Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

HORDEOLUM EXTERNA PALPEBRA INFERIOR OS

Disusun oleh:

Meysa Rosalina Agda 712023001

Pembimbing:

dr. Septiani Nadra Indawaty, Sp.M

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Judul:

Hordeolum Externa Palpebra Inferior OS

Disusun oleh:

Meysa Rosalina Agda 712023001

Telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2023 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI , Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang

Palembang, Oktober 2023

Pembimbing

dr. Septiani Nadra Indawaty, Sp.M


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Zat Yang Maha Indah dengan segala
keindahan-Nya, Zat Yang Maha Pengasih dengan segala Kasih Sayang-Nya, yang
terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk.
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Hodeolum Externa Palpebra Inferior
OS” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang di
Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Septiani Nadra Indawaty, Sp.M selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI
2. Orang tua dan saudara tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan-rekan co-assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.

Palembang, Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3
BAB III LAPORAN KASUS............................................................................ 17
BAB IV ANALISA KASUS.............................................................................. 25
BAB V KESIMPULAN..................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………30
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelopak merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi
bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bula mata.
Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh
permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.
Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari
tumor jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi, maupun masalah
struktur seperti ektropion, entropion dan blefaroptosis.
Hordeolum merupakan penyakit yang paling sering pada kelopak mata.
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata, bagian
atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh
kuman Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus aureus yang tedapat di
kulit 90- 95% ditemukan sebagai penyebab hordeolum. Kuman lain yang
dapat menyebabkan hordeolum antara lain Staphylococcus epidermidis,
Streptococcus, dan Eschericia coli.
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada
praktik kedokteran. Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin.
Penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, angka
kejadian paling banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Penelitian yang
dilakukan oleh Sobrinho, et al di Brazil ditemukan prevalensi hordeolum
sebesar 7,6% dari 1063 pasien yang datang ke pusat pelayanan gawat darurat
khusus mata.
Hordeolum di klasifikasikan menjadi 2 yaitu hordeolum interna dan
hordeolum eksterna. Hordeolum interna merupakan infeksi kelenjar Meibom
yang terletak di dalam tarsus. Hordeolum interna dapat menonjol ke kulit atau
ke permukaan konjungtiva tarsal. Hordeolum eksterna merupakan infeksi
pada kelenjar Zeiss atau Moll. Pada hordeolum eksterna, hordeolum muncul
pada batas kelenjar keringat berada dan selalu menonjol ke arah kulit.
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.
Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, antibiotik topikal
maupun obat antibiotik sistemik. Jika tidak membaik perlu dilakukan insisi
pada daerah abses dengan fluktuasi terbesar. Hordeolum dapat dicegah
dengan cara mencuci tangan terlebih dahulu ketika hendak menyentuh mata
atau kelopaknya. Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang
merupakan radang jaringan ikat palpebra di depan septum orbita dan abses
palpebra. Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada
hordeolum bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan
kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata
yang sakit serta terapi yang sesuai.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan kasus ini adalah diharapkan
bagi semua dokter muda mampu mengenali, memahami serta memberikan
tatalaksana secara tepat pada hordeolum

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi
Diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan referensi
dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu penyakit mata terutama
tentang hordeolum.
2. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan landasan
penulisan laporan kasus selanjutnya
1.3.2 Manfaat Praktis
Diharapkan agar dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari laporan ini dalam kegiatan kepaniteraan klinik senior
(KKS) dan diterapkan dikemudian hari dalam praktik klinik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Palpebra

Palpebra atau kelopak mata mempunyai lapisan kulit yang tipis pada
bagian depan sedangkan di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus
yang disebut konjungtiva tarsal. Palpebra melindungi mata dari cedera dan
cahaya berlebihan dengan gerakan menutup. Palpebra terbagi atas palpebra
superior dan palpebra inferior, keduanya bertemu pada canthus medialis dan
canthus lateralis. Pinggir bebas palpebra dinamakan rima palpebrarum.
Palpebra superior lebih besar dan lebih mudah bergerak daripada palpebra
inferior, dan kedua palpebra saling bertemu di angulus oculi medialis dan
lateralis.

Fissura palpebra adalah celah berbentuk elips di antara palpebra


superior dan inferior dan merupakan pintu masuk ke dalam saccus
conjunctivalis. Bila mata ditutup, palpebra superior menutup cornea dengan
sempurna. Bila mata dibuka dan menatap lurus ke depan palpebra superior
hanya menutupi pinggir atas cornea. Palpebra inferior terletak tepat di
bawah cornea bila mata dibuka, dan hanya naik sedikit bila mata ditutup.
Permukaan superfisial palpebra ditutupi oleh kulit dan permukaan dalamnya
diliputi oleh membrana mucosa yang disebut conjunctiva. Bulu mata
berukuran pendek dan melengkung, terdapat pada pinggir bebas palpebra,
dan tersusun dalam dua atau tiga baris pada batas mucocutan.

Glandula sebacea (glandula Zeis) bermuara langsung ke dalam folikel


bulu mata. Glandula ciliaris (glandula Moll) merupakan modifikasi kelenjar
keringat yang bermuara secara terpisah di antara bulu mata yang berdekatan.
Glandula tarsalis adalah modifikasi kelenjar sebacea yang panjang, yang
mengalirkan sekretnya yang berminyak ke pinggir palpebral, muaranya
terdapat di belakang bulu mata.
Gambar 1. Anatomi Mata

2.2 Histologi Palpebra

Kelopak mata adalah struktur fleksibel yang mengandung kulit, otot,


dan konjungtiva yang melindungi mata. Kulit hanya terdapat di permukaan
luar. Kelopak ini bersifat longgar dan elastis, sedikit memiliki lemak, dan
mempunyai folikel rambut yang sangat kecil dan rambut halus, kecuali di
ujung distal kelopak di mana folikel besar yang membentuk bulu mata
dijumpai. Lapisan luar kelopak mata terdiri dari kulit tipis. Epidermis terdiri
dari epitel berlapis gepeng dengan papilla. Di dermis terdapat folikel rambut
dengan kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Lapisan interior kelopak
mata adalah membrane mukosa yang disebut konjungtiva palpebral. Bagian
ini terletak dekat dengan bola mata. Epitel konjungtiva palpebral adalah
epitel berlapis kolumnar rendah dengan sedikit sel goblet. Epitel berlapis
gepeng kulit tipis berlanjut hingga ke tepi kelopak mata dan kemudian
menyatu menjadi epitel berlapis silindris konjungtiva palpebral. Lamina
propia konjungtiva palpebral yang tipis mengandung serat elastik dan
kolagen. Di bawah lamina propria adalah lempeng jaringan ikat kolagenosa
padat yang disebut tarsus, tempat ditemukannya kelenjar sebasea khusus
yang besar yaitu kelenjar tarsal (Meibomian) (glandula sebacea tarsalis).
Asini sekretorik kelenjar tarsal bermuara ke dalam duktus sentralis yang
berjalan sejajar dengan konjungtiva palpebral dan bermuara di tepi kelopak
mata. Ujung bebas kelopak mata terdapat bulu mata (cilia palpebrae) yang
berasal dari folikel rambut panjang dan besar. Bulu mata berhubungan
dengan kelenjar sebasea kecil. Di antara folikel-folikel rambut bulu mata
terdapat kelenjar keringat (Moll) (glandula sudorifera palpebralis) besar.
Kelopak mata mengandung tiga jenis otot : bagian palpebral otot
rangka yaitu orbicularis okuli (musculus orbicularis oculi); otot rangka
siliaris (Riolan) (musculus ciliaris) di bagian folikel rambut, bulu mata, dan
kelenjar tarsal; dan otot polos yaitu otot tarsal superior (Muller) (musculus
tarsalis superior) di kelopak mata atas. Jaringan ikat kelopak mata
mengandung sel adiposa, pembuluh darah, dan jaringan limfoid.

2.3 Hordeolum
a. Definisi
Hordeolum adalah infeksi kelenjar di palpebra. Bila kelenjar
Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut
hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan
lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.

b. Epidemiologi
Hordeolum merupakan salah satu penyakit/lesi pada palpebra
yang paling sering ditemukan pada praktek umum, namun tidak ada data
pasti yang menunjukkan insidensi dan prevalensi hordeolum.
Hordeolum dapat terjadi pada berbagai ras, jenis kelamin, dan usia.
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering
ditemukan pada praktek kedokteran. Insiden tidak bergantung pada ras
dan jenis kelamin. Infeksi ini dapat mengenai semua usia, tetapi lebih
sering terjadi pada orang dewasa, kemungkinan karena kombinasi dari
beberapa faktor seperti tingginya level androgen.

c. Etiologi dan Faktor Resiko


Penyebab terjadinya hordeolum adalah kuman Staphylococcus.
Staphylococcus Aureus adalah penyebab pada 90-95% kasus
hordeolum. Riwayat hordeolum sebelumnya, penyakit kulit seperti
dermatitis seboroik, serta diabetes menjadi faktor risiko terjadinya
hordeolum. penyakit ini juga dapat dicetuskan oleh beberapa faktor
seperti:
1. Kebersihan yang kurang baik
2. Hordeolum sebelumnya
3. Peradangan pada kelopak mata seperti Blefaritis
4. Ocular rosacea
Infeksi ini mudah menyebar sehingga diperlukan pencegahan
terutama mengenai kebersihan individual, yaitu dengan tidak menyentuh
mata yang terinfeksi, pemakaian kosmetik bersamasama, pemakaian
handuk dan washcloth bersama-sama.
Hordeolum bisa bersifat steril, namun seringkali mengandung sel-
sel inflamatori dan juga bakteri, paling sering adalah Staphylococcus
aureus, yang mendapat akses ke kelenjar Meibomian (hordeolum
interna) atau folikel bulu mata / kelenjar Zeis (hordeolum eksterna),
sehingga menyebabkan inflamasi akut yang nyeri dan purulen pada
palpebral.

d. Patofisiologi
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri
Staphylococcus aureus yang akan menyebabkan inflamasi pada kelenjar
kelopak mata. Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari
kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada
kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-
kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya.
Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. Apabila
infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi
supuratif dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva.

e. Klasifikasi dan Fase Klinis


Terdapat 2 bentuk hordeolum, yaitu
1. Hordeolum eksternum, merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau
Moll. Hordeolum eksternum akan menunjukkan penonjolan terutama ke
daerah kulit kelopak dan nanah dapat keluar dari pangkal rambut.
2. Hordeolum internum, merupakan infeksi kelenjar Meibom yang
terletak didalam tarsus. Hordeolum internum memberikan penonjolan
terutama ke daerah konjungtiva tarsal.

Gambar 2.2 Klasifikasi Hordeolum


Fase Klinis Hordeolum
 Fase Inisial
Pada fase ini, pasien mengalami gatal yang berat pada area yang
nantinya akan menjadi abses dan pasien mengalami kemerahan pada
palpebra. Secara gradual, edema pada palpebra mulai terjadi. Fase ini
terjadi sekitar dua sampai tiga hari.
 Fase Purulen
Pada fase ini terdapat infiltrat purulent, dimana dibatasi oleh jaringan
yang sehat oleh kapsul. Dari luar, abses tampak berwarna kemerahan,
dan pasien akan mengeluhkan nyeri pada abses, dan jika parah, pasien
akan mengalami demam. Fase ini berlangsung selama tiga sampai
empat hari.
 Fase Abses
Pada periode ini, kapsul yang berisi pus akan ‘pecah’ dan isinya akan
keluar. Setelah pus keluar pasien akan merasa lebih baik dan masuk ke
fase penyembuhan. Tetapi jika pus yang keluar masih tersisa, maka
dapat terjadi kemungkinan infeksi dan komplikasi yang
membahayakan pasien. Oleh karena itu, pada fase ini seharusnya
dilakukan insisi oleh dokter sehingga meminimalkan resiko terjarinya
komplikasi.
 Fase Penyembuhan
Pada fase ini, keluhan pasien hilang. Pada lokasi terjadinya abses,
terjadi proses regenerasi jaringan.

f. Gambaran Klinis
Gejala utama pada hordeolum yaitu nyeri, bengkak, dan merah.
Intensitas nyeri menandakan hebatnya pembengkakan palpebral. Gejala
dan tanda yang lain pada hordeolum yaitu: eritema, terasa panas dan
tidak nyaman, sakit bila ditekan serta ada rasa yang mengganjal.
Biasanya disertai dengan adanya konjungtivitis yang menahun,
kemunduran keadaan umum, acne vulgaris.
Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti
bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan
hordeolum eksternum. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat
bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien
hordeolum, kelenjar preaurikel biasanya turut membesar. Sering
hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya. Gejala-
gejala pada hordeolum adalah :
1. Pembengkakan didaerah kelopak mata
2. Rasa nyeri pada kelopak mata
3. Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
4. Riwayat penyakit yang sama
Tanda-tanda pada hordeolun meliputi:
1. Eritema
2. Edema
3. Nyeri bila ditekan didekat pangkal bulu mata
4. Seperti gambaran abses kecil

