Hordeolum
Oleh :
dr. Tjokorda Dwi Agustyawan Pemayun, S.ked
Dokter Pembimbing :
dr. I Gusti Ngurah Made Sugiana, Sp.M(K)
Dokter Pendamping :
dr. I Made Suwita, M.Kes
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang mengambil
topik “Hordeolum”.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................3
2.1 Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata ...............................................3
2.2 Definisi Hordeolum...........................................................................6
2.3 Epidemiologi Hordeolum...................................................................6
2.4 Etiologi Hordeolum ..........................................................................6
2.5 Klasifikasi Hordeolum ......................................................................7
2.6 Patofisiologi ......................................................................................8
2.7 Gejala Klinis ......................................................................................8
2.8 Diagnosa Banding ..............................................................................9
2.9 Tatalaksana.........................................................................................11
2.10 Komplikasi ........................................................................................12
2.11 Pencegahan .......................................................................................13
BAB III LAPORAN KASUS ...............................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................19
BAB V SIMPULAN .............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata atau
kelenjar yang membentuk fil air mata di depan kornea. Kelopak merupakan alat
menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma,
trauma sinar dan pengeringan bula mata.1 Penutupan kelopak mata berguna
untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air
mata melalui punctum lakrimalis. Kelainan yang didapat pada kelopak mata
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada
kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion
internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut
terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang
1
2
kurang. Hordeolum mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan
2
konjungtivitis menahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Palpebra atau kelopak mata adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan
mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata disepan kornea.
Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
Palpebra mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan
dibagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
3
Palpebra terdiri beberapa bagian, yaitu :
1. Kelenjar
2. Otot
mata atas dan bawah, dan terletak dibawah kulit kelopak. Pada tepi margo
okulli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi
oleh N.III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka
mata.3
3. Tarsus
margo palpebra.3
4. Septum orbita
Septum orbita merupakan jaringan fibrosis yang berasal dari rima orbita
4
Gambar 2.2 Bagian-bagian Palpebra
margo anterior dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss
dan Moll.Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.Margo
posterior berhubungan dengan bola mata, dan sepanjang margo ini terdapat
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari margo posterior palpebra.
dibuka.Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-
5
kira 0,5 cm dari margo lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbital
margo orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai pemisah antara palpebra orbita.
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan
tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior. 1,3
sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang
2.2 Definisi
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada mata.
mata. Gambaran penyakit ini adalah infeksi yang meradang, purulent, dan
terlokalisisr pada satu atau lebih kelenjar sebasea (meibom atau zeis) kelopak
kelenjar sebasea kelopak mata dan kulit. 3 Bila kelenjar Meibom yang terkena
disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang
2.3 Epidemiologi
jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek
kedokteran. Insiden tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Infeksi ini dapat
mengenai semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada orang dewasa, kemungkinan
6
karena kombinasi dari beberapa faktor seperti tingginya level androgen. 4
kurang. Mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis
dengan usia terbanyak pada golongan dewasa muda dan sebanyak 56,25% dari
2.4 Etiologi
bersama-sama.3,5
7
2.5 Klasifikasi
2.7 Patofisiologi
Hordeolum eksternum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeis dan
Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang
pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari
komplikasi blefaritis.2,7
8
Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak,
mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan. Hordeolum internum
pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar
1. Eritema
2. Edema
1. Kalazion
9
preurikel tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan
bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada
akibat diabsorpsi.2,3
2. Blefaritis
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata atau tepi kelopak. Blefaritis
Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan
blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, nyeri, eksudat lengket dan
epiforia.2,3
10
Gambar 2.5 Blefaritis
3. Karsinoma palpebra
Salah satu karsinoma palpebra yang paling sering terjadi adalah karsinoma
sel basal, yang merupakan keganasan yang berasal dari sel nonkeratosis
yang berasal dari lapisan basal epidermis. Paling sering mengenai pinggir
11
mengenai palpebra superior (15%). Berupa benjolan yang transparan,
2.9 Tatalaksana
Pada umunnya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam 1-2 minggu, paling
secara khusus, obat topikal (salep atau tetes mata antibiotik) maupun kombinasi
12
- Antibiotik oral seperti Eritomisin 250 mg atau Dikloksasilin 125-250 mg 4
kali sehari, dapat juga diberikan Tetrasiklin. Antibiotik oral digunakan jika
- Pada nanah dan kantong nanah yang tidak dapat dikeluarkan maka akan
dilakukan insisi. Jika dengan pengobatan tidak berespon baik, atau kondisi
antibiotik. 8
2.10 Komplikasi
jaringan ikat palpebra didepan septum orbita, dan abses palpebra. 3 Hordeolum
eksterna merupakan kasus yang paling sering terjadi, lesi dapat membaik tanpa
mata. Sedangkan pada hordeolum interna, jika tidak membaik dan kronis akan
menjadi kalazion.5
13
2.11 Pencegahan
tidak mudah berulang, menjaga kebersihan peralatan alat make-up mata agar tidak
BAB III
LAPORAN KASUS
14
Tanggal Pemeriksaan : 30 Mei 2020
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Mata RSUD Sanjiwani
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Bengkak pada kelopak mata
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Sanjiwani Gianyar dengan
keluhan bengkak pada kelopak mata kiri sejak kemarin. Awalnya pasien
hanya mengeluhkan adanya nyeri pada mata sejak 5 hari yang lalu, namun
lama kelamaan kelopak mata kiri pasien ikut membengkak dan mata
menjadi merah. Nyeri awalnya dirasakan sedikit, namun lama kelamaan rasa
nyeri tersebut bertambah.
Pasien juga mengeluhkan seperti ada benjolan pada kelopak mata
bagian dalamnya, hal ini dirasakan pasien berbarengan dengan munculnya
nyeri. Riwayat keluar cairan dari benjolan tidak ada. Penurunan penglihatan
tidak ada. Riwayat trauma pada mata tidak ada. Riwayat menggunakan
kacamata tidak ada.
15
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Status Present :
Kesadaran : GCS E4V5M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 kali/menit, reguler, isi cukup
Respirasi : 20 kali/menit,
Suhu aksila : 36,8ºC
16
Status General :
Mata : Sesuai Status Oftalmologi
THT
Telinga : sekret (-/-), bentuk normal
Hidung : sekret (-), mukosa nasalis intak/intak, bentuk normal,
Tenggorokan : Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-),
Leher : Pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-)
Thorax : Simetris (+), retraksi (-) , deformitas (-)
Cor : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), BU (+) Normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Hangat +/+, edema - / - , CRT < 2 dtk
Status Oftalmologi:
OD OS
6//6 Visus 6/7,5
Normal Palpebra Eritema, edema (+),
Massa eritema (+)
tunggal, batas tegas,
uk: 0,7x0,5x0,3 cm di
dekat kantus lateral,
Nyeri tekan (+), Pus
(-)
Tenang Konjungtiva Tenang
Jernih Kornea Jernih
Dalam Bilik Mata Depan Dalam
Bulat regular Iris Bulat regular
RP (+), RAPD (-) Pupil RP (+), RAPD (-)
Jernih Lensa Jernih
Jernih Vitreous Jernih
Belum di evaluasi Funduskopi Belum di evaluasi
17
18 Tekanan Intra Okular 20
18
3.5 Diagnosis Kerja
OS Hordeolum Interna
3.6 Penatalaksanaan
Kompres hangat selama 10-15 menit, 5 kali sehari
Cendoxytrol EO 3 gtt 1 OS
Kontrol setelah 2 minggu
3.7 KIE
1. Menjelaskan pengertian penyakit, kemungkinan penyebab dan rencana
terapi pada pasien dan keluarga pasien.
3.8 Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
19
BAB IV
PEMBAHASAN
20
ini harus memerlukan tatalaksaa. Tatalaksana awal yang biasanya dilakukan
adalah kompres hangat yang berfungsi untuk mempercepat peradangan
21
22
kelenjar. Pengangkatan bulu mata juga dapat dilakukan untuk drainase jika ada
nanah. Pada fase peradangan umunya diberikan antibiotik topikal berupa tetes
mata atau salep mata. Bila tidak ada perubahan, maka dapat diberikan antibiotik
sistemik. Apabila ada pus atau nanah yang tidak dapat dikeluarkan maka dapat
dilakukan insisi sesuai dengan indikasinya.3,6,8
BAB V
SIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA