Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah

dalam darah. (WHO,2015). Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar

hemoglobin darah yang lebih rendah daripada normal sebagai akibat

ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam produksinya guna

mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal. Anemia gizi besi adalah

anemia yang timbul karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel

darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu (Adriani & Wijatmadi, 2012).

World HealthOrganization (2013) menyebutkan prevalensi anemiahampir

merata di berbagai wilayah dunia, yaitu berkisar 40-88%.Sekitar 25-40% remaja

putri di Asia Tenggara menderita anemia.Prevalensi anemia remaja di negara-

negara berkembang sebesar 27%, sedangkan dinegara maju sebesar 6%.Dikuatkan

oleh pendapat Widyastuti dan Hardiyanti (2010)bahwa prevalensi anemia di

negara berkembang cukup tinggi yaitu sekitar 370 juta jiwadan Indonesia

termasuk dalam negara berkembang.

Data hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi anemia di

Indonesia sebesar21,7%dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar

26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun. Berdasarkan jenis kelamin,

anemia pada laki-laki sebesar 18,4% dan perempuan sebesar 23,9%.

Remaja putri memiliki resiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita

anemia dibandingkan dengan remaja putra (Kemenkes RI, 2014).Ada beberapa

alasan mengapa remaja putri memiliki sepuluh kali resiko, yang pertama adalah

1
2

remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa

pertumbuhan, sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak.Alasan

kedua adalah kerena remaja putri seringkali menjaga penampilan agar tetap

langsing atau kurus, sehingga berdiet atau mengurangi makan(Sulistyoningsih,

2011).

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dalam berbagai hal, baik fisik,

mental, sosial maupun emosional (World Health Organization, 2011).Remaja

masih dalamproses mencari identitas diri sehingga seringkali mudah tergiur oleh

modernisasi dan teknologi.Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh informasi

dan komunikasi. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada masa remaja

menyebabkan terjadinya banyak perubahan dalam kehidupan remaja, termasuk

ragam gaya hidup dan perilaku konsumsi remaja (Sarwono, 2011)

Anemia merupakan masalah kesehatan yang utama untuk ditangani sebab

apabila anemia banyak terjadi khususnya pada kalangan remaja putri akan

membawa dampak yang komplek. Dampak anemia remaja putri antara lain lelah,

konsentrasi belajar menurun sehingga prestasi belajar rendah dan dapat

menurunkan produktivitas remaja. Di samping itu juga menurunkan daya tahan

tubuh sehingga mudah terkena infeksi (Robertus, 2014).

Selain itu remaja putri merupakan sosok calon ibu jika sejak remaja telah

menderita anemia, maka apabila hamil akan semakin berat. Kehamilan

membutuhkan jumlah zat besi yang banyak untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin. Kehamilan dengan anemia akan meningkatkan resiko

keguguran, kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, kematian

perinatal dan kematian ibu (Rajaretnam & Hallad, 2012).


3

Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya anemia antara lain pengetahuan

seseorang yang dapat mempengaruhi perilakunya termasuk pola hidup dan

kebiasaan dalam konsumsi makanan (Martini, 2015). Sehingga untuk mencegah

kejadian anemia defisiensi besi, maka remaja puteri perlu dibekali dengan

pengetahuan tentang anemia defisiensi besi itu sendiri (Dharmadi, dkk, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan olehYamin (2012) tentang Hubungan

Pengetahuan, Asupan Gizi dan Faktor Lain Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Anemia Pada Remaja Putri didapatkan pengetahuan remaja yang kurang 85

(83,3%) lebih tinggi menderita anemia dibandingkan dengan remaja dengan

pengetahuan baik yang menderita anemia 33 (46,5%).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 21

Oktober 2019 di SMKN 1 Tembilahan, peneliti mewawancarai 6 siswi dengan

hasil 1 siswi berpengetahuan baik, 2 siswi berpengetahuan cukup, dan 3 siswi

berpengetahuan kurang tentang anemia.Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian mengenai”gambaran pengetahuan remaja putri tentang

anemia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui

“Bagaimana gambaran pengetahuan remaja putri tentang anemia pada Siswi kelas

XSMKN 1 Tembilahan Tahun 2019?”


4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang anemia

pada Siswi kelas X di SMKN 1 Tembilahan Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang Anemia

pada Siswi kelas X di SMKN 1 Tembilahan Tahun 2019

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Responden

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan

pengetahuan kepada responden tentang Anemia.

2. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dan sebagai

informasi bagi pihak sekolah tentang anemia terhadap remaja (Peserta didik)

saat ini sehingga pihak sekolah dapat membantu kualitas dan kuantitas

pendidikan dalam bidang kesehatan.

3. Bagi Akbid Husada gemilang

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi di perpustakaan

Akbid Husada Gemilang khususnya gambaran pengetahuan remaja putri

tentang anemia pada Siswi Kelas X SMKN 1 Tembilahan Tahun 2019.

4. Bagi peneliti Selanjutnya

Sebagai Referensi penulisan karya tulis ilmiah dan menambah

pengetahuan serta wawasan penulis khususnya tentang gambaran

pengetahuan anemia pada remaja putri.


5

E. Ruang Lingkup

Jenis penelitian ini bersifat Deskriptif dengan jenis desain Cross

sectionalUntuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang anemia

pada Siswi kelas XSMKN 1 Tembilahan Tahun 2019. Populasi dalam Penelitian

ini adalah seluruh Siswi kelas X SMKN 1 Tembilahan Tahun 2019sebanyak 276

siswi dan yang menjadi sampel ada 73 orang. Teknik pengambilan sampel

menggunakan Quota sampling.Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan

Oktober 2019 di SMKN 1 Tembilahan. Data yang dikumpulkan adalah data

primer dengan menggunakan lembar angket hasil rekapitulasi, dan data sekunder

berupa data jumlah siswi kelas X di SMKN 1 Tembilahan yang diperoleh dari

Tata Usaha. Teknik Analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

Univariat, yaitu untuk melihat distribusi frekuensi variabel.


6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengetahuan

1. Defenisi

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses

sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau

open behavior (Donsu, 2017).

Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau

hasil tahu seseorang terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang

dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu

penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh

intensitas perhatiandan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang

sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan

(Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat erat

hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan semakin

luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah tidak mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari

pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.Kedua aspek ini akan menentukan

sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang

6
7

diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek

tertentu (Notoatmodjo, 2014).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari

sebelumnya,termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari rangsangan yang telah diterima.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini para remaja putri diharapkan

mampu mengingat kembali informasi yang diketahuinya mengenai anemia

dengan pola asupan makanan.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Disini para remaja putri diharapkan mampu

menjelaskan secara benar tentang anemia dengan pola asupan makanan

dan dapat menginterpretasikannya dengan benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
8

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis diartikan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan pada kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

3. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan yaitu :

a. Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah upaya untuk memberikan

pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

Pada remaja putri yang memiliki tingkat pendidikan SMA akan

memberikan jawaban lebih rasional dibandingkan remaja putri yang

pendidikan SMP.

b. Informasi Seorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi tentang anemia pada


9

remaja biasanya didapat dari teman, keluarga, tetangga, media sosial

seperti iklan TV, informasi melalui Hp, brosur dan spanduk dll.

c. Budaya Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhan meliputi sikap dan keperayaan, pada hal ini remaja putri akan

percaya dengan orang yang lebih di tuakan dan mengikuti kebiasaan yang

sudah ada, jika pada jaman orang tua dahulu mengkonsumsi makanan

dengan seadanya maka kebiasaan tersebut akan diikuti oleh remaja putri

seperti makan asal kenyang tanpa mempertimbangkan nilai gizinya.

d. Pengalaman Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah

pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal. Pada pengalaman ini

remaja putri akan mencontoh dari pengalaman baik dari pengalaman

dirinya sendiri atau juga didapatkan dari pengalaman orang lain. Misalnya

pengalaman orang lain yaitu mengkonsumsi daging akan membuat

tambah gendut, dari pengalaman temannya tersebut remaja putri akan

merasa takut mengkonsumsi daging.

e. Sosial Ekonomi Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat ekonomi akan menambah

pengetahuan. Sosial eknomi ini memperngaruhi akan zat gizi pada remaja

putri, jika sosial ekonomi semakin tinggi bisanya akan semakin tinggi

juga kualitas makanan dengan gizi seimbang akan terpenuhi, sebaliknya

jika sosial ekonomi rendah maka akan enggan memenuhi gizi

seimbangnya

f. Umur Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin baik tentang pentingnya kebutuhan zat gizi seimbang untuk


10

remaja putri, biasanya disini yang lebih berperan adalah ibu yang

memasak untuk anaknya.

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Macam cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, yaitu :

a. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah

1) Cara coba salah (tria land error) Cara ini dilakukan dengan

menggunakan beberapa cara untuk memecahkan masalah, dan apabila

cara tersebut tidak berhasil, dicoba cara yang lain.

2) Secara kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi secara

tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan

3) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan dapat berupa tokoh

masyarakat misalnya ahli agama, pemegang pemerintahan dan

sebagainya, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas

dan kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoriritas pemimpin

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan

4) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman merupakan sumber

pengetahuan atau pengalaman untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, misalnya dari pengalaman pernah gagal meraih sesuatu

menjadi pengalaman dan pengetahuan baru.

5) Cara akal sehat (commonsense) Akal sehat atau commonsense ini

dapat menemukan teori atau kebenaran

6) Kebenaran melalui wahyu ajaran dan dogma agama adalah suatu

kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi, kebenaran


11

ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang

bersangkutan

7) Kebenaran secara intuitif. Diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran

atau berfikir. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan

intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja

8) Melalui jalan pikiranmanusia telah mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya

9) Induksi. Merupakan proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

10) Deduksi. Merupakan pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum ke khusus, dalam proses berpikir deduksi berlaku

bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu,

berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada

setiap yang termasuk dalam kelas itu.

b. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer

disebut metodologi penelitian (research methodology), diadakan

penelitian langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan,

kemudian diambil kesimpulan umum kemudian dijadikan dasar untuk

mengembangkan metode penelitian yang lebih praktis


12

5. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur dengan cara melakukan tes wawancara serta

angket kuesioner, di mana tes tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan materi yang ingin diukur dari subyek penelitian

(Notoatmodjo,2010).Pengukuran tingkat pengetahuan bertujuan untuk

mengetahui status pengetahuan seseorang dan dirangkum dalam tabel

distribusi frekuensi.

