Anda di halaman 1dari 16

Case Report Session

HORDEOLUM

Oleh :

Wahyu Darmawan
1510070100056

Pembimbing :

dr. Romi Yusardi, Sp. M

SMFMATA

RSUD Dr. ACHMAD MOCHTARBUKITTINGGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus

ini dengan judul “Hordeolum” yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan

klinik dari Bagian mata.

Dalamkesempataninipenulismenyampaikan rasa

terimakasihkepadadr.Romi Yusardi, Sp.M

selakupembimbingsehinggapenulisdapatmenyelesaikanpenulisan laporan kasus

initepatwaktu demi memenuhitugasKepaniteraanKlinik Senior.

Penulismenyadaribahwapenulisanlaporan kasus inimasihjauhdari kata

sempurna, karenaitupenulismengharapkanmasukandansaran

daripembacauntukpenyempurnaan laporan kasus ini. Akhirkata

penulismengucapkanterimakasih.

Bukittinggi, 25 Juli 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1 LatarBelakang....................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3

2.1Hordeolum..............................................................................................3

1. Definisi..............................................................................................3

2. Epidemiologi.....................................................................................3

3. Patogenesis........................................................................................4

4. Klasifikasi dan Etiologi.....................................................................4

5. Gejala Klinis.....................................................................................8

6. Diagnosis...........................................................................................9

8. Penatalaksaan....................................................................................10

9. Pencegahan.......................................................................................10

BAB III LAPORAN KASUS..............................................................................11

BAB IV PENUTUP..............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15

BAB 1

PENDAHULUAN

iii
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta

mengeluarkan sekresi kelenjer yang membentuk film air mata di depan kornea.

Kelopak mata merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola

mata dari trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Pada kelopak mata

terdapat beberapa kelenjer, seperti kelenjer sebasea, kelenjer Moll atau kelenjer

keringat, kelenjer Zeiss pada pangkal rambut, dan kelenjer Meibom pada tarsus.

Kelenjer kelopak mata ini dapat mengalami peradangan supuratif, disebut

dengan hodeolum. Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa

hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering

ditemukan pada praktik kedokteran. Insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis

kelamin. Hordeolum lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada

anak-anak, kemungkinan karena tingkat hormon androgenik yang lebih tinggi

(dan peningkatan viskositas sebum). Namun, hordeolum dapat terjadi pada anak-

anak. Pada kebanyakan kasus, hordeolum dapat sembuh dengan sendirinya.

iv
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 HORDEOLUM
2.2.1Definisi
Hordeolum adalah infeksi satu atau lebih kelenjar pada palpebra. Bila
kelenjar Meibom yang terkena, timbul pembengkakan yang disebut
hordeolum internum. Sedangkan hordeolum eksternum yang lebih
superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.

2.2.2 Klasifikasi
Terdapat 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum eksternum dan
hordeolum internum.
a. Hordeolum eksternum
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss
atau Moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak mata.
Pada hordeolum eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut.
Tonjolannya ke arah kulit, mengikuti pergerakkan kulit dan
mengalami supurasi serta dapat pecah dengan sendirinya.

Gambar 2. Hordeolum Eksternum

b. Hordeolum internum
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang
terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah
konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih

v
besar dibandingkan hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum,
benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan
pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak pecah
dengan sendirinya.

Gambar 3. Hordeolum Internum

2.2.3 Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering
ditemukan pada praktik kedokteran. Prevalensi hordeolum tidak diketahui
karena pada kebanyakan kasus tidak dilaporkan. Insidensi tidak tergantung
pada ras dan jenis kelamin. Hordeolum lebih sering terjadi pada orang
dewasa dibandingkan pada anak-anak, kemungkinan karena tingkat hormon
androgenik yang lebih tinggi (dan peningkatan viskositas sebum). Namun,
hordeolum dapat terjadi pada anak-anak. Pada kebanyakan kasus,
hordeolum dapat sembuh dengan sendirinya.

2.2.4 Etiologi
Etiologi dari hordeolum adalah infeksi oleh bakteri Staphylococcus
aureus pada 90-95% kasus hordeolum. Selain itu bisa juga disebabkan oleh
Staphylococcus epidermidis5

2.2.5 Faktor Risiko


Faktor risiko hordeolum adalah sebagai berikut:
a. Riwayat hordeolum sebelumnya
b. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih

vi
c. Pemakaian lensa kontak dan make-up
d. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk
e. Peradangan kelopak mata kronik, seperti blefaritis
f. Diabetes mellitus
g. Hiperkolesterolemia

2.2.6 Patogenesis
Patogenesis terjadinya hordeolum eksternum diawali dengan
pembentukan pus dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus.
Biasanya mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan
lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi
sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam
lumen kelenjar.

Secara histologis akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya


sel-sel polimorfonuklear dan debris nekrotik. Hordeolum interna terjadi
akibat adanya infeksi sekunder kelenjar Meibom di lempeng tarsal.

