Anda di halaman 1dari 14

MINI CLINICAL EXAMINATION

OS HORDEOLUM INTERNUM
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan
Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada:
dr. Evita Wulandari, Sp.M
Disusun Oleh:
Rr. Dristia Nugraheningtyas
20090310032
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disahkan MINI C-EX dengan judul :

OS HORDEOLUM INTERNUM

Disusun oleh :
Rr Dristia Nugraheningtyas
20090310032

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata


Pada tanggal Februari 2015

dr. Evita Wulandari, Sp.M

BAB I
A. Data Pasien
Nama

: Tn. AM
1

Umur

: 36 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki


Pekerjaan

: Buruh Serabutan

Alamat

: Wareng RT 01/03 Butuh Purworejo

B. Anamnesis
Keluhan Utama
Terdapat benjolan di kelopak mata kiri sejak 1 bulan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik mata dengan keluhan terdapat benjolan di
kelopak mata kiri (+), benjolan tersebut dirasa perih (+), gatal (+), terasa
ganjel. Air mata sering keluar, tidak merasa silau, pandangan tidak dirasa
berkurang. Benjolan ini terasa semakin mengganggu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalamai penyakit serupa sebelumnya dan sering

kambuh-kambuhan dan sembuh sendiri.


Riwayat alergi disangkal
Riwayat trauma pada mata disangkal.
Riwayat pemakaian obat tetes mata sebelumnya disangkal.
Riwayat diabetes mellitus disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
Riwayat alergi pada keluarga disangkal
Riwayat diabetes Mellitus disangkal
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran

: Tampak Baik
: Kompos mentis

Pemeriksaan

OD

OS

Visus

5/6

5/6

Pemeriksaan Objektif Mata

Pemeriksaan

OD

OS

Palpebra
Pasangan

Tidak simetris

Gerakan

Bebas

Tidak bebas

Edema

(-)

(+) benjolan,
punctume (+), 4mm

Nyeri tekan

(-)

(-)

Sikatrik

(-)

(-)

Bola mata
Pasangan
Gerakan

Simetris
Segala arah

Konjungtiva
Pemeriksaan

Segala arah
OD

OS

Hiperemi
Sklera

(-)

(-)

Edema
Warna
Sekret
Edema

(-)

Putih

(-) Putih

(-)

(-)

(-) (-)

Papil
Nodul
Folikuler
Kornea

(-)

(-)

(-) (-)

(-)

(+)

Warna

Jernih

Jernih

Permukaan

Licin

Licin

COA

Dalam

Dalam

Bentuk

Bulat

Bulat

Diameter

4 mm

4 mm

Kedudukan

Sentral

Sentral

Iris/Pupil

Gambar 1. Perbandingan palpebra kiri dan kanan.

Gambar 2. Benjolan pada kelopak mata kiri

D. Diagnosis Banding
1.
2.
3.
4.

OS Hordeolum Internum
OS Hordeolum Eksternum
OS Kalazion
OS Karsinoma sel basal

E. Pemeriksaan Penunjang
- Stilt Lamp
- Oftalmoskop
F. Diagnosis
OS Hordeolum Internum
G. Penatalaksanaan
Terapi Konservatif
- kompres hangat 3-4x/hari selama 10-15mnt
- perbaiki higine kelopak mata
Medikamentosa
- Antibiotik Sistemik: Ceprofloxacin 2x500mg
- Tobroson TM 5ml 6dd OS
- Mycos Salepmata 3dd OS
- Cortidex tab 0,5mg 3dd1
Pembedahan
Tidak Dilakukan
H. Prognosis
Ad visam

: dubia ad bonam

Ad sanam

: dubia ad bonam

Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad kosmetikam

: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI HORDEOLUM
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar
Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum

interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial
adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.
Hordeolum (Stye) adalah suatu infeksi pada satu atau beberapa kelenjar
di tepi atau di bawah kelopak mata.
Bisa terbentuk lebih dari 1 hordeolum pada saat yang bersamaan.
Hordeolum biasanya timbul dalam beberapa hari dan bisa sembuh secara
spontan. Hordeolum dibagi 2, yaitu:
1.

Hordeolum internum adalah abses akut pada kelopak mata yang


disebabkan oleh infeksi stafilokokkus pada kelenjar meibomian, dengan
penonjolan mengarah ke konjungtiva. Hordeolum yang terbentuk pada

2.

kelenjar yang lebih dalam.


Hordeolum eksternum disebabkan oleh infeksi stafilokokkus yang
memberikan gambaran abses akut yang terlihat pada folikel bulu mata dan
kelenjar Zeis atau Moll, hordeolum aksternum sering ditemukan pada
anak-anak.
B. ANATOMI PALPEBRA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang
dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir
pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke
dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan
areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva
pelpebrae).
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian

otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal;


bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar
palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus
facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan
lapis subaponeurotik dari kujlit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas
jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di
kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi
tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula
Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang
bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah
modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu
mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini
terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi
(glandula Meibom atau tarsal)
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis
kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis
yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar

antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari
levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu
dengan tarsus inferior.
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah
muskulus

rektus

inferior, yang

menjulurkan

jaringan

fibrosa

untuk

membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah


tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi
oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus
okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.

Gambar 3. Anatomy of upper-lower eyelids and meibom gland

C. ETIOLOGI
Infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang
disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri
stafilokokkus ).
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum. Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum kadang
8

timbul besamaan dengan atau sesudah blefaritis, hordeolum bisa timbul secara
berulang.
D. FAKTOR RESIKO
1. Penyakit kronik.
2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
4. Diabetes
5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
6. Riwayat hordeolum sebelumnya
7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih
8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.
E. PATOFISIOLOGI
Infeksi bakteri stafilokokkus pada kelenjar yang sempit dan kecil,
biasanya menyerang kelenjar minyak (meibomian) dan akan mengakibatkan
pembentukan abses (kantong nanah) kearah kulit kelopak mata dan
konjungtiva biasanya

disebut hordeolum internum. Apabila bakteri

stafilokokkus minyerang kelenjar Zeis atau moll maka akan membentuk


abses kearah kulit palbebra yang biasanya disebut hordeolum eksternum.
Setelah itu terjadi pembentukan chalazion yakni benjolan di kelopak mata
yang disebabkan peradangan di kelenjar minyak (meibom), baik karena
infeksi maupun reaksi peradangan akibat alergi.
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar
Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar
Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini
memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe
hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna

diawali

dengan

pembentukan nanah dalamlumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus.


Biasanya mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan

lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi
sekunder oleh Staphylococcus aureus.
Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara histologis
akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dandebris
nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar
Meibom dilempeng tarsal.
F. GEJALA KLINIS
Gejala subyektif dirasakan mengganjal pada kelopak mata rasa sakit
yang

bertambah

kalau

menunduk,

dan

nyeri

bila

ditekan.

Gejala obyektif tampak suatu benjolan pada kelopak mata atas/bawah yang
berwarna merah dan sakit bila ditekan didekat pangkal bulu mata.
Secara umum gambaran ini sesuai dengan suatu abses kecil.
Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila ditekan dan
nyeri pada tepi kelopak mata. Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya
terang dan penderita merasa ada sesuatu di matanya.
Biasanya hanya sebagian kecil daerah kelopak yang membengkak,
meskipun kadang seluruh kelopak membengkak. Di tengah daerah yang
membengkak seringkali terlihat bintik kecil yang berwarna kekuningan.
Bisa terbentuk abses (kantong nanah) yang cenderung pecah dan
melepaskan sejumlah nanah.
Pada hordeolum interna, benjolan akan nampak lebih jelas dengan membuka
kelopak mata. Keluhan yang kerap dirasakan oleh penderita hordeolum
diantaranya rasa mengganjal pada kelopak mata, nyeri takan dan makin nyeri saat
menunduk. Kadang mata berair dan peka terhadap sinar. Hordeolum dapat
membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.
G. KOMPLIKASI
Selulitis palpebra, abses palpebra, Konjungtivitis.
H. PENATALAKSANAAN
Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari.
Umum

10

1. Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
2. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau
sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini
dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata
tertutup.
3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan
infeksi yang lebih serius.
4. Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu
menjadi penyebab infeksi.
5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke
kornea.
Obat
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam
tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah
hordeolum.
1. Antibiotik topikal.
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam
selama 7-10 hari.
Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus
hordeolum eksterna dan hordeolum interna ringan.
2. Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat
tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular.
Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang
sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per
oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau
cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari
selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.
Pembedahan

11

Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur


pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal
dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain
atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila:

Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak


lurus pada margo palpebra.

Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.


Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh

isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep


antibiotik.
I. PROGNOSIS
Hordeolum biasanya sembuh spontan dalam waktu 1-2 minggu.
Resolusi lebih cepat dengan penggunaan kompres hangat dan ditutup yang
bersih. Hordeolum Internal terkadang berkembang menjadi Kalazion, yang
mungkin memerlukan steroid topikal atau intralesi atau bahkan insisi dan
kuretase.
J. PENCEGAHAN
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
wajah danmembiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar
hordeolum tidak mudah berulang,dengan mengusap kelopak mata dengan
lembut menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar
lemak, menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi
oleh kuman, dan menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah
berdebu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
2. Doenges, Marilyyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta EGC

12

3. Manfredi T. Hordeolum Treatment. [online]. 2011. [cited 2015 Februari 10].


[hal/screens].Availablefrom:http://www.healthguidance.org/entry/15643/1/
Hordeolum-Treatment.html.
4. Riordan, P and Whicher, J.P. 2009. Vaughan & Asbury OFTALMOLOGI
UMUM Edisi 17 Hordeolum. Jakarta: EGC.
5. Ilyas, H.S dan Yulianti, S.R. 2014. Ilmu Penyakit Mata Edisi 5. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI.

13

Anda mungkin juga menyukai