Pengukuran tingkat pengetahuan seseorang dapat dikategorikan

sebagai berikut :

a.Tingkat pengetahuan dikatakan baik jika responden mampu menjawab

pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar ≥ 75% dari seluruh

pernyataan dalam kuesioner.

b.Tingkat pengetahuan dikatakan cukup jika responden mampu menjawab

pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar 56 -74% dari seluruh

pernyataan dalam kuesioner.

c.Tingkat pengetahuan dikatakan kurang jika responden mampu menjawab

pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar < 55% dari seluruh

pernyataan dalam kuesioner (Budiman, 2013).

B. Remaja

1. Definisi

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa Latin

“adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang

dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan

sosial dan psikologis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24
13

tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun. Menurut

BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, dkk, 2010).

Remaja merupakan proses seseorang mengalami perkembangan semua

aspek dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Peralihan masa kanak-

kanak menjadi dewasa sering disebut dengan masa pubertas.Masa pubertas

merupakan masa dimana remaja mengalami kematangan seksual dan organ

reproduksi yang sudah mulai berfungsi.Masa pematangan fisik pada remaja

wanita ditandai dengan mulainya haid, sedangkan pada remaja laki-laki

ditandai dengan mengalami mimpi basah (Sarwono, 2011).

2. Tahap Perkembangan Remaja

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat cepat, baik

fisik maupun psikogis. Perkembangan remaja laki-laki biasanya berlangsung

pada usia 11 sampai 16 tahun, sedangkan pada remaja perempuan berlangsung

pada usia 10 sampai 15 tahun. Perkembangan pada anak perempuan lebih cepat

dibandingkan anak laki-laki karena dipengaruhi oleh hormon

seksual.Perkembangan berpikir pada remaja juga tidak terlepas dari kehidupan

emosionalnya yang labil (Proverawati dalam Ngafif, 2013).

Menurut Sarwono (2011) ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu :

a. Remaja awal

Remaja awal sering dikenal dalam istilah asing yaitu early

adolescence memiliki rentang usia antara 11-13 tahun. Pada tahap ini

mereka masih heran dan belum mengerti akanperubahan yang terjadi pada

tubuhnhya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan tersebut.


14

Mereka juga mengembangkan pikiran-pikiran baru, mudah tertarik pada

lawan jenis, dan juga mudah terangsang secara erotis.

b. Remaja madya

Remaja yang dikenal dalam istilah asing yaitu middle adolescence

memiliki rentang usia antara 14-16 tahun. Tahap remaja madya atau

pertengahan sangat mebutuhkan temannya.Masa ini remaja lebih

cenderung memiliki sifat yang mencintai dirinya sendiri (narcistic).Remaja

pada tahap ini juga masih bingung dalam mengambil keputusan atau masih

labil dalam berperilaku.

c. Remaja akhir

Remaja akhir atau istilah asing yaitu late adolescence merupakan

remaja yang berusia antara 17-20 tahun.Masa ini merupakan masa menuju

dewasa dengan sifat egois yaitu mementingkan diri sendiri dan mencari

pengalaman baru.Remaja akhir juga sudah terbentuk identitas

seksualnya.Mereka biasanya sudah berpikir secara matang dan intelek

dalam mengambil keputusan.

3. Perkembangan Remaja

a. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik pada remaja ditandai dengan tumbuhnya rambut

di tubuh seperti di ketiak dan sekitar alat kemaluan.Perkembangan fisik

pada anak perempuan yaitu tumbuhnya payudara, panggul yang

membesar, dan suara yang berubah menjadi lembut.Pada anakperempuan

mengalami puncak kematangan reproduksi yang ditandai dengan

menstruasi pertama (menarche). Menstruasi merupakan tanda bahwa anak


15

perempuan sudah mampu memproduksi sel telur yang tidak dibuahi,

sehingga akan keluar bersama dengan darah menstruasi melalui vagina

(Sarwono, 2011).

b. Perkembangan emosi

Pada remaja awal mulai ditandai dengan lima kebutuhan dasarnya

yaitu : fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, dan perwujudan diri.

Setiap remaja juga masih menunjukkan reaksireaksi dan ekspresi emosinya

yang masih labil. Remaja awal masih belum terkendali dalam meluapkan

ekspresinya seperti pernyataan marah, gembira, dan sedih yang setiap saat

dapat berubah-ubah dalam waktu yang cepat (Mubiar, 2011)

c. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif remaja dapat dilihat dari mereka dalam

menyelesaikan masalahnya yaitu dengan penyelesaian yang logis.Dalam

menyelesaikan masalah remaja juga dapat mencari solusi dan jalan

keluarnya secara efektif.Remaja juga mampu berpikir secara abstrak setiap

menyelesaikan masalah (Potter & Perry, 2009).

d. Perkembangan psikososial

Perkembangan psikososial pada remaja biasanya ditandai dengan

ketertarikannya remaja tersebut untuk bersosial pada teman

sebayanya.Remaja pada masa ini biasanya mengalami masalah pada teman

dan memiliki ketertarikan pada lawan jenisnya.Remaja sudah memiliki

rasa solidaritas yang tinggi dan memiliki rasa saling menghormati pada

teman sebayanya maupun orang yang lebih tua pada mereka.Pada masa ini

remaja sudah mementingkan penampilannya ketika bertemu seseorang

yang sesama jenis ataupun lawan jenisnya (Potter & Perry, 2009).
16

C. Anemia

1. DefenisiAnemia

Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang

rendahdalam darah. (WHO,2015). Batas kadar HB remaja putri untuk

mendiagnosa anemia yaitu apabila kadar Hb kurang 12 gr/dl ( tarwoto, dkk,

2010). Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah merah

atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya

berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria anemia biasanya

didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100 ml dan

pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12 gram/100 ml (Proverawati,

2011).

Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang

lebih rendah daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan

pembentuk sel darah merah dalam produksinya guna mempertahankan kadar

hemoglobin pada tingkat normal. Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul

karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan

fungsi laindalam tubuh terganggu (Adriani & Wijatmadi, 2012).

Remaja putri risiko sepuluh kali besar untuk menderita anemia

dibandingkan dengan remaja putra.Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami

menstruasi setiap bulannya dan dalam masa pertumbuhan sehingga

membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak.Selain itu, ketidakseimbangan

asupan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada remaja. Remaja putri

biasanya sangat memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak yang

membatasi konsumsi makanan dan banyak pantangan terhadap makanan.


17

2. Tanda- Tanda Anemia

Menurut Aulia (2012), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah :

a. Mudah lelah

b. Kulit pucat

c. Sering gemetar

d. Lesu, lemah, letih, lelah, dan lalai (5L)

e. Sering pusing dan mata berkunag-kunang

f. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, dan telapak tangan

tampak pucat, serta anemia yang parah (kurang dari 6 gr/desiliter darah)

dapat menyebabkan nyeri.

3. Penyebab Anemia Pada Remaja Putri

Menurut Proverawati (2012), penyebab anemia adalah :

a. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan Sel-sel darah normal yang

dihasilkan oleh sumsum tulang akan beredar melalui darah ke seluruh

tubuh. Pada saat sintesis, sel darah yang belum matur (muda) dapat juga

disekresi kedalam darah. Sel darah yang usianya muda biasanya gampang

pecah sehingga terjadi anemia. Penghancuran sel darah merah yang

berlebuhan dapat disebabkan oleh :

1) Masalah dengan sumsum tulang seperti limfoma,leukemia,atau multiple

myeloma

2) Masalah dengan system kekebalan tubuh.

3) Kemoterapi

4) Penyakit kronis seperti AIDS


18

b. Kehilangan darah

Kehilangan darah dapat disebabkan oleh :

1) Perdarahan : menstruasi, persalinan

2) Penyakit : malaria, cacingan, kanker, dan lain-lain

c. Penurunan produksi sel darah merah

Jumlah sel darah yang diproduksi dapat menurun ketika terjadi

kerusakan pada daerah sumsum tulang, atau bahan dasar produksi tidak

tersedia. Penurunan produksi sel darah dapat terjadi akibat :

1) Obat-obatan/ racun

2) Diet yang rendah, vegetarian ketat

3) Gagal ginjal

4) Genetik, seperti talasemia

5) Kehamilan

4. Dampak Anemia Pada Remaja Putri

Menurut Merryana, dkk (2012), dampak anemia bagi remaja putri adalah:

a. Menurunnya kesehatan reproduksi

b. Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan

c. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.

d. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.

e. Menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran

f. Mengakibatkan muka pucat


19

5. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja putri

a. Pencegahan

Menurut Almatzier (2011), cara mencegah dan mengobati anemia

adalah :

1) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi

a) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan

makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan mkanan

nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).

b) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung

vitamin c (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk,

dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat

besi dalam usus.

2) Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet

Tambah Darah (TTD). Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang

setiap tablet mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental

dan 0,25 mg asam folat. Wanita dan remaja putri perlu minum tablet

tambah darah karena wanita mengalami haid sehingga memerlukan zat

besi untuk mengganti darahyang hilang. Wanita mengalami hamil,

menyusui, sehingga zat besinya sangat tinggi yang perlu dipersiapkan

sedini mungkin semenjak remaja. Tablet tambah darah mampu

mengobati wanita dan remaja putri yang menderita anemia,

meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan kerja dan kualitas

sumber daya manusia serta generasi penerus. Anjuran minum yaitu

minumlah 1 (satu) tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan


20

minum 1 tablet setiap hari selama haid. Minumlah tablet tambah darah

dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi karena dapat

menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya

menjadi berkurang.

3) Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia

seperti: kecacingan, malaria, dan penyakit TBC

Pencegahan Anemia Menurut teori Lawrence Green terdapat 3

faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan anemia diantaranya:

a) Faktor Predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-niai dan

sebagainya.

b) Faktor pendukung (enabling factor) yaitu berupa fisik, tersedia atau

tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan seperti puskesmas, rumah

sakit, alat dan sebagainya.

c) Faktor pendorong (renforcing factor) yaitu berupa sikap dan periaku

petugas kesehatan dan petugas yang lain yang merupakan kelompok

dari perilaku masyarakat.

b. Penanggulangan

Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi

antara lain:

1) Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi

yang

2) Cukup secara rutin pada usia remaja.


21

3) Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan,

unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung

vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan absorbsi besi dan

menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan

yang mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.

4) Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi Anemia di

daerah dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada

remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.

5) Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak

diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung

karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate dan kalsium.

6) Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih

merupakan pilihan untuk skrining anemia (Lubis, 2008).

6. Faktor - faktor Terjadinya Anemia Pada Remaja Putri

a. Menstruasi

Salah satu faktor pemicu anemia adalah kondisi siklus menstruasi

yang tidak normal. Kehilangan banyak darah saat menstruasi diduga dapat

menyebabkan anemia (Niken, 2013).

Hampir semua wanita pernah mengalami perdarahan berlebih saat

menstruasi, bahkan sebagian wanita harus mengalami hal ini setiap datang

bulan. Tiap wanita mempunyai siklus menstruasi yang berlainan, normalnya

dalam satu siklus kurang lebih setiap 28 hari, bisa berfluktuasi 7 hari dan

total kehilangan darah antara 60 sampai 250 mm (Anonymous, 2013).


22

Menstruasi dikatakan tidak normal saat seorang wanita mengalami

menstruasi dengan jangka waktu panjang. Di mana umumnya wanita hanya

mengalami menstruasi satu kali dalam sebulan, tetapi pada beberapa kasus,

ada yangmengalami hingga dua kali menstruasi setiap bulan. Kondisi inilah

yang dikatakan menstruasi tidak normal yang menyebabkan anemia (Niken,

2013).

b. Pola makan

Kebiasaan makan adalah cara seseorang dalam memilih dan

memakannya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh psikologis,

fisiologi, budaya dan sosial. Kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang

berhubungan dengan makan seseorang, pola makanan yang dimakan,

pantangan, distribusi makanan dalam keluarga, preferensi terhadap makanan

dan cara memilih makanan.

c. Riwayat penyakit

Penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat

menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah yang

cukup. Orang yang memiliki HIV/AIDS juga dapat mengembangkan

anemia akibat infeksi atau obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit

(Zen, 2013).

Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan anemia.

Mekanisme yang tepat dari proses ini tidak diketahui, tetapi setiap

berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan seperti infeksi

kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia (Proverawati, 2011).


23

Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena

infeksi. Telah diketahui secara luas bahwa infeksi merupakan faktor yang

penting dalam menimbulkan kejadian anemia, dan anemia merupakan

konsekuensi dari peradangan dan asupan makanan yang tidak memenuhi

kebutuhan zat besi (Arumsari, 2009).

d. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Anemia bagi wanita usia subur khususnya dan

masyarakat umumnya bukannya masalah yang perlu mendapatkan perhatian

untuk dicegah maupun ditanggulangi. Para penderita anemia seharusnya

perlu mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi atau

minum tablet Fe tambah darah, namun hal itu juga tidak dilakukan karena

mereka belum mengetahui secara jelas mengenai anemia(Sulistyoningsih,

2011).

e. Aktivitas Fisik

Anemia dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani

seseorang.Adapun hasil penelitian menemukan bahwa 25 persen remaja di

Bandung mempunyai kesegaran jasmani kurang dari normal3.Aktivitas fisik

erat kaitannya dengan kesehatan tubuh secara keseluruhan.Tubuh yang sehat

mampu melakukan aktivitas fisik secara optimal, sebaliknya aktivitas fisik


24

yang dilakukan secara rutin dalam porsi yang cukup mempunyai dampak

positif bagi kesehatan badan.(Proverawati,2012)

Pola aktivitas remaja didefinisikan sebagai kegiatan yang biasa

dilakukan oleh remaja sehari-hari sehingga akan membentuk pola. Aktivitas

remaja dapat dilihat dari bagaimana cara remaja menga-lokasikan waktunya

selama 24 jam dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis

kegiatan secara rutin dan berulang-ulang. Menurut Framingham Study diacu

dalam Awisaba aktivitas fisik selama 24 jam dibagi menjadi lima yaitu

aktivitas tidur, aktivitas berat (olah raga seperti jogging, sepak bola, atletik,

dan sebagainya), aktivitas sedang (belajar, naik tangga, mencuci, mengepel,

menyetrika, menyapu, dan sebagainya), aktivitas ringan (kegiatan sambil

berdiri), dan aktivitas rileks (duduk, berbaring, dan

sebagainya)(Mubiar,2011)

Aktivitas fisik penting untuk mengetahui apakah aktivitas tersebut

dapat mengubah status zat besi. Performa aktivitas akan menurun

sehubungan dengan terjadinya penurunan konsentrasi hemoglobin dan

jaringan yang mengandung zat besi. Zat besi dalam hemoglobin, ketika

jumlahnya berkurang, secara ekstrim dapat mengubah aktivitas kerja dengan

menurunkan transpor oksigen (Proverawati,2012)

f. Pola Asupan Makanan pada Remaja

1) Pengertian Pola Asupan Makanan pada Remaja

Pola asupan makanan adalah semua jenis makanan dan minuman

yang dikonsumsi tubuh setiap hari (Depkes, 2010). Menurut yamin

(2011) mengkonsumsi makanan seimbang merupakan sudah anjuran


25

mendasar yang hakiki bagi semua orang. Dimana asupan zat gizi yang

terkonsumsi menentukan aspek kesehatan nutrisi setiap individu.

