Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

Hordeolum

Oleh :
dr. Tjokorda Dwi Agustyawan Pemayun, S.ked

Dokter Pembimbing :
dr. I Gusti Ngurah Made Sugiana, Sp.M(K)

Dokter Pendamping :
dr. I Made Suwita, M.Kes

DALAM RANGKA MENGIKUTI PROGRAM INTERNSIP


DOKTER INDONESIA (PIDI)
RSUD SANJIWANI GIANYAR
GIANYAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang mengambil
topik “Hordeolum”.

Laporan ini disusun dalam rangka menjalani Program Internsip Dokter


Indonesia (PIDI) periode 2019-2020 di RSUD Sanjiwani Gianyar. Penulis
ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan kasus ini, kepada pembimbing laporan kasus dr. I Gusti
Ngurah Made Sugiana, Sp.M(K) dan dr. I Made Suwita, M.Kes selaku dokter
pendamping yang telah memberikan bimbingan kepada kami dalam penyusunan
dan penyempurnaan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Gianyar, Juli 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................3
2.1 Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata ...............................................3
2.2 Definisi Hordeolum...........................................................................6
2.3 Epidemiologi Hordeolum...................................................................6
2.4 Etiologi Hordeolum ..........................................................................6
2.5 Klasifikasi Hordeolum ......................................................................7
2.6 Patofisiologi ......................................................................................8
2.7 Gejala Klinis ......................................................................................8
2.8 Diagnosa Banding ..............................................................................9
2.9 Tatalaksana.........................................................................................11
2.10 Komplikasi ........................................................................................12
2.11 Pencegahan .......................................................................................13
BAB III LAPORAN KASUS ...............................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................19
BAB V SIMPULAN .............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata atau

palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata dan mengeluarkan sekresi

kelenjar yang membentuk fil air mata di depan kornea. Kelopak merupakan alat

menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma,

trauma sinar dan pengeringan bula mata.1 Penutupan kelopak mata berguna

untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air

mata melalui punctum lakrimalis. Kelainan yang didapat pada kelopak mata

bermacam-macam, mulai dari tumor jinak sampai keganasan, proses inflamasi,

infeksi, maupun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan

blefaroptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak

mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.2

Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada

kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion

akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar

kelopak mata]. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum

internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut

hordeolum eksternum.2 Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa

sakit dan mengganjal, merah, serta nyeri bila ditekan.1

Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga

terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang

1
2

kurang. Hordeolum mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan

2
konjungtivitis menahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata

Gambar 2.1. Anatomi Palpebra

Palpebra atau kelopak mata adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan

fibrosa yang berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata, serta

mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata disepan kornea.

Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata

terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata.1,3

Palpebra mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan

dibagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.

3
Palpebra terdiri beberapa bagian, yaitu :

1. Kelenjar

Seperti kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar

Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.

2. Otot

Seperti M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar didalam kelopak

mata atas dan bawah, dan terletak dibawah kulit kelopak. Pada tepi margo

palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut M.Rioland.

M.orbikularis okuli berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi oleh

N.fasial. M.levator palpebra yang berorigo pada annulus foramen orbita

dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M.orbikularis

okulli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi

M.levator palpebra terlihat sebagai sulkus palpebra. Otot ini dipersarafi

oleh N.III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka

mata.3

3. Tarsus

Didalam kelopak mata terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat

dengan kelenjar didalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada

margo palpebra.3

4. Septum orbita

Septum orbita merupakan jaringan fibrosis yang berasal dari rima orbita

merupakan pembatas isi orbita dengan palpebra superior.3

4
Gambar 2.2 Bagian-bagian Palpebra

Margo palpebra dipisahkan oleh garis abu-abu (batas mukokutan) menjadi

margo anterior dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss

dan Moll.Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara

dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.Glandula Moll adalah modifikasi

kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.Margo

posterior berhubungan dengan bola mata, dan sepanjang margo ini terdapat

muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula

Meibom atau tarsal). 1,3

Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari margo posterior palpebra.

Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus ke

sakus lakrimalis. 1,3

Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang

dibuka.Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-

5
kira 0,5 cm dari margo lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbital

adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara

margo orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai pemisah antara palpebra orbita.

Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan

tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior. 1,3

Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan

sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang

kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. 1,3

2.2 Definisi

Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada mata.

Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar kelopak

mata. Gambaran penyakit ini adalah infeksi yang meradang, purulent, dan

terlokalisisr pada satu atau lebih kelenjar sebasea (meibom atau zeis) kelopak

mata. Hordeolum biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus pada

kelenjar sebasea kelopak mata dan kulit. 3 Bila kelenjar Meibom yang terkena

disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang

terkena maka disebut hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum akan

timbul pembengkakan besar, sedangkan pada hordeolum eksternum

pembengkakan lebih kecil dan lebih superfisial.2

2.3 Epidemiologi

Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan

jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek

kedokteran. Insiden tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Infeksi ini dapat

mengenai semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada orang dewasa, kemungkinan

6
karena kombinasi dari beberapa faktor seperti tingginya level androgen. 4

Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga

terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang

kurang. Mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis

menahun. Penelitian mengenai hordeolum pada tahun 1988 di poliklinik Mata

RSUP Dr Kariadi Semarang, menunjukkan frekuensi hordeolum sebanyak 1,6%

dengan usia terbanyak pada golongan dewasa muda dan sebanyak 56,25% dari

penderita mengalami sakit yang berulang.8

2.4 Etiologi

Penyebab terjadinya hordeolum adalah kuman Staphylococcus.


Staphylococcus Aureus adalah penyebab pada 90-95% kasus hordeolum. Kuman
lain yang dapat menyebabkan hordeolum antara lain Staphylococcus epidermidis,
Streptococcus, dan Eschericia coli. Penyakit ini juga dapat dicetuskan oleh
beberapa faktor seperti:
1. Stress
2. Nutrisi, kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk
3. Peradangan pada kelopak mata seperti Blefaritis
4. Kebersihan diri dan lingkungan yang tidak bersih
5. Penyakit kronik.
6. Diabetes
7. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia
8. Riwayat hordeolum sebelumnya
9. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.

Infeksi ini mudah menyebar sehingga diperlukan pencegahan terutama

mengenai kebersihan individual, yaitu dengan tidak menyentuh mata yang

terinfeksi, pemakaian kosmetik bersama-sama, pemakaian handuk dan washcloth

bersama-sama.3,5

7
2.5 Klasifikasi

Terdapat 2 bentuk hordeolum, yaitu

1. Hordeolum eksternum, merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll.

Hordeolum eksternum akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah

kulit kelopak dan nanah dapat keluar dari pangkal rambut.

2. Hordeolum internum, merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak

didalam tarsus. Hordeolum internum memberikan penonjolan terutama ke

daerah konjungtiva tarsal.3

Gambar 2.3 Bentuk-bentuk Hordeolum

2.7 Patofisiologi

Hordeolum eksternum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeis dan

Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang

terletak didalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi

pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari

komplikasi blefaritis.2,7

2.6 Gejala Klinis

8
Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak,

mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan. Hordeolum internum

biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum eksternum. Adanya

pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar

diangkat. Pada pasien hordeolum, kelenjar preaurikel biasanya turut membesar.

Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.6,7

Gejala-gejala pada hordeolum adalah :

1. Pembengkakan didaerah kelopak mata

2. Rasa nyeri pada kelopak mata

3. Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata

4. Riwayat penyakit yang sama

Tanda-tanda pada hordeolun meliputi:

1. Eritema

2. Edema

3. Nyeri bila ditekan didekat pangkal bulu mata

4. Seperti gambaran abses kecil

2.8 Diagnosa Banding

Diagnosa banding untuk kasus hordeolum meliputi :

1. Kalazion

Kalazion merupakan peradangan kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada

kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang

mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.

Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak

hiperemi, tidak ada nyeri tekan dan adanya pseudoptosis. Kelenjar

9
preurikel tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan

bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada

mata tersebut. Terkadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya

akibat diabsorpsi.2,3

Gambar 2.4 Kalazion

2. Blefaritis

Blefaritis adalah radang pada kelopak mata atau tepi kelopak. Blefaritis

dapat disebabkan infeksi dan alergi berjalan kronis ataupun menahun.

Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan

bahan kosmetik. Infeksi kelopak mata disebabkan kuman Streptococcus

alfa atau beta, pneumococcus dan pseudomonas. Gejala umum pada

blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, nyeri, eksudat lengket dan

epiforia.2,3

10
Gambar 2.5 Blefaritis

3. Karsinoma palpebra

Gambar 2.6 Adenocarsinoma palpebra superior

Salah satu karsinoma palpebra yang paling sering terjadi adalah karsinoma

sel basal, yang merupakan keganasan yang berasal dari sel nonkeratosis

yang berasal dari lapisan basal epidermis. Paling sering mengenai pinggir

bawah palpebra (50-60%) dan dekat kantus medial (25-30%), jarang

11
mengenai palpebra superior (15%). Berupa benjolan yang transparan,

bagian sentral benjolan tersebut mencekung dan halus. Tumbuh lambat

dan disertai ulserasi dan menyebabkan kerusakan hebat disekitarnya.

Umumnya ditemukan didaerah berambut dan jarang bermetastase.6,7

Gambar 2.7 Karsinoma sel basal palpebra

2.9 Tatalaksana

Pada umunnya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam 1-2 minggu, paling

sering pada hordeolum eksterna. Namun tak jarang memerlukan pengobatan

secara khusus, obat topikal (salep atau tetes mata antibiotik) maupun kombinasi

dengan obat antibiotik oral.3,8

Urutan tatalaksana hordeolum adalah:

- Kompres hangat selama 10-15 menit, 4 kali sehari.

- Antibiotik topikal (salep, tetes mata) misalnya: Gentamisin,

Kloramfenikol, Dibekasin, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-

10 hari sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.

12
- Antibiotik oral seperti Eritomisin 250 mg atau Dikloksasilin 125-250 mg 4

kali sehari, dapat juga diberikan Tetrasiklin. Antibiotik oral digunakan jika

hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotk topikal.

- Obat-obat simptomatik dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri,

seperti asam mefenamat atau ibuprofen.

- Pada nanah dan kantong nanah yang tidak dapat dikeluarkan maka akan

dilakukan insisi. Jika dengan pengobatan tidak berespon baik, atau kondisi

berat dengan resisten terhadap antibiotik topikal dapat juga dilakukan

insisi. Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal

dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrat dengan prokain

atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :

1. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak

lurus pada margo palpebra.

2. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.

Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi

jaringan meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep

antibiotik. 8

2.10 Komplikasi

Komplikasi hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang

jaringan ikat palpebra didepan septum orbita, dan abses palpebra. 3 Hordeolum

eksterna merupakan kasus yang paling sering terjadi, lesi dapat membaik tanpa

pengobatan, namun penyebaran infeksi dapat terjadi ke kelenjar atau jaringan

mata. Sedangkan pada hordeolum interna, jika tidak membaik dan kronis akan

menjadi kalazion.5

13
2.11 Pencegahan

Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan wajah

dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum

tidak mudah berulang, menjaga kebersihan peralatan alat make-up mata agar tidak

terkontaminasi oleh kuman, dan menggunakan kacamata pelindung jika bepergian

di daerah berdebu. 2,6

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : NKMA
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Hindu
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pengembungan, Batubulan

14
Tanggal Pemeriksaan : 30 Mei 2020
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Mata RSUD Sanjiwani

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Bengkak pada kelopak mata
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Sanjiwani Gianyar dengan
keluhan bengkak pada kelopak mata kiri sejak kemarin. Awalnya pasien
hanya mengeluhkan adanya nyeri pada mata sejak 5 hari yang lalu, namun
lama kelamaan kelopak mata kiri pasien ikut membengkak dan mata
menjadi merah. Nyeri awalnya dirasakan sedikit, namun lama kelamaan rasa
nyeri tersebut bertambah.
Pasien juga mengeluhkan seperti ada benjolan pada kelopak mata
bagian dalamnya, hal ini dirasakan pasien berbarengan dengan munculnya
nyeri. Riwayat keluar cairan dari benjolan tidak ada. Penurunan penglihatan
tidak ada. Riwayat trauma pada mata tidak ada. Riwayat menggunakan
kacamata tidak ada.

15
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat asma, diabetes melitus, ginjal, keganasan dan penyakit sistemik
lainnya disangkal oleh pasien. Riwayat penyakit mata maupun operasi pada
mata sebelumnya juga disangkal. Riwayat penggunaan kacamata tidak ada.

Riwayat penyakit dalam keluarga


Riwayat keluhan serupa dalam keluarga disangkal. Riwayat penyakit mata
dan sistemik dalam keluarga seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit
jantung, ginjal, dan keganasan juga disangkal oleh pasien.

Riwayat pribadi dan sosial


Pasien merupakan seorang Ibu rumah tangga. Saat ini kegiatan sehari-hari
pasien adalah menghabiskan waktu di rumah sambil melakukan pekerjaan
rumah. Pasien tidak memiliki riwayat merokok dan minum alkohol.

Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status Present :
Kesadaran : GCS E4V5M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 kali/menit, reguler, isi cukup
Respirasi : 20 kali/menit,
Suhu aksila : 36,8ºC

16
Status General :
Mata : Sesuai Status Oftalmologi
THT
Telinga : sekret (-/-), bentuk normal
Hidung : sekret (-), mukosa nasalis intak/intak, bentuk normal,
Tenggorokan : Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-),
Leher : Pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-)
Thorax : Simetris (+), retraksi (-) , deformitas (-)
Cor : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), BU (+) Normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Hangat +/+, edema - / - , CRT < 2 dtk

Status Oftalmologi:
OD OS
6//6 Visus 6/7,5
Normal Palpebra Eritema, edema (+),
Massa eritema (+)
tunggal, batas tegas,
uk: 0,7x0,5x0,3 cm di
dekat kantus lateral,
Nyeri tekan (+), Pus
(-)
Tenang Konjungtiva Tenang
Jernih Kornea Jernih
Dalam Bilik Mata Depan Dalam
Bulat regular Iris Bulat regular
RP (+), RAPD (-) Pupil RP (+), RAPD (-)
Jernih Lensa Jernih
Jernih Vitreous Jernih
Belum di evaluasi Funduskopi Belum di evaluasi

17
18 Tekanan Intra Okular 20

Normal Kedudukan bola mata Normal


Normal Lapang pandang Normal

Foto Klinis Pasien

Mata Kanan Mata Kiri

Massa pada kantus lateralis sinistra

18
3.5 Diagnosis Kerja
OS Hordeolum Interna

3.6 Penatalaksanaan
Kompres hangat selama 10-15 menit, 5 kali sehari
Cendoxytrol EO 3 gtt 1 OS
Kontrol setelah 2 minggu

3.7 KIE
1. Menjelaskan pengertian penyakit, kemungkinan penyebab dan rencana
terapi pada pasien dan keluarga pasien.

2. Menjelaskan untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan mata.

3. Menjelaskan pentingnya pemakaian kacamata untuk menghindari debu


maupun asap .

4. Menjelaskan perlunya kontrol kembali untuk evaluasi tanda peradangan


kronis dan tindakan lanjutan.

3.8 Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, pasien ini didiagnosis


