

kekenyalan Nucleus pulposus disertai degenerasi Fibriler dan Annulus fibrosu

kehilangan elastisitasnya.

Akibat proses ini pada korpus vertebralis di bagian tulang khondral yang

menghadap kearah nucleus pulposus mengeras dan melebar, berbentuk osteofit

di ujung-ujung tulang. Sehingga merangsang ligamentum dan jaringan

3
Myofascia yang sangat peka terhadap rangsangan sehingga timbul rasa nyeri di

daerah tersebut ( TITAFI, 1988).

Penekanan rasa nyeri syaraf Ischiadicus biasanya timbul rasa nyeri

sepanjang perjalanan sarafnya, adanya spasme pada otot pinggang, adanya

keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada trunk, adanya kelemahan otot

yang disyarafi.

Kasus ini dapat ditemui pada pasien rawat inap di RSUD Ulin

Banjarmasin, sehingga penulis tertarik untuk melaporkan satu kasus Ischialgia

pada seorang pasien perempuan berusia 54 tahun yang dirawat inap di RSUD

Ulin Banjarmasin pada bulan Agustus 2019.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ischialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang tungkai. Ditinjau dari

arti katanya, maka ischialgia adalah nyeri yang terasa sepanjang N.ischiadicus.

Jadi ischialgia didefinisakan sebagai nyeri yang terasa sepanjang nervus

ischiadivus dan lanjutannya sepanjang tungkai.

Nyeri daerah pinggang pada dasarnya dapat berupa:

1. Nyeri radikuler (sering)

2. Nyeri alih (referet pain)

3. Nyeri tidak menjalar

Penderita dengan nyeri radikuler memperlihatkan low back pain serta

nyeri radikuler sepanjang nervus ischiadicus.

2.2 Etiologi

Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain:

kontraksi/ radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang

atau adanya keadaan yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP).

Untuk mengetahui penyebab pasti perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara

seksama oleh dokter, jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan radiologi/

Rontgen pada tulang belakang.

Ischialgia timbul karena terangsangnya serabut-serabut sensorik dimana

5
nervus ischiadicus berasal yaitu radiks posterior L4, L5, S1, S2, S3.

Penyebab ischialgia dapat dibagi dalam :

1. Ischialgia diskogenik, biasanya terjadi pada penderita hernia nukleus

pulposus (HNP)

2. Ischialgia mekanik

─ Spondiloarthrosis defermans

─ Spondilolistetik

─ Tumor cauda

─ Metastasis carsinoma di corpus vertebrae lumbosakral

─ Fraktur corpus lumbosakral

─ Fraktur pelvis, radang atau neoplasma pada alat- alat dalam

rongga panggul sehingga menimbulkan tekanan pada pleksus

lumbosakralis.

3. Ischailgia non mekanik (medik)

─ Radikulitis tuberkulosa

─ Radikulitas luetika

─ Adhesi dalam ruang subarachnoidal

─ Penyuntikan obat-obatan dalam nervus ischiadicus

─ Neuropati rematik, diabetik dan neuropati lainnya

2.3 Patofisiologi

Vertebrae manusia terdiri dari cervikal, thorakal, lumbal, sakral, dan

6
koksigis. Bagian vertebre yang membentuk punggung bagian bawah adalah

lumbal 1-5 denagn discus intervertebralis dan pleksus lumbalis serta pleksus

sakralis. Pleksus lumbalis keluar dari lumbal 1-4 yang terdiri dari nervus

iliohipogastrika, nervus ilioinguinalis, nervus femoralis, nervus

genitofemoralis, dan nervus obturatorius. Selanjutnya pleksus sakralis keluar

dari lumbal4-sakral4 yang terdiri dari nervus gluteus superior, nervus gluteus

inferior, nervus ischiadicus, nervus kutaneus femoris superior, nervus

pudendus, dan ramus muskularis.

Nervus ischiadicus adalah berkas saraf yang meninggalkan pleksus

lumbosakralis dan menuju foramen infrapiriformis dan keluar pada permukaan

tungkai di pertengahan lipatan pantat. Pada apeks spasium poplitea nervus

ischiadicus bercabang menjadi dua yaitu nervus perineus komunis dan nervus

tibialis.

Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang

berasal dari radiks posterior lumbal 4 sampai sakral 3, dan ini dapat terjadi

pada setiap bagian nervus ischiadicus sebelum sampai pada permukaan

belakang tungkai

7
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang

terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus

ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan

menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang

bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan

dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang

selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.

Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan

terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan

lesi primer pada sistem saraf.

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2

kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus

8
saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri

inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan

peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua,

penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan

biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya.

Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka

terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan

Laseque.

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala yang sering ditimbulkan akibat Ischialgia adalah:

1. Nyeri punggung bawah

2. Nyeri daerah bokong

3. Rasa kaku/ terik pada punggung bawah

4. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum, yang di rasakan daerah

bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung

bagian saraf mana yang terjepit.

5. Rasa nyeri sering di timbulkan setelah melakukan aktifitas yang

berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri

dan berjalan.

6. Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat.

7. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan

anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya

9
otot-otot tungkai bawah tersebut.

8. Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal.

9. Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks

tendon patella (KPR) dan Achilles (APR).

10. Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi,

miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis

yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi

permanen.

11. Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat

2.5 Diagnosis

Anamnesis :

1. Lokasi nyeri, sudah berapa lama, mula nyeri, jenis nyeri (menyayat,

menekan, dll), penjalaran nyeri, intensitas nyeri, pinggang terfiksir, faktor

pencetus, dan faktor yang memperberat rasa nyeri

2. Kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan didalam subarachnoid

seperti batuk, bersin dan mengedan memprivakasi terasanya ischialgia

diskogenik

3. Faktor trauma hampir selalu ditemukan kecuali pada proses neoplasma

atau infeksi

4. Sciatica atau ischialgia biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Yang bisa

menyebabkan rasa seperti ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti

ditembak. Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari,

10
menaiki tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang

diringankan dengan menekuk punggung atau duduk.

Pemeriksaan fisik :

1.Inspeksi

Perhatikan keadan tulang belakang, misalnya skoliosis, hiperlordosis atau

lordosis lumbal yang mendatar

2. Palpasi

Nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot di samping tulang

belakang

3. Perkusi

Rasa nyeri bila prosesus diketok

4. Reflek

-KPR ↓ dan atau APR ↓ Laseque, patrick, antipatrick, naffziger

Pemeriksaan penunjang :

1. Foto rontgen lumbosakral

2. Elektroneuromiografi (ENMG)

3. Myelografi

4. CT scan

5. MRI

11
2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit ischialgia yaitu sebagai berikut :

1. Obat – obatan : analgetik, NSAID, muscle relaxan, dsb.

2. Program Rehabilitasi Medik.

3. Operasi pada kasus yang berat/ sangat mengganggu aktifitas dimana

dengan obat – obatan dan program rehabilitasi medik tidak membantu.

Program rehabilitasi medik bagi penderita adalah:

1. Terapi Fisik: Diatermi, Elektroterapi, Traksi lumbal, Terapi manipulasi,

Exercise, dsb.

2. Terapi Okupasi: Mengajarkan proper body mechanic, dsb.

3. Ortotik Prostetik: Pemberian korset lumbal, alat bantu jalan, dsb.

4. Advis :

 Hindari banyak membungkukkan badan.

 Hindari sering mengangkat barang-barang berat.

 Segera istirahat jika telah merasakan nyeri saat berdiri atau berjalan.

 Saat duduk lama diusahakan kaki disila bergantian kanan dan kiri atau

menggunakan kursi kecil untuk menumpu kedua kaki.

 Saat menyapu atau mengepel lantai pergunakan gagang sapu atau pel yang

panjang, sehingga saat menyapu atau mengepel punggung tidak membungkuk.

 Jika hendak mengambil barang dilantai, usahakan punggung tetap lurus, tapi

tekuk kedua lutut untuk menggapai barang tersebut.

 Lakukan Back Exercise secara rutin, untuk memperkuat otot-otot punggung

sehingga mampu menyanggah tulang belakang secara baik dan maksimal.

12
BAB III

DATA PASIEN

I. DATA PRIBADI

Nama : Ny. N

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 23 Tahun

Bangsa : Indonesia

Suku : Banjarmasin

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Menikah

Alamat : Jalan Kelayan B, no. 12, Banjarmasin

MRS : 24 Oktober 2019

No. RMK : 1 44 29 32

II. ANAMNESIS

Sumber : Anamnesis dengan pasien dan suami pasien

Keluhan Utama : Kelemahan pada kaki sebelah kanan

Perjalanan Penyakit :

Pasien datang ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin pada pukul 18.17 pada

hari kamis, 25 Oktober 2019 dengan keluhan kelemahan pada kaki kanan.

Keluhan dirasakan sejak hari jumat, 18 Oktober 2019. Keluhan muncul secara

tiba tiba. Awalnya pasien mengeluhkan nyeri pada bagian pantat sebelah

13
kanan, dan jika kaki diangkat maka pasien merasakan penjalaran nyeri hingga

ke bagian kaki. Menurut pengakuan pasien, skala nyerinya 8, terasa sangat

sakit hingga kaki pasien terasa kaku tidak bisa digerakan karena terbatas nyeri.

Menurut pengakuan pasien, sebelumnya pasien baru saja melahirkan pada

tanggal 10 oktober 2019 di RSUD Ansari Saleh Banjarmasin, pasien

melahirkan secara spontan. Setelah melahirkan, pasien rajin memeriksakan

kesehatannya dan bayinya ke puskesmas. Pada hari rabu, 16 oktober 2019,

bidan yang dari puskesmas datang ke rumah pasien, oleh bidan tersebut pasien

diberikan suntikan yang tidak pasien ketahui jenis obat apa dan bagaimana

manfaat obat tersebut. Bidan hanya memberikan penjelasan bahwa obat

tersebut akan membantu pemulihan pasien pasca melahirkan. Setelah itu pasien

masih dapat beraktifitas normal hingga keesokan harinya, pada hari kamis 17

oktober 2019, pasien mulai merasakan nyeri di tulang ekor yang menjalar

hingga ke telapak kaki, terutama pada bagian kaki kanan. Nyeri dirasakan

pasien seperti ditusuk tusuk. Saat itu pasien masih bisa duduk dan menyusui

anaknya. keesokan harinya pada hari jumat 18 oktober 2019 keluhan nyeri

dirasakan semakin memberat yang diikuti kedua tungkai kanan dan kiri lemah,

dan sangat nyeri. Pasien hanya bisa berbaring di kasur dan tidak dapat

melakukan aktivitas seperti biasanya. Pasien juga mengeluhkan sudah tidak

BAB sejak 7 hari, dan pasien menduga karena makan pasien sedikit. Saat ini

pasien masih merasa kesakitan saat kaki pasien akan diangkat.

14
Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien mengaku tidak pernah terjatuh, riwayat HT disangkal, riwayat DM

disangkal, riwayat kolestrol tinggi sejak 5 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Keluarga pasien menyatakan tidak memiliki riwayat keluhan yang sama.

riwayat hipertensi (+) ayah pasien, diabetes mellitus (+) ibu pasien, dan stroke

dalam keluarga disangkal.

Kebiasaan : Pasien sehari hari sebagai ibu rumah tangga dan sekali sekali

mengangkat barang-barang.

III. STATUS INTERNA ( 5 agustus 2019)

Keadaan Umum : Keadaan sakit : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Tensi : 90/70 mmHg
Nadi : 105 Kali/Menit, Reguler, Kuat angkat
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 37,4 ºC
SpO2 : 98% tanpa supplementasi O2
VAS :8
Kepala/Leher :

- Mata : Kongjungtiva anemis (-/-) , sklera ikterik (-/-),

pupil bulat-isokor ukuran 3mm. RCL(+/+), RCTL (+/+)

- Mulut : Mukosa bibir cukup lembab, tidak ada deviasi lidah

- Leher : KGB tidak membesar

Thoraks

15
- Pulmo : Bentuk dan pergerakan simetris, wheezing (-/-), Rh (-/-)

- Cor : S1 - S2 tunggal, murmur (-)

Abdomen : Tampak datar, hepar, lien dan massa tidak teraba,

perkusi timpani seluruh lapang abdomen, bising usus

normal

Ekstremitas : Tidak ada atropi kanan kiri, edema (-/-),

lateralisasi anggota gerak tidak ditemukan

IV. STATUS PSIKIATRI

Emosi dan Afek : Sesuai

Proses Berfikir : Tidak Terganggu

Kecerdasan : Sesuai tingkat pendidikan

Penyerapan : Baik

Kemauan : Baik

Psikomotor : Normoaktif

V. STATUS NEUROLOGIS

A. Kesan Umum:

Kesadaran : Composmentis, E4 V5 M6

Pembicaraan : Disartria : tidak ada

Monoton : tidak ada

Scanning : dalam batas normal

Afasia : Motorik : tidak ada

Sensorik : tidak ada

Anomik : tidak ada

16
Kepala:

Besar : normal

Asimetri : tidak ada

Tortikolis : tidak ada

Wajah:

Mask/topeng : tidak ada

Miophatik : tidak ada

Fullmoon : tidak ada

B. Pemeriksaan Khusus

1. Rangsangan Selaput Otak dan Tes Provokasi

Kaku Kuduk : (-)

Kernig : sde

Laseque : (+)/(+)

Bruzinski I : (-)/(-)

Bruzinski II : sde

Bruzinski III : (-)/(-)

Bruzinski IV : (-)/(-)

Bragard : (+)/(+)

Sicard : (+)/(+)

17
2. Saraf Otak

Kanan Kiri

N. Olfaktorius (-) (-)

Hyposmia (-) (-)

Parosmia (-) (-)

Halusinasi (-) (-)

N. Optikus

Visus (dalam batas normal) (dalam batas normal)

Kanan Kiri

Funduskopi (tdl) (tdl)

N. Occulomotorius, N. Trochlearis, N. Abducens

Kedudukan bola mata : Tengah Tengah

Pergerakan bola mata ke

Nasal : dalam batas normal dalam batas normal

Temporal : dalam batas normal dalam batas normal

Atas : dalam batas normal dalam batas normal

Bawah : dalam batas normal dalam batas normal

Lateral bawah : dalam batas normal dalam batas normal

Eksopthalmus : Tidak ada Tidak ada

18
Celah mata (Ptosis) : Tidak ada Tidak ada

Pupil

Bentuk : Bulat Bulat

Lebar : 3 mm 3 mm

Perbedaan lebar : Isokor Isokor

Reaksi cahaya langsung : (+) (+)

Reaksi cahaya konsensuil : (+) (+)

N. Trigeminus

Cabang Motorik

Otot Maseter : (+) (+)

Otot Temporal : (+) (+)

Otot Pterygoideus Int/Ext: (+) (+)

Kanan Kiri

Cabang Sensorik

I. N. Oftalmicus : Normal Normal

II. N. Maxillaris : Normal Normal

III. N. Mandibularis : Normal Normal

Refleks kornea : + +

N. Facialis

Waktu Diam

Kerutan dahi : Simetris

19
Tinggi alis : Simetris

Sudut mata : Simetris

Lipatan nasolabial : Simetris

Waktu Gerak

Mengerutkan dahi : Sama Tinggi

Menutup mata : Normal simetris

Bersiul : Normal

Memperlihatkan gigi : Simetris

Pengecapan 2/3 depan lidah : Normal

Sekresi air mata : Normal

N. Vestibulocochlearis

Vestibuler

Pendengaran : ada

Vertigo : (tidak ada)

Nystagmus : (tidak ada)

Tinitus aureum : (tidak ada)/(tidak ada)

Tes Scwabach : tidak dilakukan

Tes Rinne : tidak dilakukan

Tes Weber : tidak dilakukan

N. Glossopharyngeus dan N. Vagus

Bagian Motorik:

Suara : dalam batas normal

20
Menelan : dalam batas normal

Kedudukan arcus pharynx : dalam batas normal

Kedudukan uvula : dalam batas normal

Pergerakan arcus pharynx : dalam batas normal

Bagian Sensorik:

Pengecapan 1/3 belakakang lidah : dalam batas normal

Refleks muntah :+

N. Accesorius

Kanan Kiri

Mc engangkat bahu : dalam batas normal dalam batas

normal

Memalingkan kepala : dalam batas normal dalam batas normal

N. Hypoglossus

Kedudukan lidah waktu istirahat : tidak ada deviasi

Kedudukan lidah waktu bergerak : tidak ada deviasi

Atrofi : tidak ada

Kekuatan lidah menekan : tidak ada deviasi

Fasikulasi/Tremor pipi (kanan/kiri) : (tidak ada)/(tidak ada)

3. Sistem Motorik

Kekuatan Otot
+5 +5
- Kekuatan motorik ekstremitas :
3 3
- Tubuh :

Otot perut : cukup kuat

21
Otot pinggang : cukup kuat

Kedudukan diafragma : Gerak : Normal

Istirahat : Normal

- Lengan (Kanan/Kiri)

M. Deltoid : dalam batas normal / dalam batas normal

M. Biceps : dalam batas normal / dalam batas normal

M. Triceps : dalam batas normal / dalam batas normal

Fleksi sendi pergelangan tangan : dalam batas normal / dalam batas normal

Ekstensi sendi pergelangan tangan : dalam batas normal / dalam batas normal

Membuka jari-jari tangan : dalam batas normal / dalam batas normal

Menutup jari-jari tangan : dalam batas normal / dalam batas normal

- Tungkai (Kanan/Kiri)

Fleksi artikulasio coxae : sde / sde

Ekstensi artikulatio coxae : sde / sde

Fleksi sendi lutut : +/+

Ekstensi sendi lutut :+/+

Fleksi plantar kaki :+/+

Ekstensi dorsal kaki :+/+

Gerakan jari-jari kaki : +/ +

Besar Otot :

Atrofi : (-) / (-)

Pseudohypertrofi : tidak ada

Respon terhadap perkusi : Normal

22
Palpasi Otot :

Nyeri : Tidak ada

Kontraktur : Tidak ada

Konsistensi : Normal

Tonus Otot :

Lengan Tungkai

Kanan Kiri Kanan Kiri

Hipotoni - - - -

Spastik - - + +

Rigid - - - -

Rebound - - - -

Gerakan Involunter

Tremor : Waktu Istirahat : -/ -

Waktu bergerak :+/+

Chorea :-/-

Athetose :-/-

Balismus :-/-

Torsion spasme : - / -

Fasikulasi :-/-

Myokimia :-/-

Koordinasi :

Telunjuk kanan – kiri : dalam batas normal / dalam batas normal

Telunjuk-hidung : dalam batas normal / dalam batas normal

23
Gait dan station : dalam batas normal / dalam batas normal

3. Sistem Sensorik

Rasa Eksteroseptik

Rasa nyeri superfisial : tidak ada

Rasa suhu : dalam batas normal

Rasa raba ringan : dalam batas normal

Rasa Proprioseptik

Rasa getar : dalam batas normal

Rasa tekan : dalam batas normal

Rasa nyeri tekan : dalam batas normal

Rasa gerak posisi : dalam batas normal

Rasa Enteroseptik

Refered pain : tidak ada

Rasa Kombinasi

Streognosis : tidak ada

Barognosis : tidak ada

Grapestesia : tidak ada

Two point tactil discrimination : tidak ada

Sensory extimination : tidak ada

Loose of Body Image : tidak ada

Fungsi luhur

Apraxia : tidak ada

24
Alexia : tidak ada

Agraphia : tidak ada

Fingerognosis : dalam batas normal

Membedakan kanan-kiri : dalam batas normal

Acalculia : tidak ada

4. Refleks-refleks

Refleks Tendon/Periosteum (Kanan/Kiri):

Refleks Biceps : (+2/2)

Refleks Triceps : (+1/+1)

Refleks Patella : (+1/+1)

Refleks Achilles : (+1/+1)

Refleks Patologis :

Tungkai

Babinski :-/- Chaddock :-/-

Oppenheim :-/- Rossolimo :-/-

Gordon :-/- Schaeffer :-/-

Lengan

Hoffmann-Tromner : -/-

5. Susunan Saraf Otonom

Miksi : Normal

Defekasi : susah BAB

25
Sekresi keringat : Normal

Salivasi : Normal

6. Columna Vertebralis

Kelainan Lokal

Skoliosis : Tidak ada

Khyposis : ada

Khyposkloliosis : Tidak ada

Gibbus : Tidak ada

Gerakan Tubuh Torakolumbal Vertebra

Fleksi : bisa

Ekstensi : bisa

Lateral deviation : sulit dievaluasi

Rotasi : sulit dievaluasi

Hasil Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium (25 Juni 2019)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

JENIS
HASIL Nilai Rujukan
PEMERIKSAAN

Hemoglobin 12,5 g/dl 14 – 18 g/dl

Leukosit 12900 /ul 4000 – 10.500 /ul

Eritrosit 5.180.000 /ul 4.100.000 – 6.000.000

26
/ul

Hematokrit 40,3 % 42 – 52 %

Trombosit 553.000 /ul 150.000 – 450.000 /ul

RDW – CV 22.4 % 12.1 – 14 %

MCV 77.8 fl 75 – 96 fl

MCH 24.1 pg 28 – 32 pg

MCHC 31 % 33 – 37 %

Basofil% 0,2 % 0,0-1,0 %

Eosinofil% 1,2 % 1,0-3,0 %

Gran% 83,2 % 2,0-8,0 %

Limfosit% 10,7% 20-40 %

Monosit% 4,7 % 2,0-8,0 %

Basofil# 0,02 ribu/ul <1,00 ribu/ul

Eosinofil# 0,16 ribu/ul <3,00 ribu/ul

Gran# 10,7 ribu/ul 2,50-7,00 ribu/ul

Limfosit# 1,32 ribu/ul 1,25-4,00 ribu/ul

Monosit# 0,60 ribu/ul 0,30-1,00 ribu/ul

Ureum 32 mg/dL 0-50 mg/dL

Kreatinin 0,68 mg/dL 0,57 – 1.11 mg/dL

SGOT 20 U/L 5 – 34 U/L

SGPT 24 U/L 0 – 55 U/L

27
Pemeriksaan X Ray Lumbal (15 Juni 2019)

28
Pemeriksaan MSCT Lumbar Spine ( 8 Agustus 2019 )

29
30
Hasil Pemeriksaan USG Piriformis

31
Hasil Pemeriksaan ENMG

32
C. RESUME PENYAKIT

1. ANAMNESIS

Pasien datang ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin pada pukul 18.17 pada

hari kamis, 25 Oktober 2019 dengan keluhan kelemahan pada kaki kanan.

Keluhan dirasakan sejak hari jumat, 18 Oktober 2019. Keluhan muncul secara

tiba tiba. Awalnya pasien mengeluhkan nyeri pada bagian pantat sebelah

kanan, dan jika kaki diangkat maka pasien merasakan penjalaran nyeri hingga

ke bagian kaki. Menurut pengakuan pasien, skala nyerinya 8, terasa sangat

sakit hingga kaki pasien terasa kaku tidak bisa digerakan karena terbatas nyeri.

Menurut pengakuan pasien, sebelumnya pasien baru saja melahirkan pada

tanggal 10 oktober 2019 di RSUD Ansari Saleh Banjarmasin, pasien

melahirkan secara spontan. Setelah melahirkan, pasien rajin memeriksakan

kesehatannya dan bayinya ke puskesmas. Pada hari rabu, 16 oktober 2019,

bidan yang dari puskesmas datang ke rumah pasien, oleh bidan tersebut pasien

diberikan suntikan yang tidak pasien ketahui jenis obat apa dan bagaimana

manfaat obat tersebut. Bidan hanya memberikan penjelasan bahwa obat

tersebut akan membantu pemulihan pasien pasca melahirkan. Setelah itu pasien

masih dapat beraktifitas normal hingga keesokan harinya, pada hari kamis 17

oktober 2019, pasien mulai merasakan nyeri di tulang ekor yang menjalar

hingga ke telapak kaki, terutama pada bagian kaki kanan. Nyeri dirasakan

pasien seperti ditusuk tusuk. Saat itu pasien masih bisa duduk dan menyusui

anaknya. keesokan harinya pada hari jumat 18 oktober 2019 keluhan nyeri

dirasakan semakin memberat yang diikuti kedua tungkai kanan dan kiri lemah,

33
dan sangat nyeri. Pasien hanya bisa berbaring di kasur dan tidak dapat

melakukan aktivitas seperti biasanya. Saat ini pasien masih merasa kesakitan

saat kaki pasien akan diangkat.

2. PEMERIKSAAN FISIK

Status interna
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Tensi : 90/70 mmHg
Nadi : 105 Kali/Menit, Reguler, Kuat angkat
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 37,4 ºC
VAS :8

Kepala/Leher : dalam batas normal

Thorax : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : dalam batas normal

Status psikiatri : dalam batas normal

Status Neurologis

Kesadaran : Composmentis, GCS: E4V5M6

Refleks Pupil : Pupil isokor, diameter 3 mm/3 mm, refleks cahaya

langsung (+/+), reflex cahaya tak langsung (+/+)

Tanda Meningeal : Lasegue (+/+),

Nervus Cranialis :

34
N. I : Refleks mencium (+/+) N. VII : Paresis wajah (-)

N. II : RCL (+/+)/ RTCL (+/+) N. VIII : Mendengar (+/+)

N. III : Gerakan Bola Mata (+/+) N. IX: Reflek menelan dan muntah(+)

N IV : Gerakan Bola Mata (+/+) N. X: Reflek menelan dan muntah (+)

N. V : Refleks Korena (+/+) N. XI: tonus m.

sternocleidomastoideus dan m. trapezius (+)

N. VI : Gerak bola mata (+/+) N. XII : deviasi lidah ( - )

Motorik :
+5 +5

3 3

Sensibilitas :
+ +

+ +

Persarafan Otonom : dalam batas normal

Reflex Fisiologis :

Biceps : +2 | +2

Triceps : +1 | +1

Patella : +2 |+ 2

Achilles : +1 | +1

Reflex Patologis : Bragard (+/+), Sicard (+/+)

D. DIAGNOSIS

Diagnosis klinis : Ischialgia Dextra

Diagnosis Topis : Lesi pada Nervus Ischiadicus Segmen L4 - S3

35
Diagnosis Etiologis : Piriformis Syndrome

E. TERAPI

a. IVFD Nacl 20 tpm

b. Injeksi Lapibal 2 x 1 amp

c. Injeksi Metilprednison 2x125 mg

d. Injeksi Omeprazole 1 x 40 mg

e. Injeksi Gabapentin 3 x 300 mg

f. P.O Tizanidine 3 x 5 mg

g. P.O Morfin Sulfat 2 x 10 mg

F. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

36
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien datang ke RSUD ulin dengan keluan kelemahan pada kedua

Tungkai bawah yang muncul secara tiba-tiba saat bangun tidur disertai dengan

kesemutan seperti kram pada kedua kaki. Keluhan tersebut dirasakan pasien

sejak 1 hari yang lalu, dari keluhan yang dirasakan, hal ini mengarah ke

diagnosis paraparesis. Gejala yang dirasakan pada pasien paraparesis yaitu

seperti gejala kelemahan pada kedua tungkai dan juga rasa kebas dan

kesemutan di kedua tungkai bawah, hal ini bisa dibuktikan dari hasil anamnesis

serta pameriksaan fisik pada pasien.

Proses parese pada pasien kemungkinan diakibatkan dari proses

penuaan yaitu osteoporosis, dari hasil anamnesis yang didaptakan bahwa

pasien pernah punya riwayat terjatuh sebelumnya, pasien juhga bekerja sebagai

pedagang yang sering mengangkat angkat barang dengan gerakan yang tidak

benar saat bekerja hal ini merupakan salah satu faktor resiko yang dapat

meningkatkan terjadinya keluhan pada pasien didukung dengan hasil foto

thorakolumbal yang menyatakan terdapat kompresi VTH 10 dari hasil

Thorakolumbal sangat mendukung sekali bahwa gejala dari parese yang

terdapat pada pasien disebabkan salah satunya karena terdapat fraktur pada

tulang tulang tersebut. Berdasarkan etiologinya disebabkan karena proses

osteogenik.

37
Obat-obatan yang didapatkan pasien saat dirawat di RSUD Ulin

Banjarmasin yaitu : IVFD NaCl 20 tpm, Inj Metilprednisolon 3x125 mg,

Injeksi Ranitidin 2 x 1 mg, Injeksi Antrain , In(k/p) .Per oral amlodipine 1x

10mg .Pengobatan pada pasien penderita paraparesis dengan menggunakan

analgetik dan kortikosteroid, pada pasien sudah diberikan analgetik yaitu

pemberian obat antrain dan kortikosteroid yaitu pemberian metilprednisolon.

Fraktur kompresi (Wedge fractures) yang terjadi pada pasien yaitu

adanya kompresi pada bagian depan corpus vertebralis yang tertekan dan

membentuk patahan irisan. Fraktur kompresi adalah fraktur tersering yang

mempengaruhi kolumna vertebra. Fraktur ini dapat disebabkan oleh kecelakaan

jatuh dari ketinggian dengan posisi terduduk ataupun mendapat pukulan di

kepala, osteoporosis dan adanya metastase kanker dari tempat lain ke vertebra

kemudian membuat bagian vertebra tersebut menjadi lemah dan akhirnya

mudah mengalami fraktur kompresi. Vertebra dengan fraktur kompresi akan

menjadi lebih pendek ukurannya daripada ukuran vertebra sebenarnya, pada

pasien hal ini disebabkan karena factor usia yaitu rapuhnya tulang- tulang atau

yang disebut osteoporosis.

Gambar 4.1 Fraktur Kompresi

38
Selain hal tersebut pasien juga mengalami gejala cedera medulla spinalis,

Gejala yang timbul jika mengalami cedera medulla spinalis antara Vertebra Th

I dan Th X yaitu kemungkinan akan terjadi paralisis tungkai bawah dan visera.

Akar toraks bagian bawah juga dapat mengalami transeksi tetapi tak banyak

pengaruhnya. Cedera spinal di atas vertebra T10 menyebabkan transeksi korda,

cedera di antara vertebra T10 dan LI dapat menyebabkan lesi korda dan lesi

akar saraf, dan cedera di bawah vertebra Ll hanya menyebabkan lesi akar saraf.

Akar sakral mempersarafi: sensasi dalam daerah "pelana", suatu jalur di

sepanjang bagian belakang paha dan tungkai bawah, dan dua pertiga sebelah luar

telapak kaki, tenaga motorik pada otot yang mengendalikan pergelangan kaki dan

kaki, refleks anal dan penis, respons plantar dan refleks pergelangan kaki,

pengendalian kencing.

Akar lumbal mempersarafi: sensasi pada seluruh tungkai bawah selain

bagian yang dipasok oleh segmen sacral, tenaga motorik pada otot yang

mengendalikan pinggul dan lutut, refleks kremaster dan refleks lutut. Bila

cedera tulang berada pada sambungan torakolumbal, penting untuk

membedakan antara transeksi korda tanpa kerusakan akar saraf dan transeksi

korda dengan kerusakan akar saraf. Pasien tanpa kerusakan akar saraf jauh lebih

baik

39
BAB V

PENUTUP

Telah dilaporkan kasus Ny. N berusia usia 23 tahun dengan keluhan

nyeri pada tungkai bawah sebelah kanan sebelum masuk rumah sakit. Pasien

didiagnosis dengan Ischialgia et causa piriformis sindrome dextra dan

mendapatkan pengobatan suportif, simptomatik, dan rehabilitasi medik.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. 2007. Human physiology from cells to system. Edisi ke-6.


Canada: Thomson Brooks/ Cole;.p. 77-211.
2. Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.
Jakarta: EGC.
3. Japardi, Iskandar. 2002. Radikulopati Thorakalis. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1994/1/bedah iskandar
%20japardi43.pdf. Diakses 13 Agustus 2019.
4. Olney RK, 2005. Weakness, Disorders Of Movement, And Imbalance in
Harrison’s Principles Of Internal Medicine, 16th edition, Volume I, 2005;
hal. 136-137. McGraw-Hill, Medical Publishing Division

5. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar, ed 14. Jakarta: PT. Dian


Rakyat, 2009.

6. Jusuf, Muhammad. Sutami, Sri. Was an, Muhammad. Berkala Neuro Sains.
PERDOSSI Yogyakarta: Bagian Ilmu syaraf UGM.Vol 12 No 3. 2011.

7. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis, ed 4. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press, 2008

8. Shiel WC. 2012. Lower back pain (lumbar back pain).


http://www.medicinenet.com/low_back_pain/article.htm - diunduh Agustus
2019.

9. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Panduan praktis: Diagnosis


dan tatalaksana penyakit saraf. Jakarta: EGC, 2009.

10.Aminorf, J.M., Greenberg, A.D., and Simon, P.R., 2005. Clinical


Neurology. Edisi 7. USA:Lange Medical Books/McGraw-Hill.p 155-157
.
11. Furie D, Provenzale J. Supratentorial ependymomas and subependymomas:
CT and MR appearance. J Comput Assist Tomogr, 1995;19: 518-526.

12. Ropper AH, Brown RH, Adams RDI, Victor M. Adams and Victor's
principles of neurology. Edisi ke-8. New York: McGraw- Hill, 2014.

13. adam, R.D., Victor, M. and Ropper, A.H. 2005. Principles of Neurology.
Edisi 8. New York : McGraw-Hill. p 50-52; 1049-1092.

41
14. Fynn E, Khan N, Ojo A. Meningioma- a review of 52 cases. SA J of
Radiology. 2004:3-5.

15. Butt ME, Khan SA, Chaudrhy NA, Qureshi GR. Intra-Cranial space
occupying lesions : A morphological analysis. Biomedica, 2005; 21:31-5.

42

Anda mungkin juga menyukai