Makanan seimbang memiliki penjabaran makanan-makanan yang

memiliki kandungan gizi yang sesuai dengan asupan gizi yang

dibutuhkan. Banyak vitamin dan mineral diperlukan untuk membuat sel-

sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 dan folat diperlukan untuk

produksi hemoglobin yang tepat. Kekurangan dalam salah satu dapat

menyebabkan anemia karena kurangnya produksi sel darah merah.

Asupan makanan yang buruk merupakan penyebab penting rendahnya

kadar asam folat dan vitamin B12 (Proverawati, 2011).

Tabel 2.1

Jumlah Porsi Makanan Yang Dianjurkan Pada Usia Remaja

Makanan pagi Makanan siang Makanan malam

06.00-07.00 wib 13.00-14.00 wib 20.00 wib

Nasi 1 porsi 100 gr Nasi 2 porsi 200 gr Nasi 1 porsi 100 gr

beras beras beras

Telur 1 butir 50 gr Ikan 1 porsi 50 gr Ikan 1 porsi 50 gr

Susu sapi 200 gr Tempe 1 porsi 50 gr Tahu 1 porsi 100 gr

Sayur 1 porsi 100 gr Sayur 1 porsi 100 gr

Buah 1 porsi 75 gr Buah 1 porsi 100 gr

Susu skim 1 porsi 20

gr
26

D. Kerangka teori

Pengetahuan Tentang Anemia

1. Definisi Anemia
2. Tanda –tanda Anemia
3. Penyebab Anemia Pada
Remaja
Faktor-faktor yang 4. Dampak Anemia Pada
mempengaruhi pengetahuan Remaja
5. Pencegahan dan
1. Tingkat Pendidikan
penanggulangan Anemia
2. Informasi
6. Faktor-faktor terjadi Anemia
3. Budaya
4. Pengalaman
5. Sosial Ekonomi
6. Umur

Skema 1
Kerangka Teori
27

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konsektual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap masalah (Hidayat, 2010)

Baik
BAIKBAJNJ
Pengetahuan remaja KDSJKDFB
Cukup
putri tentang anemia BBaikRespo
nden mengisi
Kurang
sendiri
lembar
angket yang
diberikanRes
ponden
Skema 2 mengisi
sendiri
Kerangka Konsep lembar
angket yang
diberikan
Anemia

27
28

B. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan penelitian untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau

fenomena (Hidayat, 2011)

Variabel Definisi Alat Cara Hasil ukur Skala

ukur ukur ukur

Pengetahuan Segala Angket Mengisi 1. Baik : > Ordinal


75%
remaja putri sesuatu lembar
2. Cukup : >
tentang yang angket
56% - 74%
anemia diketahui
3. Kurang : <
remaja
55%
putri
(Budiman,
tentang
2010)
anemia
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian deskriptif yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. (Hidayat, 2010)

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Adalah keseluruan subjek penelitian. Subjek berupa benda yang memiliki

sifat atau ciri, adalah subjek yang bisa diteliti (Hidayat, 2014)

Populasi dalam penelitian adalah seluruh remaja putri kelas Xdi SMKN 1

Tembilahan Tahun 2019 yang berjumlah 276 orang.

b. Sampel

Sampel adalahsebagian dari populasi yang merupakan wakil dari populasi itu.

Sampel penelitian ini adalah bagian dari penelitian atau sebagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan dianggap mewakili

keseluruhan populasi (Hidayat, 2014).Kriteria yang diambil adalah yang

memenuhi kriteria inklusi yaitu:

1. Remaja putri

2. Bersedia menjadi responden

3. Sehat jasmani dan rohani

29
30

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakanTeknik

QuotaSampling dengan menggunakan Rumus Taro Yaname danSlovin.Adapun

rumus tersebut adalah sebagai berikut:

N
n = _________
N.𝛼 2 +1

Dimana :
n = Jumlah Anggota sampel
N = Jumlah Populasi
𝛼 2 = Presisi

Presisi yang ditetapkan 10 % maka :

N 276
n = _________ = __________ = 73
N.𝛼 2 +1 276(0.1)2 + 1

C. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan oktober di SMKN 1

Tembilahan tahun 2019.

D. Etika penelitian

Penelitian ini menjunjung tinggi prinsip etika penelitian yang merupakan

standar etika dalam melakukan penelitian sebagaimana dikemukakan oleh polit

dan back (Hidayat, 2014).

Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan

manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.Masalah etika yang perlu

diperhatikan antara lain sebagai berikut :


31

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan.

2. Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan hasil

penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua

informasiyang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,2014).

E. Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunaan lembar Angket

tentang pengetahuan berisi pertanyaan mengenai pengetahuan tentang anemia

pada remaja putri di SMKN 1 Tembilahan. Adapun sumber data yang diperoleh

yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data secara langsung diambil dari subjek atau objek

penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Dalam penelitian ini


32

data primer diperoleh dari jawaban pertanyaan siswi kelas X SMKN 1

Tembilahan menggunakan angket.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek

penelitian. Dalam Penelitian ini data sekunder berupa data jumlah seluruh siswi

kelas X SMKN 1 Tembilahan yang diperoleh guru kemahasiswaan.

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Peneliti meminta surat izin dari kampus untuk mendapatkan data siswi di

SMKN 1 Tembilahan.

2. Setelah peneliti mendapatkan surat izin dari kampus, peneliti mengantar surat

ke SMKN 1 Tembilahan untuk mengajukan izin pengambilan data seluruh

siswi kelas X Tahun 2019.

3. Setelah penelitimendapatkan data, selanjutnya peneliti melakukan

surveypendahuluan selama 1 hari di SMKN 1 Tembilahan.

4. Setelah melakukan survey pendahuluan, dibuat dalam laporan dan mengajukan

kepada pembimbing untuk meminta persetujuan seminar proposal.

5. Setelah disetujui, peneliti melakukan ujian seminar proposal.

6. Setelah ujian seminar proposal , peneliti meminta surat izin penelitian dari

kampus.

7. Setelah mendapat surat izin penelitian, peneliti mengantar surat ke SMKN 1

Tembilahan

8. Setelah mendapatkan izin di SMKN 1 Tembilahan,peneliti melakukan

penyebaran angket di setiap ruangan kelas X sebanyak 73 lembar angket setiap

kelasnya mendapatkan jatah 5 lembar angket.

32
33

9. Setelah siswi kelas X mengisi angket kemudian angket di ambil kembali, dan

peneliti melakukan pengolahan data.

10. Setelah pengolahan data selesai, peneliti melakukan bimbingan dan meminta

persetujuan akan dilakukan ujian seminar hasil.

G. Prosedur Pengolahan data

setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan pengolahan data

dengan beberapa tahap, yaitu :

1. Pemeriksaan data (editing)

editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data pengumpulan.

2. Pemberian kode(coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori.

3. Transferring

Transferring yaitu data yang telah diberi kode disusun secara berurutan

mulai dari responden pertama sampai responden terakhir untuk

dimasukkan dalam tabel.

4. Data Entry / Tabulating

Perhitungan sesuai variabel yang dibutuhkan lalu dimasukkan kedalam

tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah analisa data dan

pengambilan keputusan.

33
34

H. Teknik Analis Data

Dalam analisis data ini menggunakan analisa data univariat yang

menggunakan komputerisasi dengan aplikasi SPSS. Pada umumnya dalam

analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.

Dengan rumus :

P=ƒ/N x 100%

Keterangan :

P : Nilai persentase responden

ƒ : frekuensi jawaban yang benar

N : jumlah seluruh nilai

34
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 73 orang siswi

mengenaiPengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia Pada Siswi Kelas X di

SMKN 1 Tembilahan tahun 2019 diperoleh data yang disajikan dalam bentuk

tabel distribusi sebagai berikut:

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gambaran Pengetahuan
Remaja Putri Tentang Anemia Pada Siswi Kelas X
di SMKN 1 Tembilahan

No Pengetahuan Jumlah Persentase


1. Baik 16 21,9%
2. Cukup 32 43,8%
3. Kurang 25 34,2%
Jumlah 73 100%

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa responden yang berpengetahuan baik

sebanyak 16 siswi (21,9%), yang berpengetahuan cukup sebanyak 32 siswi

(43,8%) dan berpengetahuan Kurang sebanyak 25siswi (34,2%).

35
36

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang

Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia Pada Siswi Kelas X di SMKN 1

Tembilahan Tahun 2019, siswi yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak

16 siswi (21,9%), pengetahuan cukup sebanyak 32 (43,8%) dan pengetahuan

kurang sebanyak 25 siswi (34,2%)

Hasil penelitian ini sama halnya yang dilakukan oleh sihotang &

Febriyanti (2012) tentang Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri

Tentang Anemia Defisiensi Besi di SMA Negeri 15 Medan . Hasil penelitian

menunjukkan pengetahuan remaja putri mengenai anemia defisiensi besi

mayoritas berada pada kategori pengetahuan cukup yaitu sebanyak 73 responden

(77,7%), diikuti dengan pengetahuan baik sebanyak 18 responden (19,1%), dan

pengetahuan kurang sebanyak 3 responden (3,2%).

Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukanpengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melaluipenginderaan manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasadan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga.(NotoatmodjoS.,2010)

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Pengetahuan

remaja putri tentang anemia hanya sampai pada tahap tahu. Dan tidak diikuti

dengan pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari seperti makan-makanan yang

banyak mengandung zat besi, tidak minu es teh setelah makan dan olah raga yang

teratur (Soetjiningsih, 2011).


37

Menurut Mubarak (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman,

kebudayaan lingkungan sekitar dan informasi.

Hasil penelitian berdasarkan pengetahuan remaja putri tentang anemia

menunjukkan bahwa dari 73 responden, sebanyak 32 responden (43,8%)

pengetahuannya adalah cukup. Menurut asumsi peneliti Hal ini disebabkan

karena masih kurangnya informasi yang diperoleh remaja putri tentang anemia

defisiensi besi. Hal ini dikarenakan memang di dalam kurikulum sekolah tidak

terdapat topik yang membahas tentang anemia ataupun anemia defisiensi besi

secara khusus dan disekolah belum pernah ada penyuluhan tentang anemia,

oleh karena itu perlu perlu adanya informasi yang diberikan kepada remaja

putri tentang anemia, Informasi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan yang luas.

