Disusun oleh:
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Judul:
Disusun oleh:
Telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2023 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI , Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang
Pembimbing
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Zat Yang Maha Indah dengan segala
keindahan-Nya, Zat Yang Maha Pengasih dengan segala Kasih Sayang-Nya, yang
terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk.
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Hodeolum Externa Palpebra Inferior
OS” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang di
Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Septiani Nadra Indawaty, Sp.M selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI
2. Orang tua dan saudara tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan-rekan co-assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3
BAB III LAPORAN KASUS............................................................................ 17
BAB IV ANALISA KASUS.............................................................................. 25
BAB V KESIMPULAN..................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………30
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi
Diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan referensi
dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu penyakit mata terutama
tentang hordeolum.
2. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan landasan
penulisan laporan kasus selanjutnya
1.3.2 Manfaat Praktis
Diharapkan agar dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari laporan ini dalam kegiatan kepaniteraan klinik senior
(KKS) dan diterapkan dikemudian hari dalam praktik klinik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Palpebra atau kelopak mata mempunyai lapisan kulit yang tipis pada
bagian depan sedangkan di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus
yang disebut konjungtiva tarsal. Palpebra melindungi mata dari cedera dan
cahaya berlebihan dengan gerakan menutup. Palpebra terbagi atas palpebra
superior dan palpebra inferior, keduanya bertemu pada canthus medialis dan
canthus lateralis. Pinggir bebas palpebra dinamakan rima palpebrarum.
Palpebra superior lebih besar dan lebih mudah bergerak daripada palpebra
inferior, dan kedua palpebra saling bertemu di angulus oculi medialis dan
lateralis.
2.3 Hordeolum
a. Definisi
Hordeolum adalah infeksi kelenjar di palpebra. Bila kelenjar
Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut
hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan
lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.
b. Epidemiologi
Hordeolum merupakan salah satu penyakit/lesi pada palpebra
yang paling sering ditemukan pada praktek umum, namun tidak ada data
pasti yang menunjukkan insidensi dan prevalensi hordeolum.
Hordeolum dapat terjadi pada berbagai ras, jenis kelamin, dan usia.
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering
ditemukan pada praktek kedokteran. Insiden tidak bergantung pada ras
dan jenis kelamin. Infeksi ini dapat mengenai semua usia, tetapi lebih
sering terjadi pada orang dewasa, kemungkinan karena kombinasi dari
beberapa faktor seperti tingginya level androgen.
d. Patofisiologi
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri
Staphylococcus aureus yang akan menyebabkan inflamasi pada kelenjar
kelopak mata. Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari
kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada
kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-
kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya.
Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. Apabila
infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi
supuratif dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva.
f. Gambaran Klinis
Gejala utama pada hordeolum yaitu nyeri, bengkak, dan merah.
Intensitas nyeri menandakan hebatnya pembengkakan palpebral. Gejala
dan tanda yang lain pada hordeolum yaitu: eritema, terasa panas dan
tidak nyaman, sakit bila ditekan serta ada rasa yang mengganjal.
Biasanya disertai dengan adanya konjungtivitis yang menahun,
kemunduran keadaan umum, acne vulgaris.
Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti
bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan
hordeolum eksternum. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat
bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien
hordeolum, kelenjar preaurikel biasanya turut membesar. Sering
hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya. Gejala-
gejala pada hordeolum adalah :
1. Pembengkakan didaerah kelopak mata
2. Rasa nyeri pada kelopak mata
3. Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
4. Riwayat penyakit yang sama
Tanda-tanda pada hordeolun meliputi:
1. Eritema
2. Edema
3. Nyeri bila ditekan didekat pangkal bulu mata
4. Seperti gambaran abses kecil
g. Tatalaksana
Urutan tatalaksana hordeolum adalah:
- Kompres hangat selama 10-15 menit, 4 kali sehari.
- Antibiotik topikal (salep, tetes mata) misalnya : Gentamisin,
Kloramfenikol, Dibekacin, dan lain-lain. Obat topikal digunakan
selama 7-10 hari sesuai anjuran dokter, terutama pada fase
peradangan.
- Antibiotik oral seperti Eritomisin 250 mg atau Dikloksasilin 125-250
mg 4 kali sehari, dapat juga diberikan Tetrasiklin. Antibiotik oral
digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan
antibiotk topikal.
- Obat-obat simptomatik dapat diberikan untuk meredakan keluhan
nyeri, seperti asam mefenamat atau ibuprofen.
- Pada nanah dan kantong nanah yang tidak dapat dikeluarkan maka
akan dilakukan insisi, pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan
anestesi topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi
infiltrat dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan
dilakukan insisi yang bila :
1. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak
lurus pada margo palpebra.
2. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh
isi jaringan meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep
antibiotic
h. Prognosis
Walaupun hordeolum tidak berbahaya dan komplikasinya sangat
jarang, tetapi hordeolum sangat mudah kambuh. Hordeolum biasanya
sembuh sendiri atau pecah dalam beberapa hari sampai minggu. Dengan
pengobatan yang baik hordeolum cenderung sembuh dengan cepat dan
tanpa komplikasi. Prognosis baik apabila hordeolum tidak ditekan atau
ditusuk karena infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitar.
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS Nama : Tn. R Ruang : Poli Mata
Umur : 19 tahun Kelas : -
Keluhan Utama :
Ada benjolan dibawah kelopak mata kiri bawah sejak 2 minggu yang lalu.
Keluhan Tambahan :
Terdapat nyeri (+) pada bagian mata pada benjolan kiri, rasa mengganjal (-/+),
berair (-/+)
OD OS
No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 6/6 6/6
Pinhole - -
2. Tekanan Intra Okuler Tidak diperiksa Tidak diperiksa
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Orthoforia Orthoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (+)
Benjolan (-) (+)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (+)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (+)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (+) (+)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
10. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (+) (+)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11. Limbus kornea
Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Normal Normal
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Cokelat Cokelat
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar 3mm 3mm
Regularitas Regular Regular
Isokoria Isokor Isokor
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Shadow test (-) (-)
Refleks kaca (-) (+)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi
Refleks fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- bentuk Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang:
- Slit lamp
Keluhan lain : Mata berair sebelah kiri (+), gatal (-), merah (-/+), nyeri pada
benjolan mata kiri (+). Pus pada benjolan mata kiri (+) Sebelumnya pasien pernah
mengalami gejala yang sama sejak bulan juni (3 bulan yang lalu) pasien juga mengatakan
memberikan obat artificial tears. Pasien seorang mahasiswa yang keseharian diluar
ruangan, dan sering terpapar debu.
Pemeriksaan Oftalmikus
OD OS
6/6 Visus 6/6
Daftar Masalah:
1. Benjolan di mata kiri
2. Mata merah, berair, nyeri
3. VOD : 6/6, VOS : 6/6
Medikamentosa
Chloramphenicol 2x1 oleskan pada palpebra inferior os
Levofloksasin 5mg 8x1airdrops os
Asam mefenamat 500 mg 3x1 tab/oral
Tindakan pembedahan
pada insisi hordeolum terlebih dahulu dibersihkan mata yang akan dinsisi
menggunakan povidon iodin
diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata.
dilakukan anestesi infiltrat dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum
dan dilakukan insisi.
dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah dilakukan insisi, dilakukan
ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang didalam kantongnya
dan kemudian diberi salep antibiotic.
Lalu mata ditutup kembali menggunakan kasa guna menghindari paparan debu.
Tanda tangan,
( )
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang pasien datang ke poli mata RSUD Palembang Bari dengan
keluhan terdapat benjolan dibawah kelopak mata kiri sejak 2 minggu yang lalu
dan semakin memberat. Benjolan berwarna merah dan teraba hangat. Pasien
juga mengatakan benjolan mata kiri terdapat nyeri.
Pasien juga mengatakan mata berair sebelah kiri , konjungtiva od
hiperemis, nyeri pada benjolan mata kiri (+). Terdapat juga pus pada
benjolan mata kiri (+) Sebelumnya pasien pernah mengalami gejala yang sama
sejak bulan juni (3 bulan yang lalu) pasien juga mengatakan memberikan obat
artificial tears. Pasien seorang mahasiswa yang keseharian diluar ruangan, dan
sering terpapar debu. Keluhan ini dapat mengarahkan diagnose kearah
hordeolum. Riwayat penyakit keluarga pasien memiliki penyakit diabetes
mellitus. Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD 6/6 VOS 6/6.
Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanya edema dan hiperemi pada
palpebra inferior okulus sinistra. Benjolan menonjol ke arah kulit konjungtiva
tarsal tanpa pergerakan kulit. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa hordeolum internum merupakan infeksi pada kelenjar
Meibom sehingga ia bertumbuh ke arah konjungtiva tarsal dan tidak ikut
bergerak dengan pergerakan kulit.
Penanganan pada pasien yaitu dengan kompres hangat yang dilanjutkan
dengan pemberian antibiotic chloramphenicol 8x1 airdrops os dan levofloksasin
5 mg 2x1 os (antibiotic sprektum luas), dan asam mefenamat 500 mg 3x1 tablet
oral untuk menghilangkan nyeri.
Maksud pemberian kompres hangat yaitu untuk mempercepat peradangan
kelenjar sampai nanah keluar. Sedangkan pemberian antibiotika oral adalah
untuk mengobati infeksi akibat kuman stafilokokus atau streptokokus. Apabila
dengan terapi konservatif tidak ada perbaikan atau nanah tidak dapat keluar
maka dapat dilakukan tindakan operatif berupa insisi untuk mengeluarkan
nanah pada benjolan, diteruskan kuretase seluruh isi jaringan meradang di
dalam kantongnya.
Prognosis pada penderita ini adalah baik, asalkan kebersihan daerah mata
tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi
yang sesuai. Pada penderita juga dianjurkan untuk menghindari terlalu banyak
menyentuh daerah yang sakit dan menjaga kebersihan daerah mata untuk
mempercepat penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi
sekunder. Penderita dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik mata untuk
memantau perkembangan penyakit dan keberhasilan terapi.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis yaitu ditemukan adanya benjolan
pada kelopak mata kiri atas sejak 2 minggu yang lalu, juga ditemukan adanya ,
hiperemi, dan nyeri pada pemeriksaan oftalmologi. Dengan adanya tanda-tanda
demikian maka dapat ditegakkan diagnosis yaitu hordeolum internum palpebra
inferior okulus sinistra.
Demikian telah dilaporkan suatu kasus dengan diagnosis hordeolum
internum palpebra inferior okulus sinistra yang mencakup diagnosis,
pemeriksaan oftalmologis, penanganan dan prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA