HORDEOLUM
Oleh :
Wahyu Darmawan
1510070100056
Pembimbing :
SMFMATA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
ini dengan judul “Hordeolum” yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan
Dalamkesempataninipenulismenyampaikan rasa
sempurna, karenaitupenulismengharapkanmasukandansaran
penulismengucapkanterimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 LatarBelakang....................................................................................... 1
2.1Hordeolum..............................................................................................3
1. Definisi..............................................................................................3
2. Epidemiologi.....................................................................................3
3. Patogenesis........................................................................................4
5. Gejala Klinis.....................................................................................8
6. Diagnosis...........................................................................................9
8. Penatalaksaan....................................................................................10
9. Pencegahan.......................................................................................10
BAB IV PENUTUP..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN
iii
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjer yang membentuk film air mata di depan kornea.
Kelopak mata merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola
mata dari trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Pada kelopak mata
terdapat beberapa kelenjer, seperti kelenjer sebasea, kelenjer Moll atau kelenjer
keringat, kelenjer Zeiss pada pangkal rambut, dan kelenjer Meibom pada tarsus.
hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering
ditemukan pada praktik kedokteran. Insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis
kelamin. Hordeolum lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada
(dan peningkatan viskositas sebum). Namun, hordeolum dapat terjadi pada anak-
iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 HORDEOLUM
2.2.1Definisi
Hordeolum adalah infeksi satu atau lebih kelenjar pada palpebra. Bila
kelenjar Meibom yang terkena, timbul pembengkakan yang disebut
hordeolum internum. Sedangkan hordeolum eksternum yang lebih
superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.
2.2.2 Klasifikasi
Terdapat 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum eksternum dan
hordeolum internum.
a. Hordeolum eksternum
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss
atau Moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak mata.
Pada hordeolum eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut.
Tonjolannya ke arah kulit, mengikuti pergerakkan kulit dan
mengalami supurasi serta dapat pecah dengan sendirinya.
b. Hordeolum internum
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang
terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah
konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih
v
besar dibandingkan hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum,
benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan
pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak pecah
dengan sendirinya.
2.2.3 Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering
ditemukan pada praktik kedokteran. Prevalensi hordeolum tidak diketahui
karena pada kebanyakan kasus tidak dilaporkan. Insidensi tidak tergantung
pada ras dan jenis kelamin. Hordeolum lebih sering terjadi pada orang
dewasa dibandingkan pada anak-anak, kemungkinan karena tingkat hormon
androgenik yang lebih tinggi (dan peningkatan viskositas sebum). Namun,
hordeolum dapat terjadi pada anak-anak. Pada kebanyakan kasus,
hordeolum dapat sembuh dengan sendirinya.
2.2.4 Etiologi
Etiologi dari hordeolum adalah infeksi oleh bakteri Staphylococcus
aureus pada 90-95% kasus hordeolum. Selain itu bisa juga disebabkan oleh
Staphylococcus epidermidis5
vi
c. Pemakaian lensa kontak dan make-up
d. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk
e. Peradangan kelopak mata kronik, seperti blefaritis
f. Diabetes mellitus
g. Hiperkolesterolemia
2.2.6 Patogenesis
Patogenesis terjadinya hordeolum eksternum diawali dengan
pembentukan pus dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus.
Biasanya mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan
lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi
sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam
lumen kelenjar.
2.2.8 Diagnosis
Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan anamnesis dari gejala-
gejala dan manifestasi klinis yang ditemukan pada pemeriksaan
oftalmologis.
vii
2.2.9 Diagnosis banding
Diagnosis banding hordeolum diantaranya adalah:
a. Kalazion
Merupakan peradangan kronik, fokal, dan steril dari kelenjar
Meibom yang tersumbat. Gejalanya terdapat peradangan ringan,
terdapat benjolan yang tidak hiperemis dan tidak nyeri.
Gambar 4. Kalazion
b. Selulitis preseptal
Selulitis preseptal adalah infeksi pada kelopak mata dan jaringan
lunak periorbital yang ditandai dengan eritema kelopak mata akut dan
edema. Dapat disertai dengan konjungtivitis dan penurunan visus.
Infeksi bakteri ini biasanya terjadi akibat penyebaran lokal dari
sinusitis atau dakriosistitis, dari infeksi okular eksternal, atau trauma
pada kelopak mata.
c. Dakriosistitis
Merupakan infeksi akut atau kronik pada saccus lakrimalis.
Pasien mengalami gejala nyeri, bengkak, dan kemerahan pada kantus
viii
medialis. Dapat disertai demam, diplopia, konjungtivitis, serta
leukositosis.
Gambar 6. Dakriosistitis
2.2.10Penatalaksanaan
Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.3
Terapi hordeolum meliputi terapi non farmakologi, farmakologi, dan terapi
pembedahan.
a. Non farmakologi
- Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya
untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
- Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan
sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun
bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan
dengan mata tertutup.
- Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
- Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan
hal itu menjadi penyebab infeksi.
- Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi
ke kornea.
b. Farmakologi
ix
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24
jam tidak ada perbaikandan bila proses peradangan menyebar ke
sekitar daerah hordeolum.
- Antibiotik topical
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam
selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromisin salep mata
untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang
ringan.
- Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat
tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus
hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat.
Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4
kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin
dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7
hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.
c. Pembedahan2
- Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka
prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat
drainase pada hordeolum.
- Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi
topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi
infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan
dilakukan insisi yang bila:
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi
pus, tegak lurus pada margo palpebra. Hordeolum eksternum
dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
- Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau
kuretase seluruhisi jaringan meradang di dalam kantongnya dan
kemudian diberikan salep antibiotik.
x
2.2.11Komplikasi
Komplikasi hordeolum diantaranya:
a. Kalazion
b. Selulitis preseptal
c. Selulitis orbital
d. Konjungtivitis
2.2.12Prognosis
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum
bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya. Namun pada banyak
kasus, hordeolum dapat terjadi berulang. Oleh karena itu, kebersihan daerah
mata harus tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit
serta terapi yang sesuai.
xi
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. A
Usia : 37 tahun
3.2 Anamnesis
Keluhan utama
merah, lalu bengkaknya semakin membesar dan ada nanah di dalam bengkaknya.
Pasien sering mengalami penyakit yang sama di mata yang sama dimulai sejak 2
tahun lalu
Tidak ada
Tidak ada
Riwayat pengobatan
Tidak ada
1
3.3 Status Generalisata
OD OS
Palpebra superior Oedem(+),benjolan(+),hiperemis(+ Normal
)
Pemeriksaan Slitlamp
3.5 Diagnosis
3.6 Terapi
2
Higiene
Polygran 3x1 OD
3.7 Prognosis
BAB IV
PENUTUP
3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
4
SUTRISNA, Leonita Triwachyuni Agustina; NUGROHO, Trilaksono. Rasionalitas
Penggunaan Antibiotika Dalam Penatalaksanaan Hordeolum Di Bagian Mata Rsup Dr.
Kariadi Semarang Tahun 2010. 2011. Phd Thesis. Faculty Of Medicine.
AZIZ, Wida Vianita, et al. Hubungan Riwayat Penyakit Lain Pada Pasien Dengan
Kejadian Hordeolum Di Rumah Sakit Dustira Cimahi Periode Januari–Desember
2017. [Skripsi]Cimahi;2019