Begitu juga dengan pengalaman, Pengalaman merupakan sesuatu yang

pernah dialami oleh seseorang. Pengalaman akan menambah pengetahuan

tentang sesuatu yang bersifat informal. semakin banyak pengalaman tentang

anemia diperoleh dari orangtua maupun lingkungan sekitar tempat tinggalnya

maka pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja

putri tentang anemia pada siswi kelas X di SMKN 1 Tembilahan Tahun 2019

terbanyak pada kategori berpengetahuan cukup sebanyak 32 responden

(43,8%). Hal tersebut dipengaruhi oleh kurangnya informasi dan pengalaman

yang dapat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku siswi.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai Gambaran Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Anemia Pada Siswi Kelas X di SMKN 1 Tembilahan

Tahun 2019 maka dapat disimpulkan distribusi frekuensi remaja putri yang

berpengetahuan baik sebanyak 16 siswi (21,9%), yang mempunyai pengetahuan

cukup sebanyak 32 Siswi (43,8%) dan pengetahuan Kurang sebanyak 25 Siswi

( 34,2%).

B. Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan bagi remaja putri agar termotivasi untuk menambah

informasi mengenai anemia yang bisa didapat dari buku, majalah, atau media

cetak maupun internet

2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan Institusi Pendidikan (SMKN 1 Tembilahan ) bekerja sama

dengan instansi kesehatan untuk memberikan penyuluhan khususnya tentang

anemia, sehingga dari penyuluhan tersebut diharapkan pengetahuan siswi

tentang anemia dapat meningkat.

3. Bagi Akbid Husada gemilang

Diharapkan dapat dijadikan sumber bacaan khususnya tentang anemia

agar dapat digunakan sebagai tambahan bahan referensi untuk penelitian

selanjutnya.

38
39

4. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian

menggunakan metode penelitian yang berbeda dengan cara mengembangkan

variabel penelitian, menggunakan jenis koesioner yang berbeda dan

meningkatkan jumlah responden, sehingga didapatkan hasil yang lebih baik.


40

DAFTAR PUSTAKA

A, Aziz, Hidayat. (2011). Metode penelitian Keperawatan dan TeknikAnalisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.
A, Aziz, Hidayat.(2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis
data.Jakarta : Salemba Medika
Achmad Kuncoro, Engkos dan Riduwan, 2011. Cara Menggunakan dan.Memaknai
Analisis Jalur Path Analysis. Bandung: Alfabeta.
Adriani danWirjatmadi.2012.Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.Kencana.
Jakarta.
Adriani, Merryana. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup.
Agustin, Mubiar. (2011). Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Bandung:
Refika Aditama.
Almatsier, S., Soetardjo, S., Soekarti,M. 2011. Gizi Seimbang DalamDaur
Kehidupan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Arumsari E, Dodik B, dan Pusporini. Faktor Risiko Anemia Pada Remaja Putri
Peserta Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi
(PPAGB) Di Kota Bekasi.2011.Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Aulia.Serangan Penyakit-Penyakit Khas Wanita Paling Sering Terjadi. 2012.
BukuBiru. Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Kesehatan Remaja Problem dan
solusinya.Jakarta.Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat; 2010.
Depkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2010.Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI; 2010
Jamaris, Martini. 2015. Kesulitan Belajar: Perspektif, Asesmen, dan
Penanggulangannya. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI.

Niken. Menstruasi Tidak Normal, Waspada Anemia. 2013


http://okehealth/detailhealthupdate/29/03/2013 diakses pada tanggal 17
Oktober 2019
Notoatmodjo, Soekidjo .2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S.2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Perry & Potter (Erik Erikson). (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7,
terjemahan (Federderika, A): Salemba Medika: Jakarta.
Prasetyo, Bambang dan MiftahulJannah, Lina 2010, Metode Penelitian Kuantitatif:
Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Proverawati, Atikah.Anemia dan Anemia kehamilan. 2012. Yogyakarta : Nuha
Medika
Proverawati. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika

Rajaretnam, T. & Hallad, J.S.Nutritional status of adolescents in northern


Karnataka.2012.India : Program Management Specialist, Tata Institute of
Social Sciences. The Journal of Family Welfare Vol. 58, No.1, June
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes). 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
2013. Badan Litbangkes, Depkes RI, 2013. Jakarta
Robertus EA. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Tim
Futsal Putra O2sn Smk Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014. 2014.
Skripsi , Universitas Negeri Yogyakarta
Sarwono. 2011. Psikologi Remaja.Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R

& D.(Bandung:Alfabeta, 2010).

Sulistyoningsih.2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu danAnak. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Titin, C. 2015. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku dengan kejadian
anemia remaja putrid kelas X dan XI SMA Negeri 1
Polokarto.Skripsi.Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
WHO.World Health Statistic Report 2015. Geneva: World Health Organization;
2015.
Widyastuti, Y., dkk. 2010. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta.Fitramaya.
World Health Organization.Haemoglobin Concentrations for The Diagnosis of
Anaemia and Assessment of Severity.Vitamin and mineral Nutrion
Information System.Geneva : WHO 2011
Yamin, T. 2012.Hubungan Pengetahuan, Asupan Gizi dan Faktor Lain Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMA
Kabupaten Kepulauan Selayar. [Skripsi] Fakultas Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kebidanan Komunitas Universitas Indonesia Depok.
Zen, Pribadi. 2013. Panduan Komunikasi Efektif untuk Bekal Keperawatan
Profesional.D-Medika.Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai