Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2020

UNIVERSITAS PATTIMURA

HORDOELUM

Disusun oleh:

Auliyah Septiani

2015-83-015

Pembimbing:

dr. Carmila L. Tamtelahitu, Sp. M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan cinta kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini guna
penyelesaian tugas kepaniteraan klinik pada bagian mata dengan judul referat
“Hordeolum”
Dalam penulisan referat ini, banyak pihak yang turut terlibat untuk
penyelesaiannya. Untuk itu penulis ingin berterima kasih kepada:
 dr. Carmila L. Tamtelahitu, Sp.M selaku Dokter spesialis sekaligus
pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian referat ini.
 Orang tua dan semua pihak yang telah membantu serta memberi motivasi
penulis dalam menyelesaikan penulisan referat ini.
Penulis menyadari bahwa sesungguhnya referat ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan banyak masukkan berupa kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk perkembangan penulisan referat dalam
waktu yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga referat ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Ambon, November 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

A. Latar Belakangq.............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................2

A. Anatomi Palpebra ..........................................................................................2


B. Definisi Hordeolum........................................................................................4
C. Epidemiologi..................................................................................................4
D. Etiologi ..........................................................................................................4
E. Patofisiologi...................................................................................................5
F. Klasifikasi Hordeolum...................................................................................5
G. Manifestasi Klinis..........................................................................................6
H. Diagnosa Hordeolum.....................................................................................7
I. Diagnosis Banding ........................................................................................7
J. Penatalaksanaan ............................................................................................8
K. Komplikasi ....................................................................................................10
L. Pencegahan.....................................................................................................10
M. Prognosis........................................................................................................10

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

A. Kesimpulan ...................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................13

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata didepan kornea.
Kelopak mata merupakan alat penutup mata yang berfungsi untuk melindungi bola
mata dari trauma dan pengeringan bola mata. Pada kelopak mata terdapat beberapa
kelenjar seperti kelenjar Sebasea, kelenjar Moll dan kelenjar Zeiss serta kelenjar
Meibom.1

Kelenjar kelopak mata dapat mengalami peradangan supuratif yang disebut


dengan hordeolum. Data epidemiologi internasional menyatakan bahwa hordeolum
adalah jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan. Insidensi
tidak tergantung ras dan jenis kelamin. Hordeolum lebih sering terjadi pada orang
dewasa dibandingkan pada anak-anak. Hal ini disebabkan karena tingkat hormon
androgenic yang lebih tinggi dan terjadi peningkatan viskositas sebum. Namun
hordeolum dapat terjadi pada anak-anak. Pada kebanyakan kasus, hordeolum dapat
sembuh dengan sendirinya.1,2

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Palpebra
Fisura palpebra adalah zona di antara palpebra bagian superior dan inferior.
Orang dewasa memiliki ukuran panjang fisura palpebra 27-30 mm dengan lebar 8-
11 mm. Palpebra supe rior cenderung lebih aktif bergerak dari palpebra bagian
inferor, dan dapat diangkat sampai 15 mm yang digerakkan muskulus levator
palpebra superior yang diinervasi oleh CN III. Palpebra merupakan struktur
dengan sembilan lapisan kompleks baik anatomi dan fungsinya. Anatomi lapisan
palpebra dan struktur dari permukaan luar ke dalam yaitu kulit, margo palpebra,
jaringan ikat subkutan, muskulus orbikularis okuli, septum orbita, muskulus
levator palpebra superior, otot muller, tarsus, dan konjungtiva.3.4

Kulit palpebra merupakan kulit paling tipis pada tubuh, terdapat rambut halus,
kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat. Lipatan kelopak mata superior berada di
dekat batas atas tarsus, tempat levator aponeurosis membentuk 6 perlekatan insersi
pertama.3.4

2
Margo kelopak mata memiliki struktur penting seperti punctum dari kanalikuli
yang terdapat di medial ujung setiap papila lakrimal. Punctum superior terletak di
bagian dalam dan mengarah ke bola mata serta tidak terlihat jika tidak dilakukan
eversi. Gray line atau sulkus intermarjinalis terdapat di sepanjang margo kelopak
mata yang secara histologis merupakan otot orbikularis okuli, otot Riolan, dan
bidang avaskular kelopak mata. Bulu mata atau silia tumbuh tepat di depan garis
tersebut, dan di belakang garis tersebut terdapat kelenjar meibom tepat di depan
mukokutan. Bulu mata disusun atas 2 atau 3 baris yang tidak teratur di sepanjang
tepi kulit anterior kelopak mata yang biasanya lebih panjang dan lebih banyak di
kelopak mata atas. Kelenjar Zeis yaitu kelenjar sebasea yang terdapat silia dan
kelenjar Moll, yang merupakan kelenjar keringat apokrin di kulit terdapat pada
margo palpebra.3.4.5.

Gambar : Margo Palpebra


Sumber. Nerad JA. Clinical anatomy. Dalam: Techniques in ophtalmic plastic
surgery.Elsevier. 2013.6

3
B. Definisi Hordeolum

Hordeolum adalah suatu peradangan akut pada kelopak mata yang ditandai
dengan rasa nyeri, bengkak, dan merah yang disebabkan oleh infeksi bakteri
staphylococcus. Infeksi dapat terjadi pada kelenjar air mata yang terletak disisi
dalam (internum) yaitu kelenjar meibom dan di sisi luar (eksternum) pada
kelenjar Zeis atau Moll. Hordeolum tampak seperti pustule kecil disepanjang tepi
palpebra dan dapat dibedakan dengan kalazion. Hordeolum dapat terbentuk pada
palpebra eksterna dan biasanya disebut sebagai bintil.2,7

C. Epidemiologi

Hordeolum adalah salah satu penyakit tersering pada mata yang dapat terjadi
pada banyak individu. Tidak berkaitan langsung antara ras, jenis kelamin dan
gender terhadap prevalensi hordeolum. Dewasa lebih banyak terkena hordeolum
disebabkan karena adanya peningkatan viskositas sebum. Individu dengan kondisi
seperti blefaritis, dermatitis seboroik, rosacea, diabetes dan peningkatan lipid dapat
meningkatkan risiko terjadinya hordeolum.8,9

D. Etiologi

Infeksi akut bakteri pada tepi palpebra 90%-95% kasus hordeolum disebabkan
oleh Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Hordeolum eksterna
disebabkan oleh penyumbatan kelenjar sebasea (zeis) atau kelenjar keringat
(Moll). Penyumbatan terjadi pada garis bulu mata dan tampak; seperti area
kemerahan yang bengkak dan berkembang menjadi pustule. Hordeolum interna
disebabkan oleh penyumbatan kelenjar meibom, dan pembentukan pustule terjadi
pada permukaan dalam palpebra.2,7,9,10

E. Patofisiologi

4
Infeksi terjadi akibat penebalan, stasis atau mengeringnya sekresi dari kelenjar
zeis, moll atau meibom. Kelenjar zeis dan moll merupakan kelenjar siliar pada mata.
Kelenjar zeis mensekresi sebum dengan substansi antiseptic yang dapat mencegah
pertumbuhan bakteri. Kelenjar mol memproduksi immunoglobulin A, mucin1 dan
lisosom yang esensial dalam pertahanan imun melawan bakteri pada mata. Ketika
kelenjar menjadi tersumbat, pertahanan pada mata menjadi terganggu. Stasis pada
kelenjar dapat membuat infeksi bakteri Staphylococcus aureus. Setelah respons
inflamasi lokal terjadi dengan infiltrasi leukosit, pembentukan abses terjadi.9.10

F. Klasifikasi Hordeolum
Hordeolum terbagi atas dua yaitu hordeolum eksterna dan hordeolum interna yaitu
sebagai berikut : 2,7.10
1. Hordeolum Eksterna
Hordeolum eksterna merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll dengan
penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternal,
nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, mengikuti
pergerakkan kulit dan mengalami supurasi serta dapat pecah dengan
sendirinya.1.2

Gambar 4. Hordeolum eksterna


(Sumber: Hordeolum: Acute abscess within an eyelid sebaceous gland)11
2. Hordeolum Interna

5
Hordeolum interna merupakan radang kelenjar Meibom dengan penonjolan
terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Pada hordeolum internal, benjolan
menonjol kea rah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan
kulit, serta jarang mengalami supuratif dan tidak pecah dengan sendirinya.1.2

Gambar 5. Hordeolum interna


(Sumber: Hordeolum: Acute abscess within an eyelid sebaceous gland)11

G. Manifestasi Klinis Hordeolum2,7,8


Hordeolum dimulai sebagai tonjolan kecil dengan area berwarna kuning pada
pusat yang merupakan nanah. Hordeoulum tampak seperti akne di sepanjang tepi
palpebra yang akan bengkak sampai nanah pecah. Tanda dan gejala klinisnya
meliputi benjolan pada palpebra, bengkak, nyeri, kemerahan, penglihatan kabur,
pengeluaran mucus/secret, sensitif terhadap cahaya.
Stadium hordeolum meliputi:
1. Stadium infiltrate
Ditandai dengan kelopak mata bengkak, kemerahan, nyeri tekan dan keluar
sedikit kotoran.
2. Stadium supuratif
Ditandai dengan adanya benjolan yang berisi pus

H. Diagnosa Hordeolum.11,12

6
1. Riwayat pasien
Pasien akan mengeluhkan adanya nyeri, kemerahan dan bengkak pada
palpebra tanpa adanya riwayat benda asing atau trauma pada mata. Keluhan
dirasakan pertama dengan adanya edema dan eritema pada keseluruhan
palpebra yang nantinya akan menjadi edema lokal. Pasien mengalami
penglihatan kabur akibat penekanan benjolan pada kornea. Riwayat pernah
mengalami hordeolum sebelumnya atau memiliki faktor risiko seperti
blefaritis atau rosacea.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lengkap pada area sekitar mata dan permukaan
konjungtiva diperlukan. Inspeksi didalam palpebra diperlukan untuk
membedakan hordeolum eksterna dan interna. Pada pemeriksaan ditemukan
adanya area penonjolan dengan eritema lokal pada palpebra luar atau dalam.
Benjolan dapat mengenai satu atau kedua palpebra dan dapat tunggal atau
multipel. Pasien juga dapat memiliki tanda-tanda blefaritis atau rosacea.

I. Penatalaksanaan Hordeolum2,7,8,11
1. Non medikamentosa
a. Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat
3 kali sehari selama 10 – 15 menit.
b. Membersihkan kelopak mata dengan air bersih ataupun dengan
sabun atau shampo yang tidak menimbulkan iritasi,seperti sampo bayi.
c. Menghindari pemakaian make up pada mata, karena kemungkinan
hal itu menjadi penyebab infeksi.
2. Medikamentosa
a. Antibiotik
Lesi yang persisten atau besar membutuhkan terapi antibiotic untuk
memperpendek durasi dan keparahan. Salep antibiotik makrolid seperti
salep mata eritromisin sering digunakan dan memiliki keuntungan dalam

7
melubrikasi. Salep mata diberikan dua hari sekali selama 7 – 10 hari.
Untuk obat antibiotik oral diberikan apabila dicurigai adanya komplikasi
seperti selulitis.
3. Pembedahan
a. Insisi
Terlebih dahulu diberikan anestei topikal dengan tetes mata pantokain.
Dilakukan anestesi infiltrat dengan prokain atau lidokain di
daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila:
1) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fliktuasi pus,
tegak lurus pada margo palpebra.
2) Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra
b. Ekskokhleasi atau kuretase
Seluruh isi jaringan yang meradang di dalam kantongnya
dikuretase dan kemudian diberi salep antibiotik.

J. Diagnosis Banding
a. Kalazion
Merupakan peradangan kronik, fokal, dan steril dari kelenjar Meibom
yang tersumbat. Gejalanya terdapat peradangan ringan, benjolan yang
tidak hiperemis dan tidak nyeri.13

Gambar Kalazion
Sumber : Gary A. Jordan. Beier k. Chalazion. StatPearls Publishing. 2020.
b. Selulitis Preseptal

8
Selulitis preseptal merupakan infeksi pada kelopak mata dan jaringan lunak
periorbital yang ditandai dengan eritema kelopak mata akut dan edema. Dapat
disertai dengan konjungtivitis dan penurunan visus. Infeksi ini biasanya
terjadi akibat penyebaran local dari sinusitis, infeksi okular eksternal, atau
trauma pada kelopak mata.

Gambar Selulitis preseptal


Sumber : Bahar TF. Zaman M. Khan MN. Khan MD. Risk Factors of Preseptal and Orbital
Cellulitis. J Coll Physicians Surg. Pal. Jan. 2009;19 (1) : 39-42

c. Dakriosistisis
Dakriosistisis merupakan infeksi akut atau kronik pada saccus lakrimalis.
Pasien mengalami nyeri, bengkak, dan kemerahan pada kantus medialis.
Dapat disertai dengan demam, dipoplia, konjungtivitis, serta leukositosis.

Gambar dakriosistitis
Sumber : Pinar SS. Sota M. Lerchundi TX. et al. Systematic Approach to Diagnosis and
Therapy. Curr Infect Dis : 2012.
K. Komplikasi

9
Komplikasi hordeolum dapat berupa mata kering, simblefaron, abses, atau
selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di
depan septum orbita dan abses palpebra.

L. Pencegahan
Untuk mencegah kekambuhan dari hordeolum, pasien disarankan untuk:
1. Hindari menggosok mata
2. Mencuci tangan sebelum menyentuh mata
3. Mencuci tangan sebelum memakaikan kontak lensa; jaga agar lensa tetap
bersih
4. Melindungi mata dari debu dan polusi udara
5. Mengganti make up mata setiap 6 bulan sekali (bakteri dapat tumbuh dalam
make up)
6. Jangan meminjamkan make up ke orang lain
7. Jika mengalami kekambuhan, bersihkan palpebra dengan air hangat dan
sampo bayi secara teratur.

M. Prognosis
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bias
mengalami penyembuhan dengan sendirinya. Hordeolum biasanya dapat sembuh
sendiri secara spontan dalam 1 – 2 minggu

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar
sebasea palpebra. Hordeolum terdiri dari hordeolum internum (glandula
Meibom) dan ekstrenum (glandula Zeiss atau Moll). Hordeolum memberikan
gejala radang pada palpebra seperti bengkak, mengganjal dengan rasa sakit,
merah dan nyeri bila ditekan. Hordeolum internum biasanya
berukuran lebih besar dibanding hordeolum ekternum.
Hordeolum dan kalazion dapat terjadi secara spontanpada semua umur dan
dapat dikaitkan dengan kebersihan yang buruk pada palpebra. Terapi awal
yang dapat dilakukan adalah dengan kompres hangat selama 10 – 15 menit
dan membersihkan palpebra dengan menggunakan sampo bayi. Selain itu
dapat juga diterapi dengan menggunakan antibiotik topikal maupun oral.
Apabila hordeolum berukuran besar dan tidak mengalami perbaikan
menggunakan antibiotic, dapat dilakukan insisi dan drainase. Prognosis untuk
pasien dengan hordeolum baik karena dapat sembuh sendiri sekitar 1- 2
minggu.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Lids and Lacrimal Apparatus. In :


General Ophthalmology. 18th Ed.2013. p. 67-8.
2. Ilyas Sidarta, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4 th ed. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI;2013.
3. Forrester JV, Dick AD, McMenamin PG, Roberts. Anatomy of the eye and
orbit. Dalam: The eye basic science in practice edisi ke-4. Elsevier. 2016.
hlm 1-7.
4. Ansari MW, Nadeem A. Anatomy of the eyelids. Dalam: Ansari MW,
Nadeem A, editor. Atlas of ocular anatomy. Switzerland. Springer; 2016.
hlm. 55-8.
5. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Orbital anatomy. Dalam: Orbit,
Eyelids, and Lacrimal System. San Fransisco. American Academy
Ophtalmology. 2016. hlm. 5-17.
6. Nerad JA. Clinical anatomy. Dalam: Techniques in ophtalmic plastic
surgery. Elsevier. 2013. hlm 46-8.

7. Lindskey K, Nichols JJ, Dickersin K. Non-surgical interventions for acute


internal hordeolum. Cochrane Library. 2017;1:1-16
8. Bragg KJ. Le PH. Le JK. Hordeolum. StatPerls [internet]. Treasure Island
StatPerls Publishing; 2020.

9. Jackson JL. Chalazion and Hordeolum. In Prosedures for Primary Care.


Elsevier Inc;2020
10. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell
publishing, Australia: 2013; page 52-4.
11. McAlinden C, González-Andrades M, Skiadaresi E. Hordeolum: Acute
abscess within an eyelid sebaceous gland. Cleve Clin J Med. 2016
May;83(5):332-4

12
12. Pflipsen M, Massaquoi M, Wolf S. Evaluation of the Painful Eye. Am
Fam Physician. 2016 Jun 15;93(12):991-8.
13. Gary A. Jordan. Beier k. Chalazion. StatPearls Publishing. 2020.
14. Bahar TF. Zaman M. Khan MN. Khan MD. Risk Factors of Preseptal and
Orbital Cellulitis. J Coll Physicians Surg. Pal. Jan. 2009;19 (1) : 39-42
15. Cioffi GA. Liebmann JM. Disease of the Visual System. In Godman Cecil
Medicine. Elsevier inc ;2020

13

Anda mungkin juga menyukai