dengan hordeolum internum OS. Dimana dari hasil anamnesa didapatkan bahwa
pasien mengeluhkan bengkak di kelopak mata kiri sejak 5 hari yang lalu, keluhan
ini disertai dengan adanya mata merah, nyeri dan benjolan pada bagian dalam
kantung mata. Benjolan terasa nyeri berwarna merah, dan terasa mengganjal.
Salah satu penyakit yang dapat menimbulkan gejala pembengkakan pada
kelopak mata adalah infeksi seperti hordeolum. Sesuai dengan teori bahwa
hordeolum merupakan infeksi yang terjadi pada kelopak mata, yang ditandai
dengan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak, mengganjal dengan rasa
sakit, merah, dan nyeri bila ditekan. Pada hordeolum juga bisa disertai dengan
adanya abses yang diawali oleh pembentukan pus oleh Staphylococcus yang
akhirnya dapat pecah dan dapat memicu infeksi sekunder. 2,3
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, sering terpapar debu dan panas
matahari, pasien juga sering mengucek-ngucek matanya menggunakan tangan.
Salah satu faktor yang menjadi pemicu terjadinya hordeolum adalah faktor
kebersihan diri dan lingkungan. Kondisi kelopak mata yang kotor atau kebiasaan
mengucek-ngucek mata dengan tangan kotor dapat memicu terjadinya infeksi.
Hordeolum merupakan infeksi yang menular, oleh karena itu sangat penting untuk
menjaga kebersihan terutama daerah mata.2
Pada pemeriksaan fisik oftalmologi pada pasien ini didapatkan palpebra
superior hiperemis (+) benjolan pada kulit kelopak mata bagian kantus lateralis,
pus (-), nyeri tekan (+). Dari pemeriksaan visus mata didapatkan VOD 6/6 dan
VOS 6/7.5.
Pada penatalaksanaan kasus ini, pasien dianjurkan untuk melakukan kompres
hangat dan mendapatkan antibiotik topikal yaitu Cendoxytrol. Pada umunya
hordeolum dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi pada beberapa kasus, infeksi

20
ini harus memerlukan tatalaksaa. Tatalaksana awal yang biasanya dilakukan
adalah kompres hangat yang berfungsi untuk mempercepat peradangan

21
22

kelenjar. Pengangkatan bulu mata juga dapat dilakukan untuk drainase jika ada
nanah. Pada fase peradangan umunya diberikan antibiotik topikal berupa tetes
mata atau salep mata. Bila tidak ada perubahan, maka dapat diberikan antibiotik
sistemik. Apabila ada pus atau nanah yang tidak dapat dikeluarkan maka dapat
dilakukan insisi sesuai dengan indikasinya.3,6,8
BAB V
SIMPULAN

Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar


kelopak yang biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococcus. Infeksi ini dapat
mengenai semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada orang dewasa. Terdapat dua
bentuk hordeolum yaitu hordeolum eksternum yang timbul dari blokade dan
infeksi dari kelenjar Zeis dan Mol dan hordeolum internum yang timbul dari
infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak didalam tarsus. Hordeolum
memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak, mengganjal
dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan. Pada umunnya hordeolum dapat
sembuh sendiri dalam 1-2 minggu. Namun tak jarang memerlukan pengobatan
secara khusus, obat topikal (salep atau tetes mata antibiotik) maupun kombinasi
dengan obat antibiotik oral serta tindakan insisi untuk menangani infeksi yang
disertai dengan pembentukan pus. Umumnya prognosis pada penyakit ini baik,
dan penyakit ini dapat dicegah dengan beberapa cara, salah satunya adalah
menjaga kebersihan diri.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Pearce, E. 2010. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT


Gramedia
2. Vaughan, DG. 2012. Oftalmologi Umum Edisi 14. Cetakan I. Jakarta : Widya
Medika: Hal 17-20
3. Ilyas S, Yulianti SR. 2011. Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
4. Ellen R, Wald MD. Periorbital and Orbital Infections. Infections of the Head
and Neck; 2007 : 21(2)
5. Lindsley K, Nichols JJ. Interventions for Acute Internal Hordeolum. Wiley
Online Library; 2013 : 30(4)
6. Reisa R, Usak J, dkk. Sistem Pakar Untuk Diagnosis Penyakit Mata. JSIKA;
2013 : 2(2)
7. Yanoff M, Sassani JW. 2002. Ocular Pathology Sixth Edition. Piledelphia :
Mosby Elseveir
8. Leonita. Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Dalam Penatalaksanaan
Hordeolum di RSUP DR.Kariadi Semarang. 2011 : FK UNDIP

Anda mungkin juga menyukai