2.2.7 Manifestasi klinis


Gejala-gejala yang terdapat pada hordeolum diantaranya adalah:
a. Pembengkakan pada kelopak mata
b. Rasa nyeri dan gatal pada kelopak mata
c. Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata

Berdasarkan pemeriksaan, pada hordeolum didapatkan:


a. Eritema dan oedema pada kelopak mata atas ataupun bawah
b. Nyeri tekan di dekat pangkal bulu mata
c. Seperti gambaran abses kecil pada kelopak mata

2.2.8 Diagnosis
Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan anamnesis dari gejala-
gejala dan manifestasi klinis yang ditemukan pada pemeriksaan
oftalmologis.

vii
2.2.9 Diagnosis banding
Diagnosis banding hordeolum diantaranya adalah:
a. Kalazion
Merupakan peradangan kronik, fokal, dan steril dari kelenjar
Meibom yang tersumbat. Gejalanya terdapat peradangan ringan,
terdapat benjolan yang tidak hiperemis dan tidak nyeri.

Gambar 4. Kalazion

b. Selulitis preseptal
Selulitis preseptal adalah infeksi pada kelopak mata dan jaringan
lunak periorbital yang ditandai dengan eritema kelopak mata akut dan
edema. Dapat disertai dengan konjungtivitis dan penurunan visus.
Infeksi bakteri ini biasanya terjadi akibat penyebaran lokal dari
sinusitis atau dakriosistitis, dari infeksi okular eksternal, atau trauma
pada kelopak mata.

Gambar 5. Selulitis Preseptal

c. Dakriosistitis
Merupakan infeksi akut atau kronik pada saccus lakrimalis.
Pasien mengalami gejala nyeri, bengkak, dan kemerahan pada kantus

viii
medialis. Dapat disertai demam, diplopia, konjungtivitis, serta
leukositosis.

Gambar 6. Dakriosistitis

2.2.10Penatalaksanaan
Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.3
Terapi hordeolum meliputi terapi non farmakologi, farmakologi, dan terapi
pembedahan.

a. Non farmakologi
- Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya
untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
- Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan
sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun
bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan
dengan mata tertutup.
- Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
- Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan
hal itu menjadi penyebab infeksi.
- Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi
ke kornea.

b. Farmakologi

ix
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24
jam tidak ada perbaikandan bila proses peradangan menyebar ke
sekitar daerah hordeolum.
- Antibiotik topical
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam
selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromisin salep mata
untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang
ringan.
- Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat
tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus
hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat.
Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4
kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin
dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7
hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.

c. Pembedahan2
- Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka
prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat
drainase pada hordeolum.
- Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi
topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi
infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan
dilakukan insisi yang bila:
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi
pus, tegak lurus pada margo palpebra. Hordeolum eksternum
dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
- Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau
kuretase seluruhisi jaringan meradang di dalam kantongnya dan
kemudian diberikan salep antibiotik.

x
2.2.11Komplikasi
Komplikasi hordeolum diantaranya:
a. Kalazion
b. Selulitis preseptal
c. Selulitis orbital
d. Konjungtivitis

2.2.12Prognosis
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum
bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya. Namun pada banyak
kasus, hordeolum dapat terjadi berulang. Oleh karena itu, kebersihan daerah
mata harus tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit
serta terapi yang sesuai.

xi
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Usia : 37 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

3.2 Anamnesis

Keluhan utama

Bengkak di mata kanan sejak 5 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

Bengkak di mata kanan sejak 5 hari SMRS,awalnya bengkaknya kecil, berwarna

merah, lalu bengkaknya semakin membesar dan ada nanah di dalam bengkaknya.

Bengkak pecah 3 hari setelahnya

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien sering mengalami penyakit yang sama di mata yang sama dimulai sejak 2

tahun lalu

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada

Riwayat pemakaian kacamata

Tidak ada

Riwayat pengobatan

Tidak ada

1
3.3 Status Generalisata

Kesadaran : Composmentis cooperative

3.4 Status Oftalmologis

OD OS
Palpebra superior Oedem(+),benjolan(+),hiperemis(+ Normal
)

Palpebra inferior Normal Normal

Konjungtiva Normal Normal


Kornea Jernih Jernih
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat,sentral, Bulat,sentral,
Lensa Jernih Jernih
Kedudukan bola Ortoforia Ortoforia
mata
Visus 20/25 20/25

Pemeriksaan Slitlamp

3.5 Diagnosis

Diagnosa kerja : Hordeolum palpebra superior eksterna OD

3.6 Terapi

2
Higiene

Polygran 3x1 OD

3.7 Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanam : Dubia ad bonam

BAB IV

PENUTUP

3
KESIMPULAN

Pasien datang dengan keluhan mata bengkak sebelah kanan,awalnya


bengkaknya kecil, bengkak semakin membesar dan berisi nanah,lalu pecah. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan ada odem dan hiperemis pada palpebra superior dextra.
Pasien di terapi dengan obat tetes polygran 3x1 OD , pasien tidak perlu control
kembali.

DAFTAR PUSTAKA

4
SUTRISNA, Leonita Triwachyuni Agustina; NUGROHO, Trilaksono. Rasionalitas
Penggunaan Antibiotika Dalam Penatalaksanaan Hordeolum Di Bagian Mata Rsup Dr.
Kariadi Semarang Tahun 2010. 2011. Phd Thesis. Faculty Of Medicine.

AZIZ, Wida Vianita, et al. Hubungan Riwayat Penyakit Lain Pada Pasien Dengan
Kejadian Hordeolum Di Rumah Sakit Dustira Cimahi Periode Januari–Desember
2017. [Skripsi]Cimahi;2019

Anda mungkin juga menyukai