g. Tatalaksana
Urutan tatalaksana hordeolum adalah:
- Kompres hangat selama 10-15 menit, 4 kali sehari.
- Antibiotik topikal (salep, tetes mata) misalnya : Gentamisin,
Kloramfenikol, Dibekacin, dan lain-lain. Obat topikal digunakan
selama 7-10 hari sesuai anjuran dokter, terutama pada fase
peradangan.
- Antibiotik oral seperti Eritomisin 250 mg atau Dikloksasilin 125-250
mg 4 kali sehari, dapat juga diberikan Tetrasiklin. Antibiotik oral
digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan
antibiotk topikal.
- Obat-obat simptomatik dapat diberikan untuk meredakan keluhan
nyeri, seperti asam mefenamat atau ibuprofen.
- Pada nanah dan kantong nanah yang tidak dapat dikeluarkan maka
akan dilakukan insisi, pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan
anestesi topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi
infiltrat dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan
dilakukan insisi yang bila :
1. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak
lurus pada margo palpebra.
2. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh
isi jaringan meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep
antibiotic
h. Prognosis
Walaupun hordeolum tidak berbahaya dan komplikasinya sangat
jarang, tetapi hordeolum sangat mudah kambuh. Hordeolum biasanya
sembuh sendiri atau pecah dalam beberapa hari sampai minggu. Dengan
pengobatan yang baik hordeolum cenderung sembuh dengan cepat dan
tanpa komplikasi. Prognosis baik apabila hordeolum tidak ditekan atau
ditusuk karena infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitar.
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS Nama : Tn. R Ruang : Poli Mata
Umur : 19 tahun Kelas : -

Nama Lengkap : Tn.R


TTL : Tenggulang Baru, 7 Maret 2004
Umur : 19 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Dalam Kota
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA

Dokter yang Merawat : dr. Septiani Nadra Indawaty, Sp. M


Dokter Muda : Meysa Rosalina Agda, S. Ked

Tanggal Pemeriksaan : 14 Oktober 2023

Keluhan Utama :
Ada benjolan dibawah kelopak mata kiri bawah sejak 2 minggu yang lalu.

Keluhan Tambahan :
Terdapat nyeri (+) pada bagian mata pada benjolan kiri, rasa mengganjal (-/+),
berair (-/+)

1. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Mata Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
dengan keluhan terdapat benjolan dibawah kelopak mata kiri sejak 2 minggu yang lalu.
Benjolan berwarna merah dan teraba hangat. Pasien juga mengatakan benjolan mata
kiri terdapat nyeri.
Keluhan lainnya seperti mata mengganjal (-/+), sakit kepala (-/-), mata berair
(-/+), mata merah (-/+), mata gatal (-/-) , secret (-/-), pus (-/+).
Sebelumnya pasien pernah mengalami gejala yang sama sejak bulan juni (3 bulan
yang lalu) pasien juga mengatakan memberikan obat artificial tears. Riwayat hipertensi
(-), Riwayat Diabetes Mellitus (-), Riwayat alergi (-).
Pasien seorang mahasiswa yang keseharian diluar ruangan, dan sering terpapar
debu.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-),
Riwayat diabetes melitus (-)
Riwayat pemakaian kacamata (-)
Riwayat trauma pada mata (-)
Riwayat konsumsi obat-obatan (-)
Riwayat operasi mata (-)

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat dalam keluarga yang memiliki keluhan yang serupa (-)
Riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga (-)
Riwayat diabetes melitus dalam keluarga (+)
PEMERIKSAAN FISIK Nama : Tn. R Ruang : Poli Mata
Umur : 19 tahun Kelas : -
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos
mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 68x/menit
- Laju Napas : 20x/menit
- Suhu : 36,0 0C
Status Oftalmologis
OD OS

OD OS

Baik ke segala arah Baik ke segala arah


OD OS

Gerak bola mata normal Gerak bola mata normal


Reflek Cahaya (+) Reflek Kaca (+)

No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 6/6 6/6
Pinhole - -
2. Tekanan Intra Okuler Tidak diperiksa Tidak diperiksa
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Orthoforia Orthoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (+)
Benjolan (-) (+)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (+)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (+)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (+) (+)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
10. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (+) (+)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11. Limbus kornea
Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Normal Normal
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Cokelat Cokelat
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar 3mm 3mm
Regularitas Regular Regular
Isokoria Isokor Isokor
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Shadow test (-) (-)
Refleks kaca (-) (+)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi
Refleks fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- bentuk Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang:
- Slit lamp

RINGKASAN ANAMNESIS DAN Nama : Tn. R Ruang : -


PEMERIKSAAN JASMANI Umur : 19 Tahun Kelas : -
Anamnesis
Pasien datang ke poli mata RSUD Palembang Bari dengan keluhan terdapat
benjolan dibawah kelopak mata kiri sejak 2 minggu yang lalu. Benjolan berwarna merah
dan teraba hangat. Pasien juga mengatakan benjolan mata kiri terdapat nyeri.

Keluhan lain : Mata berair sebelah kiri (+), gatal (-), merah (-/+), nyeri pada
benjolan mata kiri (+). Pus pada benjolan mata kiri (+) Sebelumnya pasien pernah
mengalami gejala yang sama sejak bulan juni (3 bulan yang lalu) pasien juga mengatakan
memberikan obat artificial tears. Pasien seorang mahasiswa yang keseharian diluar
ruangan, dan sering terpapar debu.

Riwayat penyakit keluarga pasien


Diabetes mellitus (+)

Pemeriksaan Oftalmikus

OD OS
6/6 Visus 6/6
Daftar Masalah:
1. Benjolan di mata kiri
2. Mata merah, berair, nyeri
3. VOD : 6/6, VOS : 6/6

Kemungkinan Penyebab Masalah :


1. Hordeolum Externa Palpebra Inferior OS

Nama : Tn. R Ruang : Poli Mata


RENCANA PENGELOLAAN
Umur : 19 tahun Kelas : -
Nonmedikamentosa
 Edukasi ke pasien mengenai penyakit yang dideritanya (definisi, penyebab,
faktor risiko, komplikasi, dan rencana Tindakan selanjutnya)
 Edukasi ke pasien agar mata tidak terpapar dengan debu.
 Edukasi ke pasien untuk selalu menjaga kebersihan mata dan selalu mencuci
tangan
 Edukasi ke pasien untuk menjaga pola mata, dan menghindari menyentuh
daerah yang sakit dan menjaga kebersihan daerah mata untuk memprecepat
penyembuhan.

Medikamentosa
 Chloramphenicol 2x1 oleskan pada palpebra inferior os
 Levofloksasin 5mg 8x1airdrops os
 Asam mefenamat 500 mg 3x1 tab/oral

Tindakan pembedahan
 pada insisi hordeolum terlebih dahulu dibersihkan mata yang akan dinsisi
menggunakan povidon iodin
 diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata.
 dilakukan anestesi infiltrat dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum
dan dilakukan insisi.
 dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah dilakukan insisi, dilakukan
ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang didalam kantongnya
dan kemudian diberi salep antibiotic.
 Lalu mata ditutup kembali menggunakan kasa guna menghindari paparan debu.

Nama dan tanda tangan dokter muda :


- Meysa Rosalina Agda S.Ked .

Diperiksa dan disahkan oleh : dr. Septiani Nadra Indawaty, Sp. M.


Dokter Pembimbing: dr. Septiani Nadra Indawaty, Sp. M.
Tanggal : 14 Oktober 2023

Tanda tangan,

( )

BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang pasien datang ke poli mata RSUD Palembang Bari dengan
keluhan terdapat benjolan dibawah kelopak mata kiri sejak 2 minggu yang lalu
dan semakin memberat. Benjolan berwarna merah dan teraba hangat. Pasien
juga mengatakan benjolan mata kiri terdapat nyeri.
Pasien juga mengatakan mata berair sebelah kiri , konjungtiva od
hiperemis, nyeri pada benjolan mata kiri (+). Terdapat juga pus pada
benjolan mata kiri (+) Sebelumnya pasien pernah mengalami gejala yang sama
sejak bulan juni (3 bulan yang lalu) pasien juga mengatakan memberikan obat
artificial tears. Pasien seorang mahasiswa yang keseharian diluar ruangan, dan
sering terpapar debu. Keluhan ini dapat mengarahkan diagnose kearah
hordeolum. Riwayat penyakit keluarga pasien memiliki penyakit diabetes
mellitus. Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD 6/6 VOS 6/6.
Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanya edema dan hiperemi pada
palpebra inferior okulus sinistra. Benjolan menonjol ke arah kulit konjungtiva
tarsal tanpa pergerakan kulit. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa hordeolum internum merupakan infeksi pada kelenjar
Meibom sehingga ia bertumbuh ke arah konjungtiva tarsal dan tidak ikut
bergerak dengan pergerakan kulit.
Penanganan pada pasien yaitu dengan kompres hangat yang dilanjutkan
dengan pemberian antibiotic chloramphenicol 8x1 airdrops os dan levofloksasin
5 mg 2x1 os (antibiotic sprektum luas), dan asam mefenamat 500 mg 3x1 tablet
oral untuk menghilangkan nyeri.
Maksud pemberian kompres hangat yaitu untuk mempercepat peradangan
kelenjar sampai nanah keluar. Sedangkan pemberian antibiotika oral adalah
untuk mengobati infeksi akibat kuman stafilokokus atau streptokokus. Apabila
dengan terapi konservatif tidak ada perbaikan atau nanah tidak dapat keluar
maka dapat dilakukan tindakan operatif berupa insisi untuk mengeluarkan
nanah pada benjolan, diteruskan kuretase seluruh isi jaringan meradang di
dalam kantongnya.
Prognosis pada penderita ini adalah baik, asalkan kebersihan daerah mata
tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi
yang sesuai. Pada penderita juga dianjurkan untuk menghindari terlalu banyak
menyentuh daerah yang sakit dan menjaga kebersihan daerah mata untuk
mempercepat penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi
sekunder. Penderita dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik mata untuk
memantau perkembangan penyakit dan keberhasilan terapi.

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis yaitu ditemukan adanya benjolan
pada kelopak mata kiri atas sejak 2 minggu yang lalu, juga ditemukan adanya ,
hiperemi, dan nyeri pada pemeriksaan oftalmologi. Dengan adanya tanda-tanda
demikian maka dapat ditegakkan diagnosis yaitu hordeolum internum palpebra
inferior okulus sinistra.
Demikian telah dilaporkan suatu kasus dengan diagnosis hordeolum
internum palpebra inferior okulus sinistra yang mencakup diagnosis,
pemeriksaan oftalmologis, penanganan dan prognosisnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas Sidarta H. Hordeolum. Dalam : Ilmu Penyakiy Mata. Edisi keempat.


Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2004
2. Ilyas HS. Hordeolum. Dalam : Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2005 : hal. 45-46
3. Baharestani, S. (2023). Stye. http://eyewiki.aao.org/Stye diakses pada
Agustus 2023
4. Domino, Frank. J., dan Baldor, Robert A. (2011). The 5-Minute Clinical
Consult 2012, 20th Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Ehrenhaus, Michael P. (2012). Hordeolum.
http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview#a5 diakses pada
Agustus 2017.
5. Mogdil, P., Borchman, D., Gerlach, D., dan Yappert, M. C. (2016). Sebum /
Meibum Surface Film Interactions and Phase Transitional Differences.
Investigative Ophtalmology and Visual Sciences, Vol. 57, No. 6, p. 2401 –
2411.
6. Moore, Ketih L., Agur, A. M. R., dan Dalley, A. F. (2011). Essential
Clinical Anatomy. USA: Lippincott Williams & Wilkins. Riordan-Eva,
Paul., dan Whitcher, John. P. (2007).
7. Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology. USA: The McGraw-Hill
Companies. Snell, Richard. (2012). Anatomi Klinik untuk Mahasiswa
Kedokteran, Edisi 6. Penerbit Buku Kedoktran ECG: Jakarta
8. Soewono, W., Oetomo, M. M., dan Eddyanto. (2006). Pedoman Diagnosis
dan Terapi Bag / SMF Ilmu Penyakit Mata, Edisi III. Surabaya: Rumah
Sakit Umum Dokter Soetomo. The University of Chicago Pediatrics
Clerkship. (2013). Hordeolum (Stye) vs Chalazion.
9. Weingeist, Thomas A., Liesegang, T. J., Grand, M. G. (2005). Basic and
Clinical Science Course: External Disease and Cornea. USA: American
Academy of Ophtalmology.
10. Carlisle RT, Giovanni J. Differential Diagnosis of The Swollen Eyelid. Am
Fam Phys, 2015. 92(2): 106-112.
11. Sadowska-Przytocka A, Czarnecka-Operacz M, Jenerowicz D, Grzybowski
A.. Ocular manifestations of infectious skin diseases. Clinics in
Dermatology, 2016. 34(2): 124–128.doi:10.1016/j.clindermatol.2015.11.010

Anda mungkin juga menyukai